Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

MENEGAKKAN DIAGNOSIS ULKUS DI MUKOSA MULUT


BERIKUT TERAPINYA

Pembimbing :
drg. F.X. Srie Rahayu Kustini, Sp.PM
Penyusun :
Bun Yuliana

(2009-061-202)

Jessica Fedriani

(2009-061-204)

Tommy Kristanto

(2009-061-207)

Monika Teresa

(2009-061-260)

Hendrawan Ariwibowo

(2009-061-264)

Raymond Young

(2009-061-265)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut


Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta
8 Agustus 2011 26 Agustus 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat dengan
judul menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut berikut terapinya. Referat ini disusun untuk
memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program Pendidikan Profesi Dokter di
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Penyusun berharap referat ini dapat memberi kejelasan mengenai topik yang dibahas,
baik bagi penyusun maupun bagi pembaca. Dalam pembuatan referat ini, penyusun menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dan untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
membangun yang akan bermanfaat dalam penyempurnaan referat ini, serta untuk perbaikan
dalam penulisan di waktu mendatang.

Jakarta, Agustus 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
DAFTAR TABEL.v
DAFTAR GAMBAR.vi
BAB I PENDAHULUAN.........1
1.1 Latar Belakang Masalah ..1
1.2 Rumusan Masalah..2
1.3 Tujuan ....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.3
2.1 Definisi dan Etiologi ...3
2.2 Prinsip Anamnesis ...4
2.2.1 Ulkus Akibat Reaksi Obat...5
2.2.2 Aphtha ...6
2.2.3 Sindroma Bechets.....7
2.2.4 Eritema Multiformis ....7
2.3 Ulkus Tunggal dan Multipel...7
2.4 Ulkus Akut dan Kronis.......10
2.4.1 Lesi Multipel Akut ......10
2.4.2 Ulkus Oral Rekuren.........16
2.4.3 Lesi Multipel Kronik.......18
2.4.4 Ulkus Tunggal......20
2.5 Kelainan Kulit Maupun Sistemik Lainnya ..21

2.5.1 Lupus Eritematosus......21


2.5.2 Penyakit Crohn.........26
2.5.3 Kolitis Ulserativa.........26
2.5.4 Leukemia......................27
2.5.5 Sindroma Bechets......28
2.5.6 Eritema Multiformis.......28
2.5.7 Liken Planus29
2.5.8 Recurrent Aphthous Stomatitis.31
2.5.9 Drug-Induced Lesions.34
2.5.10 Ulkus Maligna.35
2.6 Ulkus karena Trauma..36
BAB III KESIMPULAN.37
DAFTAR PUSTAKA..vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Etiologi Ulkus di Mukosa Mulut..3


Tabel 2 : Kortikosteroid Topikal....33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Diagnosis Ulkus Tunggal..8


Gambar 2 : Bagan Diagnosis Ulkus Multipel..9
Gambar 3 : Ulkus putih ireguler pada bukal..21
Gambar 4 : Erosi pada bukal..22
Gambar 5 : Erosi pada palatum .22
Gambar 6 : Lesi mirip lichen planus..23
Gambar 7 : Lesi herpes simpleks.......23
Gambar 8 : Thrush.. ..24
Gambar 9 : Lesi prekanker Leukoplakia....24
Gambar 10 : Ulkus oral pada Sindroma Behet's..28
Gambar 11 : Papular liken planus .30
Gambar 12 : Retikular liken planus, lateral bukal.30
Gambar 13 : Retikular liken planus, dorsum lidah....30
Gambar 14 : Lichen planus erosif, mukosa bukal ....31
Gambar 15 : Liken planus erosif, dorsum lidah31
Gambar 16 : Minor aphthae ..33
Gambar 17 : Ulkus mayor aphthous, kompleks palatum molle.....33
Gambar 18 : Ulkus mayor aphthous......34
Gambar 19 : Herpetiform aphthae.....34
Gambar 20 : Karsinoma Sel Skuamosa dikelilingi leukoplakia....36
Gambar 21 : Karsinoma Sel Skuamosa.36
Gambar 22 : Traumatic Ulcer ...37

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Ulkus ialah defek lokal atau ekskavasasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih

dalam dari jaringan epitel.1 Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral
yang sangat umum ditemui dan dikeluhkan pasien dalam praktik sehari-hari. Prevalensi ulkus di
mukosa mulut rata-rata berkisar antara 15% hingga 30%.2
Ulkus di mukosa mulut cenderung terjadi pada wanita dan usia di bawah 45 tahun. Ulkus
tersebut paling sering terjadi pada usia 16-25 tahun dan lebih jarang pada usia diatas 55 tahun.3
Frekuensi terjadinya ulkus di mukosa mulut bervariasi, mulai dari empat episode setiap tahun
(85% dari seluruh kasus) hingga lebih dari satu episode setiap bulan (10% dari seluruh kasus)
termasuk orang-orang yang menderita recurrent aphthous stomatitis (RAS).4
Ulkus di mukosa mulut perlu dicermati secara teliti, karena bukan hanya dikarenakan
gangguan lokal yang hanya terjadi di rongga mulut, namun juga dapat merupakan pertanda
penyakit sistemik lain di dalam tubuh. Ulkus di mukosa mulut dapat disebabkan karena berbagai
penyebab seperti trauma (baik trauma mekanik maupun kimia), infeksi (bakteri, virus, jamur, dan
prtozoa), gangguan sistem imun (imunodefisiensi, penyakit autoimun, ataupun alergi), defisiensi
zat makanan tertentu (seperti vitamin C, vitamin B12, zat besi, dan zinc), serta berbagai kelainan
sistemik lainnya.5
Dalam menegakkan diagnosis, perlunya pemahaman dasar mengenai prinsip anamnesis
serta mengenali gambaran klinis yang akan ditemui pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Oleh
karena itu, pada referat ini akan dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut
sehingga diagnosis ulkus di mukosa mulut dapat ditegakkan secara tepat.

1.2

Rumusan Masalah

Bagaimana melakukan anamnesis dalam menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut?

Bagaimana membedakan diagnosis ulkus tunggal dan multipel?

Bagaimana membedakan diagnosis ulkus akut dan kronis?

Apa saja kelainan kulit maupun sistemik lain yang menimbulkan manifestasi ulkus di
mukosa mulut?

1.3

Bagaimana penatalaksanaan dari ulkus di mukosa mulut?

Tujuan
Tujuan penulis adalah dengan adanya referat ini diharapkan agar dapat memberikan

pengetahuan dan informasi tentang menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut berikut
terapinya secara tepat, sehingga dapat berguna untuk kepentingan bersama dalam mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi dan Etiologi


Ulkus diartikan sebagai defek lokal atau ekskavasasi permukaan jaringan atau organ,

yang lebih dalam dari jaringan epitel.1 Hal ini penting mengingat penyakit-penyakit yang
manifestasinya berupa ulkus seringkali salah didiagnosis dengan penyakit bermanifestasi erosi.
Penyebab timbulnya ulkus di mukosa mulut antara lain karena berbagai infeksi atau gangguan
sistemik lainnya, terutama kelainan darah, saluran pencernaan, atau kulit. Neoplasma ganas
biasanya mulai sebagai pembengkakan atau benjolan, tetapi dapat bermanifestasi sebagai bisul.
Ulkus sering juga disebabkan oleh trauma atau luka bakar, aphtha, terkadang disebabkan pula
karena obat-obatan.6
Tabel 1. Etiologi Ulkus di Mukosa Mulut.6

2.2

Prinsip Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut, anamnesis dan pemeriksaan fisik

tetap menjadi modalitas utama, disamping pemeriksaan penunjang. Sebagai lini pertama,
anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini maupun yang terdahulu perlu dilakukan secara
cermat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam upaya menegakkan diagnosis tersebut.
Apabila pasien datang dengan keluhan adanya ulkus pada mulutnya, yang perlu ditanyakan
adalah:7
-

Sejak kapan ulkus tersebut muncul (onset)?

Apakah ulkus tunggal atau multiple (jumlah)?

Dimanakah lokasi ulkus tersebut? (Pada ulkus akibat trauma, umumnya pada lateral
lidah, mukosa bibir, atau pipi pada daerah oklusal)

Berapa lama durasi dari ulkus tersebut? (Pada ulkus dengan kausa lokal, durasinya lebih
singkat, sekitar 7-14 hari)

Apakah ulkus tersebut setelah diobati dapat muncul kembali (rekuren atau tidak)?

Apakah terdapat rasa nyeri pada ulkus tersebut?

Apakah terdapat gejala-gejala lain seperti demam, malaise, nyeri kepala, anorexia,
penurunan berat badan, diare, dan sebagainya?

