Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN INSENTIF RISTEK


TAHUN 2010

Efektifitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Obat


Penyakit Scabi~s Pada Kambing Dengan Tingkat
Kesembuhan >95/o
(Efektifitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 1015% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan
Tingkat Kesembuhan >95%)

BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN

2010

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN INSENnF RISTEK
TAHUN 2010

Efektifitas Daun Gamal ( Gliricidia sepium) Sebagai Obat


Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan Tingkat
Kesembuhan >95/o

(Efektifitas Daun Gamal (Giiricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 1015% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan
Tingkat Kesembuhan >95%)

Oleh:
Dyah Haryuningtyas S
Yuningsih
S. Endah Estuningsih

BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER


BADAN PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN

2010
2

Lembar Pengesahan

1. Judul Kegiatan

: Efektifitas Daun Gamal (G/iricidia sepium)

Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Oengan Tingkat


Kesembuhan 95% .

2. Penanggung

J~wab

: Drh. Oyah Haryuningtyas S, MSi


: Jl. RE Martadinata 30 Bogar 16114

3. Jabatan
Stru ktu ra I
ii. Fungsional
1.

4.
5.
6.
7.
8.

Unit Kerja
Mulai-Akhir
Lokasi Kegiatan
Biaya Kegiatan
Sumber Biaya

: Peneliti Muda
: Balai Besar Penelitian Veteriner
: Februari 2010- Nopember 2010
:Bogar
: Rp. 141.654.545,: Ristek 2010

Penanggung Jawab Kegiatan

Mengetahui
Plh. Kepala Kepala Balai Besar
P~
~ Veteriner

~~
Drh. Dyah Haryuningtyas S, MSi
NIP. 19740614 200003 2 001

RINGKASAN

Scabies merupakan penyakit parasit menular pada kulit yang disebabkan oleh

Sir.:Dptes scabiei. Penyakit ini masih merupakan proplem penting pada kambing di
l'"lrVv'\A ..

ia. laporan terakhir kasus scabies di Jawa mencapai 47,5% tahun 2006.

Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang
, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko terjadinya resistensi jika sering
~

akan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies perlu dikembangkan lebih
sebagai alternatif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat,
serta ramah lingkungan . .
Hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa hasil uji potensi ekstrak 3 macam
aman (biji

bengkuang, biji srikaya dan daun gamal} secara invivo terhadap

gau Sarcoptes scabiei pada kambing diketahui bahwa ef<strak etanol daun gamal
memberikan hasil yang baik sebagai akarisida nabati pada kambing tanpa efek
samping. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun
gamal (Giiricidia sepium) dengan pelarut minyak (sebagai pelarut bahan aktif
arin} sehingga diperoleh fonnula akarisida nabati yang efektif, efisien, mudah
roleh dan mudah aplikasinya. Penelitian ini akan dilakukan dalam 7 tahapan
(1) lnfestasi buatan S. Scabiei pada kambing, (2) Analisis kumarin dalam daun
;amal (3) Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamat dengan 4 variasi konsentrasi
6.25%, 12,5%, 25% dan 50%) (4) Aplikasi ekstrak minyak daun gamal pada
~bing

terinfestasi scabies (5) Uji stabilitas fonnula (monitoring kandungan kumarin

lalam ekstrak) pada perlakuan penyimpanan (6) Uji keamanan fonnula (uji iritasi
ulit dan iritasi mata) dan (7) Aplikasi fonnula pada hewan kambing yang terinfestasi

scabies di lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun gamal segar yang
'Tlengandung kumarin :t 1000 ppm (dari tanaman gamal berumur lebih dari 6 bulan)
dapat menurunkan 100% populasi tung au S.scabiei dengan ekstrak minyak daun
gamal konsentrasi 50% setelah 2x pengobatan (interval 1 minggu). Walaupun hasil
stabilitas kumarin menunjukkan tidak stabil dalam perlakuan penyimpanan (stabil
aksimal 1 minggu). Selanjutnya hasil uji keamanan menunjukkan tidak terjadi iri
tasi kulit dan mata sehingga aman digunakan. Hasil aplikasi fonnula pada 79 ekor
ambing di lapang menunjukkan hasil pengamatan yang sama seperti pada hewan
percobaan (efektif dan efisien).

