Jurnal Manajemen Resiko
Jurnal Manajemen Resiko
Lampiran 1
Pedoman Standar
Penerapan Manajemen Risiko
bagi Bank Umum
I.
LATAR BELAKANG
1. Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan
pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha
perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola Bank yang
sehat (good corporate governance) dan penerapan manajemen risiko yang
meliputi pengawasan aktif pengurus Bank, kebijakan, prosedur dan penetapan
limit risiko, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi, dan
pengendalian risiko, serta sistem pengendalian intern.
2. Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada
perbankan maupun otoritas pengawasan Bank. Bagi perbankan, penerapan
manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan
gambaran kepada pengelola Bank mengenai kemungkinan kerugian Bank di
masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang
sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai
dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja Bank, digunakan untuk
menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha Bank yang
relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh
dalam rangka meningkatkan daya saing Bank. Bagi otoritas pengawasan Bank,
penerapan manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap
kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank yang dapat mempengaruhi
permodalan Bank dan sebagai salah satu dasar penilaian dalam menetapkan
strategi dan fokus pengawasan Bank.
3. Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat
terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta
menguntungkan Bank. Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar
dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, maka tidak terdapat satu
sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh Bank sehingga setiap
Bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan
organisasi manajemen risiko pada Bank.
4. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik
yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
Bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap
awal Bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal
dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang
mungkin timbul dari suatu bisnis baru Bank, termasuk risiko yang bersumber
dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.
5. Setelah dilakukan identifikasi risiko secara akurat, selanjutnya secara berturutturut Bank perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko.
Pengukuran risiko tersebut dimaksudkan agar Bank mampu mengkalkulasi
eksposur risiko yang melekat pada kegiatan usahanya sehingga Bank dapat
memperkirakan dampaknya terhadap permodalan yang seharusnya dipelihara
dalam rangka mendukung kegiatan usaha dimaksud. Sementara itu, dalam
rangka melaksanakan pemantauan risiko, Bank harus melakukan evaluasi
terhadap eksposur risiko, terutama yang bersifat material dan atau yang
berdampak pada permodalan Bank.
1
yang
melekat
pada
setiap
fungsional Bank.
b. Penetapan Kebijakan Manajemen Risiko antara lain dengan cara menyusun
Strategi Manajemen Risiko, yang memastikan bahwa:
1) Bank tetap mempertahankan eksposur risiko yang sesuai dengan
kebijakan, prosedur intern Bank, peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku;
2) Bank dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan keahlian di bidang manajemen risiko, sesuai dengan
kompleksitas dan kemampuan usaha Bank.
c. Kebijakan Manajemen Risiko sekurang-kurangnya memuat:
1) penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan
yang didasarkan atas hasil analisis Bank terhadap risiko yang melekat
pada setiap produk dan transaksi perbankan yang telah dan akan
dilakukan sesuai dengan nature dan kompleksitas usaha Bank;
2) penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi
manajemen risiko dalam rangka mengkalkulasi secara tepat eksposur
risiko pada setiap produk dan transaksi perbankan serta aktivitas
fungsional Bank, dan penetapan pelaporan data dan informasi yang
terkait dengan eksposur risiko sebagai input untuk pengambilan
keputusan bisnis yang menguntungkan dengan tetap memperhatikan
prinsip kehati-hatian Bank;
3) penentuan limit dan penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan
potensi kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan
Bank dan sarana pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko
Bank;
4) penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen
risiko guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ekstern dan
intern yang berlaku (compliance risks), tersedianya informasi
manajemen dan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional
Bank, serta efektivitas budaya risiko pada setiap jenjang organisas i
Bank;
5) penetapan penilaian peringkat risiko sebagai dasar bagi Bank untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan terhadap produk, transaksi
perbankan, dan area aktivitas fungsional tertentu dan mengevaluasi
hasil pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko;
6) penyusunan rencana darurat atas kemungkinan kondisi eksternal dan
internal terburuk, sehingga kelangsungan usaha Bank dapat
dipertahankan.
d. Penetapan strategi manajemen risiko juga harus mempertimbangkan
kondisi keuangan Bank, organisasi Bank, dan risiko yang timbul sebagai
akibat perubahan faktor eksternal dan faktor internal.
e. Dalam menyusun prosedur dan penetapan limit risiko, Bank wajib
memperhatikan risk appetite berdasarkan pengalaman yang dimiliki Bank
dalam mengelola Risiko.
g. penetapan limit yang didasarkan atas limit secara keseluruhan, limit per
jenis risiko, dan limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki
eksposur risiko.