Kemudian, untuk mengetahui penyebab dari ulkus tersebut perlu ditanyakan riwayat pasien
sebelum dan selama timbulnya ulkus, sebagai berikut:7
-

Riwayat trauma:
o Tergigit secara tidak sengaja
Pada pasien yang mengalami trauma kronis, ulkus yang terbentuk berbatas tegas
dengan whitish keratotic halo
o Kekerasan
o Paparan dengan benda panas (makanan atau cairan panas), bahan kimia (menahan
obat kumur di dalam mulut dalam waktu yang lama), dan radiasi

Penggunaan obat-obatan, baik topikal maupun sistemik

Kebiasaan membersihkan mulut secara benar atau tidak

Penggunaan aplikasi orthodontis, paling sering gigi palsu, terutama yang baru

Riwayat merokok

Sensitifitas terhadap suatu jenis makanan tertentu

Riwayat penyakit saluran pencernaan (Chrons disease, kolitis ulseratif, anemia


pernisiosa, atau penyakit celiac)

Riwayat penyakit sistemik (seperti diabetes mellitus dan hipertensi)

Riwayat penyakit immunocompromised atau penggunaan obat-obatan imunosupresan

Riwayat keganasan:
o Gejala menetap lebih dari 3 minggu
o Terdapat rasa nyeri disertai bengkak kemerahan atau bercak putih
o Perdarahan dari mulut yang tidak diketahui asalnya secara pasti

Riwayat masalah psikologis

Apakah ditemukan pada bagian tubuh yang lain seperti kulit atau genital?

2.2.1 Ulkus Akibat Reaksi Obat (Stomatitis Medikamentosa)


Berbagai macam obat dapat menyebabkan timbulnya ulkus di mukosa mulut. Perlu
ditanyakan kepada pasien apakah pasien menkonsumsi obat-obatan yang dapat menjadi
penyebab ulkus tersebut, antara lain:7
-

Antiangina (nicorandil)

Antibiotik (metronidazol, penicillin, eritromisin, tetrasiklin)

Antikonvulsan (klonazepam, hidantoin, lamotrigine)

Antidepresan (imipramin, fluoxetine)

Antihipertensi (captopril, enalapril, propranolol)

Agen anti-inflammasi seperti NSAID (aspirin, ibuprofen, indometacin, naproxen)

Antimalaria (klorokuin)

Antimitotik yang digunakan dalam kemoterapi (cisplatin, ciclosporin, doxorubicin,


methotrexate, vincristine)

Antiretrovirals (ritonavir, saquinavir, zidovudine)

Kokain

2.2.2 Aphtha
Aphtha merupakan ulkus kecil berbentuk oval atau bulat, yang dilapisi eksudat abu-abu
dan dikelilingi halo berwarna merah, yang merupakan karakteristik dari stomatitis aftosa
rekuren. Anamnesis yang dapat membantu menegakkan diagnosis aphtha yaitu:7
-

Diawali dengan sensasi kesemutan atau terbakar pada lokasi yang nantinya timbul ulkus

Pertama kali timbul saat masa kanak-kanak

Terdapat riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga

Dapat timbul akibat adanya stress, trauma, paparan terhadap jenis makanan tertentu
(kacang, coklat, keripik kentang), dan penghentian merokok

Riwayat penyakit anemia defisiensi besi atau defisiensi vitamin B (asam folat dan B 12)

Minor aphtha (Mikuliczs aphtha)


-

Durasi 7 hingga 10 hari

Cenderung tidak terlihat pada gingiva, palatum, atau dorsum lidah

Ulkus multipel dengan jumlah 2 hingga 10 buah dalam satu episode

Major aphtha (Suttons ulcers)


-

Dapat berlangsung selama berbulan-bulan

Ulkus multipel dengan jumlah kurang dari 6 buah

Paling sering ditemukan pada palatum, tenggorokan, dan bibir. Dapat ditemukan pula
pada dorsum lidah

Ulkus herpetiformis
-

Diawali dengan aphtha multipel dengan ukuran pin point yang nantinya membesar
dengan bentuk irregular

Terutama terdapat pada lidah bagian ventral

Terdapat manifestasi ekstraoral

Aphthous-like Ulcer (ALU)


-

Timbul pertama kali saat usia remaja

Disertai dengan gejala lain seperti demam

Terdapat riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Tidak membaik seiring dengan bertambahnya usia

Terdapat penyakit sistemik

2.2.3 Sindroma Behets


Anamnesis yang dapat menuntun ditengakkannya Sindroma Bechets antara lain:7
-

Terdapat riwayat ulkus oral berulang

Dapat disertai dengan mialgia, nyeri menelan, nyeri otot yang menjalar, malaise,
anorexia, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri kepala, berkeringat, limfadenopati,
arthralgia pada sendi besar, dan nyeri pada substernal dan regio temporal

Terdapat ulkus ekstraoral yaitu pada genital (penis dan skrotum pada laki-laki, vulva
pada wanita), mata, kulit, saraf, dan vaskular

2.2.4 Eritema Multiformis


Anamnesis yang dapat menuntun ditegakkannya diagnosis eritema multiformis yaitu:7
-

Riwayat ulkus berulang pada bibir yang diawali dengan makula eritematosa berisi cairan
yang saat pecah bentuknya ireguler, meluas, dan nyeri dengan adanya cairan eksudat
serosanguinosa yang nantinya menjadi krusta

2.3

Berlangsung 10 hingga 14 hari, satu hingga dua kali dalam satu tahun

Terdapat gejala pada kulit, mata, faring, laring, esophagus, dan genital

Ulkus Tunggal dan Multipel


Beberapa faktor yang dapat membantu tegaknya diagnosis penyakit dengan manifestasi

ulkus adalah jumlah ulkus, bentuk, ukuran, tempat, dasar, batas, dan ada atau tidaknya nyeri.
Sebuah ulkus tunggal, terutama jika bertahan selama tiga minggu atau lebih biasanya merupakan
indikasi kronis dan sering ditemui pada penyakit ganas atau infeksi serius (misalnya tuberkulosis
atau infeksi jamur). Apabila jumlah ulkus telah diidentifikasi, apakah berjumlah satu atau lebih,
maka diagnosis dapat mengikuti algoritma seperti di bawah ini.7

Gambar 1. Bagan Diagnosis Ulkus Tunggal.7

Gambar 2. Bagan Diagnosis Ulkus Multipel.7

2.4

Ulkus Akut dan Kronis


Klasifikasi lesi ulkus di mukosa mulut:8
1. Lesi Multipel Akut
a. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
b. Eritema Multiformis
c. Stomatitis Alergika
d. Stomatitis Viral Akut
e. Ulkus oral karena kemoterapi kanker
2. Ulkus Oral Rekuren
a. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)
b. Sindrom Behcets
c. Infeksi virus herpes simpleks rekuren
3. Lesi Multipel Kronik
a. Pemphigus Vulgaris
b. Pemphigus Vegetan
c. Pemphigoid Bulosa
d. Pemphigoid Sikatrik
e. Lichen Planus Bulosa Erosif
4. Ulkus Tunggal
a. Histoplamosis
b. Blastomikosis
c. Mucormikosis
d. Infeksi virus herpes simplex kronis

2.4.1 Lesi Multipel Akut


1. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) 8
Suatu gingivitis yang dikaitkan dengan sejumlah besar organisme Fusosipirochaeta.
Penyakit ini dimulai dari satu reaksi akut dimana keadaannya didominasi oleh lesi
ulseratif yang sangat sakit, nekrotik, dan lesi membranosa sampai infeksi kronis dengan sedikit
gejala. Sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Penyakit ANUG biasa dijumpai pada
oral higiene yang buruk, namun dapat juga terjadi pada oral higiene yang relatif baik.

Faktor predisposisi penyakit ini antara lain:8


1. Faktor Sistemik
a. Nutrisi yang tidak memadai
b. Penyakit hematologi
c. Istirahat yang tidak cukup
d. Kebiasaan merokok
2. Faktor Lokal
a. Perikoronitis
b. Margin restorasi yang berlebihan
c. Gingivitis marginalis
Manifestasi Klinik ANUG yaitu:9
a. Timbul tiba-tiba, rasa sakit, sensitifitas tinggi, hipersalivasi, perdarahan spontan dari jaringan
gusi, kadang timbul kegoyangan gigi. Tanda-tanda yang sering terjadi adalah perdarahan gusi
dan tumpulnya papilla interdental.
b. Lesi yang khas terdiri dari: ulserasi yang dangkal d a n nekrotik, paling sering timbul pada
papila interdental dan margin gusi. Dapat terjadi pula pada bibir, pipi, dan lidah dimana jaringan
ini berkontak dengan lesi gingival atau setelah terjadinya trauma.
c. Lesi ulseratif dapat berkembang dan melibatkan prosesus alveolar disertai dengan sekuestrasi
dari gigi dan tulang. Bila perdarahan gusi merupakan gejala yang paling menonjol maka gigi
dapat terwarnai superfisial dengan warna coklat disertai bau mulut.
d. Nodus limfe regional biasanya sedikit membesar, kadang ditemukan limfadenopati yang
mencolok, terutama pada anak-anak.
e. Demam merupakan manifestasi sistemik yang dapat menyertainya.

