Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TIM STUDI TENTANG

IMPLEMENTASI BUSINESS INTELLIGENCE

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
TAHUN 2007

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek penting yang harus


dipahami dan dipersiapkan dalam mengimplementasikan sistem Business Intelligence
(BI) di suatu organisasi. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mempersiapkan
rencana pengembangan BI di Bapepam-LK. Penelitian mefokuskan kepada beberapa
hal penting, yaitu untuk mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam
membangun BI yang baik dan tepat sasaran, menelaah pendekatan yang tepat dalam
membangun BI di suatu organisasi, serta memahami aspek-aspek penting yang harus
diperhatikan agar investasi pembangunan BI di masa mendatang berhasil guna.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan BI harus dilandaskan
pada kondisi dan kebutuhan riil organisasi dalam mencapai tingkat kinerja yang
diinginkan. Jika kondisi tersebut terjadi, maka proses pengambilan keputusan akan
menjadi lebih baik dan akurat. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa terdapat
tahapan-tahapan yang harus dipenuhi untuk memastikan agar pengembangan BI
mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. Selain itu juga terdapat faktor-faktor
yang menjadi kunci sukses dalam pengembangan BI.

Keyword : Business Intelligence, Strategy, Key Performance Index

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
terselesaikannya Laporan Tim Studi Implementasi Business Intelligence. Laporan
ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Tim dalam melaksanakan penelitian yang
ditujukan untuk mengkaji aspek-aspek penting yang berkaitan dengan implementasi
BI.
Kami menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
lebih sempurnanya Laporan ini.
Akhir kata, satu harapan bagi kami agar Laporan Tim Studi ini dapat
bermanfaat tidak hanya bagi anggota Tim, tetapi juga bagi Bapepam-LK dalam
mengembangkan industri pasar modal dan lembaga keuangan di masa mendatang.

Jakarta, Desember 2007

Tim Studi Implementasi


Business Intelligence

ii

DAFTAR ISI
Hal
Abstrak

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

Daftar Tabel

Daftar Gambar

vi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Permasalahan Penelitian

1.3. Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Business Intelligence

2.2. Manfaat Business Intelligence Bagi Organisasi Non-Profit

2.3. Implementasi Business Intelligence di Organisasi

Pemerintah
2.4. Elemen-elemen Pengembangan Business Intelligence
2.4.1. Data Warehouse

9
9

2.4.2. Data Mining

12

2.4.3. OLAP (Online Analytical Processing)

14

2.5. Pendekatan Implementasi Business Intelligence

17

2.6. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kegagalan

19

Implementasi Business Intelligence


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV

22

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS


4.1. Hasil Penelitian

23

4.1.1. Pengembangan BI di PT Bursa Efek Surabaya

23

iii

4.1.2. Pengembangan BI di PT Kliring dan Penjaminan Efek

26

Indonesia
4.1.2. Pengembangan BI di Bagian Laboratorium Keilmuan

28

Software Engineering and Information Science, IPB


4.2. Analisis

BAB V

4.2.1. Tahapan Dalam Mengembangkan BI

33

4.2.2. Pendekatan Pengembangan BI

36

4.2.3. Faktor-faktor Kunci Sukses

36

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1. Kesimpulan

38

5.2. Rekomendasi

39

Daftar Pustaka

41

iv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1.

Perbandingan Analisis Statistik dengan Data Mining

12

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1.

Performance-Centric BI Implementation

Gambar 2.2.

Implementasi Data Warehouse

10

Gambar 2.3.

Kedudukan OLAP Dalam BI

15

Gambar 4.1.

Tahapan Pengembangan BI

32

Gambar 4.2.

Arsitektur dan Konstruksi BI

34

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini penggunaan teknologi informasi yang diintegrasikan dengan proses
pekerjaan di suatu organisasi sudah menjadi kebutuhan mutlak. Hal ini dikarenakan
adanya kebutuhan dari organisasi tersebut untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menganalisis masalah-masalah yang dihadapinya serta dalam pengambilan keputusan.
Ketersediaan data dan informasi yang lengkap, benar dan tepat sudah menjadi kebutuhan
pokok bagi kelangsungan hidup suatu organisasi.
Business Intelligence (BI) merupakan salah satu bentuk implementasi yang
mampu menjawab kebutuhan di atas. BI telah banyak digunakan oleh organisasiorganisasi dalam mengelola data dan informasi sampai dengan dukungan pengambilan
keputusan. Secara ringkas, BI dapat diartikan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari
hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan (usaha) suatu organisasi. BI biasanya
dikaitkan dengan upaya untuk memaksimalkan kinerja suatu organisasi. Business
Intelligence System merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk jenis aplikasi
ataupun teknologi yang digunakan untuk membantu kegiatan BI, seperti mengumpulkan
data, menyediakan akses, serta menganalisa data dan informasi mengenai kinerja
perusahaan.

Banyak lembaga pemerintahan yang telah memahami kegunaan dari BI tersebut.


Jika pada lembaga bisnis (profit organization) BI dimanfaatkan untuk meningkatkan
kinerja melalui pemilihan strategi bisnis yang tepat, maka pada lembaga pemerintahan
(non-profit organization) BI dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja organisasi
melalui peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja sehingga pada akhirnya akan tercipta
perbaikan layanan kepada masyarakat serta pengelolaan anggaran yang tepat.
BI dapat membantu suatu organisasi mendapatkan pengetahuan yang jelas
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi sehingga dapat membantu
organisasi dalam pengambilan keputusan serta sekaligus meningkatkan keunggulannya
(competitive advantage). BI juga dapat membantu suatu organisasi dalam menganalisis
perubahan tren yang terjadi sehingga akan membantu organisasi menentukan strategi
yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan tren tersebut.
Upaya memaksimalkan kinerja organisasi merupakan hal yang prioritas saat ini.
Organisasi

yang

secara

jelas

mampu

mengidentifikasikan,

menjelaskan,

dan

mengimplementasikan strateginya akan mampu berkembang dan berkompetisi lebih baik.


Untuk mencapai kinerja yang maksimal, organisasi tersebut harus mampu melakukan :
o Komunikasi yang jelas mengenai strategi dan tujuan organisasi
o Meningkatkan budaya akuntabilitas
o Menyediakan dan meningkatkan akses data dan informasi sesuai dengan kebutuhan
o Meningkatkan partisipasi sebanyak-banyaknya pihak yang terkait
BI dapat dimanfaatkan suatu organisasi dalam mencapai hal-hal di atas. Bahkan
BI dapat dijadikan dasar dalam melakukan pengawasan karena BI juga dapat
memberikan :

o Informasi dini (alert) jika terjadi penyimpangan antara kinerja dengan tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya
o Menyediakan laporan ter-otomasi (automated-feedback)
o Memonitor secara real-time Key Performance Index (KPI)
Tuntutan untuk menjadi organisasi yang memiliki kinerja tinggi juga dihadapi
oleh Bapepam-LK. Bapepam-LK memiliki tugas yang sangat penting berkaitan dengan
pengawasan dan pengembangan industri finansial di Indonesia. Kegiatannya menuntut
perhatian yang tinggi, terutama terkait dengan peran strategis pasar modal dan lembaga
keuangan dalam perekonomian nasional serta kerja sama internasional.
Setelah dilakukannya proses penggabungan, tugas dan wewenang Bapepam-LK
menjadi sangat luas, mencakup pengawasan industri pasar modal dan pengawasan
lembaga keuangan (asuransi, dana pensiun, dan perusahaan pembiayaan). Tugas dan
wewenang tersebut mutlak membutuhkan suatu dukungan sistem pengawasan yang
dilakukan secara elektronik, handal dan terpadu. Melihat data yang dikelola sangat
beragam dan jumlahnya banyak serta adanya tuntutan untuk mampu melakukan
pengawasan yang responsif, efektif dan efisien, maka implementasi BI di Bapepam-LK
menjadi suatu kebutuhan mendesak.
Upaya implementasi BI memerlukan investasi sumber daya organisasi yang relatif
cukup besar, baik itu berupa dana, waktu, maupun sumber daya manusia. Di sisi lain,
menurut beberapa hasil studi dan riset, pembangunan BI juga memiliki risiko yang cukup
besar untuk mengalami kegagalan (tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi). Risiko ini
akan terjadi jika pembangunan BI tersebut tidak direncanakan secara cermat.