4. Proses Penerapan Manajemen Risiko
a. Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi
seluruh jenis risiko yang melekat pada s etiap aktivitas fungsional yang
berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan identifikasi risiko antara lain:
1) bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif;
2) mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional);
3) menggabungkan dan menganalisa informasi risiko dari seluruh sumber
informasi yang tersedia;
4) menganalisa probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya.
b. Pengukuran Risiko
1) Pendekatan pengukuran risiko digunakan untuk mengukur profil risiko
Bank guna memperoleh gambaran efektifitas penerapan manajemen
risiko.
2) Pendekatan tersebut harus dapat mengukur:
a) sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak
normal;
b) kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan
fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu dan korelasinya;
c) faktor risiko (risk factors) secara individual;
d) eksposur risiko secara keseluruhan
mempertimbangkan risk correlation;
(aggregate ),
dengan
di
masa
lalu
dan
risiko
terhadap
kebijakan,
10
11
12
13
14
15
jawab
untuk
pemantauan
3) penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan
kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian;
4) struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha
Bank;
5) pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat
waktu;
6) kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;
7) review
yang efektif, independen dan obyektif terhadap prosedur
penilaian kegiatan operasional Bank;
8) pengujian dan review yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen;
9) dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan, prosedurprosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus Bank
berdasarkan hasil audit;
10) verifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan terhadap
penanganan kelemahan-kelemahan Bank yang bersifat material dan
tindakan pengurus Bank untuk memperbaiki penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.
b. Kaji Ulang Penerapan Manajemen Risiko
Pelaksanaan kaji ulang terhadap penerapan manajemen risiko sekurangkurangnya meliputi:
1) penerapan manajemen risiko harus dikaji dan dievaluasi secara berkala
sekurang-kurangnya setiap tahun oleh Risk Manager atau petugas pada
16
Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Internal Auditor pada satuan kerja
audit intern (SKAI);
2) frekuensi dan cakupan kaji ulang dan evaluasi dapat ditingkatkan
intensitasnya, berdasarkan perkembangan eksposur risiko Bank,
perubahan pasar, dan metode pengukuran dan pengelolaan risiko;
3) kaji ulang juga dilakukan oleh auditor eksternal atau pihak lain yang
memiliki kualifikasi dan memahami teknik manajemen risiko;
4) khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran risiko
sekurang-kurangnya mencakup:
a) metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk mengukur risiko
dan menetapkan limit eksposur risiko;
b) perbandingan antara hasil dari metode pengukuran risiko yang
menggunakan simulasi atau proyeksi di masa datang dengan hasil
aktual;
c) perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam metode
dimaksud dengan kondisi yang sebenarnya/aktual;
d) perbandingan antara limit yang ditetapkan dengan eksposur yang
sebenarnya/aktual;
e) penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit eksposur risiko
dengan kinerja di masa lalu dan posisi permodalan Bank saat ini.
6. Hal-hal Lain
a. Pengelolaan Risiko Produk dan Aktivitas Baru
1) Dalam rangka pengelolaan risiko yang melekat pada produk dan
aktivitas baru, Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur secara
tertulis.
2) Kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko produk dan aktivitas baru
sekurang-kurangnya memuat:
a) sistem dan prosedur (standard operating procedure)
kewenangan dalam pengelolaan produk dan aktivitas baru;
serta
17
19
21
4) Penetapan Limit
a) Dalam prosedur penetapan limit risiko kredit, Bank antara lain harus
menggambarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetapan
limit risiko kredit dan proses pengambilan keputusan/penetapan limit
risiko kredit.
