Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM MENGENDALIKAN BISNIS

WARALANA RITEL
LATAR BELAKANG
Operasionalisasi bisnis dengan menggunakan sistem waralaba beberapa tahun terakhir ini
merupakan strategi memasuki pasar yang semakin penting. Penggunaan sistem waralaba
ini dianggap baik untuk memperluas usaha, memasuki pasar baru, membagi risiko dan
meningkatkan nilai perusahaan. Berbagai riset telah memusatkan perhatian tentang bisnis
waralaba internasional, riset-riset tersebut fokus pada motivasi para pengusaha untuk
memasuki pasar baik nasional maupun internasional. Motivasi memperluas dan
mengarahkan aktifitas usaha waralaba, metode-metode sistim waralaba internasional,dan
sampai pada masalah-masalah operasional seperti masalah kewenangan, dukungan dan
adaptasi.
Tulisan ini diilhami dari studi Doherty dan Alexander (2006), yang menguraikan bahwa
power adalah landasan untuk mengendalikan dan mengawasi para franchisee dalam
menjalankan usahanya. Studi tersebut menjelaskan bahwa kekuatan memaksa akan
cenderung merusak hubungan dimasa depan karena mitra bisnis akan menjadi merasa
tertekan, kekuatan memaksalah yang menjadikan organisasi waralaba internasional itu
sukses. bahwa pada dasarnya secara organisasional power adalah asset strategis bagi
perusahaan, dan power dalam bisnis dapat digunakan sangat situasional dan bergantung
pula pada lamanya hubungan kerjasama itu terjalin. Jadi, studi ini akan diarahkan untuk
lebih menjelaskan peran power dalam organisasi khususnya bisnis waralaba yang
didasarkan pada kajian teori-teori power dan bagaimana peran power saat
diimplementasikan.

STUDI PUSTAKA
Power dalam Organisasi
Kekuatan/kekuasaan adalah kemampuan seseorang/sekelompok orang atau entitas dalam
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan apa yang diinginkannya (Dahl 1957).
Definisi kekuatan/kekuasaan dalam konteks hubungan antar entitas organisasi menurut
Emerson (1962) adalah kemampuan satu pihak mempengaruhi pihak lain untuk mentaati
ketentuan dan atau merubah suatu kondisi yang tidak mendukung keberlangsungan suatu
hubungan. Pengertian yang dibangun Emerson (1962) lebih diarahkan pada bagaimana
satu pihak dapat mengendalikan pihak lain demi terwujudnya kerjasama yang
berkesinambungan, agar pihak yang bekerjasama dapat disiplin, dan taat azas demi
mencapai tujuan kerjasama. Dari kedua pandangan tersebut dapat dimaknai bahwa
kekuatan/kekuasaan adalah kapasitas (capacity) dan kemampuan (ability). Jika demikian
maka setiap entitas (orang atau organisasi) berpotensi memiliki kekuatan, karena pada
dasarnya setiap individu, entitas memiliki potensi sumberdaya dan kemampuan.
Kekuatan dan Pengendalian dalam Jaringan Waralaba: Perpektif Teoritis
Kekuatan (power) dan pengendalian (control) dalam hubungan waralaba secara teoritis
telah teruji dalam konteks jaringan pemasaran dan teori agency (Quinn dan Doherty,
2000; Moore et al., 2004). Sementara itu para ahli/peneliti dalam jaringan pemasaran
mengakui bahwa: pengendalian akan tetap bisa dipertahankan dalam hubungan
waralabanya melalui kekuatan memaksa dan tidak memaksa. Ada suatu kesepakatan
bahwa kekuatan tidak memaksa melalui fungsi support sepertinya digunakan untuk
mengontrol franchiseenya. Teori agensi di lain pihak berpendapat bahwa kekuatan
memaksa melalui kontrak waralaba merupakan metode terbaik dalam mempertahankan
kontrolnya.
Jadi, implementasi power (power mode) dalam bisnis waralaba dapat dijadikan sebagai
alat untuk saling mengendalikan baik franchisor-maupun franchisee. Konsekuensi dari
penggunaan power ini memang dapat berdampak positif maupun negatif, dapat dijelaskan
bahwa kekuatan memaksa (coercive power) dari luar

dapat berdampak positif dan

negatif, sedangkan kekuatan tidak memaksa (Non-Coercive Power) dari luar hanya akan

