Referat Menegakkan Diagnosis Ulkus Di Mukosa Mulut Berikut Terapinya
Referat Menegakkan Diagnosis Ulkus Di Mukosa Mulut Berikut Terapinya
Pembimbing :
drg. F.X. Srie Rahayu Kustini, Sp.PM
Penyusun :
Bun Yuliana
(2009-061-202)
Jessica Fedriani
(2009-061-204)
Tommy Kristanto
(2009-061-207)
Monika Teresa
(2009-061-260)
Hendrawan Ariwibowo
(2009-061-264)
Raymond Young
(2009-061-265)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat dengan
judul menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut berikut terapinya. Referat ini disusun untuk
memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh program Pendidikan Profesi Dokter di
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut di Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Penyusun berharap referat ini dapat memberi kejelasan mengenai topik yang dibahas,
baik bagi penyusun maupun bagi pembaca. Dalam pembuatan referat ini, penyusun menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dan untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
membangun yang akan bermanfaat dalam penyempurnaan referat ini, serta untuk perbaikan
dalam penulisan di waktu mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
DAFTAR TABEL.v
DAFTAR GAMBAR.vi
BAB I PENDAHULUAN.........1
1.1 Latar Belakang Masalah ..1
1.2 Rumusan Masalah..2
1.3 Tujuan ....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.3
2.1 Definisi dan Etiologi ...3
2.2 Prinsip Anamnesis ...4
2.2.1 Ulkus Akibat Reaksi Obat...5
2.2.2 Aphtha ...6
2.2.3 Sindroma Bechets.....7
2.2.4 Eritema Multiformis ....7
2.3 Ulkus Tunggal dan Multipel...7
2.4 Ulkus Akut dan Kronis.......10
2.4.1 Lesi Multipel Akut ......10
2.4.2 Ulkus Oral Rekuren.........16
2.4.3 Lesi Multipel Kronik.......18
2.4.4 Ulkus Tunggal......20
2.5 Kelainan Kulit Maupun Sistemik Lainnya ..21
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
dalam dari jaringan epitel.1 Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut merupakan gambaran lesi oral
yang sangat umum ditemui dan dikeluhkan pasien dalam praktik sehari-hari. Prevalensi ulkus di
mukosa mulut rata-rata berkisar antara 15% hingga 30%.2
Ulkus di mukosa mulut cenderung terjadi pada wanita dan usia di bawah 45 tahun. Ulkus
tersebut paling sering terjadi pada usia 16-25 tahun dan lebih jarang pada usia diatas 55 tahun.3
Frekuensi terjadinya ulkus di mukosa mulut bervariasi, mulai dari empat episode setiap tahun
(85% dari seluruh kasus) hingga lebih dari satu episode setiap bulan (10% dari seluruh kasus)
termasuk orang-orang yang menderita recurrent aphthous stomatitis (RAS).4
Ulkus di mukosa mulut perlu dicermati secara teliti, karena bukan hanya dikarenakan
gangguan lokal yang hanya terjadi di rongga mulut, namun juga dapat merupakan pertanda
penyakit sistemik lain di dalam tubuh. Ulkus di mukosa mulut dapat disebabkan karena berbagai
penyebab seperti trauma (baik trauma mekanik maupun kimia), infeksi (bakteri, virus, jamur, dan
prtozoa), gangguan sistem imun (imunodefisiensi, penyakit autoimun, ataupun alergi), defisiensi
zat makanan tertentu (seperti vitamin C, vitamin B12, zat besi, dan zinc), serta berbagai kelainan
sistemik lainnya.5
Dalam menegakkan diagnosis, perlunya pemahaman dasar mengenai prinsip anamnesis
serta mengenali gambaran klinis yang akan ditemui pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Oleh
karena itu, pada referat ini akan dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut
sehingga diagnosis ulkus di mukosa mulut dapat ditegakkan secara tepat.
1.2
Rumusan Masalah
Apa saja kelainan kulit maupun sistemik lain yang menimbulkan manifestasi ulkus di
mukosa mulut?
1.3
Tujuan
Tujuan penulis adalah dengan adanya referat ini diharapkan agar dapat memberikan
pengetahuan dan informasi tentang menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut berikut
terapinya secara tepat, sehingga dapat berguna untuk kepentingan bersama dalam mencapai
kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
yang lebih dalam dari jaringan epitel.1 Hal ini penting mengingat penyakit-penyakit yang
manifestasinya berupa ulkus seringkali salah didiagnosis dengan penyakit bermanifestasi erosi.
Penyebab timbulnya ulkus di mukosa mulut antara lain karena berbagai infeksi atau gangguan
sistemik lainnya, terutama kelainan darah, saluran pencernaan, atau kulit. Neoplasma ganas
biasanya mulai sebagai pembengkakan atau benjolan, tetapi dapat bermanifestasi sebagai bisul.
