Sampah Komunitas
Sampah Komunitas
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sampah perkotaan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat
perhatian yang serius. Data dari Dinas Kebersihan Kota Semarang menunjukan
bahwa sampah perkotaan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan jumlah penduduk. Permasalahan yang dialami oleh pemerintah Kota
Semarang dalam pengelolaan sampah dari penerimaan retribusi kebersihan belum
mampu membiayai teknis operasional dan pemeliharannya. besaran distribusi
sekitar 46.53 % dari pengelolaan sampah bulanan. Hal ini berarti untuk mencapai
break even point penerimaan retribusi masih harus mencapai 53.48 % lagi dari
biaya pengelolaan sampah.3
Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan
peningkatan
sarana
dan
prasarana
pengelolaan
sampah
mengakibatkan
permasalahan sampah menjadi komplek, antara lain sampah tidak terangkut dan
terjadi pembuangan sampah liar, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit,
kota kotor, bau tidak sedap, mengurangi daya tampung sungai dan lain-lain. 3 Pada
dasarnya mengelola sampah secara baik adalah merupakan tanggung jawab setiap
individu manusia yang memproduksi sampah, dalam hal ini sampah padat, yang
dihasilkan rumah tangga, industri perusahaan, perkantoran, pabrik, pasar, dan
sebagainya.4
Adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi sangat
penting. Penelitian oleh Syamsurial (2009) menunjukkan data bahwa tanggung
jawab masyarakat untuk mengelola sampahnya sendiri sebanyak 46% dari jumlah
sampah, hampir sebanding daripada tanggung jawab pemerintah, yakni hanya
54% saja dari total sampah yang dapat ditangan. Persepsi masyarakat bahwa
pengelolaan sampah adalah tanggung jawab pemerintah harus diubah. Demikian
pula adanya persepsi masyarakat mengenai lingkungan haruslah meningkat tidak
sekedar memperhatikan kebersihan sekitar rumahnya saja, tetapi juga harus ada
Tujuan umum
Diketahuinya gambaran Pengelolaan Sampah Berbasis Komunits di Kota
Pekanbaru
Tujuan khusus.
1. Diketahuinya pengelolaan Sampah di FK UNR
2. Diketahuinya
Pengelolaan
Sampah
AnOrganik
di
1.4
1.4.1
Manfaat penelitian
Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pengelolaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budaya Pemberdayaan
Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna keberdayaan
dan pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah
kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian
besar anggotanya sehat fisik dan mental serta terdidik dan kuat serta inovatif,
tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi.
Namun, selain nilai fisik di atas, ada pula nilai-nilai intrinsik dalam
masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan,
kegotong-royongan, kejuangan, dan yang khas pada masyarakat kita, kebinekaan.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu
masyarakat
bertahan
(survive),
dan
dalam
pengertian
yang
dinamis
berjalan efektif, artinya mampu menjabarkan dan melaksanakan rumusanrumusan kebijaksanaan publik (public policies) dengan baik, untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Dalam paham bangsa Indonesia, masyarakat
adalah
pelaku
utama
pembangunan,
sedangkan
pemerintah
(birokrasi)
dari
upaya
pembangunannya
sendiri.
Pendekatan
pemberdayaan
masyarakat
mengelola,
dengan
dan
pengalaman
dalam
merancang,
mempertanggungjawabkan
upaya
Juga
lingkup
bantuan
menjadi
terlalu
luas
kalau
kemampuan untuk
membantu
mereka
untuk
membuka
akses
kepada
pelaku-pelaku
beragam.
Ketidakpedulian
terhadap
heterogenitas
masyarakat,
10
adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Kedua, Model Pemberdayaan untuk memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkahlangkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan
ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai
masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan
sarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah
dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada
lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan,
dan pemasaran di perdesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaannya amat kurang.
Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,
karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat
menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,
tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti
kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok
dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi
sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan
masyarakat di dalamnya. Sungguh penting di sini adalah peningkatan partisipasi
rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya
dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi. Friedman (1992)
menyatakan The empowerment approach, which is fundamental to an alternative
development, places the emphasis on autonomy in the decision-marking of
11
sampah
dengan
tujuan
agar
mayarakat
menyadari
bahwa
12
13
yang turut serta menggalakkan program ini dan menyediakan dana untuk
pengembangan program ini.
merupakan
bentuk
salah
satu
partisipasi
masyarakat
terhadap
kepeduliannya pada sampah. dengan adanya komunitas peduli sampah maka akan
mendorong semua elemen pemerintah dan masyarakat lebih peduli terhadap
14
sampah melalui pengembangan kegiatan 3R. Dengan gerakan ini diharapkan tidak
hanya mengurangi sampah yang dihasilkan, tapi juga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. dan diharapkan dari gerakan ini adalah mewujudkan
Indonesia peduli sampah melalui pelaksanaan 3R, mendorong seluruh masyarakat
membudayakan 3R dengan mengelola sampah dimulai dari diri sendiri, mengubah
cara pandang masyarakat bahwa sampah adalah sumberdaya yang berguna dan
bermanfaat. Selain itu juga menurunkan timbulan sampah dengan target sampah
terolah 3R.
15
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.
3.3.
17
3.6
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Mubarak Z. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat ditinjau dari Proses
Pengembangan Kapasitas pada Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa
Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Universitas Diponegoro. 2010.
2. Cholisin. Pemberdayaan Masyarakat : Manajemen Pemertintahan Desa. Staf
Pengajar
FIS
UNY:
2010.
[Avaliable
on
http://staff.uny.ac.id/
sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT.pdf]
3. Artiningsih A. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga. Universitas Diponegoro. 2008.
4. Syamsurial. Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Padat. Universitas Andalas. 2009
5. Jamasy,
Owin.2004
Keadilan,
Pemberdayaan
dan
Penanggulangan