Kata kunci: Sarcoptes scabiei, kambing, daun gamal

PRAKATA

Scabies merupakan penyakit kulit yang masih menjadi masalah penting pada
t:mak kambing, khususnya kambing yang dipelihara secara tradisional di pedesaan.
i?enanggulangan penyakit ini seringkali menjadi kendala karena harga obat yang
-.ahal dan sulit ditemukan di pedesaan. Pada penelitian terdahulu telah dilakukan
:e1apisan berbagai ekstrak tanaman, seperti tanaman jarak pagar, kemalakian ,
:eogkuang, sirsak, srikaya dan gamal yang diduga mempunyai efek akatisida
~dap

tungau S. scabiei pacta kambing. Hasil penelitian tersebut diketahui daun

gamal mempunyai efek sebagai akatisida nabati yang potensial tanpa efek samping.

Pada penelitian ini dilakukan uji efektititas, k.eamanan dan k.estabilan daun gamal
sebagai akatisida nabati sehingga diperoleh fonnula yang efektif dalam aplikasinya.
Penelitian ini terlaksana atas bantuan dati Sdr. Eko S Purwanto, Farlin N & Sukatma,
reknisi dari bagian Parasitologi juga Sdr. Mihardja teknisi dati Bag. Toksikologi serta

Bpk. Anung dan Bpk. Dading sebagai petugas kandang yang

mengurus hewan

percobaan serta semua pihak yang telah ikut membantu terlaksananya

penelitian

ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Insentif Ristek 2010 sebagai penyandang dana dan semoga
laporan ini bermanfaat sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTARISI

an pengesahan ........... ..... .. .. .. .. ....... .................. ........ .......... ........ .......... .


kasan........................................................................................................
>akata.............................................................................................................
_attar lsi...........................................................................................................
8aftar TabeL............ ................................ .........................................................
l:>aftar Gambar. ................................... ,............. ................... .... ...... ........ .. .........
'3ab I Pendahuluan........ .................................. .... ...... .....................................
Sab II Tinjauan Pustaka.... ... .... .... ....... .. ... .... ........ .... ... ... . .......... .... ... ........ ..... ..
13ab Ill Tujuan dan Manfaat..... .. .......... .... ........ ...... ... .... ....... ........ ...... .... ....... ....
3ab IV Metodologi............... ........... ......... ........ ............... ..................................
3ab V Hasil dan Pembahasan.. .... .... .. .. .. .. ...... ... . ..... .. ........ ... ... . .. ... . .... .... . ......
Sab VI Kesimpulan dan Saran............................. ............................ ............. .. .
Daftar Pustaka...... ... ......... .. ... ..... ... .. ..... ... ...... .... ...... .. ..... .. ...... ... ... .. .. ..... .. .. .......

3
4

5
6
7

8
9
10
12

13
18
35
36

DAFTAR TABEL

1 . Penilaian Reaksi Kulit..... .................... .. ........................... .. ........


-3bel-2. Penilaian Reaksi mata............ ................................................
-:-aoe~3. Hasil uji perolehan kembali (Recovery) analisis kumarin dalam
daun gamal........ ... ....... ....... ....... .. .. .. .. .. ... .. ... ... ... .. .. .. ... .. .... ... .. .. .. .

17
17
18

-4. Hasil anaHsis kumarin dalam daun gamal yang berasal dart
Daerah Bogor dan sekitamya.. ...... ... ... ... .......... ... .. ....... ... ... ...

19

-abel-5. Hasil analisis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan
(hasH budidaya sendiri) ....... .... .. . .... .. .. . .. .. . .. .. .. .... . .... .... . .... .. .. .
el-6. Rata-rata jumlah S. scabiei per 2 cm 2 kerokan kulit telinga pada
pengamatan setiap minggu pada kelompok per1akuan
dan kontrol.... .. .. .. ... .. .. .. ... .. .. .. .. .. ... . .. .. . .. .. .. .. .. .. . ... .. .. .... ...... ... .... . .. .
- abel-7. Perubahan tesio kudis sebelum dan sesudah pengobatan
ekstrak minyak daun gamal (pengamatan setiap minggu
selama 12 minggu)......................................................................
- abel-8. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah
per1akuan penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6
bulan............................................................................................
Tabel-9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah
per1akuan penyimpanan (suhu refrigerator) setiap bulan
selama 6 bulan.............................................................................
-abei-10.Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal
konsentras 50% setelah per1akuan penyimpanan
(suhu kamar dan refrigerator) selama 8 minggu...........................
abel-11 Hasil uji iritasi mata .....................................................................
abe~ 12. Hasil uji iritasi kulit .. .. .. .. . ... .. . .. .. .... .. .. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .... .. .. .. .. .. .. . . .....
abel-13 Jumlah S. scabiei pada 2 cm2 kerokan kulit pasca pengobatan
dengan ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50% pada
kambing di kec. Cikeusik, Pandeglang.........................................