2. Eritema Multiformis
Merupakan suatu penyakit akut dari kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan
beberapa jenis lesi kulit. Gambaran khas terdapat lesi pada mulut, vesikel khas yang cepat
pecah dan terdapat bula. Dapat terjadi sekali atau rekuren.8
Etiologi:8
1. Deposisi imun kompleks pada mikrovaskular superfisial dikulit dan mukosa.
2. Deposisi IgM dan C3 di pembuluh darah superfisialis.

3. Infeksi jamur, bakteri, dan virus.


4. Dikaitkan dengan leiomyoma dari lambung dan uterus fibroma dari ovarium.
5. Penyakit Crohn dari usus besar, penyakit addison, sarkoides, dan karsinoma berhubungan
pula dengan eritema multiformis.
6. Faktor stress dan emosional serta idiopatik.
Manifestasi Klinik:9
1. Sering ditemukan pada anak kecil dan orang dewasa muda.
2. Penyakit ini memiliki suatu serangan akut atau eksplosif. Seorang pasien mungkin saja tidak
bergejala dan dalam waktu kurang dari 24 jam akan memperlihatkan lesi yang eksplosif di kulit
dan mukosa.
3. Bentuk paling ringan adalah makula serta papula dengan diameter 0,5 - 2 cm. Bentuk vesiko
bulosa muncul pada penyakit yang lebih berat dapat menyebabkan pengelupasan yang ekstensif
dari kulit dan menyebabkan ketidakmampuan yang hebat atau kematian akibat infeksi sekunder
atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Daerah di kulit yang paling sering terserang adalah tangan, kaki, dan permukaan ekstensor
dari siku serta lutut.
5. Lesi eritema multiformis dapat mengambil banyak bentuk, tetapi target patognomonik harus
dicari dalam penyakit ini. Lesi ini terdiri dari sebuah bula sentral atau daerah yang pucat
dilelilingi oleh edema dan pinggiran kemerahan. Kadang-kadang lesi ini mengandung beberapa
pinggiran merah yang konsentris.
6. Lesi dalam mulut biasanya muncul bersama lesi kulit. Bila lesi mulut ini dominan sekali dan
tidak terdapat lesi target di kulit maka harus dapat dibedakan dengan infeksi herpes simpleks
primer.
7.Gambaran histologik dari eritema multiformis di mulut tidak dianggap spesifik, akan tetapi
adanya infiltrat limfositik perivaskular dan edema epitilial serta hiperplasia dianggap cukup
untuk mencurigai adanya suatu eritema multiformis.
8. Serangan lesi cepat dimulai, diawali bula dengan dasar kemerahan, mudah pecah menjadi
ulkus yang tidak teratur. Lesi eritema multiformis lebih sering terjadi pada bibir dan jarang
mengenai gingival.

3. Stomatitis Alergika
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai substansi yang meliputi gigi tiruan dari
bahan krom, kobalt, restorasi inlay, bahan soft lining gigi tiruan, permen karet, tambalan
amalgam, gigi tiruan dari akrilik, jembatan cekat sementara, pasta gigi, dan elastik orthodontis.
Alergi kontak terhadap amalgam biasanya disebabkan oleh merkuri yang dibebaskan selama
proses kondensasi. Alergi kontak dengan pasta gigi jarang ditemui tetapi bisa terjadi. Alergi ini
diduga disebabkan oleh minyak kayu manis (cinnamon Oil) yang terdapat dalam pasta gigi.8
Gambaran kliniknya meliputi pembengkakan, pecah-pecah, dan fisura di bibir,
deskuamasi perioral serta edema, cheilitis angular, pembengkakan dari gusi, dan ulkus di mulut.
Biasanya semua lesi menghilang dalam 1 minggu setelah penghentian pemakaian pasta gigi.
Alergi terhadap akrilik biasanya akibat monomer bebas yang lazim dijumpai pada dokter gigi
dan teknisi gigi.9
Gambaran klinisnya sulit dibedakan dari trauma, eritema, edema, dan kasus-kasus berat.
Tetapi, tanda khas dari penyakit ini adalah ulserasi di lokasi kontak. Keluhan yang khas yang
terjadi pada kulit adalah gatal-gatal. Sedangkan pada mukosa mulut keluhan yang biasa
dirasakan adalah rasa terbakar.9

4. Stomatitis Viral Akut


Terdiri dari: 8
a. Infeksi virus herpes simpleks primer
b. Infeksi virus coxsackie
c. Infeksi virus varicella zoster
A. Infeksi virus herpes simpleks primer8
-

Riwayat penyakit dapat membantu dalam membedakan lesi infeksi HSV primer dari jenis

yang lain. Suatu lesi multipel akut dalam mukosa mulut pasien yang memiliki gejala prodormal
selama 1- 2 hari dapat membedakan infeksi virus ini dari stomatitis alergika atau eritema
multiformis.
-

Riwayat tingkah laku seksual yang buruk untuk herpes labialis rekuren atau yang

mempunyai hubungan dekat dengan pasien yang menderita herpes primer atau herpes rekuren
juga sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Kira-kira dalam waktu 1 sampai 2 hari
setelah gejala prodormal, vesikel kecil akan muncul pada mukosa mulut. Vesikel ini cepat pecah

dan menghasilkan suatu ulkus diskret yang bulat dan dangkal yang dikelilingi oleh peradangan.
Lesi-lesi ini terjadi pada semua bagian mukosa. Seiring dengan berkembangnya penyakit,
beberapa lesi akan berkumpul, membentuk beberapa lesi iregular yang lebih besar. Suatu kriteria
penting adalah gambaran gingivitis marginal akut diseluruh mulut. Seluruh gingiva mulut
edematous dan meradang. Beberapa ulkus gingival yang kecil sering dijumpai.
B. Infeksi virus coxsackie8
Penyakit ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu A dan B. Jenis infeksi klinis di regio mulut
biasanya disebabkan oleh kelompok Coxsackie virus A adalah herpangina, penyakit tangan, kaki
dan mulut, serta faringitis limfonodular akut.
Herpangina adalah penyakit yang mayoritas mengenai anak-anak, tetapi pada
orangdewasa muda juga pernah dilaporkan. Infeksi dimulai dari gejala umum berupa demam,
menggigil, dan anoreksia. Selain itu pasien juga akan mengeluh sakit tenggorokan, disfagia, dan
kadang-kadang sakit di mulut. Pemeriksaan dari mulut serta dinding faringeal posterior
menunjukkan vesikel kecil, diskret, dan bilateral yang kebanyakan menyerang daerah
faring posterior, tonsil, pilar-pilar fausia, dan palatum lunak. Lesi jarang ditemukan pada mukosa
bukal, lidah, dan palatum keras. Dalam waktu 24 48 jam vesikel akan pecah, membentuk
ulkus kecil berdiameter 1-2 mm. Penyakit ini biasanya ringan dan akan sembuh tanpa diberi
terapi dalam waktu 1 minggu.
Penyakit kaki, tangan, dan mulut adalah penyakit yang ditandai dengan demam ringan,
vesikel dan ulkus dimulut, dan makula non pruritus. Papula dan vesikel terutama pada
permukaan ekstensor dari tangan dan kaki. Lesi mulutnya lebih ekstensif dibandingkan dengan
herpangina. Biasanya lesi terdapat di palatum keras, lidah serta mukosa bukal.
C. Infeksi virus varicella zoster8
Manifestasi klinik ditandai dengan suatu erupsi yang sangat gatal di seluruh tubuh dan
akan berkembang dengan cepat menjadi vesikel dengan dasar kemerahan yang dengan cepat pula
mengalami ulserasi. Lesi herpes zoster mungkin hanya terbatas pada daerah mulut dan wajah.
Semua daerah pada mukosa mulut dapat terkena. Lesi tidak terasa sakit. Periode prodormal
selama 2-4 hari.