Ulkus sering juga disebabkan oleh trauma atau luka bakar, aphtha, terkadang disebabkan pula
karena obat-obatan.6
Tabel 1. Etiologi Ulkus di Mukosa Mulut.6
2.2
Prinsip Anamnesis
Dalam menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut, anamnesis dan pemeriksaan fisik
tetap menjadi modalitas utama, disamping pemeriksaan penunjang. Sebagai lini pertama,
anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini maupun yang terdahulu perlu dilakukan secara
cermat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam upaya menegakkan diagnosis tersebut.
Apabila pasien datang dengan keluhan adanya ulkus pada mulutnya, yang perlu ditanyakan
adalah:7
-
Dimanakah lokasi ulkus tersebut? (Pada ulkus akibat trauma, umumnya pada lateral
lidah, mukosa bibir, atau pipi pada daerah oklusal)
Berapa lama durasi dari ulkus tersebut? (Pada ulkus dengan kausa lokal, durasinya lebih
singkat, sekitar 7-14 hari)
Apakah ulkus tersebut setelah diobati dapat muncul kembali (rekuren atau tidak)?
Apakah terdapat gejala-gejala lain seperti demam, malaise, nyeri kepala, anorexia,
penurunan berat badan, diare, dan sebagainya?
Kemudian, untuk mengetahui penyebab dari ulkus tersebut perlu ditanyakan riwayat pasien
sebelum dan selama timbulnya ulkus, sebagai berikut:7
-
Riwayat trauma:
o Tergigit secara tidak sengaja
Pada pasien yang mengalami trauma kronis, ulkus yang terbentuk berbatas tegas
dengan whitish keratotic halo
o Kekerasan
o Paparan dengan benda panas (makanan atau cairan panas), bahan kimia (menahan
obat kumur di dalam mulut dalam waktu yang lama), dan radiasi
Penggunaan aplikasi orthodontis, paling sering gigi palsu, terutama yang baru
Riwayat merokok
Riwayat keganasan:
o Gejala menetap lebih dari 3 minggu
o Terdapat rasa nyeri disertai bengkak kemerahan atau bercak putih
o Perdarahan dari mulut yang tidak diketahui asalnya secara pasti
Apakah ditemukan pada bagian tubuh yang lain seperti kulit atau genital?
Antiangina (nicorandil)
Antimalaria (klorokuin)
Kokain
2.2.2 Aphtha
Aphtha merupakan ulkus kecil berbentuk oval atau bulat, yang dilapisi eksudat abu-abu
dan dikelilingi halo berwarna merah, yang merupakan karakteristik dari stomatitis aftosa
rekuren. Anamnesis yang dapat membantu menegakkan diagnosis aphtha yaitu:7
-
Diawali dengan sensasi kesemutan atau terbakar pada lokasi yang nantinya timbul ulkus
Dapat timbul akibat adanya stress, trauma, paparan terhadap jenis makanan tertentu
(kacang, coklat, keripik kentang), dan penghentian merokok
Riwayat penyakit anemia defisiensi besi atau defisiensi vitamin B (asam folat dan B 12)
Paling sering ditemukan pada palatum, tenggorokan, dan bibir. Dapat ditemukan pula
pada dorsum lidah
Ulkus herpetiformis
-
Diawali dengan aphtha multipel dengan ukuran pin point yang nantinya membesar
dengan bentuk irregular
Dapat disertai dengan mialgia, nyeri menelan, nyeri otot yang menjalar, malaise,
anorexia, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri kepala, berkeringat, limfadenopati,
arthralgia pada sendi besar, dan nyeri pada substernal dan regio temporal
Terdapat ulkus ekstraoral yaitu pada genital (penis dan skrotum pada laki-laki, vulva
pada wanita), mata, kulit, saraf, dan vaskular
Riwayat ulkus berulang pada bibir yang diawali dengan makula eritematosa berisi cairan
yang saat pecah bentuknya ireguler, meluas, dan nyeri dengan adanya cairan eksudat
serosanguinosa yang nantinya menjadi krusta
2.3
Berlangsung 10 hingga 14 hari, satu hingga dua kali dalam satu tahun
Terdapat gejala pada kulit, mata, faring, laring, esophagus, dan genital
ulkus adalah jumlah ulkus, bentuk, ukuran, tempat, dasar, batas, dan ada atau tidaknya nyeri.