berdampak positif. Namun demikian, kekuatan memaksa akan dapat membangun suatu
hubungan yang kuat antar organisasi apabila dapat diimplementasikan dengan kendali
yang benar. Sementara, kondisi itu sulit untuk dicapai apabila hubungan antar organisasi
dibangun berlandaskan kekuatan yang tidak memaksa (Rizal,A., 2009).
TEMUAN PENELITIAN
Kekuatan dan Kontrol dalam Bisnis Waralaba Internasional dan Bisnis Eceran
Waralaba International
Temuan-temuan studi saat ini telah membuktikan bahwa keterbatasan hasil studi hanya
dapat memberikan informasi berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendalian pada perusahaan ritel waralaba internasional, mereka dibatasi oleh satu
studi etnografis, atau data cross sectional sehingga hanya memperoleh informasi sesaat
(Quinn, 1999). Selanjutnya, studi Quinn dan Doherty (2000), Moore et al. (2004) tentang
masalah kekuatan dan kontrol ini fokus pada pelaku bisnis eceran fashion yang masuk ke
pasar internasional, yang menemukan bahwa kekuatan memaksa digunakan untuk
mengendalikan proses internasionalisasi. Namun, studi ini tidak spesifik pada masalah
waralaba saja, tetapi juga termasuk hubungan jaringan internasional lain seperti dalam
jaringan usaha perdagangan grosir.Jadi, perlu dikembangkan studi-studi lebih lanjut yang
berkaitan dengan hubungan antara franchisor-franchisee dalam konteks hubungan
pemasaran yang dapat menciptakan nilai-nilai hubungan jangka panjang.
KEKUATAN (POWER) SEBAGAI PENGENDALI DALAM PENGELOLAAN
BISNIS WARALABA RITEL
1. Kontrol melalui kontrak waralaba
2. Kontrol melalui dukungan fungsi
3. Kontrol melalui pemilihan mitra waralaba
4. Kontrol melalui relasional bisnis waralaba
5. Kontrol melalui penggunaan master atau daerah waralaba.
6. Kontrol melalui merek

RELASI ANTARA KEKUATAN (POWER) DAN PENGENDALIAN (CONTROL)


DALAM MENGELOLA BISNIS WARALABA
Seluruh sumber kekuatan dapat baik yang dikelompokkan tradisional maupun nontradisional dapat diimplementasikan dalam mengendalikan bisnis waralaba ini, baik
untuk kepentingan franchisor maupun franchisee. Hanya, saat kapan power itu diguakan
sangat bergantung pada berbagai kondisi maupun situasi selama terjalinnya hubungan
kerjasama, seperti: status hubungan (baru atau lama); dalam situasi persaingan rendah
atau tinggi; pengalaman selama bekerjasama dan kondisi lainnya.
REKOMENDASI PENELITIAN
Berlandaskan kajian teoritik dan empiric dalam studi ini dapat dikembangkan
rekomendasi penelitian untuk dijadikan sebagai dasar untuk mendesain model penelitian
lanjutan, yaitu:
1. Perusahaan/Organisasi Waralaba yang memiliki keragaman sumberdaya kekuatan
(assets strategis) akan semakin memiliki power yang kuat. Power yang kuat
tersebut dapat dijadikan sebagai basis untuk mengendalikan jejaring waralaba.
2. Memaksa, Tidak Memaksa, Kekuatan Relasional dan Organisasional adalah
power mode yang dapat digunakan secara bersamaan dalam menjalin hubungan
kerjasama bisnis waralaba.Namun, efektivitas dampaknya harus memperhatikan
jangka waktu kerjasama, pengalaman melakukan kerjasama dan struktur
persaingan bisnis.

