PANDUAN ITIKAF
al
Hukum Itikaf
Para ulama telah berijma bahwa itikaf khususnya 10 hari terakhir bulan
Ramadhan merupakan suatu ibadah yang disyariatkan dan disunnatkan
oleh
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri senantiasa beritikaf pada bulan
Ramadhan
selama 10 hari. Aisyah, Ibnu Umar dan Anas ra meriwayatkan: Adalah
Rasulullah
SAW beritikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan HR. Bukhori &
Muslim)
Hal
ini dilakukan oleh beliau hingga wafat, kecuali pada tahun wafatnya beliau
beritikaf selama 20 hari. Demikian halnya para shahabat dan istri beliau
senantiasa melaksanakan ibadah yang amat agung ini. Imam Ahmad
berkata:
yaitu
yang
dilakukan
secara
sukarela
semata-mata
untuk
bertaqorrub
kepada
Allah SWT seperti itikaf 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dan Itikaf yang
wajib yaitu yang didahului dengan nadzar (janji), seperti : Kalau Allah
SWT
menyembuhkan sakitku ini, maka aku akan beritikaf.
Waktu Itikaf
Untuk itikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang dinadzarkan ,
sedangkan itikaf sunnah tidak ada batasan waktu tertentu. Kapan saja
pada
malam
atau siang hari, waktunya bisa lama dan juga bisa singkat. Yala bin
Umayyah
berkata: Sesungguhnya aku berdiam satu jam di masjid tak lain hanya
untuk
itikaf.
Syarat-syarat Itikaf
Orang yang itikaf harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1.. Muslim.
2.. Berakal
bulan
Ramadhan.
Akan
tetapi
beberapa
kalangan
ulama
mengatakan
lebih mustahab (disenangi) adalah menuggu sampai shalat ied.
yang
4.. Haidh
5.. Nifas
6.. Berjima (bersetubuh dengan istri) (QS. 2: 187). Akan tetapi memegang
tanpa syahwat, tidak apa-apa sebagaimana yang dilakukan Nabi dengan
istriistrinya.
7.. Pergi shalat jumat ( bagi mereka yang membolehkan itikaf di mushalla
yang tidak dipakai shalat jumat)
Itikaf bagi Muslimah
Itkaf disunnahkan bagi wanita sebagaimana disunnahkan bagi pria. Selain
syarat-syarat yang disebutkan tadi, itikaf bagi kaum wanita harus
memenuhi
syarat-syarat lain sbb:
1. Mendapat izin (ridlo) suami atau orang tua. Hal itu disebabkan karena
ketinggian hak suami bagi istri yang wajib ditaati, dan juga dalam rangka
menghindari fitnah yang mungkin terjadi.
1.. Agar tempat itikaf wanita memenuhi kriteria syariat.
Kita telah mengetahui bahwa salah satu rukun atau syarat itikaf adalah
masjid.
Untuk kaum wanita, ulama sedikit berbeda pendapat tentang masjid yang
dapat
dipakai wanita beritikaf. Tetapi yang lebih afdhol- wallahu alam- ialah
tempat
shalat di rumahnya. Oleh karena bagi wanita tempat shalat dirumahnya
lebih
afdhol dari masjid wilayahnya. Dan masjid di wilayahnya lebih afdhol dari
masjid
raya. Selain itu lebih seiring dengan tujuan umum syariat Islamiyah, untuk
menghindarkan wanita semaksimal mungkin dari tempat keramaian kaum
pria,
seperti
tempat ibadah di masjid. Itulah sebabnya wanita tidak diwajibkan shalat
jumat
dan shalat jamaah di masjid. Dan seandainya ke masjid ia harus berada di
tidur,
makan,
minum,
dan
sebagainya
lebih
Ini
tidak berarti itikaf bagi wanita tidak diperboleh di masjid. Wanita bisa saja
itikaf di masjid dan bahkan lebih afdhol apabila masjid tersebut
menempel
dengan rumahnya, jamaahnya hanya wanita, terdapat tempat buang air
dan
mandi khusus dan sebagainya. Wallahu alam.
kamar