Sebuah ulkus tunggal, terutama jika bertahan selama tiga minggu atau lebih biasanya merupakan
indikasi kronis dan sering ditemui pada penyakit ganas atau infeksi serius (misalnya tuberkulosis
atau infeksi jamur). Apabila jumlah ulkus telah diidentifikasi, apakah berjumlah satu atau lebih,
maka diagnosis dapat mengikuti algoritma seperti di bawah ini.7
2.4
2. Eritema Multiformis
Merupakan suatu penyakit akut dari kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan
beberapa jenis lesi kulit. Gambaran khas terdapat lesi pada mulut, vesikel khas yang cepat
pecah dan terdapat bula. Dapat terjadi sekali atau rekuren.8
Etiologi:8
1. Deposisi imun kompleks pada mikrovaskular superfisial dikulit dan mukosa.
2. Deposisi IgM dan C3 di pembuluh darah superfisialis.
3. Stomatitis Alergika
Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai substansi yang meliputi gigi tiruan dari
bahan krom, kobalt, restorasi inlay, bahan soft lining gigi tiruan, permen karet, tambalan
amalgam, gigi tiruan dari akrilik, jembatan cekat sementara, pasta gigi, dan elastik orthodontis.
Alergi kontak terhadap amalgam biasanya disebabkan oleh merkuri yang dibebaskan selama
proses kondensasi. Alergi kontak dengan pasta gigi jarang ditemui tetapi bisa terjadi. Alergi ini
diduga disebabkan oleh minyak kayu manis (cinnamon Oil) yang terdapat dalam pasta gigi.8
Gambaran kliniknya meliputi pembengkakan, pecah-pecah, dan fisura di bibir,
deskuamasi perioral serta edema, cheilitis angular, pembengkakan dari gusi, dan ulkus di mulut.
Biasanya semua lesi menghilang dalam 1 minggu setelah penghentian pemakaian pasta gigi.
Alergi terhadap akrilik biasanya akibat monomer bebas yang lazim dijumpai pada dokter gigi
dan teknisi gigi.9
Gambaran klinisnya sulit dibedakan dari trauma, eritema, edema, dan kasus-kasus berat.
Tetapi, tanda khas dari penyakit ini adalah ulserasi di lokasi kontak. Keluhan yang khas yang
terjadi pada kulit adalah gatal-gatal. Sedangkan pada mukosa mulut keluhan yang biasa
dirasakan adalah rasa terbakar.9
Riwayat penyakit dapat membantu dalam membedakan lesi infeksi HSV primer dari jenis
yang lain. Suatu lesi multipel akut dalam mukosa mulut pasien yang memiliki gejala prodormal
selama 1- 2 hari dapat membedakan infeksi virus ini dari stomatitis alergika atau eritema
multiformis.
-
Riwayat tingkah laku seksual yang buruk untuk herpes labialis rekuren atau yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien yang menderita herpes primer atau herpes rekuren
juga sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Kira-kira dalam waktu 1 sampai 2 hari
setelah gejala prodormal, vesikel kecil akan muncul pada mukosa mulut. Vesikel ini cepat pecah
dan menghasilkan suatu ulkus diskret yang bulat dan dangkal yang dikelilingi oleh peradangan.
Lesi-lesi ini terjadi pada semua bagian mukosa. Seiring dengan berkembangnya penyakit,
beberapa lesi akan berkumpul, membentuk beberapa lesi iregular yang lebih besar. Suatu kriteria
penting adalah gambaran gingivitis marginal akut diseluruh mulut. Seluruh gingiva mulut
edematous dan meradang. Beberapa ulkus gingival yang kecil sering dijumpai.
B. Infeksi virus coxsackie8
Penyakit ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu A dan B. Jenis infeksi klinis di regio mulut
biasanya disebabkan oleh kelompok Coxsackie virus A adalah herpangina, penyakit tangan, kaki
dan mulut, serta faringitis limfonodular akut.
Herpangina adalah penyakit yang mayoritas mengenai anak-anak, tetapi pada
orangdewasa muda juga pernah dilaporkan. Infeksi dimulai dari gejala umum berupa demam,
menggigil, dan anoreksia. Selain itu pasien juga akan mengeluh sakit tenggorokan, disfagia, dan
kadang-kadang sakit di mulut. Pemeriksaan dari mulut serta dinding faringeal posterior
menunjukkan vesikel kecil, diskret, dan bilateral yang kebanyakan menyerang daerah
faring posterior, tonsil, pilar-pilar fausia, dan palatum lunak. Lesi jarang ditemukan pada mukosa
bukal, lidah, dan palatum keras. Dalam waktu 24 48 jam vesikel akan pecah, membentuk
ulkus kecil berdiameter 1-2 mm. Penyakit ini biasanya ringan dan akan sembuh tanpa diberi
terapi dalam waktu 1 minggu.
Penyakit kaki, tangan, dan mulut adalah penyakit yang ditandai dengan demam ringan,
vesikel dan ulkus dimulut, dan makula non pruritus. Papula dan vesikel terutama pada
permukaan ekstensor dari tangan dan kaki. Lesi mulutnya lebih ekstensif dibandingkan dengan
herpangina. Biasanya lesi terdapat di palatum keras, lidah serta mukosa bukal.