5. Ulkus oral karena kemoterapi kanker


Obat-obat kemoterapi sering digunakan untuk mencapai remisi pada tumor-tumor yang
solid maupun keganasan hematologi. Empat jenis obat anti kanker utama yaitu: alkilating agen,
antimetabolit, antibiotik, dan alkaloid. Salah satu dari efek samping yang biasa terjadi adalah
ulserasi mulut multipel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Obat yang menyebabkan
stomatitis secara tidak langsung akan mendepresi sumsum tulang dan respon imun yang
menyebabkan suatu infeksi invasif pada mulut. Jenis obat lainnya seperti methotrexate
menyebabkan ulserasi mulut melalui efek langsung pada replikasi dan pertumbuhan dari sel-sel
epitel mulut dengan menghambat sintesa protein dan asam nukleat sehingga mengakibatkan
penipisan serta ulkus pada mukosa mulut.8
Ulkus di mulut mungkin merupakan tanda dini dari toksisitas obat dan dalam beberapa
kasus dapat memaksa dilakukannya reduksi atas dosis obat-obat tersebut atau penghentian total
dari terapinya. Lesi di mulut sebagai akibat tidak langsung dari obat kemoterapi tersebut ditandai
dengan ulkus nekrotik yang besar dan dalam yang sangat khas, tanpa disertai kerusakan jaringan,
dasarnya mengalami peradangan minimal yang dapat menyerang semua permukaan mukosa.
Lesi-lesi tersebut dapat dibedakan secara klinis dari jenis yang lain, suatu ulkus multipel yang
akut dengan riwayat baru mendapatkan kemoterapi dan melalui gambaran klinis dari lesilesinya.8
Semua ulkus harus dikultur karena ulkus tersebut sering terinfeksi dengan basilus
gravidarum dan dapat menyebakan septikemia yang fatal. Ulkus harus dibiopsi bila dicurigai
telah terjadi infeksi jamur yang kronis. Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, kumur-kumur
dengan anestesi topikal seperti dyclonina atau diphenhidramine hydrochloride.8

2.4.2 Ulkus Oral Rekuren


A. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)
Merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan ulkus yang rekuren dan terbatas pada
mukosa mulut. RAS diklasifikasikan dalam 3 kelompok menurut ukurannya yaitu: 9
-

aphtae minor berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa disertai pembentukan
jaringan parut.

Aphtae mayor berdiameter lebih dari 1 cm dan membentuk jaringan parut jika sembuh.

ulkus herpetik formis bermanifestasi sebagai suatu kumpulan ulkus kecil rekuren yang
banyak yang timbul di seluruh mulut.

Etiologinya tidak diketahui, tetapi dicurigai disebabkan oleh faktor psikologis, herediter,
defisiensi nutrisi.8
Manifestasi klinis RAS paling sering dimulai saat dekade kedua dari kehidupan
seseorang. Lesinya terbatas pada mukosa mulut, dimulai dengan gejala prodormal, dan rasa
terbakar setiap waktu mulai dari 2 - 48 jam sebelum munculnya ulkus. Setelah itu diikuti sakit
hebat selama beberapa hari.9
Diagnosis RAS didapat dari riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang teliti, yang
tidak meliputi lesi di kulit, konjungtiva, genetalia, atau rektum. Tes laboratorium perlu dilakukan
jika dicurigai terdapat kelainan darah.9
B. Sindroma Behcets
Penyakit ini digambarkan sebagai suatu trias gejala yang meliputi: ulkus mulut rekuren,
ulkus genital rekuren, dan lesi di mata. Etiologinya diperkirakan karena kompleks imun yang
bersirkulasi menyebabkan vaskulitis pembuluh darah yang berukuran kecil dan medium,
kompleks imun tersebut telah berhasil dideteksi di bagian penyakit yang aktif. Penyelidikan
mengenai abnormalitas imun yang dikaitkan dengan penyakit ini meliputi sama dengan pada
pasien RAS. Selain itu penyakit ini dicurigai berhubungan dengan polusi lingkungan.8
Manifestasi lokasi yang paling sering terserang adalah lokasi di dalam mulut. Lesi ini
tidak dapat dibedakan dari RAS. Daerah genital merupakan tempat kedua yang paling sering
terserang. Terdapat lesi pada skrotum dan penis pada pria dan ulkus labium pada wanita. Lesi di
mata terdiri dari vaskulitis retina, atrofi optik, konjungtivitis, dan keratitis. Kriteria diagnosis
meliputi:9
1.

Lesi mulut rekuren, ulkus genital rekuren, lesi di mata, dan kulit.

2. Kiteria diagnosis tambahan meliputi lesi gastrointestinal, vaskuler, kardiovaskuler, arthritis


gangguan pada SSP, dan riwayat keluarga yang positip.
C. Infeksi Virus Herpes Rekuren
Infeksi pada mulut terjadi pada pasien yang memiliki riwayat infeksi herpes simpleks
yang memiliki proteksi serum antibodi terhadap infeksi primer eksogenus lainnya. Pada individu
yang sehat infeksi ini terbatas pada suatu bagian dari kulit atau membran mukosa. Herpes

simpleks

rekuren

cenderung

membentuk kelompok

vesikel

berulserasi.

Vesikel

tersebut berkembang dengan cepat pada daerah yang sama mengikuti penyebaran dari saraf yang
terinfeksi. Kekambuhan pada tepi vermilion bibir secara klinis lebih jelas daripada kekambuhan
intraoral.8
Manifestasi klinik berupa: Herpes Labialis Rekuren (RHL), Common Cold Sore
(Fever Blister) dapat dicetuskan oleh keadaan umum, menstruasi, sinar ultra violet, dan
emosional stress. Lesi ini didahului dengan suatu periode prodormal dan akan timbul gejala
terbakar dan perih. Gejala ini disertai dengan edema di tempat lesi, disusul dengan pembentukan
kelompok vesikel kecil. Lesi herpes intraoral rekuren memiliki kemiripan dengan lesi herpes
labialis rekuren, akan tetapi vesikelnya cepat pecah dan membentuk ulkus. Lesi ini khas,
merupakan kelompok dari vesikel kecil-kecil pada satu bagian mukosa yang berkeratinisasi tebal
dari gingival palatum dan alveolar ridge.9

2.4.3 Lesi Multipel Kronik


A. Pemphigus Vulgaris
Pemphigus merupakan suatu penyakit bulosa yang berpotensi untuk berakibat fatal pada
kulit dan mukosa. Pemphigus vulgaris merupakan bentuk yang paling sering terjadi. Lesinya
terjadi akibat destruksi dalam lapisan sel spinosum. Lesi berbentuk bula berdinding tipis pada
kulit atau mukosa normal. Bula ini dengan cepat akan pecah dan terus meluas di bagian
perifernya dan akhirnya akan menghasilkan suatu daerah yang luas dan terkelupas dari kulit
tersebut. Tanda khas dari pemphigus vulgaris adalah terdapatnya nicolsky. Lesi pada mulut
dimulai dengan suatu bula dengan dasar yang tidak meradang, cepat pecah. Sering ditemukan
padamukosa bukal, palatum, dan gingival.8
B. Pemphigus Vegetan
Merupakan varian yang relatif jinak daripada pemphigus vulgaris dimana pasien
menunjukkan kemampuan sembuhnya pada daerah yang sudah mengalami denudasi. Ada 2
bentuk pemphigus vegetan yang sudah dikenal, yaitu jenis Neumann dan jenis Hallopeau.
Jenis Neumann lebih sering dan lesi yang dini akan terlihat mirip dengan lesi yang
dijumpai pada pemphigus vulgaris dengan bula yang besar dan daerah yang mengalami
denudasi. Daerah tersebut akan berusaha untuk sembuh dengan membentuk vegetasi dari

