Anda di halaman 1dari 16

TRAUMA

MAKSILOFASIAL
Definisi
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. Trauma pada
jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan
lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan
jaringan keras wajah adalah tulang kepala.
Manifestasi klinis

◦ Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan mal oklusi terutama


pada fraktur mandibula.
◦ Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur.
◦ Rasa nyeri pada sisi fraktur.
◦ Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas.
◦ Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan
lokasi daerah fraktur.
◦ Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran
dari ujung tulang yang fraktur.
◦ Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah
sekitar fraktur.
◦ Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat
pembengkakan
◦ Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur
terjadi di bawah nervus alveolaris.
◦ Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda,
penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus.
diagnosa
a.Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan langsung dengan pasien atau dengan orang lain yang melihat langsung
kejadian. Yang harus ditanyakan adalah :1
◦ Penyebab pasien mengalami trauma:
◦ Kecelakaan lalu lintas
◦ Trauma tumpul
◦ Trauma benda keras
◦ Terjatuh
◦ Kecelakaan olah raga
◦ Berkelahi
◦ Dimana kejadiannya
◦ Sudah berapa lama sejak saat kejadian sampai tiba di rumah sakit
◦ Apakah setelah kejadian pasien sadar atau tidak, jika tidak sadar, berapa lama pasien tidak sadarkan
diri
◦ b.Pemeriksaan fisik o Palpasi
A. Periksa kepala dan wajah untuk melihat adanya lecet,
◦ Inspeksi bengkak, ecchymosis,
B. Periksa gigi untuk mobilitas, fraktur, atau maloklusi.
C. Palpasi untuk cedera tulang dan Krepitasi
D. Periksa mata untuk memastikan adanya exophthalmos
A. Deformitas, memar, abrasi, laserasi,
ketajaman visual, kelainan gerakan ocular
edema
E. Meraba seluruh bagian mandibula dan sendi
B. Luka tembus temporomandibular untuk memeriksa nyeri, kelainan
C. c. Asimetris atau tidak bentuk, atau ecchymosis.

D. Adanya Maloklusi / trismus, Secara umum yang dinilai adalah sebagai berikut:
pertumbuhan gigi yang abnormal a. Lokasi nyeri dan durasi nyerinya
E. Cedera kelopak mata b. Adanya Krepitasi
c. Fraktur
F. Ecchymosis, epistaksis d. Deformitas, kelainan bentuk
e. Trismus (tonik kontraksi rahang)
f. Edema
g. Ketidakstabilan, atau keabnormalan bentuk dan gerakan yang
terbatas.
Fraktur Le Fort
◦ Fraktur Le Fort I merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi, dan menyebabkan terpisahnya prosesus
alveolaris dan palatum durum.
◦ Fraktur Le Fort tipe II biasa juga disebut dengan fraktur piramidal. Manifestasi dari fraktur ini ialah edema di
kedua periorbital, disertai juga dengan ekimosis, yang terlihat seperti racoon sign.
◦ Fraktur Le Fort III ini disebut juga fraktur transversal. Fraktur Le Fort III menggambarkan adanya disfungsi
kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus fraktur ini ialah remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang
zygomatikomaksila kompleks, disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal, edema, dan ekimosis
periorbital.

Anda mungkin juga menyukai