Ekosistem Perairan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

RESUME EKOLOGI

EKOSISTEM PERAIRAN
Astrid Amalia Hapsari Putri
130341603390/PBIO/OFF.B
Ekosistem Sungai
Sungai merupakan suatu perairan terbuka yang memiliki arus, perbedaan gradien
lingkungan, serta masih dipengaruhi daratan. Sungai memiliki beberapa ciri antara lain:
memiliki arus, resident time (waktu tinggal air), organisme yang ada memiliki adaptasi
biota khusus, substrat umumnya berupa batuan, kerikil, pasir dan lumpur, tidak terdapat
stratifikasi suhu dan oksigen, serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah
pula menghilangkannya (Odum, 1996).
Ada dua zona utama pada aliran sungai (Odum,1996), yaitu:
1. Zona Air Deras: Daerah yang dangkal di mana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lainnya, sehingga
dasarnya padat, zona ini dihuni oleh benthos yang beradaptasi khusus atau
organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegangan kuat pada dasar sungai dan
ikan perenang kuat.
2. Zona Air Tenang: Bagian air yang dalam dimana kecepaan arus telah berkurang,
maka lumpur dan materi yang berada dalam air cenderung mengendap pada dasar
perairan, sehingga dasarnya lunak dan tidak sesuai untuk benthos permukaan tapi
cocok untuk penggali nekton dan beberapa plankton
Berdasarkan letak dan kondisi lingkungannya sungai dibagi menjadi tiga bagian :
1. Hulu sungai, terletak di daerah yang dataran tinggi, menglir melalui bagian yang
curam, dangkal, berbatu, arus deras, volume air kecil, kandungan oksigen telarut
tinggi, suhu yang rendah, dan warna air jernih.
2. Hilir sungai, terletak di daratan yang rendah, dengan arus yang tidak begitu kuat dan
volume air yang besar, kecepatan fotosintesis yang tinggi dan banyak bertumpuk
pupuk organik.
3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus
air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan
terlarut, Lumpur dari hilir membentik delta dan warna air sangat keruh (Wotton,
1992).
Eksositem Danau
Danau adalah bentuk geologi sementara, biasanya terbentuk karena bencana alam,
menjadi dewasa dan mati dengan tenang dan perlahan-lahan. danau yang berasal dari
bencana alam, dalam zaman es atau periode aktivitas tekntonik dan vulkanik yang intesif,
mencerminkan distribusi yang terlokasi pada lembah di atas massa tanah di daratan,
untuk peristiwa itu bagaimanapun hebatnya, yang telah menghasilkan lembah-lembah
tidak terjadi di daratan secara simultan atau sama. Oleh karena itu danau cenderung
berkelompok pada wilayah danau. Dapat ditambahkan bahwa manusia demam
membangun danau (biasa disebut penggenangan) di dunia termasuk di daerah di mana
tidak ada danau. Karena tidak berasal dari bencana alam, danau buatan mungkin hanya
peralihan secara geologis (Odum,1996).

Berdasarkan kandungan hara (tingkat kesuburan), danau diklasifikasikan dalam 3


jenis yaitu : (1) danau oligotrofik, (2) danau mesotrofik dan (3) danau eutrofik. Danau
eutrofik merupakan danau yang memiliki kadar hara tinggi, memiliki perairan dangkal,
tumbuhan litoral melimpah, kepadatan plankton lebih tinggi, sering terjadi blooming alga
dengan tingkat penetrasi cahaya matahari umumnya rendah (Goldman dan Horne, 1989).
Sementara itu, danau oligotrofik adalah danau dengan kadar hara rendah, biasanya
memiliki perairan yang dalam. Semakin dalam danau tersebut semakin tidak subur,
tumbuhan litoral jarang dan kepadatan plankton rendah, tetapi jumlah spesiesnya tinggi.
Danau Mesotrofik merupakan danau dengan kadar nutrien sedang, juga merupakan
peralihan antara kedua sifat danau eutrofik dan danau oligotrofik (Odum, 1996).
Ekosistem Estuaria
Estuaria (berasal dari kata aestus, artinnya pasang surut) adalah keadaan air di sekitar
pantai cenderung mempunyai variasi temperatur dari adjecent air laut. Kadar garam yang
sering berubah-ubah menyebabkan organisma telah berkembang kapasitas hiduonya di
dalamnya. Keadaan aspek tekanan osmotis dan lingkungan estuaria adalah lebih
kompleks dalam melihat fungsi mereka sebagai nutrisi yang masuk ke perairan itu
(Ramli, 1989). Estuari merupakan teluk di pesisir yang sebagian tertutup, tempat air
tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Kebanyakan estuari didominasi oleh substrat
berlumpur. Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan
air laut. Di antara partikel yang mengendap di estuari kebanyakan bersifat organik.
Bahan ini menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme estuari (Dahuri et al.,
1996)
Ekosistem Laut
Luas laut dunia yang mencakup 70% bagian Bumi, namun luas daerah perairan laut yang
dilindungi sangat kecil. Saat ini seluruh wilayah kawasan konservasi laut hanya meliputi
kurang dari setengah persen luas wilayah laut, dan kurang dari sepertiganya yang
berstatus sangat dilindungi dan 71% tidak ada pengelolaan yang aktif (Robert C.M & J.P.
Hawkins, 2000).
a. Macam-Macam Ekosistem Laut

Pantai

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme
yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di
substrat keras.
Terumbu karang
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi. Untuk
dapat bertumDbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan
kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20 oC.
Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak
berpolusi (George ,dkk. 1999).

Mangrove
Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat di manfaatkan
secara rasional. Secara langsung manfaat yang dapat dirasakan penduduk di
sekitarnya adalah kayu pohon mangrove yang dipergunakan sebagai bahan bangunan,
kayu bakar, pembuat arang dan pulp. Selain itu hutan mangrove juga merupakan
pengeksport bahan organik yang berguna tmtuk menunjang kelestarian biota akuatik

(Odum & Heald, 1972). Berdasarkan segi ekologinya, hutan mangrove digunakan
sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi kehidupan fauna (Heald &
Odum,1972; Macnae, 1974; Barnes 1974).
Padang Lamun
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah
lamun, Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang berbiji
satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara
ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir. Lamun
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal diseluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organismes.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang
lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area
pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau
jarang. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang
masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air
yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta
mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun. Hampir semua
tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu.
Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir
yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem
(organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik
disebut Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah
perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.

DAFTAR RUJUKAN

Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Alih Bahasa. Cahyono,S. FMIPA IPB.
Gadjah Mada University Press. 625p.
Roberts C.M. & J. P. Hawkins 2000. Fully-protected marine reserves: A guide. WWF
in Washington DC USA, University of York, York, UK. 131 p.).

Anda mungkin juga menyukai