jaringan granulasi heperplastik. Dalam jenis hallopeau, lesi dininya berbentuk pustula bukan
bula. Pustula ini disusul dengan verukosa, vegetasi hiperplastik.8
Manifestasinya berupa lesi mulut yang sering dijumpai pada kedua bentuk dari
pemphigus vegetan dan mungkin merupakan tanda pertama dari penyakit. Lesi gingival
digambarkan sebagai ulkus seperti kisi-kisi dengan permukaan purulen dengan dasar yang
merah. Lesi gingivanya memiliki gambaran granular atau batu kerikil. Lesinya dapat juga
terdapat pada mukosa bukal dan sublingual. Lesi tersebut memiliki dasar kemerahan dan
memiliki suatu permukaan yang kusut dengan bercak-bercak putih. Seperti pemphigus vulgaris,
sifat kronis dari lesi yang multipel ini memberikan kesan sebagai pemhigus sehingga harus
dilakukan biopsi.9
C. Pemphigoid Bulosa
Terutama terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dan pada orang dewasa diatas 60
tahun. Penyakit ini bersifat self limiting dan jarang yang bertahan lebih dari 5 tahun.
Pada pemphigoid, defek pertamanya lebih cenderung di diregio subepitelial membrana basalis.
Tidak akan ada tolisis dan tidak ada tanda-tanda nikolsky.8
Penyakit ini jarang mengancam kehidupan karena bulanya tidak meluas pada tepi-tepinya
untuk membentuk daerah denudasi yang besar seperti pada pemphigus yang lain. Lesi
pemphigoid bulosa ini tetap setempat dan akan sembuh spontan. Etiologi tidak diketahui, akan
tetapi antibodi dalam sirkulasi yang melawan antigen zona membrana basalis dapat dideteksi
pada diri penderitanya. Tidak ada predisposisi seksual ataupun ras dalam penyakit ini.8
Manifestasi mulut jarang terjadi pada pemphigoid bulosa. Lesi mulut paling sering terjadi
pada mukosa bukal. Lesinya lebih kecil, terbentuk lebih lambat, dan tidak begitu sakit
dibandingkan dengan lesi yang dijumpai dalam pemphigus vulgaris. Lesi gingivanya terdiri dari
edema yang menyeluruh, peradangan, dan deskuamasi disertai dengan pembentukan vesikel
yang diskret.9
D. Pemphigoid membran mukosa jinak/ Pemphigoid Sikatrik
Lesi mulut merupakan tanda yang paling sering ditemukan dan mulut mungkin
merupakan satu-satunya tempat yang terserang. Diawali dengan erosi non spesifik yang mirip
dengan pemphigus atau sebagai vesikel yang utuh. Tidak jarang dijumpai erosi pada pipi dan
vesikel pada palatum. Merupakan penyakit yang terjadi lebih lambat dibanding pemphigus dan

lesinya lebih kecil dan jarang yang meluas. Lesi gingival digambarkan sebagai suatu bentuk
gingivitis deskuamatif.8
E. Lichen Planus Erosif dan Bulosa
Lichen planus erosif ditandai oleh adanya vesikel, bula, atau ulkus yang dangkal yang
tidak beraturan. Lesi ini biasanya terdapat selama berminggu-mingu sampai berbulanbulan.Penyakit ini sulit dibedakan dari pemphigoid sikatrik kecuali bila terdapat lesi papula putih
yang khas atau lesi yang berlekuk-lekuk (seperti renda).8

2.4.4 Ulkus Tunggal


Penyebab lesi tunggal yang paling umum adalah trauma yang disebabkan oleh gigi geligi,
makanan, plak, terapi gigi, panas, zat kimia, atau arus listrik. Biasanya diagnosisnya pun
sederhana dan didasarkan atas riwayat serta gejala-gejala fisiknya.
A. Histoplasmosis
Disebabkan oleh jamur histoplasma capsulatum. Infeksi terjadi akibat terhirupnya debu
yang telah terkontaminasi oleh tinja terutama dari burung atau kelelawar yang terinfeksi.
Serangan di mulut biasanya merupakan akibat tidak langsung dari serangan pada pulmonal yang
terjadi pada pasien dengan histoplasmosis yang menyebar. Lesi mukosa mulut dapat terlihat
sebagai suatu papula, nodul, ulkus, atau vegetasi. Jika dibiarkan tanpa dirawat maka lesi ini akan
berkembang dari suatu papula yang keras menjadi sebuah nodul, yang akan mengalami ulserasi
dan membesar dengan perlahan. Nodus limfe bagian servikal membesar dan keras.8
B. Blastomikosis
Merupakan suatu infeksi jamur yang disebakan oleh Blastomyces dermatitidis. Lesi
mulut jarang yang menjadi tempat primer dari infeksi ini. Bila lesi mulut dilaporkan sebagai
tanda pertama dari blastomikosis maka lesi yang paling lazim berbentuk suatu ulkus yang
verukosa, tidak sakit, dan tidak spesifik dengan tepi-tepi yang mengeras pada rongga mulut.
Lesi-lesi mulut lainnya yang pernah dilaporkan meliputi nodul dan lesi radiolusen di
rahang.dapat terjadi pada pasien dengan gejala paru yang ringan. Sebagian besar dari kasus yang
menyerang mulut akan menunjukkan suatu lesi paru- paru secara bersamaan pada rontgen dada.8

C. Mucormikosis
Disebut juga phycomycosis. Disebabkan oleh suatu infeksi dengan jamur saprofitik yang
biasanya terjadi di dalam tanah dan sebagai suatu jamur pada makanan yang sudah basi. Tanda
dalam rongga mulut yang paling sering adalah ulserasi pada palatum yang terjadi akibat nekrosis
oleh invasi jamur ke pembuluh darah palatal. Lesi besar dan dalam serta dapat menyebabkan
denudasi dari tulang dibawahnya. Ulkus juga dapat terjadi pada gingival, bibir dan alveolaris.8

D. Infeksi Virus Herpes Simpleks Kronis


Dibagi menjadi bentuk primer dan rekuren. Pasien imunosupresi dapat menderita bentuk
kronis dari infeksi herpes. Bentuk kronis ini merupakan variasi dari infeksi virus herpes simpleks
rekuren. Lesi-lesi dari herpes kronis dapat terjadi di bibir dan mukosa intraoral. Lesi mulut
biasanya menyerupai lesi yang kecil, bulat, dan simetris. Dapat juga berupa sebuah lesi yang
dalam dan besar. Lesi ini bertahan mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan dan bisa
mencapai diameter beberapa sentimeter. Jika lesi tidak terdiagnosis atau dirawat secara tidak
benar dapat mengakibatkan suatu penyebaran penyakit yang fatal.8

2.5

Kelainan Kulit Maupun Sistemik Lainnya

2.5.1 Lupus Eritematosus


Lesi pada mukosa mulut merupakan yang tersering menjadi target pada lupus
eritematosus, seperti pada diskoid lupus eritematosus dan lupus eritematosus sistemik.
Manifestasi klinis lupus eritematosus pada mukosa mulut berupa lesi yang terlihat sebagai daerah
eritematous yang berpusat dan dikelilingi oleh tepi putih yang meninggi. Lesi sering ditemukan
pada palatum, mukosa bukal, dan palatum, dapat tidak spesifik dan terlihat seperti ulkus tanpa
rasa sakit.10

Gambar 3. Ulkus putih ireguler pada bukal.10

Gambar 4. Erosi pada bukal.10

Gambar 5. Erosi pada palatum.10

Sekitar 75% penderita lupus mengeluhkan gejala pada rongga mulut seperti rasa kering,
rasa sakit, dan rasa terbakar terutama ketika makan makanan panas dan pedas. Infiltrasi limfosit
kelenjar saliva minor ditemukan pada 50-75% pasien, baik mereka mengeluhkan adanya rasa
kering pada mulut ataupun tidak. Salivary flow rate yang tidak terstimulasi menurun pada
banyak penderita lupus eritematosus sistemik. Lupus eritematosus sistemik juga menjadi
komponen diagnosis dari Sjogrens Syndrome.10

Lesi spesifik pada rongga mulut penderita lupus eritematosus dapat berupa aphtae
(canker sores). Lesi aphtae seringnya berukuran kecil (kurang dari 1 cm), terasa sakit, dapat
ditemukan pada mukosa bukal. Lesi pada lupus eritematosus cenderung lebih lama, lebih besar,
dan terlihat pada palatum. Lesi oral pada penderita lupus diskoid menyerupai plak berwarna
merah yang dikelilingi oleh daerah putih. Lesi ini mirip dengan lichen planus.10

Gambar 6. Lesi mirip lichen planus.10

Lesi non spesifik pada rongga mulut penderita lupus eritematosus dapat berupa lesi
herpes simplex labialis. Lesi ini terasa sakit berupa kelompok kecil blister pada bibir dan gusi.
Lesi ada selama dua sampai empat minggu, dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita lupus
eritematosus mendapatkan terapi imunosupresif sehingga menyebabkan lesi kambuh lebih sering
yaitu hampir setiap bulan. Lesi non spesifik lainnya adalah Steven Jhonsons Syndrome (SJS).
Penyakit ini merupakan komplikasi dari oral herpes yang jarang terjadi. Seperti herpes, SJS
dipicu oleh obat-obatan, yang tersering yaitu golongan sulfa. antikonvulsan, dan obat pain killer.
Pada penderita ini terlihat ulkus pada mata, mulut, hidung, genital, dan kulit biasanya dua sampai
empat minggu setelah herpes sembuh. Lesi pada kulit disebut target karena adanya konfigurasi
melingkar. Bila lesi ini bergabung sehingga terjadi erosi yang meluas penderita sebaiknya
dirawat di rumah sakit.10