C. Infeksi virus varicella zoster8
Manifestasi klinik ditandai dengan suatu erupsi yang sangat gatal di seluruh tubuh dan
akan berkembang dengan cepat menjadi vesikel dengan dasar kemerahan yang dengan cepat pula
mengalami ulserasi. Lesi herpes zoster mungkin hanya terbatas pada daerah mulut dan wajah.
Semua daerah pada mukosa mulut dapat terkena. Lesi tidak terasa sakit. Periode prodormal
selama 2-4 hari.
aphtae minor berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa disertai pembentukan
jaringan parut.
Aphtae mayor berdiameter lebih dari 1 cm dan membentuk jaringan parut jika sembuh.
ulkus herpetik formis bermanifestasi sebagai suatu kumpulan ulkus kecil rekuren yang
banyak yang timbul di seluruh mulut.
Etiologinya tidak diketahui, tetapi dicurigai disebabkan oleh faktor psikologis, herediter,
defisiensi nutrisi.8
Manifestasi klinis RAS paling sering dimulai saat dekade kedua dari kehidupan
seseorang. Lesinya terbatas pada mukosa mulut, dimulai dengan gejala prodormal, dan rasa
terbakar setiap waktu mulai dari 2 - 48 jam sebelum munculnya ulkus. Setelah itu diikuti sakit
hebat selama beberapa hari.9
Diagnosis RAS didapat dari riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang teliti, yang
tidak meliputi lesi di kulit, konjungtiva, genetalia, atau rektum. Tes laboratorium perlu dilakukan
jika dicurigai terdapat kelainan darah.9
B. Sindroma Behcets
Penyakit ini digambarkan sebagai suatu trias gejala yang meliputi: ulkus mulut rekuren,
ulkus genital rekuren, dan lesi di mata. Etiologinya diperkirakan karena kompleks imun yang
bersirkulasi menyebabkan vaskulitis pembuluh darah yang berukuran kecil dan medium,
kompleks imun tersebut telah berhasil dideteksi di bagian penyakit yang aktif. Penyelidikan
mengenai abnormalitas imun yang dikaitkan dengan penyakit ini meliputi sama dengan pada
pasien RAS. Selain itu penyakit ini dicurigai berhubungan dengan polusi lingkungan.8
Manifestasi lokasi yang paling sering terserang adalah lokasi di dalam mulut. Lesi ini
tidak dapat dibedakan dari RAS. Daerah genital merupakan tempat kedua yang paling sering
terserang. Terdapat lesi pada skrotum dan penis pada pria dan ulkus labium pada wanita. Lesi di
mata terdiri dari vaskulitis retina, atrofi optik, konjungtivitis, dan keratitis. Kriteria diagnosis
meliputi:9
1.
Lesi mulut rekuren, ulkus genital rekuren, lesi di mata, dan kulit.
simpleks
rekuren
cenderung
membentuk kelompok
vesikel
berulserasi.
Vesikel
tersebut berkembang dengan cepat pada daerah yang sama mengikuti penyebaran dari saraf yang
terinfeksi. Kekambuhan pada tepi vermilion bibir secara klinis lebih jelas daripada kekambuhan
intraoral.8
Manifestasi klinik berupa: Herpes Labialis Rekuren (RHL), Common Cold Sore
(Fever Blister) dapat dicetuskan oleh keadaan umum, menstruasi, sinar ultra violet, dan
emosional stress. Lesi ini didahului dengan suatu periode prodormal dan akan timbul gejala
terbakar dan perih. Gejala ini disertai dengan edema di tempat lesi, disusul dengan pembentukan
kelompok vesikel kecil. Lesi herpes intraoral rekuren memiliki kemiripan dengan lesi herpes
labialis rekuren, akan tetapi vesikelnya cepat pecah dan membentuk ulkus. Lesi ini khas,
merupakan kelompok dari vesikel kecil-kecil pada satu bagian mukosa yang berkeratinisasi tebal
dari gingival palatum dan alveolar ridge.9
jaringan granulasi heperplastik. Dalam jenis hallopeau, lesi dininya berbentuk pustula bukan
bula. Pustula ini disusul dengan verukosa, vegetasi hiperplastik.8
Manifestasinya berupa lesi mulut yang sering dijumpai pada kedua bentuk dari
pemphigus vegetan dan mungkin merupakan tanda pertama dari penyakit. Lesi gingival
digambarkan sebagai ulkus seperti kisi-kisi dengan permukaan purulen dengan dasar yang
merah. Lesi gingivanya memiliki gambaran granular atau batu kerikil. Lesinya dapat juga
terdapat pada mukosa bukal dan sublingual. Lesi tersebut memiliki dasar kemerahan dan
memiliki suatu permukaan yang kusut dengan bercak-bercak putih. Seperti pemphigus vulgaris,
sifat kronis dari lesi yang multipel ini memberikan kesan sebagai pemhigus sehingga harus
dilakukan biopsi.9
C. Pemphigoid Bulosa
Terutama terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun dan pada orang dewasa diatas 60
tahun. Penyakit ini bersifat self limiting dan jarang yang bertahan lebih dari 5 tahun.
