Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL JULI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS TADLAKO
REFARAT

EAGLE SYNDROME

Disusun Oleh :

Mohamad Fahri R. Galendo


N 111 16 018

PembimbingKlinik:

dr. Christin R. Nayoan Sp.THT-KL

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eagle syndrome merupakan pemanjangan prosessus styloideus dan

kalsifikasi ligamentum stylohyoid. Kondisi ini ditandai dengan adanya

gejala nyeri pada faring berupa odynophagia, disfagia, otalgia, sakit kepala,

cervicofascial pain serta nyeri saat mengubah posisi kepala. Pada beberapa

kasus, dilaporkan ditemukan keluhan berupa vertigo dan sinkop. Banyak

kasus juga dijumpai dengan gejala tidak jelas dan tidak spesifik, oleh karena

itu, banyak pasien yang konsultasi dengan ahli bedah, dokter gigi, ahli saraf

atau psikiater.1

Eagle syndrome merupakan penyakit yang sangat jarang atau

langkah, penyakit ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1937 oleh

otolaryngologist, Watt Eagle, karena perpanjangan dan atau osifikasi tulang

styloid dan atau osifikasi ligamentum stylohyoid. Kondisi ini dapat

menekan struktur disekitarnya. Tanda dan gejala yang muncul, kadang-

kadang berpotensi serius. ‘Stylalgia’ adalah salah satu gejala nyeri yang

yang disebabkan oleh kondisi tersebut.2

Tidak ada bukti statistik yang kuat mengenai prevalensi sebenarnya

dari eagle syndrome. Pemanjangan prosessus styloideus terjadi hingga 28%

populasi, tetapi sebagian besar penemuan insidental. umumnya gejala

unilateral, meskipun pemanjangan prosessus styloideus sering bilateral.

1
Ada rasio perempuan ke laki-laki 3: 1, dan biasanya terjadi pada pasien yang

berusia 30 hingga 50 tahun. 2

Penyebab perpanjangan processus styloideus belum sepenuhnya

diketahui, sedikitnya ada tiga hipotesis yakni: kongenital, berkaitan dengan

persistensi kartilago stylohyoideus, kalsifikasi ligamentum stylohyoideus,

pertumbuhan jaringan tulang yang berinsersio di ligamentum stylohyoideus,

ada juga yang berpendapat bahwa kartilago yang menetap (persistent) pada

tulang temporal dapat menyebabkan pertumbuhan tulang.2

Karena kasus ini merupakan kasus yang sangat jarang terjadi, maka

pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai penyakit eagle

syndrome tersebut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari referat ini yaitu untuk menguraikan mengenai

penyakit eagle syndrome.

2
BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 Anatomi

Os temporale dapat dibagi menjadi : pars petrosa, pars tympanica,

pars mastoidea, dan squama temporalis. Pada facies inferior pars petrosa

bagian lateral terdapat processus styloideus yang arahnya ventrocaudal.

Dorsal dari processus styloideus ini terletak foramen stylomastoideus.

panjang normal prosessus styloideus adalah 2,5–3,0 cm. Panjang dan arah

prosessus styloideus dan rantai styloid sangat bervariasi. Berdasarkan

penelitian, prosessus styloideus yang lebih panjang dari 30 mm

meningkatan risiko terjadinya Eagle syndrome.2,3,4

Gambar 1. Os cranium tampak lateral, memperlihatkan prosessus styloideus

pada fascies inferior pars petrosa bagian lateral

3
Processus styloideus merupakan tempat berorigo tiga otot yaitu:

1.
Otot stylopharyngeus, di inervasi oleh nervus glossoparyngeus (N.IX),

berorigo pada bagian dasar prosessus styloideus, berisnesrsio pada

kartilago thyroidea menjulur ke dinding lateral faring, berfungsi

mengankat faring.3

2. Otot stylohyoideus, di inervasi oleh nervus fascialis (N.VII) R.

styloideus, berorigo pada bagian tengah prosessus styloideus dan

berinsersio pada corpus ossis hyoidei, berfungsi untuk mengangkat os

hyoideum sewaktu menelan.3

3. Otot styloglossus, di inervasi oleh nervus hypoglossus (N.XII), berorigo

pada di bagian apex atau bagian yang bengkok dari prosessus styloideus

dan berinsersio pada aponeurosis lingua, memiliki fungsi untuk

menggerakan lidah kebelakang atas.3

Gambar 2. Otot yang berorigo dari prosessus styloideus

4
Ada dua ligamentum yang terdapat di prosessus styloideus, yaitu:

1. Ligamentum stylomandibular yang terdapat di bagian bawah sudut origo otot

styloglossus ke sudut rahang bawah.