Gambar 7. Lesi herpes simpleks.10


Lesi non spesifik lainnya berupa oral kandidiasis atau yang dikenal dengan thrush, yang
menjadi komplikasi paling sering akibat penggunaan obat imunosupresif seperti kortikosteroid
sistemik. Thrush terlihat sebagai plak putih-merah yang dapat ditemukan pada berbagai tempat
di rongga mulut. Lesi biasanya asimtomatik, tetapi penderita mengeluhkan rasa terbakar dan
kesulitan menelan. Lesi lain yang dapat ditemukan pada individu yang mendapat terapi
imunosupresif adalah kanker pada mukosa seperti karsinoma sel skuamosa, yang mempengaruhi
kulit, oral dan genital. Lesi yang ditemukan biasanya berupa plak putih (leukoplakia) atau plak
merah (eritroplakia) pada daerah bukal atau lidah.10

Gambar 8. Thrush.10

Gambar 9. Lesi prekanker Leukoplakia.10

Penatalaksanaan lesi oral spesifik seperi lesi ulkus/ apthae pada penderita lupus
eritematosus memerlukan kombinasi terapi kortikosteroid sistemik dengan dengan anti-metabolit
seperti azathioprine (Imuran) atau mycophenolate mofetil (CellCept) dengan cyclophosphamide.
Sebagai terapi tambahan dapat diberikan Colchidne 0,6 mg dua kali sehari, Dapsone 100-150
mg/hari, atau thalidomide 100-200 mg/hari. Sedangkan untuk lesi seperti lichen planus pada
diskoid lupus eritematosus dapat diterapi dengan kombinasi obat topikal dan sistemik. Terapi
topikal mengandung kortikosteroid seperti clebetasol gel (diaplikasikan 4-5 kali sehari), dengan
atau tanpa topikal tacrolimus ointment (2-3 kali sehari).

Thalidomide 100-200 mg sehari,

dengan atau tanpa hydroxychloroquine (Plaquenil) 200 mg dua kali sehari sangat efektif.
Pemberian terapi sistemik imunosupresif seperti azathioprine, mycophenolate mofetil atau
leflunomide (Arava) biasa diberikan pada kasus yang lebih berat meskipun jarang terjadi.
Penatalaksanaan lesi oral non spesifik seperti lesi herpes simplex labialis adalah dengan
mengurangi paparan obat kortikosteroid sistemik dan menggantinya dengan corticosteroidsparing drugs seperti azathioprine, mycophenolate mofetil dan cyclophosphamide yang
diberikan sejak awal. Pada beberapa penderita lupus eritematosus perlu juga memeberikan terapi
herpes dengan obat antivirus seperti valacyclovir (valtrex) atau famciclovir (Famvir), sedangkan
untuk penatalaksanaan Steven Jhonsons Syndrome tidak ada terapi yang efektif karena
penggunaan dosis tinggi obat kortikosteroid sistemik dapat menyebabkan kematian karena
infeksi.10
Penatalaksanaan lesi non spesifik lainnya yaitu untuk kandidiasis pada penderita lupus
dapat diberikan prednisone dengan dosis yang diturunkan, nystatin oral lozenges atau pil, dan
obat antifungal seperti fluconazole (Diflucan), sedangkan penatalaksanaan lesi prekanker seperti
leukoplakia atau eritroplakia dapat dilakukan dengan operasi, electrocautery, dan freezing.

Selain itu dapat diberikan krim topikal imiquimod (Aldara). Kanker rongga mulut dapat
dilakukan penatalaksanaan dengan operasi pengangkatan secara luas dengan radiasi atau
kemoterapi. Cara terbaik untuk mencegah komplikasi ini pada penderita lupus eritematosus
adalah dengan penggunaan yang tepat agen imunosupresif.
Selain ditemukan lesi-lesi oral spesifik maupun non spesifik, biasanya penderita lupus
eritematosus mngeluhkan rasa mulut kering, rasa sakit dan rasa terbakar pada rongga mulut. Dry
mouth atau mulut kering pada penderita lupus eritematosus dapat terjadi salah satunya dari
penggunaan obat sistemik. Untuk membantu menstimulasi saliva dapat dilakukan dengan
mengunyah permen karet (yang mengandung sorbitol, bukan sukrosa), atau pemberian obat
kolinergik (sialogogues), tetapi terapi ini hanya boleh diberikan oleh dokter spesialis mengingat
efek samping yang bisa menyebabkan bradikargi, berkeringat, berkemih. Pyridostigmine dapat
juga diberikan karena memberi efek samping yang lebih kecil.
Penatalaksanaan untuk keluhan rasa sakit dan rasa terbakar pada penderita lupus
eritematosus adalah yang pertama dengan pemberian terapi untuk faktor organik yang
menyebabkan ketidaknyamanan misalnya terapi untuk kandidiasis atau lichen planus baik secara
sistemik maupun topikal, kemudian dapat dicoba pemberian vitamin B1 300 mg dan vitamin B6
50 mg sebanyak tiga kali sehari selama empat minggu sebagai plasebo.10

2.5.2 Penyakit Crohn


Penyakit Crohn adalah gangguan idiopatik yang dapat melibatkan seluruh saluran
pencernaan dengan peradangan transmural, granuloma dan celah. Keterlibatan intraoral pada
penyakit Crohn terjadi pada 8-29% pasien dan dapat mendahului keterlibatan usus. Dengan
keterlibatan oral, kemungkinan manifestasi ekstraintestinal lebih besar. Manifestasi oral penting
dalam diagnosis dan biasanya paralel perjalanan penyakit usus. Namun, manifestasi oral di
follow-up setelah penyakit dikendalikan, tidak menjadi penanda untuk penyakit usus
berulang. Gejala orofacial penyakit Crohn meliputi (1) difus labial, gingiva, atau mukosa
bengkak; (2) cobblestoning dari mukosa bukal dan gingiva; (3) ulkus aphthous; (4) tag mukosa,
dan (5) cheilitis sudut. Granuloma merupakan ciri khas dari penyakit Crohn orofacial. Ulkus di
mukosa mulut cenderung membesar atau saling bersatu, menjadi lebih dalam dan sering menjadi
bentuk linear.11

2.5.3 Kolitis Ulserativa


Kolitis ulserativa adalah kondisi peradangan dengan beberapa kemiripan penyakit
Crohn. Namun, dibatasi pada usus besar dan terbatas pada mukosa dan submukosa, sedikit
muskularis. Lesi dalam usus besar terdiri dari daerah-daerah perdarahan dan ulkusasi bersama
dengan abses. Lesi serupa dapat terwujud dalam rongga mulut sebagai ulkusasi atau ulkus
aphthous hemoragik dangkal. Colitis ditandai dengan periode eksaserbasi dan remisi, lesi oral
bertepatan dengan eksaserbasi dari penyakit kolon. Ulkus aphthous atau stomatitis sudut terjadi
pada sebanyak 5-10% pasien.11
2.5.4 Leukemia
Leukemia adalah sesuatu keganasan yang ditandai dengan pembelahan berlebih dari
leukosit pada sumsum tulang dan terakumulasi pada beberapa jaringan tubuh. Leukemia
dibedakan menjadi akut dan kronis berdasarkan onset penyakitnya. Gejala oral ditemukan pada
semua tipe leukemia, terutama yang tipe akut dan tipe monositik. Perubahan oral dapat
disebabkan karena terapi, komplikasi oral yang berasal dari infiltrasi langsung sel keganasan ke
struktur oral, atau karena efek langsung maupun tidak langsung dari agen sitotoksik yang
digunakan.12
Presentasi pada mukosa oral dapat berupa pucat karena anemia, petekie, ekimosi,s dan
perdarahan spontan. Perubahan paling sering terjadi di palatum, bibir, dan lidah. Hiperplasia
gingiva dapat terjadi karena infiltrasi leukemia secara langsung. Gusi menjadi edema, merah
muda, fibrotik, dan kenyal yang meliputi gigi. Biasanya ditemukan pada tipe monositik. Ketika
terjadi perdarahan gingiva yang tidak dapat dijelaskan dan petekie oral pada anak-anak, harus
dilakukan evaluasi untuk leukemia.12
Ulserasi oral yang dalam dan sakit ditutupi pseudomembran fibrin timbul di daerah yang
terkena trauma seperti palatum durum, mukosa bukal, dan lidah. Hal ini disebabkan proliferasi
leukemik oral secara langsung, atau karena terapi agen sitotoksik dan imunosupresif. Pasien
leukemia sering merasakan sakit gigi dan pada tahap akhir dapat terjadi destruksi jaringan
periodontal dan tulang alveolar yang menyebabkan tanggalnya gigi. Infeksi bakteri, jamur, dan
virus meningkat secara signifikan terutama pada pasien dengan ulserasi oral. Deteksi kandidiasis
oral dengan kultur langsung dari apusan mukosa mungkin mencegah kematian akibat septikemia
kandida. Infiltrasi leukemia ke kelenjar saliva mungkin menyebabkan xerostomia.12