Pada pemphigoid, defek pertamanya lebih cenderung di diregio subepitelial membrana basalis.
Tidak akan ada tolisis dan tidak ada tanda-tanda nikolsky.8
Penyakit ini jarang mengancam kehidupan karena bulanya tidak meluas pada tepi-tepinya
untuk membentuk daerah denudasi yang besar seperti pada pemphigus yang lain. Lesi
pemphigoid bulosa ini tetap setempat dan akan sembuh spontan. Etiologi tidak diketahui, akan
tetapi antibodi dalam sirkulasi yang melawan antigen zona membrana basalis dapat dideteksi
pada diri penderitanya. Tidak ada predisposisi seksual ataupun ras dalam penyakit ini.8
Manifestasi mulut jarang terjadi pada pemphigoid bulosa. Lesi mulut paling sering terjadi
pada mukosa bukal. Lesinya lebih kecil, terbentuk lebih lambat, dan tidak begitu sakit
dibandingkan dengan lesi yang dijumpai dalam pemphigus vulgaris. Lesi gingivanya terdiri dari
edema yang menyeluruh, peradangan, dan deskuamasi disertai dengan pembentukan vesikel
yang diskret.9
D. Pemphigoid membran mukosa jinak/ Pemphigoid Sikatrik
Lesi mulut merupakan tanda yang paling sering ditemukan dan mulut mungkin
merupakan satu-satunya tempat yang terserang. Diawali dengan erosi non spesifik yang mirip
dengan pemphigus atau sebagai vesikel yang utuh. Tidak jarang dijumpai erosi pada pipi dan
vesikel pada palatum. Merupakan penyakit yang terjadi lebih lambat dibanding pemphigus dan
lesinya lebih kecil dan jarang yang meluas. Lesi gingival digambarkan sebagai suatu bentuk
gingivitis deskuamatif.8
E. Lichen Planus Erosif dan Bulosa
Lichen planus erosif ditandai oleh adanya vesikel, bula, atau ulkus yang dangkal yang
tidak beraturan. Lesi ini biasanya terdapat selama berminggu-mingu sampai berbulanbulan.Penyakit ini sulit dibedakan dari pemphigoid sikatrik kecuali bila terdapat lesi papula putih
yang khas atau lesi yang berlekuk-lekuk (seperti renda).8
C. Mucormikosis
Disebut juga phycomycosis. Disebabkan oleh suatu infeksi dengan jamur saprofitik yang
biasanya terjadi di dalam tanah dan sebagai suatu jamur pada makanan yang sudah basi. Tanda
dalam rongga mulut yang paling sering adalah ulserasi pada palatum yang terjadi akibat nekrosis
oleh invasi jamur ke pembuluh darah palatal. Lesi besar dan dalam serta dapat menyebabkan
denudasi dari tulang dibawahnya. Ulkus juga dapat terjadi pada gingival, bibir dan alveolaris.8
2.5
Sekitar 75% penderita lupus mengeluhkan gejala pada rongga mulut seperti rasa kering,
rasa sakit, dan rasa terbakar terutama ketika makan makanan panas dan pedas. Infiltrasi limfosit
kelenjar saliva minor ditemukan pada 50-75% pasien, baik mereka mengeluhkan adanya rasa
kering pada mulut ataupun tidak. Salivary flow rate yang tidak terstimulasi menurun pada
banyak penderita lupus eritematosus sistemik. Lupus eritematosus sistemik juga menjadi
komponen diagnosis dari Sjogrens Syndrome.10
Lesi spesifik pada rongga mulut penderita lupus eritematosus dapat berupa aphtae
(canker sores). Lesi aphtae seringnya berukuran kecil (kurang dari 1 cm), terasa sakit, dapat
ditemukan pada mukosa bukal. Lesi pada lupus eritematosus cenderung lebih lama, lebih besar,
dan terlihat pada palatum. Lesi oral pada penderita lupus diskoid menyerupai plak berwarna
merah yang dikelilingi oleh daerah putih. Lesi ini mirip dengan lichen planus.10
Lesi non spesifik pada rongga mulut penderita lupus eritematosus dapat berupa lesi
herpes simplex labialis. Lesi ini terasa sakit berupa kelompok kecil blister pada bibir dan gusi.