Berangkat dari latar belakang itulah maka dibentuk Tim Studi Implementasi
Business Intelligence (Tim). Tim ini akan mengkaji aspek-aspek penting yang perlu
dipahami sebelum upaya pembangunan dan pengembangan BI di Bapepam-LK.

1.2. Permasalahan Penelitian


Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Meneliti tentang tahapan-tahapan apakah yang harus dilakukan dalam membangun BI
yang baik dan tepat sasaran
b. Meneliti tentang pendekatan implementasi BI yang bagaimanakah yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi Bapepam-LK
c. Meneliti tentang faktor-faktor yang menjadi penentu suksesnya implementasi BI di
suatu organisasi

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dari Tim ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam membangun BI yang
baik dan tepat sasaran di Bapepam-LK
b. Menelaah pendekatan yang tepat dalam membangun BI di Bapepam-LK
c. Memahami aspek-aspek penting yang harus diperhatikan agar investasi pembangunan
BI di masa mendatang berhasil guna

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Business Intelligence


Business Intelligence (BI) merupakan sistem dan aplikasi yang berfungsi untuk
mengubah data-data dalam suatu perusahaan atau organisasi (data operasional, data
transaksional, atau data lainnya) ke dalam bentuk pengetahuan. Aplikasi ini melakukan
analisis data-data di masa lampau, menganalisisnya dan kemudian menggunakan
pengetahuan tersebut untuk mendukung keputusan dan perencanaan organisasi.
Definisi BI lainnya adalah yang sebagaimana diungkapkan oleh DJ Powers1 :
Business Intelligence menjelaskan tentang suatu konsep dan metode bagiamana untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis berdasarkan sistem yang
berbasiskan data. BI seringkali dipersamakan sebagaimana briefing books, report and
query tools, dan sistem informasi eksekutif. BI merupakan sistem pendukung
pengambilan keputusan yang berbasiskan data-data
2.2. Manfaat Business Intelligence Bagi Organisasi Non-Profit
Beberapa manfaat yang bisa didapatkan bila suatu organisasi non-profit
mengimplementasikan BI adalah sebagai berikut2 :

1
2

A Brief History of Decision Support Systems, D J. Power, DSSResources.com, 2002


The Value of BI for Association Executives, Mike Steadman, Association Xpertise Inc., 2003

a. Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi


Melalui pembangunan BI, maka seluruh data dan informasi dapat diintegrasikan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan dasar pengambilan keputusan yang lengkap.
Informasi-informasi yang dulunya tidak dicakupkan sebagai salah satu faktor
pengambilan keputusan (terisolasi) dapat dengan mudah dilakukan connect and
combine dengan menggunakan BI. Data dan informasi yang dihasilkan pun juga menjadi
lebih mudah diakses dan lebih mudah untuk dimengerti (friendly-users infos).
b. Memudahkan pemantauan kinerja organisasi
Dalam mengukur kinerja suatu organisasi seringkali dipergunakan ukuran yang
disebut Key Performance Indicator (KPI). KPI tidak melulu diukur dengan satuan uang,
namun dapat juga berdasarkan kecepatan pelaksanaan suatu layanan. BI dapat dengan
mudah menunjukkan capaian KPI suatu organisasi dengan mudah, cepat dan tepat.
Dengan demikian akan memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
c. Meningkatkan nilai investasi TI yang sudah ada
BI tidak perlu/harus mengubah atau menggantikan sistem informasi yang sudah
digunakan sebelumnya. Sebaliknya, BI hanya menambahkan layanan pada sistem-sistem
tersebut sehingga data dan informasi yang sudah ada dapat menghasilkan informasi yang
komprehensif dan memiliki kegunaan yang lebih baik.
d. Menciptakan pegawai yang memiliki akses informasi yang baik (well-informed
workers)
Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, seluruh level dari suatu organisasi
(mulai dari pegawai/bawahan sampai dengan pimpinan) selalu berkaitan dan/atau

membutuhkan akses data dan informasi. BI mempermudah seluruh level pegawai dalam
mengakses data dan informasi yang diperlukan sehingga membantu membuat suatu
keputusan. Jika kondisi seperti ini tercapai, maka misi dan strategi organisasi yang sudah
ditetapkan dapat dengan lebih mudah terlaksana serta terpantau tingkat pencapaiannya.
e. Meningkatkan efisiensi biaya
BI dapat meningkatkan efisiensi karena mempermudah seseorang dalam
melakukan pekerjaan : hemat waktu dan mudah pemanfaatannya. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencari data dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan menjadi
semakin singkat dan cara untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan pengetahuan
(training) yang rumit. Dengan demikian training-training yang bisanya sering dilakukan
dengan biaya yang cukup besar, dapat dihemat sedimikian rupa.
2.3. Implementasi Business Intelligence di Lembaga Pemerintah
Sistem BI yang biasanya digunakan di organisasi profit telah digunakan juga di
berbagai lembaga pemerintahan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan layanan
kepada publik, efisiensi biaya, dan efektifitas kerja yang diembankan kepada organisasi
dimaksud.
Dalam mengimplementasikan BI di suatu lembaga pemerintah, hal utama yang
harus diperhatikan adalah bahwa BI harus mendukung pencapaian visi, misi, dan strategi
organisasi dalam mencapai tingkat kinerja organisasi (organization performance) yang
diinginkannya. BI harus sepenuhnya membantu organisasi dalam melaksanakan tugas
yang diembannya. BI harus menyatu dengan proses pekerjaan itu sendiri dan
menghasilkan informasi-informasi yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan.