Komplikasi neurologis pada rongga oral dapat mengenai fungsi motorik dan sensorik
karena gangguan di saraf pusat dan perifer. Efek samping jangka panjang kemoterapi pada anakanak dengan leukemia adalah hipodontia dan hipoplasia enamel. Komplikasi oral pada leukemia
hilang bila ditekan dengan obat mielosupresif dan imunosupresif. Anestesi topikal dan antiseptik
dapat digunakan untuk mengurangi sakit karena ulserasi oral.12
2.5.5 Sindroma Behcets (Behets Disease)
Sindroma Behcets mempunyai dasar imunogenetik, sindrom ini berhubungan dengan
HLA B5101. Faktor predisposisi terjadinya sindroma ini belum diketahui mungkin disebabkan
oleh Streptococcus sanguis. Sindroma behcets ini mengakibatkan gangguan pada multisistem
terutama pada kebanyakan di mulut. Kriteria diagnosis Sindroma behcets:6
1. Ulkus di mulut yang berulang
2. Ditambah dua atau lebih kriteria dibawah ini :
3. Ulkus berulang pada genital
4. Lesi pada mata
5. Lesi pada kulit
6. Pathergy
Terapi ulkus di mulut pada Sindroma behcets sama seperti aphthae. Manifestasi sistemik
membutuhkan terapi imunosupresi seperti kortikosteroid, talidomide, colchicines.6

Gambar 10. Ulkus oral pada Sindorma Behet's.6


\

2.5.6 Eritema multiformis


Eritema multiformis merupakan suatu reaksi akut biasanya berulang yang mengenai
jaringan mukokutaneus khususnya terjadi pada anak laki-laki muda. Etiologi pada sebagian besar
pasien dengan eritema multiformis tidak jelas, tetapi ini berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas
yang mengakibatkan sub dan intra epitelial vesikulasi. Faktor genetik mungkin berperan dalam
kasus EM yang berulang hal ini berkaitan dengan

HLA haplotype. Faktor yang dapat

merangsang terjadinya EM antara lain: 6


1. Agen infeksi khususnya HSV (herpes associated EM (HAEM)) dan bakteri mycoplasma
pneumoniae
2. Obat-obatan seperti sulfonamide (kotrimoxazole), sefalosporin, aminopenisilin, dan lainlain.
3. Bahan kimia
Manifestasi klinis dari EM bervariasi dari penyakit yang dapat sembuh sendiri yang di
sebut sebgai EM minor sampai yang berat yang dapat mengancam nyawa yang disebut sebagai
EM mayor. EM minor hanya mengenai satu bagian saja dan mungkin hanya di mulut saja atau di
kulit atau mukosa lainnya. EM mayor (stevens- johnson syndrome (SJS)) sebagian besar
mengenai mukosa mulut dan mengakibatkan penyebaran lesi ke mata, faring, laring, esofagus,
kulit dan genitalia.
Prinsip terapi pada EM, yaitu terapi suportif berupa pemberian cairan, pemberian cairan
intravena mungkin diperlukan, serta memperbaiki kebersihan mulut dengan kumur chlorhexidine
0,2 %.13

2.5.7 Liken planus


Liken planus merupakan suatu penyekit inflamasi tipe autoimun tetapi berbeda dengan
gangguan autoimun klasik. Penyebab dari liken planus tidak diketahui. Gambaran klinisnya
yaitu:6
1. Papular liken planus berupa papul putih (gambar 11)
2. Retikular liken planus membentuk jaringan yang terdiri dari garis putih (gambar 12 dan
13)
3. Plaque like lichen planus menyebabkan terjadinya leukoplakia
4. Erosif merupakan tipe yang jarang terjadi (gambar 14 dan 15)

5. Atrofi menstimulasi terjadinya eritroplasia


Pada kulit liken planus sering kali berupa papular rash berbentuk poligonal berwarna
keunguan dan gatal yang biasanya terdapat pada permukaan fleksor dari pergelangan tangan
dimana lesi biasanya dilintasi oleh garis-garis putih yang disebut Wickham striae. Lesi liken
planus di oral dapat disertai dengan lesi vulvovaginal yang disebut dengan lesi vulvovaginalgingival sindroma. Terapi pada liken planus tidak selalu diperlukan kecuali terdapat gejala.
Faktor predisposisi harus diperbaiki.13

Gambar 11. Papular liken planus.13

Gambar 12. Retikular liken planus, lateral bukal.13

Gambar 13. Retikular liken planus, dorsum lidah.13

Gambar 14. Lichen planus erosif, mukosa bukal.13

Gambar 15. Liken planus erosif, dorsum lidah.6

2.5.8 Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS; aphthae; canker sores)


RAS merupakan suatu kondisi yang sering dimulai di masa anak-anak atau remaja dan
muncul sebagai ulkus multipel berulang yang berbentuk bulat atau ovoid dengan tepi
sirkumskripta terdapat halo yang eritema dengan dasar kuning atau abu-abu.6
Terdapat 3 gambaran klinis utama pada RAS antara lain:13
Minor aphthous
1. Minor aphthous umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun
2. Gejala minimal
3. Bentuknya bulat atau ovoid dengan ukuran 2-4 mm
4. Dasar ulkus berwarna kekuningan apabila tampak keabu-abuan mungkin dikarenakan
proses penyembuhan dan epitelisasi
5. Dikelilingi oleh halo yang eritem dan beberapa edema

6. Terutama ditemukan mukosa yang tidak berkeratin seperti mukosa bibir, dasar mulut,
sulkus atau ventrum dari lidah
7. Sembuh dalam 7- 10 hari
8. Berulang setelah 1- 4 bulan
9. Tidak meninggalkan jaringan parut.
Mayor aphthous
1. Ulkus mayor aphthous lebih besar, durasinya lebih lama dan lebih sering kambuh serta
sering kali lebih sakit dibandingkan dengan ulkus minor.
2. Bentuknya bulat atau ovoid. Pada sekitar ulkus terdapat edema dan dapat mencapai
ukuran yang besar, biasanya diameternya 1 cm atau lebih besar.
3. Ulkus ini dapat ditemukan pada banyak area di mukosa mulut termasuk pada bagian
dorsum lidah yang berkeratin atau palatum.
4. Jumlah ulkus sekitar 1-6 ulkus dan sembuh secara perlahan sekitar 10-40 hari. Dalam
proses penyembuhan dapat timbul jaringan parut dan dapat meyebabkan terjadi
peningkatan vikositas plasma atau laju endap darah.
Ulkus herpetiform (HU)
1. Ditemukan pada kelompok usia yang lebih tua dibandingkan bentuk lain dari RAS
2. Ditemukan terutama pada wanita
3. Di mulai dengan terbentuknya vesikel kemudian menjadi ulkus kecil yang tersebar.
4. Dapat terjadi dibanyak tempat pada mukosa mulut termasuk mukosa berkeratin.
5. Ulkus yang kecil dapat bersatu membentuk ulkus berukuran besar
6. Sembuh dalam 10 hari atau lebih
7. Sangat nyeri dan sering berulang
Terapi RAS pada prinsipnya memperbaiki faktor predisposisi, menjaga kebersihan mulut dengan
kumur chlorhexidine atau triclosan, dan kortikosteroid topikal bila diperlukan.14

Tabel 2. Kortikosteroid Topikal.14

Gambar 16. Minor aphthae.13

Gambar 17. Ulkus mayor aphthous, kompleks palatum molle.13

Gambar 18. Ulkus major aphthous.13

Gambar 19. Herpetiform aphthae.13


2.5.9 Drug-Induced Lesions
Penggunaan obat secara luas dapat menyebabkan terjadinya lesi di mulut dengan
berbagai mekanisme yang bervariasi. Ulkus merupakan lesi mulut yang umum ditemukan pada
orang-orang yang menggunakan obat-obat sitotoksik. Berikut ini adalah contoh dari reaksi obat
antara lain:13
1. Obat sitotoksik khususnya methotrexate akan menyebabkan terjadinya ulkus
2. Obat anti inflamasi non steroid, beberapa obat anti hipertensi, anti diabetes dan anti malaria
dapat menyebabkan lesi yang mirip dengan liken planus yang disebut dengan lichenoid
3. Aspirin dapat menyebabkan rasa terbakar di mulut
4. Sulfonamid dapat menyebabkan eritema multiforme
Terapi untuk lesi mulut yang diakibatkan oleh reaksi obat adalah menghentikan
penggunaan obat penyebab dan memberikan terapi pada ulkus yang terbentuk secara
simptomatis dengan benzynamin topikal atau chlorhexidine.6