2. Ligamentum stylohyoideus, berhubungan dengan ujung bawah processus

styloideus yang mengangkat kornu minor tulang hyoid.3

Gambar 3. Ligament pada Prosessus styloideus

5
BAB III

EAGLE SYNDROME

3.1 Definisi

Eagle syndrome, kadang-kadang disebut sindrom styloid atau

stylohyoid, adalah kompleks gejala yang terkait dengan pemanjangan

prosessus styloideus atau osifikasi ligamentum stylohyoid. Sindrom ini

lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria. Pasien biasanya berusia

lebih dari 30 tahun dan jarang pada usia muda. Beberapa gejala telah

dikaitkan dengan Pemanjangan prosessus styloideus, termasuk nyeri

cervical, otalgia, sensasi benda asing di tenggorokan, nyeri saat mengubah

posisi kepala, nyeri cervicofacial, dan nyeri saat menelan.5,6

3.2 Etiologi

Penyebab perpanjangan processus styloideus belum sepenuhnya

diketahui. Beberapa teori mengatakan bahwa : 1) elongasi kongenital dari

prosessus styloideus karena persistensi analog kartilaginik dari stylohyal

(salah satu prekursor embriologis dari styloid), 2) osifikasi ligamentum

stylohyoid oleh proses yang tidak diketahui, dan 3) pertumbuhan jaringan

osseous pada ligamentum stylohyoid.2,7

Steinman, menjelaskan tiga teori untuk menjelaskan osifikasi

ligamen Stylohyoid. Teori Hiperplasia Reaktif menyatakan bahwa trauma

dapat menyebabkan osifikasi semacam itu, teori Metaplasia Reaktif yang

menjelaskan bahwa itu adalah respons penyembuhan pasca trauma dan teori

6
varians Anatomi yang menyatakan bahwa osifikasi semacam itu adalah

variasi anatomis yang terjadi tanpa trauma.8

3.3 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

Eagle telah membagi penyakit ini menjadi dua kelompok yakni tipe

klasik dan tipe arteri karotid. Tipe klasik sering terlihat pada pasien dengan

riwayat tonsilektomi dan timbul sekunder akibat rangsangan nervus

trigeminalis (N.V), nervus fascialis (N.VII), nervus glossopharing (N.IX).

dan nervus vagus (N.X) atau cabang terkait. Eagle berspekulasi bahwa

setelah tonsilectomy, individu-individu ini mengembangkan jaringan parut

di dekat apex styloid yang kemudian menekan atau meregangkan struktur

saraf di sekitar prosessus styloideus, sehingga menyebabkan rasa sakit.

Kumpulan gejalanya antara lain:

1. Nyeri yang menetap (persistent) di daerah faring

2. Nyeri alih ke telinga di sisi processus styloideus yang memanjang

3. Peningkatan saliva (air ludah)

4. Sulit menelan

5. Rasa tersumbat

6. Sakit kepala/pusing

7. Nyeri bertambah saat leher digerakkan berputar

8. Nyeri saat lidah berekstensi (memanjang/menjulur)

9. Perubahan suara

10. Sinusitis 9

7
Pada tipe arteri karotid, prosessus styloideus menstimulasi saraf

simpatis yakni pleksus saraf karotis sehingga menyebabkan sensasi benda

asing di faring dan nyeri leher pada rotasi kepala. Nyeri pada tipe ini

dirasakan sepanjang distribusi arteri karotis.9

Langlais dkk. telah mengklasifikasikan pemanjangan prosessue

styloideus menjadi III type. Tipe I yang tidak terganggu, tipe II yang

terbentuk pseudo-artikulasi antara prosessus styloideus dan ligamentum

Stylohyoid. Pada tipe III terdapat beberapa segmen yang membentuk

multiple pseudoartikulasi.8

Gambar 4. Type pemanjangan prosessus styloideus

3.4 Patofisiologi

Beberapa mekanisme terjadinya nyeri pada kasus eagle sindrome, yakni:

1. Kompresi saraf, saraf glossopharyngeal, cabang bawah saraf

trigeminal, dan / atau chorda tympani.