Secara garis besar, implementasi BI pada lembaga pemerintah dapat dilihat pada
garfik di bawah ini3 :
Gambar 2.1. Performance-Centric BI Implementation

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam mengembangkan BI di suatu


lembaga pemerintahan harus mendasarkan pada konteks organisasi yang bersangkutan
(kondisi, ekspektasi), tujuan yang ingin dicapai, strategi yang akan digunakan, serta
bagaimana bentuk layanan yang ingin diberikan kepada masyarakat. Keberadaan BI-lah
yang akan membantu organisasi tersebut dalam mencapai kondisi yang diinginkan, dalam
bentuk penyempurnaan proses manajemen (management process) dan proses pelayanan
(service delivery process).
Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa untuk mengimplementasikan BI
di suatu lembaga pemerintah juga akan menghadapi beberapa kendala yang harus
diantisipasi terlebih dahulu. Jika kendala-kendala tersebut tidak/kurang diperhatikan
3

BI and Government Performance Management: Getting to Green, Steve Williams, Nancy Williams, DM
Review, 2004

maka dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi. Kendalakendala tersebut antara lain adalah :
a. Masih rendahnya pemahaman bahwa BI juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja organisasi lembaga pemerintah
b. Kesulitan memilih sistem atau model BI yang sesuai dengan kebutuhan organisasi
pemerintah
c. Kesulitan menentukan ukuran-ukuran kinerja organisasi yang harus dicapai
d. Masih rendahnya kemampuan dan kemauan organisasi untuk berubah, dalam
mengadopsi perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan layanan yang diminta
oleh publik.
2.4. Elemen-elemen Pengembangan Business Intelligence
2.4.1. Data Warehouse
Data warehouse merupakan tempat penyimpanan untuk ringkasan dari data
historis yang diambil dari basis data-basis data yang tersebar di suatu organisasi. Data
warehouse mengumpulkan semua data perusahaan dalam satu tempat agar dapat
diperoleh pandangan yang lebih baik dari suatu proses bisnis/kerja dan meningkatkan
kinerja organisasi. Data warehouse mendukung proses pembuatan keputusan manajemen.
Tujuan utama dari pembuatan data warehouse adalah untuk menyatukan data
yang beragam ke dalam sebuah tempat penyimpanan dimana pengguna dapat dengan
mudah menjalankan query (pencarian data), menghasilkan laporan, dan melakukan
analisis. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari keberadaan data warehouse adalah
dapat meningkatkan efektifitas pembuatan keputusan.

Adapun karakteristik Data warehouse adalah sebagai berikut4 :

a. Subject Oriented atau berorientasi pada subyek. Sebuah data warehouse dikatakan
berorientasi pada subyek karena data disusun sedemikian rupa sehingga semua
elemen data yang terkait dengan event/objek yang sama dihubungkan
b. Time-variant, artinya bahwa perubahan data ditelusuri dan dicatat sehingga laporan
dapat dibuat dengan menunjukkan waktu perubahannya
c. Non Volatile berarti bahwa data yang telah disimpan tidak dapat berubah. Sekali
committed, data tidak pernah ditimpa/dihapus. Data akan bersifat static, hanya dapat
dibaca dan disimpan untuk kebutuhan pelaporan
d. Integrated, artinya data warehouse akan mencakup semua data operasional organisasi
yang disimpan secara konsisten.
Ke-empat

karakteristik

di

atas

saling

terkait

dan

kesemuanya

harus

diimplementasikan agar suatu data warehouse bisa efektif memiliki data untuk
mendukung

pengambilan

keputusan.

Implementasi

ke-empat

karakteristik

ini

membutuhkan struktur data dari data warehouse yang berbeda dengan database sistem
operasional biasa.
Sedangkan fungsi utama dari data warehouse meliputi5:
a. Pengambilan dan pengumpulan data (termasuk data dari luar organisasi yang
dibutuhkan)
b. Mempersiapkan data (transforming), seperti membersihkan dan mengintegrasikan
data
4
5

Data Warehouse, wikipedia.org


Mengenal Data Warehouse, Djoni Darmawikarta, Ilmu Komputer, 2003

10

c. Penyimpanan data (loading)


d. Penyediaan data untuk analisis (query & reporting)
Secara garis besar, kedudukan data warehouse di implementasi BI dapat dilihat
pada gambar 2.26. Nampak bahwa penyusunan suatu data warehouse yang lengkap,
integratif serta terhubung dengan semua data operasional merupakan modal pokok
dikembangkannya BI di suatu organisasi.
Gambar 2.2. Implementasi Data Warehouse

Beberapa bagian penting dalam data warehouse dapat dijelaskan sebagaimana di


bawah ini :

Data mart, yang merupakan bagian dari data warehouse yang mendukung kebutuhan
dari suatu fungsi bisnis atau departemen tertentu. Data mart dapat berdiri sendiri atau

Data mining Concepts & Techniques, Han, Jiawei & Kember, Micheline. 2001. Simon Fraser University
Academic Press, USA

11

terhubung ke data warehouse yang telah ada. Ada beberapa karakteristik dari data
mart yang membedakannya dengan data warehouse, yaitu :
-

Data mart hanya berfokus pada satu kebutuhan pengguna dengan satu
departemen atau fungsi bisnis

Data mart tidak secara normal berisi data operasional terperinci

Data mart berisi lebih sedikit data dari yang ada dalam data warehouse, lebih
mudah dimengerti dan dipahami.

Kubus data (cube), adalah unit pemrosesan data yang terdiri dari tabel fakta dan
dimensi dalam suatu data warehouse.

Aggregation, adalah hitungan awal dari data numerik. Dengan menghitung dan
menyimpan jawaban dari query yang sebelumnya telah dibuat, waktu proses query
dapat lebih cepat. Dengan adanya agregasi, data yang jumlahnya ribuan atau bahkan
ratusan ribu dalam suatu basis data multidimensi dapat dicari dengan mudah dan tidak
memakan banyak waktu. Agregasi ini merupakan pondasi dari pembentukan kubus
data, karena mengorganisir kumpulan data kedalam struktur data basis data
multidimensi sehingga menghasilkan respon time yang cepat.

2.4.2. Data Mining


Data Mining seringkali diartikan dengan menulis banyak laporan dan query.
Namun pada kenyataannya kegiatan data mining tidak melakukan pembuatan laporan dan
query sama sekali. Data mining dilakukan dengan tool khusus, yang mengeksekusi
operasi data yang telah didefinisikan berdasarkan model analisis. Data mining adalah
ekstraksi informasi atau pola yang penting atau menarik dari data yang berada pada basis

12

data yang besar yang selama ini tidak diketahui tetapi mempunyai potensi informasi yang
bermanfaat.
Konsep data mining muncul dikarenakan timbulnya data explosion akibat dari
penumpukan data oleh sistem pengolahan basis data terpadu di suatu organisasi. Proses
data mining menggunakan berbagai perangkat analisis data untuk menemukan pola dan
hubungan dalam data yang mungkin dapat digunakan untuk membuat prediksi yang
valid.
Data mining menganalisis data untuk menemukan informasi yang tersembunyi
pada sejumlah besar data yang disimpan. Data mining merupakan proses yang berbeda
dengan analisis statistik biasa.
Tabel berikut menyajikan perbandingan antara keduanya7 :
Tabel 2.1. Perbandingan Analisis Statistik dengan Data Mining
Analisis Statistik

Data Mining

Biasanya dimulai dengan hipotesis (sebuah

Data mining tidak membutuhkan hipotesis

pertanyaan atau asumsi)


