Anda di halaman 1dari 9

NEFROLITHIASIS

A. Pendahuluan
Batu ginjal merupakan kejadian yang cukup sering terjadi, mengenai sekitar 5% dari
seluruh perempuan Amerika dan 12% dari seluruh pria Amerika. Laporan terbaru
menunjukkan bahwa prevalensi batu ginjal ini terus meningkat. Berbagai kemajuan
dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan batu ginjal terus ditemukan selama 3
dekade terakhir ini. Mulai dari pencitraan CT helikal, kemajuan pemeriksaan
metabolik, dan terapi pembedahan yang semakin tidak invasif gelombang kejut
litotripsi (SWL), nefrolitotomi perkutan (PNL), dan ureteroskopi (USR). Akan
tetapi pemahaman kita tentang patogenesis pembentukan batu ginjal, ternyata tidak
semaju kemampuan diagnosis dan penatalaksanaannya.
Meskipun telah banyak yang diketahui tentang proses kimiawi pembentukan
nefrolitiasis, namun faktor pencetus serta kejadian-kejadian selanjutnya yang
akhirnya menyebabkan batu ginjal masih harus dipelajari lebih lanjut. Penelitianpenelitian telah dilakukan menggunakan hewan percobaan dan eksperimen kultur
sel; akan tetapi, hasil yang ada masih diragukan, apakah dapat diterapkan pada
manusia. Usaha terbaru untuk memahami patogenesis nefrolitiasis pada manusia
membuat kita kembali melihat anatomi manusia, histopatologi, dan faktor-faktor
metabolik pada berbagai batu ginjal yang terbentuk. Usaha ini didasari pada
kenyataan bahwa terdapat berbagai fenotipe batu yang berbeda dan kejadian yang
berakhir pada pembentukan batu ginjal diduga akan berbeda pada masing-masing
fenotipe.
B. Defenisi
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di
dalam ginjal. Batu terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat.
C. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada
seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari

tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
1. Keturunan

: Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua.

2. Umur

: Penyakit ini paling sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.


3. Jenis kelamin : Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :


1. Geografis : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

D.
Batu

Patofisiologi
dapat

terbentuk

karena

adanya

substansi

tertentu

seperti

kalsium

oksalat,

kalsium fosgat dan

asam urat yang meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat adanya
defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi
dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu adalah pH urin
dan status cairan.
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granular kecil (pasir atau kerikil) sampai batu
sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Faktor-faktor penyakit lain yang
dapat mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium di dalam urin dan darah juga
menyebabkan pembentukan kalsium.
E. Jenis-jenis batu ginjal
a. Batu Kalsium Oksalat.
Sering terdapat sendiri atau
bersama-sama
dengan
kalsium fosfat membentuk
batu di sistem urinaria.
b. Batu Sistin. Jarang terjadi,
umumnya karena faktor
keturunan. Jika terjadi dapat
menyebabkan
penghancurkan
ginjal
progresif.
c. Batu
Asam
Urat.
Mempunyai
hubungan
dengan asam urat dan
metabolisme ginjal.
d. Batu Struvit. Umumnya
terjadi pada wanita, sebagai
akibat
infeksi
mikroorganisme
Proteus
dan Klebsiella.

F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika
batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan
sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
a. Batu

di

piala

ginjal,

berkaitan dengan sakit yang


dalam dan terus menerus di
area kostovetebral, adanya
hematuria,

oliuria,

rasa

terbakar. Nyeri yang berasal


dari area renal menyebar
secara anterior dan pada
wanita ke bawah mendekati
kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis.
Nyeri mendadak menjadi
akut disertai nyeri tekan
diseluruh

area

kostovertebral dan muncul


mual dan muntah (episode
kolik renal). Dapat terjadi
diare dan ketidaknyaman
abdominal, gejala GI akibat
dari refleks renointestinal
dan proksimitas anatomik
ginjal ke lambung, pankreas
dan usus besar.
b. Batu

di

ureter,

menyebabkan nyeri yang


luar biasa, akut dan kolik
yang menyebar ke paha dan
genitalia.

Rasa

ingin

berkemih

tetapi

hanya

sedikit urin yang keluar,


batu akan keluar dengan
diameter 0,5-1 cm.
c. Batu di kandung kemih,
menyebabkan gejala iritasi
dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan
hematuria.

Jika

batu

menyebabkan obtruksi pada


leher

kandung

kemih

menyebabkan retensi urin,


distensi

abdomen,

mual,

muntah.

G. Evaluasi Diagnostik
Uji kimia darah dan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,

kreatinin, natrium, pH dan volume total.


H. Penatalaksanaan

Pengurangan nyeri

Pengangkatan batu dan pelarutan batu

Terapi nutrisi dan medikasi

Lithotripsi

gelombang

kejut

Ekstrakorpeal

(ESWL:

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)

Ureteroskopi, mencakup visualisasi dan akses ureter dengan


memasukkan suatu alat ureteroskop, melalu sitoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan laser, lithotripsielektrohidraulik.

Pengangkatan bedah, jika batu terletak di dalam ginjal dilakukan


dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu)
atau nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi, batu
dalam piala ginjal dilakukan pielolitotomi, batu di kandung
kemih dilakukan sistostomi.

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kaji terhadap adanya
nyeri, ketidaknyamanan,
keparahan

dan

lokasi

nyeri.
b. Kaji

gejala

yang

berhubungan
mual,

seperti

muntah,

diare,

distensi abdomen.
c. Kaji tanda-tanda infeksi
traktur

urinarius

(menggigil,

demam,

disuria,

sering

berkemih),

obstruksi

(berkemih

sering

dengan
sedikit,

frekuensi
oliguria,

atau

anuria).
d. Riwayat
ginjal

adanya
pada

kanker,

diet

batu

keluarga,
tinggi

kalsium atau purin.


2. Diagnosa Keperawatan
-

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi renal,


edema, obstruksi atau perdarahan traktus urinarius.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mengeliminasi urin.

Ansietas berhubungan dengan kemungkinan diagnosa yang berat


dan perubahan fungsi ginjal.

Kurang pengetahuan mengenai prosedur diagnostik dan tes


diagnostik.

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Yayan. (2008). Nefrolitiasis. Diperoleh tanggal 03 Mei 2008 dari
http://www.medicastore.com.

LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITIASIS DI RUANGAN CENDRAWASIH I
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

OLEH

MERISSA ASRINA NENTY


0811113479

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


UNIVERSITAS RIAU
2012

Anda mungkin juga menyukai