DAN
GAMBARAN
FISIK
UTSMAN
SERTA
bin Abil Ash bin Umayyah. Dia mengikat Utsman dengan rantai dan tali
lalu berteriak di wajahnya, Apakah engkau meninggalkan agama nenek
moyangmu dan beralih ke agama baru? Demi Allah saya tidak akan
melepasmu selamanya sampai engkau meninggalkan apa yang engkau
anut dari agama ini.
Namun Umar menjawab dengan penuh keyakinan dan keteguhan
hati, Demi Allah, saya tidak akan meninggalkannya dan tidak akan
berpisah
darinya.
Ketika Al-Hakam melihat bagaimana kerasnya hati Utsman dalam
mempertahankan agamanya, diapun melepaskan Utsman.
1. Pernikahan
hijrahnya
Utsman,
julukan
Dzun
Nurain,
dan
2. Kedermawanan Utsman
Terkait dengan kedermawanan dan kemurahan hati Utsman,
sungguh tidak ada tandingannya. Dia telah menyumbangkan hartanya di
jalan Allah di banyak kesempatan. Sehingga kedermawanannya tentu
saja beserta sifat malunya- menutupi berbagai keutamaan dan sifat
malunya yang lain. Dia telah menyerahkan hartanya yang melimpah
untuk kepentingan agamanya dan saudara-saudaranya seiman. Dia
menginfakkanya tanpa perhitungan. Jika kita mencoba untuk mencari
seseorang yang dapat menandingi kedermawanan Utsman, kita tidak
akan menemukannya.
Ketika masjid Nabawi terasa sempit karena banyaknya jamaah
yang ikut shalat berjamaah, Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam
bermaksud membeli tanah milik salah seorang shahabat untuk keperluan
perluasan masjid. Maka Rasulullah menyampaikan himbauannya untuk
itu dengan imbalan pahala, Siapa yang membeli tanah keluarga fulan
lalu menambahkannya ke masjid, akan memperoleh kebaikan dari tanah
itu di surga. Utsman pun segera membelinya dari harta pribadinya
seharga 25 ribu dinar.
Setelah Fathu Makkah, Utsman membeli sebuah rumah yang
cukup luas yang menempel dengan Masjidil Haram seharga 10 ribu dinar.
Lalu rumah itu ditambahkan ke area masjid.
Dia juga membeli sebuah sumur yang disebut sumur Rumah seharga
seribu dirham, lalu diserahkan kepad kaum muslimin, baik untuk orang
kaya, miskin, maupun yang kehabisan bekal perjalanan.
tidak mendapatkan budak yang bisa dimerdekakan pada hari Jumat itu,
saya gabungkan ke Jumat berikutnya.
Bahkan pada saat genting sekalipun, yaitu ketika Utsman berada dalam
kepungan para pemberontak di hari-hari terakhirnya, dia masih sempat
memerdekakan dua puluh orang budak.
5. Keilmuan Utsman
Utsman bin Affan Radiyallahu Anhu termasuk salah satu ulama di
kalangan shahabat dan termasuk ke dalam kelompok kecil yang kerap
memberi fatwa pada masa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam.
Al-Qasim bin Muhammad menceritakan, Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali memberi fatwa pada masa Rasulullah Shallallahu Alahi wa
Sallam.
Diriwayatkan dari Sahal bin Abi Hatsmah, Orang-orang yang
biasa memberi fatwa pada masa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam
terdiri dari tiga orang Muhajirin dan tiga orang Anshar, yaitu Umar,
Utsman, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin KaAbu Bakar, Muadz bin Jabal, dan
Zaid bin Tsabit.
Utsman juga memberi fatwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar.
Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, yang berhak memberi fatwa
adalah Utsman, Ali, Ubay bin Kaab, dan Zaid bin Tsabit. Utsman
merupakan shahabat yang paling mengerti manasik haji, diikuti
setelahnya oleh Abdullah bin Umar.
Di antara bukti yang jelas atas kedalaman ilmunya adalah
diangkatnya Utsman sebagai khalifah ketiga. Seorang khalifah haruslah
diangkat dari kalangan yang paling mengerti tentang kitabullah, yang
paling baik bacaannya, dan yang paling banyak pengetahuannya tentang
sunnah Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam.
Namun
demikian,
Utsman
sangat
berhati-hati
dalam
meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam,
khawatir hafalannya keliru lalu dia menambah atau mengurangi sesuatu
dari hadits Nabi. Utsman berkata, Yang menghalangi saya untuk
menyampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam
bukanlah karena saya tidak termasuk shahabat yang paling memahami
dari beliau, akan tetapi saya sungguh telah mendengar beliau bersabda,
Siapa yang mengatakan atas nama saya apa yang tidak pernah saya
katakan, hendaklah bersiap-siap untuk menempati tempat duduk di
neraka.
Karena hal tersebut dan karena kesibukannya dengan urusan
kekhalifahan pada masanya, serta keikutsertaannya dalam mengurus
pemerintahan pada masa Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadits dari
Utsman sangat sedikit. Utsman hanya meriwayatkan 146 hadits dari
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Dia meriwayatkan hadits secara
lisan dari Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.
Di antara shahabat yang meriwayatkan hadits dari Utsman
adalah Abdullah bin Masud, Zaid bin Tsabit, Umran bin Hushain, Abu
Qatadah, Abu Hurairah, Anas bin Malik, Salamah bin Al-Akwa, Ibnu
Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan lain-lain. Termasuk beberapa
anaknya, pembantunya, dan sekelompok orang dari kalangan tabiin.
diletakkan di salah satu sisi timbangan dan umatku di sisi satunya, maka
saya menyamai mereka. Lalu Abu Bakar diletakkan di salah satu sisi
timbangan dan umatku di sisi yang lainnya, maka dia menyamai mereka.
Selanjutnya Utsman diletakkan disalah satu sisi timbangan dan umatku
di sisi lainnya, maka dia menyamai mereka.
Abu Said Al-Khudri mengatakan, Saya melihat Rasulullah
Shallallahu Alahi wa Sallam berdoa untuk Utsman sejak permulaan
malam hingga terbit fajar. Beliau berdoa, Ya Allah, tolonglah Utsman,
saya meridhainya maka ridhailah dia!
Para shahabat yang mulia sangat memahami kedudukan Utsman
Radiyallahu Anhu, maka mereka menempatkannya pada posisi
terhormat sebagaimana Rasulullah menghormatinya. Mereka juga
memujinya, menyiarkan berbagai keutamaannya, mencela orang-orang
yang membencinya, dan memerangi orang-orang yang memusuhinya
Utsman sangat dekat dengan Abu Bakar dan Umar pada masa
kekhalifahan keduanya. Dia kerap berkunjung ke tempat keduanya
bersama beberapa orang shahabat untuk memberi saran terkait
persoalan kaum muslimin dan urusan kenegaraan. Begitu juga
sebaliknya, Abu Bakar dan Umar juga sering meminta pendapatnya.