Untuk menyesuaikan dengan hipotesisnya

Algoritma data mining dapat dengan

maka dibangun sebuah persamaan

otomatis mengembangkan persamaan


tersebut

Hanya menggunakan data numerik

Tool data mining dapat menggunakan tipe


data yang berbeda-beda, tidak hanya data
numerik

Dapat dilakukan pencarian dan

Data mining bergantung pada data yang

penyaringan terhadap data kotor selama

bersih dan terdokumentasi dengan baik

proses analisisnya

Business Intelligence, Noverino Rifai, Kharizt Attria Gupta, ITB, 2004

13

Analisis Statistik

Data Mining

Hasil yang diperoleh diinterpretasikan

Hasil data mining sulit diinterpretasikan,

sendiri dan menyampaikan hasil tersebut

dan masih harus melibatkan ahli statistik

kepada manajer dan eksekutif perusahaan

dalam menganalisis hasil tersebut dan


menyampaikan hasil tersebut kepada
eksekutif organisasi

Hasil dari operasi data mining berupa tabel-tabel dan file-file yang berisi data
analisis yang dapat diakses dengan query dan reporting tools. Terdapat empat operasi
umum data mining yaitu :
a. Predictive and Classification Modeling, yang biasa digunakan untuk memperkirakan
suatu kejadian khusus. Diasumsikan bahwa seorang analis mempunyai pertanyaan
khusus untuk ditanyakan.
b. Link Analysis, yang digunakan untuk mencari hubungan antara record-record pada
basis data
c. Database Segmentation, yang digunakan untuk mengelompokkan record-record yang
berhubungan ke dalam segmen-segmen. Pengelompokkan ini merupakan langkah
pertama dari pemilihan data, sebelum operasi data mining lainnya dilakukan
d. Deviation Detection, yang digunakan untuk mencari record-record yang dipandang
tidak normal dan memberikan alasan untuk anomali tersebut.

2.4.3. OLAP (Online Analytical Processing)


OLAP merupakan kunci dari BI, yang digunakan untuk menganalisisis data dan
informasi yang pada akhirnya akan menjadi dasar basis Decision Support System (DSS)

14

dan Expert Infotmation System (EIS). Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan melalui
OLAP antara lain seperti : menlakukan query, meminta laporan yang ad hoc, mendukung
analisis statistik, analisis interaktif, serta membangun aplikasi multimedia.
OLAP merupakan proses komputer yang memungkinkan pengguna dapat dengan
mudah dan selektif memilih dan melihat data dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Data pada OLAP disimpan dalam basis data multidimensi. Jika pada basis data relasional
terdiri dari dua dimensi, maka pada basis data multidimensi terdiri dari banyak dimensi
yang dapat dipisahkan oleh OLAP menjadi beberapa sub atribut.
OLAP dapat digunakan untuk data mining atau menemukan hubungan antara
suatu item yang belum ditemukan. Pada basis data OLAP tidak perlu memiliki ukuran
besar seperti data warehouse, karena tidak semua transaksi membutuhkan analisis tren.
Dengan menggunakan open database connectivity (ODBC), data dapat diimpor dari basis
data relasional menjadi suatu basis data multidimensi untuk OLAP.
Berdasarkan struktur basis datanya OLAP dibedakan menjadi 3 kategori utama :
a. Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP)
Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP) adalah OLAP yang secara
langsung mengarah pada basis data multidimensi. MOLAP memproses data yang
telah disimpan dalam array multidimensional di mana semua kombinasi data yang
mungkin dicerminkan, masing-masing di dalam suatu sel yang dapat diakses secara
langsung.
b. Relational Online Analytical Processing (ROLAP)
Relational Online Analytical Processing (ROLAP) adalah suatu format pengolahan
OLAP yang melakukan analisis data secara dinamis yang disimpan dalam basis data

15

relasioanal bukan pada basis data multidimensi.. ROLAP merupakan bentuk


teknologi dari OLAP yang paling berkembang.
c. Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP)
Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP) merupakan kombinasi antara ROLAP
dengan MOLAP. HOLAP dikembangkan untuk mengkombinasikan antara kapasitas
data pada ROLAP yang besar dengan kemampuan proses pada MOLAP.
Sedangkan yang dimaksud dengan Decision Support Systems (DSS) merupakan
sistem informasi yang menggunakan model keputusan dan basis data untuk membantu
proses pengambilan keputusan pada level manajerial. Adapun Executive Information
Systems (EIS) adalah sistem informasi strategis bagi manajemen atas (eksekutif) yang
menyediakan akses yang cepat untuk informasi selektif faktor-faktor kunci terkait
implementasi strategi organisasi.
Secara garis besar, kedudukan OLAP dalam implementasi BI dapat dilihat pada
gambar 2.3 :
Gambar 2.3. Kedudukan OLAP Dalam BI

16

2.5. Pendekatan Implementasi Business Intelligence


Dalam membangun dan mengimplementasikan BI di suatu organisasi, terdapat 3
(tiga) pendekatan yang bisa digunakan8. Masing-masing dari pendekatan tersebut
memiliki kelebihan dan kelemahan, dimana pilihan dari strategi tersebut berdasarkan
kondisi dan kebutuhan organisasi yang akan membangun BI.
Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Top-down Approach
Pendekatan top-down sangat tepat bagi suatu organisasi yang akan membangun BI
dimana pada waktu yang bersamaan organisasi tersebut juga sedang melakukan
perubahan proses kerja (bussiness process re-engineering) secara menyeluruh di
seluruh aspek organisasi. Pada pendekatan ini, kerangka data warehouse secara
menyeluruh (enterprise data warehouse) harus disusun terlebih, baru kemudian
diikuti oleh data warehouse departemental (data mart).
Kelebihan dari pendekatan ini adalah :
-

Pembangunan BI langsung mencakup data seluruh organisasi

Kerangka BI akan lebih terstruktur, bukan gabungan dari berbagai data mart (data
parsial)

Penyimpanan data menjadi terpusat

Kontrol informasi dapat dilakukan secara tersentralisasi

Adapun kelemahan pendekatan ini yang harus diantisiapasi adalah :

Waktu implementasi lebih lama

Risiko kegagalan relatif tinggi karena kerumitannya

Business Intelligence, Presentation, PT KPEI, 2007

17

Membutuhkan biaya yang relatif besar

b. Bottom-up Approach
Kebalikan dengan pendekatan sebelumnya, dalam pendekatan bottom-up BI yang
akan disusun justru dari tingkat departemental (departemental data warehouse) baru
kemudian diintegrasikan menjadi data warehouse organisasi secara keseluruhan.
Pendekatan ini sangat tepat bagi kebutuhan suatu organisasi yang memprioritaskan
pembangunan BI di suatu departemen terlebih dahulu. Kemudian setelah sukses di
departemen tersebut akan dilanjtukan ke departemen lainnya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah :
-

Implementasi lebih mudah untuk dikelola dan lebih cepat memperlihatkan hasil

Risiko kegagalan relatif lebih kecil

Bersifat incremental, dimana data mart yang penting dapat dijadwalkan lebih
awal

Memungkinkan anggota tim proyek untuk belajar dengan baik

Adapun kelemahan pendekatan ini yang harus diantisiapasi adalah :