Lesi ada selama dua sampai empat minggu, dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita lupus
eritematosus mendapatkan terapi imunosupresif sehingga menyebabkan lesi kambuh lebih sering
yaitu hampir setiap bulan. Lesi non spesifik lainnya adalah Steven Jhonsons Syndrome (SJS).
Penyakit ini merupakan komplikasi dari oral herpes yang jarang terjadi. Seperti herpes, SJS
dipicu oleh obat-obatan, yang tersering yaitu golongan sulfa. antikonvulsan, dan obat pain killer.
Pada penderita ini terlihat ulkus pada mata, mulut, hidung, genital, dan kulit biasanya dua sampai
empat minggu setelah herpes sembuh. Lesi pada kulit disebut target karena adanya konfigurasi
melingkar. Bila lesi ini bergabung sehingga terjadi erosi yang meluas penderita sebaiknya
dirawat di rumah sakit.10
Gambar 8. Thrush.10
Penatalaksanaan lesi oral spesifik seperi lesi ulkus/ apthae pada penderita lupus
eritematosus memerlukan kombinasi terapi kortikosteroid sistemik dengan dengan anti-metabolit
seperti azathioprine (Imuran) atau mycophenolate mofetil (CellCept) dengan cyclophosphamide.
Sebagai terapi tambahan dapat diberikan Colchidne 0,6 mg dua kali sehari, Dapsone 100-150
mg/hari, atau thalidomide 100-200 mg/hari. Sedangkan untuk lesi seperti lichen planus pada
diskoid lupus eritematosus dapat diterapi dengan kombinasi obat topikal dan sistemik. Terapi
topikal mengandung kortikosteroid seperti clebetasol gel (diaplikasikan 4-5 kali sehari), dengan
atau tanpa topikal tacrolimus ointment (2-3 kali sehari).
dengan atau tanpa hydroxychloroquine (Plaquenil) 200 mg dua kali sehari sangat efektif.
Pemberian terapi sistemik imunosupresif seperti azathioprine, mycophenolate mofetil atau
leflunomide (Arava) biasa diberikan pada kasus yang lebih berat meskipun jarang terjadi.
Penatalaksanaan lesi oral non spesifik seperti lesi herpes simplex labialis adalah dengan
mengurangi paparan obat kortikosteroid sistemik dan menggantinya dengan corticosteroidsparing drugs seperti azathioprine, mycophenolate mofetil dan cyclophosphamide yang
diberikan sejak awal. Pada beberapa penderita lupus eritematosus perlu juga memeberikan terapi
herpes dengan obat antivirus seperti valacyclovir (valtrex) atau famciclovir (Famvir), sedangkan
untuk penatalaksanaan Steven Jhonsons Syndrome tidak ada terapi yang efektif karena
penggunaan dosis tinggi obat kortikosteroid sistemik dapat menyebabkan kematian karena
infeksi.10
Penatalaksanaan lesi non spesifik lainnya yaitu untuk kandidiasis pada penderita lupus
dapat diberikan prednisone dengan dosis yang diturunkan, nystatin oral lozenges atau pil, dan
obat antifungal seperti fluconazole (Diflucan), sedangkan penatalaksanaan lesi prekanker seperti
leukoplakia atau eritroplakia dapat dilakukan dengan operasi, electrocautery, dan freezing.
Selain itu dapat diberikan krim topikal imiquimod (Aldara). Kanker rongga mulut dapat
dilakukan penatalaksanaan dengan operasi pengangkatan secara luas dengan radiasi atau
kemoterapi. Cara terbaik untuk mencegah komplikasi ini pada penderita lupus eritematosus
adalah dengan penggunaan yang tepat agen imunosupresif.
Selain ditemukan lesi-lesi oral spesifik maupun non spesifik, biasanya penderita lupus
eritematosus mngeluhkan rasa mulut kering, rasa sakit dan rasa terbakar pada rongga mulut. Dry
mouth atau mulut kering pada penderita lupus eritematosus dapat terjadi salah satunya dari
penggunaan obat sistemik. Untuk membantu menstimulasi saliva dapat dilakukan dengan
mengunyah permen karet (yang mengandung sorbitol, bukan sukrosa), atau pemberian obat
kolinergik (sialogogues), tetapi terapi ini hanya boleh diberikan oleh dokter spesialis mengingat
efek samping yang bisa menyebabkan bradikargi, berkeringat, berkemih. Pyridostigmine dapat
juga diberikan karena memberi efek samping yang lebih kecil.