b) Bank harus menetapkan limit untuk seluruh nasabah atau
counterparty sebelum melakukan transaksi dengan nasabah
tersebut, dimana limit tersebut dapat berbeda satu sama lain;
c) Limit untuk risiko kredit ditujukan untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan karena adanya konsentrasi penyaluran kredit. Limit yang
ditetapkan sekurang-kurangnya mencakup:
(1) eksposur kepada nasabah atau counterparty;
(2) eksposur kepada pihak terkait;
(3) eksposur terhadap sektor ekonomi tertentu atau area geografis.
d) Limit untuk satu nasabah atau counterparty dapat didasarkan atas
hasil analisis data kuantitatif yang diperoleh dari informasi laporan
keuangan maupun hasil analisis informasi kualitatif yang dapat
bersumber dari hasil interview dengan nasabah.
e) Penetapan limit risiko kredit harus didokumentasikan secara tertulis
dan lengkap yang memudahkan penetapan jejak audit (audit trail)
untuk kepentingan auditor intern maupun ekstern.
Kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko kredit, selain memenuhi
pedoman dan persyaratan tersebut di atas, Bank juga mengacu kepada
Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB)
sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku.
mendukung analisa
kredibilitas debitur.
yang
menyeluruh
terhadap
kondisi
dan
risiko
kredit
sekurang-kurangnya
23
24
secara berkala.
(5) Penerapan sistem ini harus:
(a) mendukung proses pengambilan keputusan dan memastikan
kepatuhan terhadap ketentuan pendelegasian wewenang;
(b) independen terhadap kemungkinan rekaya sa yang akan
mempengaruhi hasil (score-outputs ) melalui prosedur
pengamanan yang layak dan efektif;
(c) dilakukan kaji ulang oleh satuan kerja atau pihak yang
independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan
sistem tersebut.
3) Pemantauan Risiko Kredit
a) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan
prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur atau counterparty
pada seluruh portofolio kredit Bank.
b) Sistem pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat
ukuran-ukuran dalam rangka :
(1)
dan
penggunaan
sistem
internal
risk
rating harus
25
26
27
a. Definisi
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan
suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi Bank
yang mengandung risiko suku bunga.
b. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
1) Komisaris Bank harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai
jenis dan tingkat eksposur risiko suku bunga. Dalam proses persetujuan
atas kebijakan dan strategi dimaksud, Komisaris Bank harus
mengkaitkan dengan tujuan keseluruhan kegiatan usaha Bank
2) Komisaris Bank harus melakukan persetujuan atas kebijakan dan
strategi yang berkaitan dengan manajemen risiko suku bunga dan
memastikan bahwa Direksi Bank mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka memantau dan mengendalikan risiko tersebut.
3) Komisaris Bank harus diinformasikan secara berkala oleh Direksi
mengenai eksposur risiko suku bunga dalam rangka pelaksanaan
pemantauan dan pengendalian tersebut. Informasi tersebut selanjutnya
direview oleh Komisaris untuk menilai kinerja Direksi dan kesesuaian
hasil kinerja dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
4) Direksi Bank bertanggungjawab untuk memastikan bahwa Bank memiliki
kebijakan dan prosedur manajemen risiko suku bunga yang memadai,
terutama prosedur operasional secara harian.
5) Direksi Bank juga bertanggungjawab untuk memelihara:
a) penetapan limit risiko suku bunga;
b) standar dan sistem pengukuran risiko suku bunga;
c) standar untuk penilaian posisi dan pengukuran hasil eksposur risiko
suku bunga;
d) pelaporan risiko suku bunga dan proses review terhadap manajemen
risiko suku bunga;
e) pengendalian intern terhadap penerapan manajemen risiko suku
bunga.
c. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
1) Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur yang komprehensif dan
tertulis untuk mengelola risiko suku bunga.
2) Kebijakan dan prosedur tersebut harus menetapkan dan menguraikan
garis tanggungjawab dan akuntabilitas yang melampaui keputusan
pengelolaan risiko suku bunga dan harus secara jelas mencakup
instrumen yang diotorisasi, strategi lindung nilai dan peluang
pengambilan posisi.