MENGELOLA STRATEGI GLOBAL : MENUJU TERCIPTANYA


KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DALAM BISNIS
INTERNASIONAL
LATAR BELAKANG
Negara-negara Asia memainkan peranan penting di dunia saat ini. Pertumbuhann dan
kemakmuran mengalami peningkatan. Negara-negara Asia seperti Hongkong, Korea
Selatan, Singaputa, Thailand, dan Taiwan melanjutkan pertumbuhan manufaktur. Isu
kunci dalam perubahan manajemen di Negara-negara Asia adalah meningkatkan
partnership bisnis antar Negara tersebut maupun dengan Negara maju seperti Eropa dan
Amerika. Peningkatan partnership telah menciptakan peluang besar untuk kerjasama
global. Partnership juga menciptakan sejumlah keunikan masalah dan isu yang
berhubungan dengan manajemen partnership yang efektif dengan tradisi, nilai, praktek,
dan sasaran yang berbeda. Yang lebih menarik lagi adalah manajemen partnership dan
joint venture antar Negara adalah relevan tidak hanya di Negara-negara Asia tetapi juga
mitra dari Eropa dan Amerika
STUDI PUSTAKA
Literatur Awal Global Starategy dan Multinational Corporations
Benefits mengikuti strategi global, tergantung pada karakteristik industri seperti skala
ekonomi yang tinggi dan karakteristik logistik yang menguntungkan (Hout et al. 1982;
yip 1989 dalam Pheng Lui Chang & Nitin Pangarkan). Perusahaan yang menerapkan
strategi global dan menggunakan

fleksibitas

yang

diusahakan oleh jaringan

internasionalnya akan meningkatkan keunggulan bersaing (Kogut 1985 dalam Pheng Lui
Chang & Nitin Pangarkar; Ghoshal 1986). Literatur juga mengindikasikan tidak ada satu
strategi global (Bartlett dan Ghoshal 1986; Porter 1986; Yip 1989). Strategi-strategi
global dapat berupa bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada karakteristik industri.

Tantangan dan Tugas yang Dihadapi Para Manajer Perusahaan-perusahaan


Multinasional dari Sudut Budaya
Dengan adanya partnership dengan transcultural, budaya ketiga (trust, co-operate,
accommodate, long-term, handshake, mutual obligation, win/win) dapat diciptakan
sebagai fungsi menyangkut interaksi yang mendalam mitra ini. Penciptaan budaya yang
ketiga penting untuk bisnis untuk menciptakan suatu partnership dengan bisnis asing
(Trompenaars, 1993 dalanm Pheng Lui Chang & Nitin Pangarkar) membangun
partnership dalam budaya, bukanlah dominasi satu budaya atas budaya lainnya. Sebagai
gantinya, bagian dari keduanya budaya Barns bekerjasama untuk menciptakan budaya
ketiga yang melebihi budaya asli (CYA, compete, confront, short-term, legal contract.
contarct breach, win/lose) dan bekerja untuk kedua budaya..
Globalisasi Dipercepat dengan Internet
Internet dan teknologi berdasarkan internet akan mampunyai dampak terbatas dalam
setiap enam katagori kerangka kerja globaliasai (governance and responsibility; strategy
and finance; marketing, sales, and service; operation and technology; research and
development; organization and hr manajement). Masing-masing katagori mempunyai
peranan signifikan dan terpisah dalam mempengaruhi nilai akhir perusahaan sebagai
perusahaan menuju global. Sedangkan globalisasi itu sendiri dipercepat dengan internet.
KESIMPULAN
Jadi, strategi global dapat dijalankan jika tidak ada konflik antar perusahaan
multinasional dengan perusahaan lokal. Konflik bisa terjadi karena adanya perbedaan
budaya suatu Negara. Untuk mengatasi hal tersebut, dikembangkanlah perusahaan virtual
berupa internet. Perusahaan di internet berbentuk virtual, artinya tidak diperlukan lokasi
khusus bersifat fisik, tidak diperlukan lagi kehadiran bangunan perusahaan yang bersifat
fisik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nurrohim, H (2006). Mengelola Strategi Global : Menuju Terciptanya Keunggulan
Bersaing Perusahaan dalam Bisnis Internasional. SINERGI. 8(2). DOI:
http://journal.uii.ac.id/index.php/Sinergi/article/viewFile/420/334 (diakses tanggal
28 Mei 2012)
Rizal, A dan Endah Mujiasih (2010). Penggunaan Kekuatan dalam Mengendalikan
Bisnis Waralaba Ritel. Universitas Diponegoro, Semarang.

17(2). DOI:

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/view/334/218

(diakses

tanggal 28 Mei 2012)

BISNIS INTERNASIONAL
ESSAY JURNAL

OLEH :
ESTU PUTRI WIRA SAYEKTI
041113322

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Anda mungkin juga menyukai