-

Tiap data mart merupakan departmental-view

Memungkinkan terjadinya duplikasi data di setiap data mart di masing-masing


departemen

Data tidak konsisten dan data sulit direkonsiliasi

Terdapat banyak interface yang sulit dikelola

18

c. Practical Approach
Pendekatan

ini

mengkombinasikan

ke-dua

pendekatan

sebelumnya

untuk

mendapatkan kelebihannya. Dalam pendekatan ini, pengembangan BI di suatu


organisasi akan dimulai dengan perencanaan dan pendefinisian arsitektur kebutuhan
data warehouse organisasi secara keseluruhan (standardisasi). Baru kemudian akan
dilakukan serangkaian pembuatan BI pada tiap departemen yang membutuhkan.
2.6. Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kegagalan Implementasi Business
Intelligence
Terdapat beberapa faktor yang harus dihindari agar implementasi BI di suatu
organisasi berjalan sukses. Hal ini sangat penting diperhatikan karena upaya
implementasi BI biasanya akan membutuhkan sumber daya (dana, waktu, tenaga) yang
relatif cukup besar. Faktor-faktor tersebut adalah9 :
a. Perencanaan yang kurang matang
Implementasi BI tidak mungkin berhasil tanpa perencanaan yang matang. Kondisi
tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya rendahnya konsistensi dukungan
pimpinan terhadap proyek BI itu sendiri dan rendahnya tingkat kerjasama antarbagian di organisasi dalam upaya mewujudkan BI.
Selain hal di atas, kurang jelasnya kebutuhan informasi yang ingin didapatkan dari
pengembangan BI juga berpotensi menurunkan tingkat keberhasilan. Sebelum
dilaksanakan, organisasi yang bersangkutan harus mampu mendefinisikan informasi

Why do BI implementation fails?, Ferenc Mantfeld, http://blogs.ittoolbox.com, 2006

19

apa saja yang dibutuhkan, data-data apa saja yang perlu dianalisis, dan dimana
sajakah data-data tersebut dikelola. Kemudian, siapa sajakah yang terkait dengan
kebutuhan analisis tersebut dan bagaimana bentuk informasi yang diharapkan.
Kesemuanya harus jelas terlebih dahulu sebelum dimulainya pengembangan BI.
b. Kualitas data yang tidak/kurang baik
BI tidak akan dapat digunakan dengan baik jika data yang akan dianalisis merupakan
data yang tidak/kurang baik kualitasnya. Data yang tidak/kurang baik akan
menghasilkan informasi yang kurang baik dalam pengambilan keputusan (garbage in
= garbage out concept)
c. Kurangnya mengantisipasi terhadap perubahan di organisasi
Sistem BI beserta implementasinya seringkali mengalami perubahan kebutuhan dan
organisasi patut mengantisipasi hal tersebut. Perubahan yang terjadi di organisasi pun
juga membutuhkan antisipasi pada sistem BI yang dipakai. Untuk itu organisasi harus
memperhitungkan sumber daya yang dibutuhkan.
d. Pengadaan sistem BI yang one-stop shoping
Sampai dengan saat ini, belum ada sistem BI yang siap pakai (fit) untuk semua jenis
organisasi yang membutuhkannya. Untuk itu pengadaan BI di suatu organisasi
memerlukan suatu proses penyempurnaan yang berkelanjutan dan bukan hanya
sekadar pembelian sistem yang sekali beli dapat digunakan seterusnya tanpa
penyempurnaan. Kebutuhan infrasruktur seperti server dan jaringan juga harus
diakomodasikan karena akan terus berkembang menyesuaikan banyaknya data yang
akan disimpan.

20

e. Pengembangan BI hanya mengandalkan tenaga outsourcing


Faktor paling krusial pada pengembangan BI di suatu organisasi adalah kejelasan
bagaimana proses kerja organisasi yang bersangkutan dan dimana data-data dan
informasi organisasi disimpan atau dikelola. Selain itu pemahaman yang jelas tentang
tujuan dan strategi organisasi, sejarah perkembangannya, serta profil pemakainya
juga menjadi informasi yang penting. Pihak outsourcing (vendor) BI tidak mungkin
mengetahui informasi yang lengkap dan detail mengenai hal-hal tersebut dengan
sendirinya tanpa bantuan dari pegawai organisasi yang bersangkutan.

Pihak

outsourcing BI hanya bertindak sebagai tenaga yang membantu membuat sistem, tapi
bentuk sistem dan kebutuhan apa saja yang diperlukan hanya organisasilah yang
mengetahui dengan baik.

21

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian dilaksanakan melalui dua


cara yaitu :
3.1.

Wawancara
Untuk mengumpulkan data penelitian yang berkaitan dengan upaya inplementasi

BI di Bapepam-LK, maka Tim telah melakukan wawancara langsung kepada beberapa


nara sumber yang telah memahami implementasi BI di suatu organisasi. Adapun pihakpihak yang diwawancari tersebut adalah :
a. Divisi Teknologi Informasi PT Bursa Efek Surabaya (BES)
b. Divisi Teknologi Informasi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
c. Bagian Laboratorium Keilmuan Software Engineering and Information Science
(SEINS), Institut Pertanian Bogor
3.2. Studi Kepustakaan
Selain melakukan wawancara langsung, Tim juga melakukan riset pustaka
terhadap beberapa buku, artikel, dan literatur lainnya yang secara khusus membahas
tentang BI. Selain itu studi kepustakaan juga dilakukan melalui internet.

22

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1. Hasil Penelitian


Setelah melakukan wawancara dan melihat secara langsung implementasi BI
dengan nara sumber, maka di bawah ini adalah hasil dari penelitian dimaksud.
4.1.1. Pengembangan BI di PT Bursa Efek Surabaya (BES)
a. Latar Belakang Pengembangan BI
Sejak tahun 1997 BES telah mengembangkan pasar obligasi yang dimulai dengan
memfasilitasi pasar secara OTC (Over-The-Counter) dengan sistem yang dinamakan
OTC-FIS (Over-The-Counter Fixed Income Securities). Program tersebut dilanjutkan di
tahun 2003 dengan bekerjasama dengan Asosiasi Dealer dan Pemerintah dalam program
buyback dan dilanjutkan pada tahun 2005 dengan meluncurkan transaksi bursa obligasi.
Dengan demikian peran BES dalam mengembangkan pasar obligasi semakin penting
yang kemudian membuat BES ditunjuk Bapepam-LK sebagai Penerima Laporan
Transaksi Obligasi (PLTO).
Tugas tersebut membuat semakin banyaknya data yang akan dikelola oleh BES.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengelola dan mengolah data tersebut menjadi
informasi yang bermanfaat bagi stakeholder. Selain dibutuhkan oleh regulator (BapepamLK) dalam melihat profil pasar dan menjadi referensi dalam menentukan kebijakan, data
maupun informasi tersebut memiliki nilai jual kepada para pelaku pasar. Oleh karenanya