2.5.10 Ulkus Maligna


Lebih dari 90% ulkus ganas di mulut diakibat oleh karsinoma sel squamosa. Penyebab
lainnya adalah kaposi sarkoma, limfoma, antral karsinoma atau tumor pada kelenjar saliva.
Metastase terutama dari kanker payudara, paru dan prostat. Terdapat beberapa faktor resiko yang
berperan dalam terganggunya metabolisme karsinogen yang menyebabkan kanker antara lain
adalah:14
1. Kebiasaan merokok
2. Minum minuman beralkohol
3. Diet rendah buah-buah segar dan sayuran serta vitamin seperti vitamin A
4. Pada karsinoma bibir, paparan terhadap sinar matahari menjadi faktor resiko
Gambaran klinis karsinoma dapat berupa :
1. Ulkus
2. Lesi merah
3. Lesi putih
4. Campuran lesi merah dan lesi putih
5. Benjolan
6. Fisura
Biasanya bentuk ulkus karsinoma berupa ulkus tunggal yang bersifat kronis, berindurasi,
tepi tidak rata, dengan dasar granular. Terdapat adanya pembesaran kelenjar limfe. Karsinoma
intraoral biasanya mengenai lidah posterolateral berupa benjola atau ulkus dan mengenai
kelenjar limfe submandibular.14
Karsinoma pada bibir muncul dalam bentuk penebalan, indurasi, krusta atau ulkus dan
biasanya mengenai vermilion perbatasan bibir bawah, hanya pada satu sisi dari garis tengah.
Kelenjar limfe submental paling lama untuk terkena.14

Gambar 20. Karsinoma Sel Skuamosa dikelilingi leukoplakia.14

Gambar 21. Karsinoma Sel Skuamosa.14


Terapi pada karsinoma oral dengan menggunakan operasi dan atau iradiasi. Kemoterapi
kadang-kadang digunakan namun sangat jarang pada kebanyakan kasus.14

2.6

Ulkus karena Trauma


Ulkus karena trauma (traumatic ulcer) biasanya terjadi karena adanya tekanan dari dasar

atau sayap gigi tiruan yang tidak pas atau dari kerangka gigi tiruan sebagian. Bentuk ulkus sesuai
dengan penyebabnya, yaitu memanjang, biasanya soliter dan ukurannya

bervariasi.

Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan dan dikelilingi tepi yang lebih tinggi
dan keras pada perabaan.15
Prevalensi traumatic ulcer karena peranti ortodonti cekat sebesar 15 dari 26 pasien
pemakai peranti orthodontis cekat, komponen bracket merupakan komponen peranti ortodonti
cekat yang paling banyak menyebabkan traumatic ulcer. Mukosa labial kanan merupakan regio
terbanyak terjadinya traumatic ulcer karena peranti ortodonti cekat.15

Gambar 22. Traumatic ulcer.15

BAB III
KESIMPULAN
Ulkus ialah defek lokal atau ekskavasasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih
dalam dari jaringan epitel. Ulkus di mukosa mulut sangat umum ditemui dan dikeluhkan pasien
dalam praktik sehari-hari. Selain merupakan kelainan lokal yang terjadi di rongga mulut, ulkus di
mukosa mulut juga merupakan pertanda penyakit sistemik lain di dalam tubuh.
Dalam mendiagnosis ulkus di mukosa mulut, perlu dilakukan anamnesis yang
menyeluruh meliputi onset, jumlah, lokasi, durasi, rekurensi, nyeri, dan gejala sistemik lainnya.
Jumlah ulkus perlu dibedakan, ulkus tunggal dapat mengacu pada liken planus, ulkus karena
trauma, reaksi obat, aphtha minor maupun mayor, ANUG, keganasan, lupus eritematosus, atau
leukemia, sedangkan ulkus multiple dapat mengarah kepada eritema multiformis, reaksi obat,
aphtha minor maupun mayor, ANUG, ulkus herpetiformis, sindroma Bechets, penyakit crohns,
lupus eritematosus, dan leukemia.
Klasifikasi ulkus akut maupun kronis juga dapat mengarahkan diagnosis ulkus di mukosa
mulut. Lesi multipel akut terdiri dari ANUG, eritema multiformis, stomatitis alergika, stomatitis
viral akut, dan ulkus oral karena kemoterapi kanker. Ulkus oral rekuren terdiri dari RAS,
Sindroma Behcets, dan infeksi virus herpes simpleks rekuren. Lesi multipel kronik terdiri dari
pemphigus vulgaris, pemphigus vegetan, pemphigoid bulosa, pemphigoid sikatrik, dan liken
planus bulosa erosif. Ulkus tunggal terdiri dari histoplamosis, blastomikosis, mucormikosis, dan
infeksi virus herpes simplex kronis.
Ulkus di mukosa mulut perlu mendapatkan tatalaksana tepat yang menyeluruh sesuai
penyebabnya. Tatalaksana tersebut meliputi edukasi untuk menghilangkan faktor predisposisi
dan menjaga kebersihan mulut, medimentosa (obat tunggal ataupun kombinasi obat topikal dan
sistemik), hingga operasi, electrocautery, atau freezing untuk keadaan-keadaan tertentu, seperti
lesi prekanker.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Andy Setiawan dkk., penerjemah;
Hemi Koesoemawati, penyunting. Ed ke-29. Jakarta: EGC; 2002. Terjemahan dari
Dorlands Illustrated Medical Dictionary.
2. J.M. Casiglia, G.W. Mirowski, dan C.L. Nebesio. "Aphthous stomatitis". Emedecine.
[online]. Oktober 2006 [diunduh 11 Agustus 2011]. http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthae
3. Anonim. Study on 10,000 people suffering from mouth ulcers. [online]. Maret 2010.
[diunduh 11 Agustus 2011]. http://www.aftazen.co.uk/discover-our-study-on-mouthulcers
4. T. Axll, V. Henricsson. The occurrence of recurrent aphthous ulcers in an adult
Swedish population. [online]. 2005. [diunduh 12 Agustus 2011]. http://www.mendeley.
com/research/the-occurrence-of-recurrent-aphthous-ulcers-in-adult-swedish-population/
5. North East Valley Division of General Practice. Mouth Ulcers. [online]. 18 Juni 2006.
[diunduh 12 Agustus 2011]. http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/
pages/Mouth_ulcers?open.
6. Scully, Crispian dkk. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Ed ke-1. Oxford:
Blackwell Publishing; 2010: 31-36, 54-65.
7. Gandolfo, Sergio dkk. Oral Medicine. Ed ke-2. Churchill Livingstone: Elsevier; 2006: 1,
26-29.
8. M.A. Lynch, Vernon J. Brightman, dan Martin S. Greenberg. Burket: Ilmu penyakit
mulut. Ed ke-8. Jakarta: Binarupa Aksara; 2004.
9. P i n d b o r g , J . J . A t l a s p e n y a k i t m u k o s a m u l u t . Kartika Wangsaraharja,
penyunting. E d k e - 4 . Jakarta: Bina rupaAksara; 2004.
10. Nanan Nuraeny. Lupus Eritematosus. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran:
Bandung; 2008.
11. Casigli, Jeffrey dkk. Oral Manifestations of Systemic Diseases. Emedecine. [online]. 1
Agustus 2011. [diunduh 11 Agustus 2011]. http://emedicine.medscape.com/article/
1081029-overview#showall.

12. Eisen, Drore, dan Denis P Lynch. The Mouth, diagnosis, and treatment. United States of
America: Mosby; 2008.
13. Scully, Felix. Oral medicine: Update for the dental practitioner Aphthous and other
common ulcers. British Dental Journal 2005: 199, 259-264.
14. Barnard NA dkk. Common Non-systemic Causes of Oral Ulcers. Orofacial DiseaseUpdate for Dental Clinical Team 2002: 2, 11-21.
15. Shelly Mayvira. Prevalensi dan Distribusi Lesi-Lesi Mukosa Mulut pada Manusia Lanjut
Usia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai. Sumatera Utara: Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU; 2009.

Anda mungkin juga menyukai