3) Kebijakan risiko suku bunga juga harus memuat parameter kuantitatif
yang diperoleh dari penggunaan metode pengukuran risiko suku bunga
seperti interest rate sensitivity, Earnings at Risk dan Economic Value of
28
29
eksposur;
(2) sensitivitas eksposur terhadap kerugian sebagai dampak dari
perubahan suku bunga di pasar;
(3) potensi kerugian yang dapat terjadi karena perubahan suku
bunga di pasar.
d) Satuan Kerja Manajemen Risiko harus mengkaji secara berkala
kecenderungan perubahan suku bunga atau kemungkinan terjadinya
tekanan pasar. Hasil kajian tersebut selanjutnya disampaikan kepada
Komite Manajemen Risiko dan Direksi sebagai bahan evaluasi untuk
meninjau kembali eksposur risiko suku bunga yang ada dan limit
yang ditetapkan.
e. Pengendalian Ris iko Suku Bunga
1) Pengendalian risiko dan tanggung jawab manajemen operasional atas
posisi yang dikelola hingga jatuh waktu (banking book ) harus ditetapkan
dalam organisasi Bank. Tanggung jawab tersebut antara lain meliputi:
a) rekonsiliasi posisi yang dikelola dan dicatat dalam sistem informasi
manajemen;
b) pengendalian terhadap akurasi profit and loss dan kepatuhan pada
ketentuan dan standar akunting yang berlaku, terutama pengakuan
diskon, pembukuan premium dan pengakuan secara akrual dari
kupon;
c) pengklasifikasian dan pembentukan provisi yang tepat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Untuk surat berharga dan obligasi yang terdaftar atau diperdagangkan di
Pasar Modal, Bank harus menerapkan proses pengendalian intern yang
bertujuan untuk memantau selisih kredit (credit spread) dari surat
berharga dan Obligasi tersebut dengan membandingkan hasil (yield )
dari posisi portoflio tersebut dengan Obligasi Pemerintah.
3) Dengan mengabaikan kriteria ketentuan yang mengatur pembentukan
provisi apabila Bank menilai bahw a credit spread mengalami pelebaran
maka Bank harus melakukan analisis mengenai kondisi dan prospek
penerbit surat berharga dan obligasi. Apabila hasil analisis dan sentimen
pasar menunjukan kesimpulan bahwa kegagalan penerbit semakin
meningkat maka Bank harus segera membentuk provisi dalam
perspektif kehati-hatian.
4) Apabila kemungkinan terjadi kegagalan memelihara eksposur risiko
suku bunga teridentifikasi semakin meningkat, Bank sekurangkurangnya harus:
a) menghentikan pengakuan diskon;
b) menerapkan pemantauan secara ketat terhadap surat berharga dan
obligasi tersebut serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mengurangi kerugian.
31
tidak
32
Direksi Bank harus memastikan bahwa satuan kerja operasional Bank yang
melakukan kegiatan trading pada produk dan transaksi yang mengandung
risiko nilai tukar harus memiliki sumber daya manusia yang memahami:
1) filosofi risk-taking yang terdapat pada transaksi di pasar;
2) faktor-faktor yang mempengaruhi risiko nilai tukar;
3) risiko lainnya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan transaksi di
pasar.
c. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
1) Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur yang komprehensif dan
tertulis untuk mengelola risiko nilai tukar.
2) Kebijakan dan prosedur ters ebut harus menetapkan dan menguraikan
garis tanggungjawab dan akuntabilitas yang melampaui keputusan
pengelolaan risiko nilai tukar dan harus secara jelas mencakup
instrumen yang diotorisasi, strategi lindung nilai dan peluang
pengambilan posisi.
3) Kebijakan risiko nilai tukar juga harus mengidentifikasi parameter
kuantitatif yang menggambarkan tingkat risiko nilai tukar yang dapat
ditolerir Bank (risk tolerance).
4) Seluruh kebijakan dan prosedur risiko nilai tukar harus dikaji secara
berkala dan direvisi apabila diperlukan, terhadap kemungkinan adanya
peningkatan kegiatan akibat kondisi pasar keseluruhan, khususnya
apabila terdapat larangan oleh otoritas pengawasan untuk melakukan
transaksi terhadap mata uang tertentu, baik oleh Satuan Kerja
Manajemen Risiko maupun satuan kerja audit intern, serta pihak
eksternal yang memiliki kompetensi dalam penerapan manajemen risiko
suku bunga.