Penatalaksanaan untuk keluhan rasa sakit dan rasa terbakar pada penderita lupus
eritematosus adalah yang pertama dengan pemberian terapi untuk faktor organik yang
menyebabkan ketidaknyamanan misalnya terapi untuk kandidiasis atau lichen planus baik secara
sistemik maupun topikal, kemudian dapat dicoba pemberian vitamin B1 300 mg dan vitamin B6
50 mg sebanyak tiga kali sehari selama empat minggu sebagai plasebo.10
Komplikasi neurologis pada rongga oral dapat mengenai fungsi motorik dan sensorik
karena gangguan di saraf pusat dan perifer. Efek samping jangka panjang kemoterapi pada anakanak dengan leukemia adalah hipodontia dan hipoplasia enamel. Komplikasi oral pada leukemia
hilang bila ditekan dengan obat mielosupresif dan imunosupresif. Anestesi topikal dan antiseptik
dapat digunakan untuk mengurangi sakit karena ulserasi oral.12
2.5.5 Sindroma Behcets (Behets Disease)
Sindroma Behcets mempunyai dasar imunogenetik, sindrom ini berhubungan dengan
HLA B5101. Faktor predisposisi terjadinya sindroma ini belum diketahui mungkin disebabkan
oleh Streptococcus sanguis. Sindroma behcets ini mengakibatkan gangguan pada multisistem
terutama pada kebanyakan di mulut. Kriteria diagnosis Sindroma behcets:6
1. Ulkus di mulut yang berulang
2. Ditambah dua atau lebih kriteria dibawah ini :
3. Ulkus berulang pada genital
4. Lesi pada mata
5. Lesi pada kulit
6. Pathergy
Terapi ulkus di mulut pada Sindroma behcets sama seperti aphthae. Manifestasi sistemik
membutuhkan terapi imunosupresi seperti kortikosteroid, talidomide, colchicines.6
6. Terutama ditemukan mukosa yang tidak berkeratin seperti mukosa bibir, dasar mulut,
sulkus atau ventrum dari lidah
7. Sembuh dalam 7- 10 hari
8. Berulang setelah 1- 4 bulan
9. Tidak meninggalkan jaringan parut.
Mayor aphthous
1. Ulkus mayor aphthous lebih besar, durasinya lebih lama dan lebih sering kambuh serta
sering kali lebih sakit dibandingkan dengan ulkus minor.
2. Bentuknya bulat atau ovoid. Pada sekitar ulkus terdapat edema dan dapat mencapai
ukuran yang besar, biasanya diameternya 1 cm atau lebih besar.
3. Ulkus ini dapat ditemukan pada banyak area di mukosa mulut termasuk pada bagian
dorsum lidah yang berkeratin atau palatum.
4. Jumlah ulkus sekitar 1-6 ulkus dan sembuh secara perlahan sekitar 10-40 hari. Dalam
proses penyembuhan dapat timbul jaringan parut dan dapat meyebabkan terjadi
peningkatan vikositas plasma atau laju endap darah.
Ulkus herpetiform (HU)
1. Ditemukan pada kelompok usia yang lebih tua dibandingkan bentuk lain dari RAS
2. Ditemukan terutama pada wanita
3. Di mulai dengan terbentuknya vesikel kemudian menjadi ulkus kecil yang tersebar.
4. Dapat terjadi dibanyak tempat pada mukosa mulut termasuk mukosa berkeratin.
5. Ulkus yang kecil dapat bersatu membentuk ulkus berukuran besar
6. Sembuh dalam 10 hari atau lebih
7. Sangat nyeri dan sering berulang
Terapi RAS pada prinsipnya memperbaiki faktor predisposisi, menjaga kebersihan mulut dengan
kumur chlorhexidine atau triclosan, dan kortikosteroid topikal bila diperlukan.14
2.6
atau sayap gigi tiruan yang tidak pas atau dari kerangka gigi tiruan sebagian. Bentuk ulkus sesuai
dengan penyebabnya, yaitu memanjang, biasanya soliter dan ukurannya
bervariasi.
Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan dan dikelilingi tepi yang lebih tinggi
dan keras pada perabaan.15
Prevalensi traumatic ulcer karena peranti ortodonti cekat sebesar 15 dari 26 pasien
pemakai peranti orthodontis cekat, komponen bracket merupakan komponen peranti ortodonti
cekat yang paling banyak menyebabkan traumatic ulcer. Mukosa labial kanan merupakan regio
terbanyak terjadinya traumatic ulcer karena peranti ortodonti cekat.15
BAB III
KESIMPULAN
Ulkus ialah defek lokal atau ekskavasasi permukaan jaringan atau organ, yang lebih
dalam dari jaringan epitel. Ulkus di mukosa mulut sangat umum ditemui dan dikeluhkan pasien
dalam praktik sehari-hari. Selain merupakan kelainan lokal yang terjadi di rongga mulut, ulkus di
mukosa mulut juga merupakan pertanda penyakit sistemik lain di dalam tubuh.
Dalam mendiagnosis ulkus di mukosa mulut, perlu dilakukan anamnesis yang
menyeluruh meliputi onset, jumlah, lokasi, durasi, rekurensi, nyeri, dan gejala sistemik lainnya.