23

Divisi Riset BES menyadari adanya tantangan untuk pengelolaan informasi dan analisis
data transaksi obligasi yang lebih baik.
b. Bentuk Pengembangan
Pengembangan sistem dimulai dari Divisi Riset BES yang menyampaikan
spesifikasi bisnis atas sistem/aplikasi yang diminta. Kemudian Divisi TI melakukan
analisis atas kebutuhan tersebut dan melakukan pengkajian atas beberapa alternatif solusi.
Terdapat dua pilihan waktu itu : menggunakan aplikasi Reporting dan Business
Intelligence (BI). BES memilih aplikasi BI karena memiliki fitur yang lebih banyak
(bahkan fitur reporting sudah termasuk di dalamnya) walaupun BI membutuhkan biaya
yang lebih besar daripada aplikasi reporting.
Selanjutnya disusun analisis cost and benefit terhadap dua pilihan tersebut dan
akhirnya walaupun membutuhkan biaya yang lebih besar dalam jangka menengah dan
panjang, aplikasi BI dinilai jauh lebih bermanfaat. Aplikasi BI ini nantinya tidak hanya
digunakan terbatas di Divisi Riset untuk mengolah data perdagangan obligasi, namun
dapat digunakan oleh Divisi Pencatatan untuk mengolah data Emiten. Selain itu juga
dapat dimanfaatkan untuk memantau kondisi finansial perusahaan, yang berarti menjadi
sentral informasi dalam proses pengambilan keputusan.
Divisi TI menjadi fasilitator dalam kegiatan pengembangan dengan menyediakan
perangkat server dan personil yang mengerti akses informasi dan desain basis data.
Sebagian besar kegiatan pengembangan dilakukan oleh vendor (outsourcing). Sedangkan
ujicoba dan acceptance dilakukan oleh user (Divisi Riset).
Adapun tahapan pengembangan tersebut melalui lima tahapan sebagai berikut:
o Business understanding (pemahaman kebutuhan pengguna)

24

o Data understanding (pemahaman kondisi data yang dimiliki)


o Data preparation (melakukan penyesuaian data untuk memenuhi kebutuhan)
o Modelling assessment (memilih model yang akan digunakan)
o Review and evaluasi (upaya meningkatkan value atas sistem)
c. Manfaat yang Diperoleh
Manfaat utama dari penerapan BI adalah sistem ini sangat berorientasi pada user.
Artinya keterlibatan personil TI dalam proses pengolahan data menjadi minimal karena
seluruh proses pembuatan report maupun distribusinya dapat dilakukan oleh user.
Produktivitas user juga menjadi meningkat karena dapat menyelesaikan tugas beragam
output tanpa banyak bergantung kepada personil TI. Dibandingkan dengan cara lama
yang menggunakan MS Excel, user dapat menghasilkan lebih banyak informasi dan dapat
dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
d. Aspek-aspek yang Diperhatikan
Dalam mengembangkan dan memanfaatkan BI di BES, beberapa hal yang
mendapatkan perhatian saat itu adalah sebagai berikut:
o Proyek dimulai dari lingkup yang kecil namun memiliki value yang tinggi sehingga
dapat dikembangkan dalam waktu yang tidak terlalu lama dan hasilnya dapat dilihat
sebagai contoh untuk penerapan di lingkup yang lain.
o Produk BI yang dipilih harus memiliki fitur yang lengkap namun memiliki skema
investasi yang fleksibel. Artinya dengan investasi yang tidak terlalu besar sudah dapat
memulai produk BI.
o Dukungan vendor lokal yang baik atas produk BI tersebut.

25

o Kebersihan data yang akan digunakan oleh BI. Prinsip garbage in garbage out
benar-benar perlu diperhatikan.
o Komitmen dari user untuk terlibat aktif baik dari tahap desain maupun dalam
operasionalnya merupakan kunci utama keberhasilan karena aplikasi BI didesain
berorientasi kepada user dengan minimal keterlibatan dari personil TI. Hal ini dapat
dicapai dengan program training yang baik untuk user.
4.1.2. Pengembangan BI di PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
a. Latar Belakang Pengembangan BI
Pengembangan BI di PT KPEI ditujukan untuk membantu perusahaan tersebut
dalam proses pengambilan keputusan dalam dua hal : sistem yang berkaitan dengan
fungsi utama perusahaan dalam mengelola kliring di bursa dan sistem yang berkaitan
dengan pengelolaan aktivitas perusahaan. Pengembangan BI dilaksanakan secara
bertahap, yang dimulai pada akhir tahun 2007 ini sampai dengan tahun 2010.
Sistem aplikasi utama meliputi sistem e-CLEARS (sistem on-line yang dimiliki dan
dioperasikan oleh KPEI guna mendukung proses kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa), ARMS (Automated Risk Management System) merupakan sistem
terpadu pemantauan risiko, sistem kliring Derivatif dan Fixed-Income. Sedangkan sistem
aplikasi pendukung meliputi sistem keuangan, sumber daya manusia, dan office
automation.
b. Bentuk Pengembangan
Dalam pengembangan BI di PT KPEI, terlebih dahulu dibentuk suatu Manajemen
Proyek yang terdiri dari Divisi TI, users (wakil-wakil pengguna), serta konsultan/vendor.

26

PT KPEI menggunakan practical approach dimana kerangka utama data warehouse akan
didefinisikan terlebih dahulu, baru kemudian akan dibangun data-marts yang dibutuhkan.
Setelah data marts yang diinginkan sudah terbangun akan segera diintegrasikan. Adapun
data marts yang terlebih dahulu akan dibangun adalah ARMS (Automated Risk
Management System).
Adapun langkah-langkah yang akan segera dilaksanakan oleh Manajemen Proyek
Implementasi BI di PT KPEI adalah sebagai berikut :
o Business Feasibility
o Vendor Selection
o Requirements Definition
o Design
o Implementation
o Testing
o Production
o Maintenance
c. Manfaat yang Diperoleh
Pengelolaan dan pengawasan kliring perdagangan di bursa merupakan salah satu
aspek penting yang mendukung pasar modal Indonesia. Dengan makin banyaknya produk
investasi di pasar modal maka semakin banyak pula jumlah data dan informasi yang
dikelola oleh PT KPEI. Dengan implementasi BI maka pengawasan atas kliring menjadi
semakin dipermudah, terutama dikaitkan dengan pemantauan risiko yang timbul dari
kegiatan kliring (risk-assessment).

27

Selain itu BI juga dimanfaatkan untuk meningkatkan pengawasan efektifitas tata


kelola manajemen di PT KSEI.
d. Aspek-aspek yang Diperhatikan
Dalam mengembangkan dan memanfaatkan BI di PT KPEI, beberapa hal yang
mendapatkan perhatian oleh Manajemen Proyek adalah sebagai berikut :
o Pemilihan solusi BI untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang penerapan BI
o Strategi pentahapan dengan pemilihan area sistem secara bertahap
o Orientasi pada pemenuhan kebutuhan user dan pengambilan keputusan
o Pembenahan data integrity secara paralel pada saat pengembangan BI

4.1.3. Pengembangan BI di Bagian Laboratorium Keilmuan Software Engineering


and Information Science (SEINS), Institut Pertanian Bogor
a. Latar Belakang Pengembangan BI
Bagian Laboratorium Keilmuan Software Engineering and Information Science
(SEINS), FMIPA, Departemen Ilmu Komputer di Institut Pertanian Bogor (IPB)
memutuskan untuk membangun suatu proyek implementasi BI di IPB. Tujuan utama
proyek tersebut adalah untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang selama ini
dipelajari oleh Bagian tersebut serta untuk menunjang pengelolaan data seluruh fakultas
yang ada di IPB.
b. Format Pengembangan
Pengembangan BI yang dilaksanakan di IPB menggunakan pendekatan BottomUp Approach. Alasan Departemen Ilmu Komputer menggunakan pendekatan tersebut
karena menurut mereka proses pembangunannya akan lebih cepat, yaitu dengan