5) Prosedur yang diterapkan oleh Bank harus mampu untuk melakukan
konsolidasi terhadap open positions, baik berdasarkan neto maupun
gross, pada setiap posisi yang dimiliki, dan harus memungkinkan untuk
melakukan perhitungan secara akurat mengenai open position harian.
6) Bank harus menetapkan limit internal Net Open Position (NOP) secara
konsisten dalam rangka mencegah terjadinya pelampauan batasan yang
ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku terutama dalam hal seluruh limit
internal yang ditetapkan telah digunakan.
7) Limit yang ditetapkan dalam kegiatan transaksi perdagangan FX
currencies dan instrumen yang berdenominasi FX currency harus
konsisten dengan kebijakan pengambilan risiko secara keseluruhan, dan
dapat dikonsolidasikan serta mencakup seluruh unit usaha Bank yang
memiliki posisi risiko pada FX currency.
33
34
35
36
39
memelihara
kemampuan
jumlah dana
normal atau
40
41
42
45
mengenai
46
meningkatkan
pengendalian
risiko
hukum
untuk
48
49
50
51
kepatuhan,
pengaturan
tanggung
jawab
dan
52
dan
pengelolaan
kinerja
(2) tingkat turn over karyawan dan pejabat Bank yang menduduki
posisi yang strategis pada Bank (high risk taking unit);
(3) kecukupan program pelatihan;
(4) kecukupan kompetensi Komisaris dan Direks i Bank;
(5) tingkat pemahaman dan kesesuaian arah strategi usaha dengan
risk tolerance.
d) sistem pengendalian
(1) efektivitas dan independensi fungsi audit, quality assurance unit
(apabila ada), dan Satuan Kerja Manajemen Risiko ;
(2) akurasi, kelengkapan, dan integritas laporan serta sistem
53
informasi manajemen;
(3) keberadaan sistem pemantauan terhadap irregularities yang
mampu mengidentifikasi dan mengukur peningkatan frekuensi
dan jumlah eksposur risiko;
(4) tingkat responsif Bank terhadap
kebijakan dan prosedur intern Bank;
penyimpangan
terhadap
55
penting oleh Bank Indonesia. Dalam hal ini, kondisi Bank tersebut dapat
berarti:
1) Bank telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam status Pengawasan
Intensif, Pengawasan Khusus, Bank Dalam Penyehatan yang telah
dikembalikan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
kepada Bank Indonesia;
2) Bank memiliki eksposur risiko pasar dan risiko likuiditas yang sangat
signifikan; dan
3) kondisi eksternal (pasar) mengalami fluktuasi yang sangat tajam dan
cenderung tidak mampu dikendalikan oleh Bank.
b. Frekuensi pelaporan ini adalah di luar jangka waktu yang ditetapkan
mengingat sifat laporan adalah didasarkan kondisi terkini Bank yang
memiliki eksposur tertentu dan hasil pernilaian Bank Indonesia terhadap
Bank tersebut.
c. Cakupan dan bentuk laporan lain ini disesuaikan dengan hasil konsultasi
atau pertemuan antara Bank dengan Bank Indonesia.
57
Lampiran 2
1. Pe doma n U mum
a . Ang go ta Ko m ite Ma na jem e n R is iko (Ris k M an ag em e nt Co m m itte e) d apa t
bers ifa t tetap d an tida k tetap . Ang gota te ta p ad alah Dire ks i d an P ejab at Eks ekutif
ya ng d itu njuk oleh D ire ktur Utam a u ntuk m ela ks ana ka n we wen an g da n tang gu ng
ja wa b s ec ara p erm an en u ntuk ja ng ka wa ktu te rten tu, s ep erti Direktur K ep atuh an
dan D ire ktur Man ajem e n Ris iko s e dan gkan a ng gota tida k te tap ad ala h Dire ks i
dan Pe ja ba t E ks ekutif yan g terkait den ga n top ik yan g dib aha s d an
direkom e nda s ikan da la m Ko m ite Ma na jem e n Ris iko , s ep erti Ke pala Divis i
Tres uri u ntuk to pik p en ge lo laan eks p os u r s uku bu ng a da n nilai tukar.
b . Kom ite Ma na je m en Ris iko s ekuran g-kuran gnya terdiri d ari m a yo rita s Dire ks i d an
Peja bat Eks ekutif terkait. Mayoritas Direks i b erarti leb ih da ri 50% da ri s e luruh
ju m lah a ng gota D ireks i, s e perti ju m la h Direks i ada lah 4 (e m pa t) m aka m ayoritas
ada lah 3 oran g Direks i, da n s e te ru s n ya , s e da ng ka n P ejab at Eks ekutif terkait
m en gac u kep ada uraian pad a h uruf a di atas .
a. Format 1
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur - 1
Satuan Kerja
Operasional-1
Direktur 2 dst..