Jumlah ulkus perlu dibedakan, ulkus tunggal dapat mengacu pada liken planus, ulkus karena
trauma, reaksi obat, aphtha minor maupun mayor, ANUG, keganasan, lupus eritematosus, atau
leukemia, sedangkan ulkus multiple dapat mengarah kepada eritema multiformis, reaksi obat,
aphtha minor maupun mayor, ANUG, ulkus herpetiformis, sindroma Bechets, penyakit crohns,
lupus eritematosus, dan leukemia.
Klasifikasi ulkus akut maupun kronis juga dapat mengarahkan diagnosis ulkus di mukosa
mulut. Lesi multipel akut terdiri dari ANUG, eritema multiformis, stomatitis alergika, stomatitis
viral akut, dan ulkus oral karena kemoterapi kanker. Ulkus oral rekuren terdiri dari RAS,
Sindroma Behcets, dan infeksi virus herpes simpleks rekuren. Lesi multipel kronik terdiri dari
pemphigus vulgaris, pemphigus vegetan, pemphigoid bulosa, pemphigoid sikatrik, dan liken
planus bulosa erosif. Ulkus tunggal terdiri dari histoplamosis, blastomikosis, mucormikosis, dan
infeksi virus herpes simplex kronis.
Ulkus di mukosa mulut perlu mendapatkan tatalaksana tepat yang menyeluruh sesuai
penyebabnya. Tatalaksana tersebut meliputi edukasi untuk menghilangkan faktor predisposisi
dan menjaga kebersihan mulut, medimentosa (obat tunggal ataupun kombinasi obat topikal dan
sistemik), hingga operasi, electrocautery, atau freezing untuk keadaan-keadaan tertentu, seperti
lesi prekanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Andy Setiawan dkk., penerjemah;
Hemi Koesoemawati, penyunting. Ed ke-29. Jakarta: EGC; 2002. Terjemahan dari
Dorlands Illustrated Medical Dictionary.
2. J.M. Casiglia, G.W. Mirowski, dan C.L. Nebesio. "Aphthous stomatitis". Emedecine.
[online]. Oktober 2006 [diunduh 11 Agustus 2011]. http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthae
3. Anonim. Study on 10,000 people suffering from mouth ulcers. [online]. Maret 2010.
[diunduh 11 Agustus 2011]. http://www.aftazen.co.uk/discover-our-study-on-mouthulcers
4. T. Axll, V. Henricsson. The occurrence of recurrent aphthous ulcers in an adult
Swedish population. [online]. 2005. [diunduh 12 Agustus 2011]. http://www.mendeley.
com/research/the-occurrence-of-recurrent-aphthous-ulcers-in-adult-swedish-population/
5. North East Valley Division of General Practice. Mouth Ulcers. [online]. 18 Juni 2006.
[diunduh 12 Agustus 2011]. http://www.disability.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/
pages/Mouth_ulcers?open.
6. Scully, Crispian dkk. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Ed ke-1. Oxford:
Blackwell Publishing; 2010: 31-36, 54-65.
7. Gandolfo, Sergio dkk. Oral Medicine. Ed ke-2. Churchill Livingstone: Elsevier; 2006: 1,
26-29.
8. M.A. Lynch, Vernon J. Brightman, dan Martin S. Greenberg. Burket: Ilmu penyakit
mulut. Ed ke-8. Jakarta: Binarupa Aksara; 2004.
9. P i n d b o r g , J . J . A t l a s p e n y a k i t m u k o s a m u l u t . Kartika Wangsaraharja,
penyunting. E d k e - 4 . Jakarta: Bina rupaAksara; 2004.
10. Nanan Nuraeny. Lupus Eritematosus. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran:
Bandung; 2008.
11. Casigli, Jeffrey dkk. Oral Manifestations of Systemic Diseases. Emedecine. [online]. 1
Agustus 2011. [diunduh 11 Agustus 2011]. http://emedicine.medscape.com/article/
1081029-overview#showall.
12. Eisen, Drore, dan Denis P Lynch. The Mouth, diagnosis, and treatment. United States of
America: Mosby; 2008.
13. Scully, Felix. Oral medicine: Update for the dental practitioner Aphthous and other
common ulcers. British Dental Journal 2005: 199, 259-264.
14. Barnard NA dkk. Common Non-systemic Causes of Oral Ulcers. Orofacial DiseaseUpdate for Dental Clinical Team 2002: 2, 11-21.
15. Shelly Mayvira. Prevalensi dan Distribusi Lesi-Lesi Mukosa Mulut pada Manusia Lanjut
Usia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai. Sumatera Utara: Departemen Ilmu
Penyakit Mulut FKG USU; 2009.