28

melakukan eksperimen dan membangun prototipe. Data dan informasi yang dibutuhkan
langsung

dimintakan

kepada

masing-masing

fakultas

dan

secara

periodik

perkembangannya dilaporkan kepada pimpinan universitas. Namun ternyata terdapat


kelemahan dalam pendekatan ini dimana yang paling berpengaruh adalah kurangnya
perencanaan yang matang. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan
data dan informasi yang aktual dan lengkap untuk diproses lebih lanjut. Hal ini
mengakibatkan melambatnya proses implementasi BI.
c. Manfaat yang Diperoleh
Pengembangan BI yang dilaksanakan memberikan manfaat bagi IPB dalam
memperoleh informasi yang terkait dengan perkembangan mahasiswanya, seperti jumlah
mahasiswa di setiap departemen, perkembangan nilai akademik, tingkat kelulusan,
batasan nilai untuk penerimaan mahasiswa baru, fakultas yang menjadi favorit pilihan,
dan kuota mahasiswa yang akan diterima pada tiap fakultas.
d. Proses Pengembangan BI
Adapun beberapa langkah yang ditempuh Departemen Ilmu Komputer IPB dalam
membangun BI adalah sebagai berikut :
o Justifikasi pembangunan sistem
o Perencanaan singkat :
-

Identifikasi kebutuhan (kebutuhan pemakai, software, hardware, SDM, dan dana)

Identifikasi ruang lingkup pengembangan

o Pengorganisasian informasi/data yang akan dikelola :


-

Mendata sumber informasi dan data (membuat meta data)

Pemahaman informasi dan data (melalui wawancara)

29

Menentukan proses bisnis yang akan dimodelkan (detail of information, dimensi,


dan measures)

Membuat skema data relasi (star schema, snowflake schema, facts constellation)

o Ekstrasi, transformasi dan loading :


-

Melakukan data cleansing (pembersihan data) untuk menjamin konsistensi dalam


konvensi penamaan, struktur pengkodean, ukuran-ukuran atribut, dari sumber
data yang berbeda-beda (tiap fakultas)

Mengintegrasikan dan mengambil data serta memasukkan data ke dalam suatu


data warehouse

o Pembangunan front end application dan tools yang meliputi :


-

Information processing, membuat format informasi yang secara reguler


diperlukan seperti laporan rutin

Analytical processing, membuat aplikasi yang mendukung analisa secara mudah

Data Mining, mengintegrasikan aplikasi data miner untuk melihat hubungan


asosiasi, klasifikasi, cluster pada aset data

o Deployment :
-

Application Support Training

Technical Support Training

User Training

e. Aspek-aspek yang Diperhatikan


Berdasarkan pengalaman FMIPA IPB dalam membangun sistem BI, terdapat
beberapa aspek yang patut menjadi perhatian untuk menunjang keberhasilan
pembangunan sistem BI. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah :

30

o Ketersediaan dan kelengkapan data yang diperlukan untuk dapat dianalisa.


Karena data berasal dari berbagai sumber, seringkali dihadapi kondisi yang terkait
dengan ketidaksiapan data dimana historical data yang dibutuhkan tidak tersedia dan
dalam format beragam sehingga perlu upaya yang lebih komplek.
o Keterbatasan waktu dan dana karena kurangnya perencanaan yang baik.
Kondisi tersebut harus dipertimbangkan secara matang karena dalam pengembangan
BI selalu terdapat kemungkinan waktu pembangunan dan dana yang dibutuhkan
menjadi bertambah menyesuaiakn kebutuhan dan ruang lingkup pembangunan sistem
yang selalu berkembang.
o Pemahaman yang komprehensif terhadap data dan informasi
Dalam tahap pembuatan skema data diperlukan pemahaman yang lengkap akan
keterkaitan atas informasi/data yang ada dan kebutuhan informasi yang diinginkan
oleh user.
o Pengorganisasian data (ekstraksi, transformasi, dan loading)
Upaya ini merupakan upaya yang paling besar dan rumit, menyita waktu sekitar 60 %
- 80% dari total pembangunan BI itu sendiri. Hal ini sebagaimana pengalaman di IPB
dimana data yang dibutuhkan sangat tersebar dan dalam bentuk format yang beragam,
termasuk hard-copy. Dalam melakukan konsolidasi data perlu adanya konvensi
mengenai bentuk dan format data sehingga terjaga konsistensi.
o Penunjukan SDM khusus yang menangani BI.
Diperlukan adanya SDM khusus yang akan ditugaskan untuk memelihara maupun
mengembangkan sistem tersebut dan itu diperlukan semenjak awal proses. Hal

31

tersebut agar yang bersangkutan mengetahui dengan mendalam sistem yang dibangun
dan bagaimana mengembangkannya di masa mendatang.
o Dokumentasi aplikasi, terutama jika menggunakan jasa pihak ketiga dalam
pembangunan sistem BI.
Hal ini diperlukan agar dalam pemeliharaan dan pengembangan sistem tersebut di
masa mendatang tidak membutuhkan upaya yang terlalu besar.
o Peran aktif dari users
Kejelasan data dan bentuk kebutuhan informasi yang dibutuhkan hanya didapat dari
user yang benar-benar akan memanfaatkan sistem BI tersebut sehingga keterlibatan
aktif mereka sangat dibutuhkan.
o Perubahan pola kerja
Dalam tahap implementasi sistem, terdapat kemungkinan perubahan dalam prosedur
kerja. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi agar perubahan yang terjadi dapat diterima
oleh users.

32

4.2. Analisis
Dari hasil penelitian terhadap ke-tiga lembaga di atas, Tim telah menganalisis
beberapa hal yang patut diperhatikan terkait rencana implementasi dan pengembangan BI
di suatu organisasi dan diharapkan dapat diterapkan dalam membangun BI di BapepamLK. Hasil analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
4.2.1. Tahapan Dalam Mengembangkan BI
Dalam mengembangkan BI setidaknya terdapat tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan untuk memastikan agar upaya pengembangan BI akan mencapai hasil yang
maksimal. Secara garis besar, tahapan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 4.1. Tahapan Pengembangan BI

33

a. Tahap Perencanaan Proyek (Project Planning)


Pada tahapan ini harus dapat dijelaskan apa yang menjadi tujuan utama dari proyek
BI, ekspektasi (harapan) yang diinginkan, dukungan formal dari Pimpinan organisasi
yang bersangkutan, serta capaian-capaian (milestone) yang akan dituju.
b. Tahap Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)
Pada tahap ini harus sudah teridentifikasi kebutuhan pengembangan BI secara detail.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun dan mengumpulkan information package
untuk semua subjek informasi yang akan ada dalam data warehouse. Fungsi
information package adalah :
o Mendefinisikan subjek area dan ukuran pekerjaan (business process) utama
o Menentukan bagaimana data akan disajikan dan diakses
o Menentukan bagaimana pengguna akan melakukan agregasi atau roll up
o Menentukan kuantitas data untuk analisis atau query
o Menaksir ukuran data warehouse & frekuensi data refreshing
o Memastikan bagaimana informasi akan di-package
c. Tahap Desain dan Konstruksi (Design and Construction)
Pada tahap ini harus telah tersusun arsitektur dan infrastruktur yang diinginkan dari
desain BI, yang akan mencakup 3 (tiga) bagian utama yaitu :
o Data Acquisition
Bagian ini terkait dengan upaya meng-ekstraksi data dari sumber-sumber data,
dan upaya memindahkan data yang sudah diekstrak tersebut ke staging area
(tempat dimana semua data ekstraksi diletakkan bersama-sama)