2. Fraktur ligamentum stylohyoid, diikuti oleh proliferasi jaringan

granulasi yang menyebabkan tekanan pada struktur sekitarnya.

8
3. Pelekatan poressus styloideus pada pembuluh carotid, menyebabkan

iritasi saraf simpatik di pleksus arterial.

4. Perubahan degeneratif dan inflamasi di bagian tendonus dari insersi

stylohyoid, suatu kondisi yang disebut insersi tendinosis.

5. Iritasi mukosa faring dengan kompresi langsung oleh prosessus

styloieus.

6. Peregangan dan fibrosis yang melibatkan nervus trigemunis, nervus

glosofaryngeus dan nervus vagus pada periode post tonsillectomy.5

Penyebab timbulnya rasa sakit pada pasien yang sebelumnya tidak

bergejala tidak diketahui, tetapi beberapa mekanisme telah disebutkan,

termasuk rheumatic styloiditis yang disebabkan oleh infeksi faring, trauma,

tonsilectomy, dan perubahan involusional yang terkait dengan penuaan

(misalnya, degeneratif cervical discopathy, yang dapat mempersingkat

tulang belakang leher dan mengubah arah prosessus styloideus).5

3.5 Penegakan diagnosis

1. Anamnesis riwayat nyeri pada leher, nyeri tenggorokan, dan nyeri

wajah yang berulang

2. Perabaan tulang styloideus di fossa tonsilaris

3. Pencitraan imaging

Diagnosis eagle syndrome harus berdasarkan pada riwayat medis dan

pemeriksaan fisik yang baik. Prosessus styloideus dapat dirasakan saat

melakukan palpasi intra oral dengan menempatkan jari telunjuk di fossa

tonsila dan melakukan tekanan lembut. Jika dengan palpasi menimbulkan

9
rasa nyeri dan menjalar ke bagian telinga, wajah, atau kepala, diagnosis

eagle sindrom sangat mungkin. Prosessus styloideus dengan panjang

normal biasanya tidak dapat diraba. Diagnosis eagle sindrom harus

dikonfirmasi dengan pencitraan. Beberapa metode pencitraan telah

digunakan, tetapi pemeriksaan CT-scan tidak diragukan lagi menjadi

pilihan utama dan paling akurat.5

Beberapa modalitas pencitraan telah digunakan untuk diagnosis eagle

syndromes meliputi radiografi panoramik, radiografi lateral kepala dan

leher, radiografi oblik lateral rahang bawah, anterio-posterior kepala dan

computed tomography. Namun, secara detail, angulasi serta hubungan

dengan struktur yang berdekatan dapat diperoleh dari CT scan dengan

formula 3D-CT.8

Gambar 5. Radiografi panoramik menunjukkan Langlais tipe I elongasi prosessus


styloideus kanan

10
Gambar 6. Radiografi panoramik menunjukkan Langlais tipe II perpanjangan dari
prosessus styloideus kanan dan Langlais tipe I dari prosessus styloideus kiri