Satuan Kerja
Operasional 2
Komite
Manajemen Risiko
Direktur
Manajemen Risiko
Direktur Kepatuhan
Satuan Kerja
Manajemen Risiko
Satuan Kerja
Kepatuhan
Managerial line
Reporting Line
Membership Line
b. F ormat 2
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur Bidang
Satuan Kerja
Operasional-1
Satuan Kerja
Operasional-2
Komite
Manajemen Risiko
Direktur
Kepatuhan
Compliance
Unit
Risk Management
Unit
Managerial line
Reporting Line
Membership
Line
c. F ormat 3
Grup
Manajemen
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur Bidang
Satuan Kerja
Operasional-1
Satuan Kerja
Operasional-2
atau
Komite
Manajemen Risiko
Direktur
Kepatuhan
Compliance
Unit
Risk Management
Unit
Managerial line
Reporting Line
Membership
Line
*) Risk Man ag eme nt Grou p pa da B ank Indu k a ta u reg io na l O ffice di Lua r Neg eri
d. F ormat 4
Chief Country Officer/Country
Representative Officer
Regional Risk
Management Group *)
atau
Risk Taking
Unit
Risk Taking
Unit
Compliance
Unit
Country Risk
Officer(s)/Unit
Managerial line
Reporting Line
Membership
Line
*) dapat bertindak sebagai Risk Management Committee
Lampiran 3
A.
Nama Petugas/Manajer
Proyek
Jabatan
Kontak Telepon
Jabatan
Kontak Telepon
5. Konsultan Ekstern al
a. Nama Konsultan
:
6. Sasaran Kegiatan
:
B.
Penanganan Tindakan
Permasalahan Perbaikan
Tenggat
Waktu
Penjelasan
Organisasi
Kebijakan dan
Prosedur
Sumber Daya
Manusia
Sistim Informasi
Manajemen
Sistem Back Up
dan Rencana
Darurat
Sistem Akuntansi
Catatan: Format Matriks di atas hanya menggambarkan cakupan yang diuraikan dalam
Laporan Rencana Kegiatan
Isu-isu yang
ditangani **)
Tindakan
Korektif
Tenggat
Waktu
Penjelasan
Kredit
Pasar
Likuiditas
Operasional
Legal
Reputasi
Strategik
Kepatuhan
*)
Format Matriks di atas hanya menggambarkan cakupan yang diuraikan dalam Laporan
Rencana Kegiatan
**) Isu-isu yang ditangani yang terkait dengan Organisasi, Kebijakan & Prosedur, Sistem &
Teknologi Informasi, SDM, dan Isu lainnya
C.