34

o Data Storage
Bagian ini terkait dengan upaya loading data dari staging area ke data warehouse
repository (berupa relational data base)
o Information Delivery
Bagian ini terkait dengan upaya menyediakan user interface yang akan
menghubungkan pengguna dengan data warehouse. Jenisnya dapat berupa OLAP,
data mining, maupun report/query.
Gambar 4.2. Arsitektur dan Konstruksi BI

d. Tahap Implementasi (Deployment)


Pada tahap ini, pengembangan BI yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
harus sudah dapat dites penggunaannya serta kemudian di-ujicoba apakah sudah
memenuhi tujuan dan ekspekstasi sebagaimana kebutuhan organisasi. Akhir tahap ini

35

ditandai dengan telah dilaksanakannya user acceptance test (UAT) dan user telah
memahami bagaimana menggunakan sistem tersebut dengan tepat.
e. Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Kebutuhan informasi yang dibutuhkan organisasi akan terus berkembang. Untuk itu,
sistem BI yang telah diimplementasikan mungkin saja memerlukan perkembangan
lebih lanjut (enhancement). Untuk itu perlu dipersiapkan suatu proses pemeliharaan
yang berkesinambungan.
4.2.2. Pendekatan Pengembangan BI
Dalam pengembangan BI di Bapepam-LK, pendekatan yang dirasakan sesuai
dengan kondisi organisasi yang ada adalah pendekatan praktikal (practical approach).
Dimana dengan pendekatan ini pengembangan BI akan dilakukan pada tiap-tiap
departemen/biro namun tetap mengacu pada standar arsitektur informasi organisasi
secara keseluruhan.
Latar belakang pemilihan metode pendekatan tersebut adalah :
o Mempertimbangkan besarnya cakupan organisasi beserta kebutuhan informasinya
o Lebih cepat menampakan hasil (faktor psikologis)
o Meminimalkan risiko kegagalan
o Dapat diutamakan pada departemen yang membutuhkan prioritas
4.2.3. Faktor-faktor Kunci Sukses
Berikut beberapa faktor yang menjadi kunci sukses dalam pengembangan BI :
o Dukungan dan komitmen berkelanjutan dari Pimpinan organisasi terhadap proyek BI,
karena proyek BI bukan merupakan aktivitas yang bersifat one-stop shopping

36

o Perencanaan harus matang, tujuan pengembangan BI yang realistis dan terdefinisi


dengan jelas,
o Memperoleh dukungan penuh dan antusiasme dari user-nya dan tidak hanya
mengandalkan tenaga outsourcing semata
o Tahap ETL (extract, transfer, load) merupakan pekerjaan yang paling membutuhkan
tenaga dan waktu yang banyak sehingga pengembangan BI harus memperhatikan
tahapan ini. Kelemahan pada tahapan ini akan mempengaruhi keberhasilan
implementasi BI secara keseluruhan.
o Utamakan arsitektur informasi terlebih dahulu, baru kemudian memilih teknologi dan
alat BI yang akan digunakan. Arsitektur tersebut harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi organisasi yang bersangkutan.
o Menggunakan teknologi yang tepat guna bagi users dan mudah dalam
penggunaannya. Tidak harus menggunakan teknologi yang canggih namun justru
mempersulit penggunanya.
o Membentuk Manajemen Proyek yang benar-benar berorientasi pada users
o Menentukan cakupan data yang jelas karena tidak semua data harus terhubung
dengan BI.

37

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, Tim dapat menyimpulkan
beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :
a. Setelah dilakukannya proses penggabungan, tugas dan wewenang Bapepam-LK
menjadi sangat luas, mencakup pengawasan industri pasar modal dan pengawasan
lembaga keuangan. Melihat pihak yang diawasi cukup banyak, data yang dikelola
sangat beragam, serta adanya tuntutan untuk mampu melakukan pengawasan yang
responsif dan tepat dalam pengambilan keputusan, maka implementasi BI di
Bapepam-LK menjadi suatu kebutuhan mendesak.
b. Implementasi BI memerlukan investasi sumber daya organisasi yang relatif cukup
besar (dana, waktu, maupun sumber daya manusia) serta memiliki risiko yang cukup
tinggi untuk mengalami kegagalan. Untuk itu implementasi BI mutlak memerlukan
perencanaan yang matang dan dukungan berkelanjutan dari Pimpinan organisasi.
c. Dalam mengembangkan BI terdapat tahapan-tahapan yang harus dipenuhi untuk
memastikan agar pengembangan BI mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan.
Secara garis besar, tahapan meliputi :
o Tahap Perencanaan Proyek (Project Planning),

38

o Tahap Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis),


o Tahap Desain dan Konstruksi (Design and Construction),
o Tahap Implementasi (Deployment), dan Tahap Pemeliharaan (Maintenance).
d. Pendekatan implementasi BI yang sesuai dengan kondisi Bapepam-LK saat ini adalah
melalui pendekatan praktikal (practical approach) dimana pengembangan BI akan
dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan pada tiap-tiap departemen/biro
namun tetap mengacu pada standar arsitektur informasi organisasi secara
keseluruhan.
e. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kunci sukses dalam pengembangan BI,
dimana 3 (tiga) hal yang paling utama adalah :
o Dukungan dan komitmen berkelanjutan dari Pimpinan
o Perencanaan yang matang dan realistis
o Ketersediaan data yang lengkap dan reliable

5.2. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi Tim yang dapat disampaikan sehubungan dengan rencana
implementasi BI di Bapepam-LK adalah sebagai berikut :
a. Sebelum dilakukannya pengembangan BI, dua hal yang harus segara dilaksanakan
adalah :
o Penyusunan arsitektur teknologi dan informasi Bapepam-LK yang akan menjadi
dasar pengembangan sistem dan aplikasi secara keseluruhan (termasuk BI).
o Penyempurnaan seluruh basis data yang ada di Bapepam-LK sehingga terstandar
dan terintegrasi (Relational Database Management System)

39

b. Pembentukan Manajemen Proyek yang dedikasikan untuk pengembangan BI


Bapepam-LK, yang wajib menyusun suatu perencanaan yang matang dan benar-benar
berorientasi pada users. Keberadaan Manajemen Proyek ini harus benar-benar
didukung secara berkelanjutan oleh segenap Pimpinan karena pengembangan BI
bersifat strategis dan berorientasi jangka panjang. Manajemen Proyek harus terdiri
dari seluruh pihak terkait dan wakil-wakil user (Sekretariat dan Biro).

40

DAFTAR PUSTAKA

D J. Power , A Brief History of Decision Support Systems, DSSResources.com, 2002


Djoni Darmawikarta, Mengenal Data Warehouse, Ilmu Komputer, 2003
Ferenc Mantfeld, Why do BI implementation fails?, http://blogs.ittoolbox.com, 2006
Han, Jiawei & Kember, Michelin, Data mining Concepts & Techniques, Simon
Fraser University Academic Press, USA 2001
Mike Steadman, The Value of BI for Association Executives, Association Xpertise
Inc., 2003
Noverino Rifai, Kharizt Attria Gupta, Business Intelligence, ITB, 2004
Steve Williams, Nancy Williams, BI and Government Performance Management:
Getting to Green, DM Review, 2004
__________, Data Warehouse, wikipedia.org

41

Anda mungkin juga menyukai