Gambar 7. Radiografi panoramik menunjukkan Langlais tipe I pemanjangan dari


prosessus styloideus kanan dan tipe II dari prosessus styloideus kiri

11
Gambar 8. Gambaran lateral radiografi polos cervical menunjukkan struktur yang

membentang dari dasar tengkorak secara anterolateral dan kaudal ke tulang hyoid

Gambar 9. Computed tomography2 dimensi prosessus styloideus

12
Gambar 10. Computed tomography 3 dimensi prosessus styloideus

Gambar 11. Computed tomography 3 dimensi prosessus styloideus

13
Gambar 12 . Origo terlihat hanya di depan foramen stylomastoid

Gambar 13 . Prosessus styloideuses mengalami kalsifikasi pada bagian tengah

Gambar 14 . Insersi distal dari kalsifikasi styloid ke dalam tulang hoidid

anterolateral

14
3.6 Diagnosis banding

Diagnosis banding dari eagle sindrom atau pemanjangan prosessus

styloideus yaitu Glossopharyngeal dan Sphenopalatine neuralgia, penyakit

sendi Temporo-mandibular (TMJ), sakit kepala Migraine, arteritis temporal,

sindrom disfungsi nyeri Myofascial dan impaksi Gigi.8

3.7 Terapi

Penatalaksanaan eagle syndrome meliputi non-bedah dan

pembedahan. Perawatan non-bedah termasuk pemberian obat-obatan anti-

inflamasi nonsteroid, fisioterapi dan suntikan steroid. Steinmann telah

mencatat hasil yang baik dengan injeksi larutan steroid atau anestesi jangka

panjang laseer horn dari tulang hyoid atau pada inferior dari fossa

tonsilaris. pembedahan mungkin dengan pendekatan intraoral atau

ekstraoral, namun, pendekatan ekstraoral lebih disukai karena visualisasi

yang lebih baik dan penurunan risiko infeksi leher bagian dalam.8,10

Gambar 15. Reseksi Prosessus styloideus

15
BAB IV

ALGORITMA

EAGLE SYNDROME

- Odynophagia Riwayat keluhan , termasuk


- Disfagia karakteristik, durasi, lokasi dan
berat ringannya gejala
- Otalgia
- Sakit kepala
- Cervicofascial pain Pemeriksaan fisik kepala ,
- Nyeri saat mengubah posisi kepala leher, dan palpasi dari fossa
tonsilaris

Pemeriksaan radiologi (foto Diagnosis suspek dari


polos, CT-scan, Foto pemanjangan prosessus
panoramic) styliodeus

Panjang Prosessus Panjang Prosessus


styloideus < 25 mm styloideus > 25 mm

Kemungkinan Diagnosis Eagle


penyebab lain syndrome

- Glossopharyngeal &Sphenopalatine
Terapi
neuralgia,
Perawatan konserfatif (non-bedah)
- Temporo-mandibular (TMJ)
- Injeksi steroid atau anastesi
sindrom,
- NSAID
- Migraine
- Fisioterapi
- Arteritis temporal
Pembedahan
- Sindrom disfungsi nyeri Myofascial
- Intra oral
daimpaksi Gigi
- Extra oral

16
BAB V

PENUTUP

Eagle syndrome merupakan suatu penyakit akibat pemanjangan prosessus

styloideus atau osifikasi ligamentum stylohyoid, terjadi pada usia >30 tahun

dengan wanita lebih sering dari pada pria, penyebab belum diketahui secara pasti.

Penyakit ini terdiri dari dua tipe yakni: tipe klasik dan tipe arteri karotid dengan

gejala utama nyeri didaerah sekitar prosessus styloudeus diantaranta nyeri pada

leher, nyeri tenggorokan, dan nyeri wajah yang berulang. Diagnosis ditegakan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa

radiografi panoramik, radiografi kepala dan leher, dan computed tomography.

Penatalaksanaannya meliputi non-bedah dan pembedahan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Jasso GM, Munguía, AMN, AmadorI ARS. Eagle’s syndrome. Patient

handling at the Hospital Mexico City. Revista Odontológica Mexicana,

2015;19(4):254-258 p.

2. Zeckler,S.R. Betancur,A.G & Yaniv G. The eagle is landing: Eagle

syndrome — an important differential diagnosis. Clinical Intelligence.

British Journal of General Practic, 2012:501-502p

3. Paulsen F. Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia,Kepala, Leher,

dan Neuroanatomi jilid 3, edisi 23. 2012;EGC.

4. Rahman SA, Singh J, Muthusamy R, & Alam MK.The Development of

Eagle's Syndrome after Neck Trauma.Department of Oral and

Maxillofacial Surgery, School of Dental Science, University Sains

Malaysia, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia;2018.9(2): 319–322p.

5. Ceylan AMD dkk. Surgical Treatment of Elongated Styloid Process:

Experience of 61 Cases.Department of Otolaryngology, Faculty of

Medicine, Gazi University, Ankara, Turkey;2008.18:289-295p.

6. Oxford University Press on behalf of the Association. CLINICAL

PICTURE Eagle’s syndrome. An International Journal of

Medicine;2018.417p.

7. Murtagh RD, Caracciolo JT & Fernandez G. CT Findings Associated with

Eagle Syndrome. AJNR Am J Neuroradiol;2001.22:1401–1402p.

8. More CB, Asrani MK.Eagle’s Syndrome: Report of Three Cases. Indian

J Otolaryngol Head Neck Surg ; 2011. 63(4):396–399p.

18
9. Nedunchezhian k. Eagle syndrome – An overview. Creative Commons

Attribution License; 2017.

10. Khandewel S. Hada YS. Harsh A. Eagle's syndrome - A case report and

review of the literatur. King saud University. the saudi dental

Journal;2011.23. 211-215p.

19

Anda mungkin juga menyukai