La mpir an 4
b. Penanggungjawab/Penyusun
c . Jabatan
d. Kontak Telepon
No Nama
Jabatan
Kontak
Telepon
1
2
3
4
5
f. Data Tindak Lanjut
g. Tanggal Pelaporan
:
1
2 . U r a ia n S t a t u s d a n T in d a k L a n ju t y a n g d ila k u k a n
Area/Topik
Tindakan Korektif
Tenggat Waktu
yang direncanakan
Tanggal
Kelengkapan
Pelaksanaan
Alasan dan
Permasalahan
apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
Baru dan
Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
Organisasi
Kebijakan
& Prosedur
Sumber
Daya
Manusia
Sistem
Informasi
Manajemen
Sistem
Back Up &
Rencana
Darurat
Sistem
Akuntansi
2
Area/Topik
Tindakan Korektif
Tenggat Waktu
yang direncanakan
Tanggal
Kelengkapan
Pelaksanaan
Alasan dan
Permasalahan
apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
Baru dan
Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
Akuntansi
Format Matriks di atas hanya menggambarkan cakupan yang diuraikan dalam Laporan Realisasi Kegiatan
3. Uraian Rinc i Me ng e nai Status dan T in dak La njut Tind aka n y ang dilaku kan
Jenis Risiko
Tindakan
Korektif
Tenggat Waktu
Awal
Tanggal Efektif
Kelengkapan
Alasan dan
Permasalahan
Apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
baru & Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
Kredit
?? Organisasi
?? Kebijakan & Prosedur
?? Sistem & Teknologi Informasi
?? Sumber Daya Manusia
?? Lain -lain
Pasar
?? Organisasi
?? Kebijakan & Prosedur
?? Sistem & Teknologi Informasi
Jenis Risiko
Tindakan
Korektif
Tenggat Waktu
Awal
Tanggal Efektif
Kelengkapan
Alasan dan
Permasalahan
Apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
baru & Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
Jenis Risiko
Tindakan
Korektif
Tenggat Waktu
Awal
Tanggal Efektif
Kelengkapan
Alasan dan
Permasalahan
Apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
baru & Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
?? Lain -lain
Reputasi
?? Organisasi
?? Kebijakan & Prosedur
?? Sistem & Teknologi Informasi
?? Sumber Daya Manusia
?? Lain -lain
Strategik
?? Organisasi
?? Kebijakan & Prosedur
?? Sistem & Teknologi Informasi
?? Sumber Daya Manusia
?? Lain -lain
Kepatuhan
?? Organisasi
?? Kebijakan & Prosedur
?? Sistem & Teknologi Informasi
Jenis Risiko
Tindakan
Korektif
Tenggat Waktu
Awal
Tanggal Efektif
Kelengkapan
Alasan dan
Permasalahan
Apabila rencana
tidak efektif
dilaksanakan
Tenggat Waktu
baru & Tambahan
Sumber Daya
yang dialokasikan
a.
Jenis Risiko
Kredit
Pasar
Likuiditas
Operasional
Hukum
Tingkat Risiko
Trend
Tingkat Risiko
Rendah
?? Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
Rendah
?? Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
Rendah
?? Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
Rendah
Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
??
Rendah
Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
??
??
??
??
??
??
??
??
??
??
Trend
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
No.
6
Jenis Risiko
Reputasi
Strategik
Kepatuhan
Predikat Risiko
Bank secara
keseluruhan
Tingkat Risiko
Trend
Tingkat Risiko
??
Rendah
Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
??
Rendah
Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
??
Rendah
Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
Rendah
?? Moderat
?? Tinggi
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
??
??
??
??
??
??
Trend
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Rendah
Moderat
Tinggi
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
Menurun
Stabil/Tetap
?? Meningkat
??
Menurun
?? Stabil/Tetap
?? Meningkat
b.
c.
Uraian Singkat mengenai Pelaksanaan Penilaian Risiko oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko
Uraian tentang pelaksanaan review yang dilaksanakan selama 3 bulan terakhir (periode sebelumnya) termasuk fokus dan
prioritas penilaian. Uraikan secara lebih lengkap apabila terdapat hasil penilaian yang bersifat signifikan atau
mempengaruhi kondisi keuangan Bank, khususnya permodalan.
d.
e.
f.
Lam piran 6
Low
Moderate
High
Weak
Low to
Moderate
Moderate to
High
High
Acceptable
Low
Moderate
High
Strong
Low
Moderate to
Low
High to
Moderate
Sistem
Pengendalian
Risiko
Risiko Inheren
Tanggal Laporan
Laporan Produk dan Aktivitas Baru memuat hal-hal sebagai berikut *):
1. Uraian singkat atau penjelasan dan bentuk flow chart dari Prosedur
Pelaksanaan (standard operating procedures/SOP) Produk dan Aktivitas
Baru.
3. Hasil analisis dan identifikasi satuan kerja manajemen risiko pada Bank
terhadap risiko yang melekat pada Produk dan Aktivitas Baru.
4. Hasil uji coba metode pengukuran dan pemantauan risiko yang melekat pada
produk dan aktivitas baru yang dilaksanakan oleh satuan kerja manajemen
risiko pada Bank.
5. Hasil analisis aspek hukum untuk Produk dan Aktivitas Baru pada satuan
kerja Bank yang diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk
melaksanakan analisis tersebut.