20

28

28

29

29

30
31
32

33

DAFTAR GAMBAR

Gambar-1 . Tanaman gamal.............. ..... .... ..... ......... ................ ............ ....
11
Gambar-2. Gratik persentase Rata-rata S. scabiei per 2 cm 2 kerokan
kulit telinga pada pengamatan setiap minggu pasca
pengobatan dengan ekstrak minyak daun gamal..................
22
23
Gambar-3a. Kelompok 1,(Ekstrak 12,5%), Minggu 0 ...............
Gambar-3b. Kelompok 1,(Ekstrak 12,5%), Minggu 6 (setelah 6xpengobatan)
23
23
Gambar-4a. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Minggu 0 .......... .........................
23
Gambar-4b. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Mlnggu 3 (setelah 3xpengobatan)
Gambar--5a. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 0 ...... ...............................
24
Gambar-5b. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 6 (setelah 2xpengobatan
24
Gambar-6a. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %lilin), Minggu 0 .. ....... .............. .
24
Gambar-6b. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %1ilin), Minggu 2(setetah 2xpengobatan)24
Gambar-7a. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 0 ...... .......................................
25
25
Gambar-7b. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 6 .......................... ...... ......... ...
25
Gambar-8. Pertumbuha bulu kambing pada minggu ke-6... .. .... .... ..... ... .... .

BABI.PENDAHULUAN
Sampai saat ini scabies masih merupakan proplem penting pada kambing di
Indonesia. Prevalensi scabies selama 1999-2002 adalah 0,022% (BUDIANTORO,
2004). Laporan terakhir kejadian scabies di Jawa mencapai 47,5% pada tahun 2006.
Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang
mahal, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko

te~adinya

resistensi jika sering

digunakan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies per1u dikembangkan lebih
lanjut sebagai altematif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat
serta ramah lingkungan.
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan screening potensi ekstrak
beberapa tanaman yaitu biji jarak pagar (Jatropa curcas), biji kemalakian (Croton

tiglium), biji bengkuang (Pachirizus erosus), biji sirsak (Annona muricata), biji srikaya
(Annona squamosa) dan daun gamal (Giiricidia sepium) secara invitro dan invivo
terhadap tungau Sarcoptes scabiei pada kambing. Hasil uji invitro dari ke-6 jenis
tanaman tersebut diatas hasil terbaik ditunjukkan oleh ekstrak air biji bengkuang 5%
(b/v). ekstrak air biji srikaya 5%, ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji
srikaya 2,5% dan ekstrak etanol daun gam at 5% dengan LT50 rata-rata

te~adi

pad a

jam ke-2 sampai jam ke-5. Hasil uji invivo dari ketiga ekstrak tanaman tersebut
menunjukkan bahwa pada ekstrak air biji bengkuang 5%, ekstrak air biji srikaya 5%;
ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji srikaya 2,5% dan ekstrak etanol
daun gamal 5% masing-masing memerlukan 3 x, 3 x, 2 x, 2 x dan 3x pengobatan
dengan interval 1 minggu untuk menyembuhkan scabies dengan parameter tidak
ditemukan tungau dalam 2 cm 2 kerokan kulit telinga kambing dan skor penyembuhan
lesio scabies. Walaupun demikian, pada pengobatan dengan ekstrak air dan etanol
dari biji srikaya timbul adanya efek samping berupa iritasi pada mata ditandai
terbentuknya selaput putih seperti katarak (sembuh dalam 2-3 minggu setelah diobati
dengan salep mata) sedangkan pada pengobatan dengan ekstrak aseton biji
bengkuang timbul efek samping yang ringan berupa iritasi kulit leher pada kambing
peka. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka disimpulkan daun gamal mempunyai
potensi yang lebih baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai akarisida nabati
pada kambing tanpa efek samping.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi


tungau. Sarcoptes scabiei merupakan salah satu spesies yang paling sering
menginfestasi temak kambing.Telinga dan sekitar mulut adalah tempat predileksi
yang paling umum dan sering merupakan tempat utama dan pertama populasi
tungau yang kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain (URGUHART,
1996; WALTON

et at.,

et. at.,

2004). Pada kambing kejadiannya adafah kronik, kadang-

kadang tampak seperti penyakit kulit yang ringan. Gejala utama adalah adanya gatal
yang terus menerus, iritasi dan terbentuk ketombe akibat garukan, serta terjadi
kerontokan bulu. Pada kasus yang kronik kulit menjadi tebal dan terbentuk keropeng
pada bagian yang tidak ditumbuhi bulu (URGUHART,

et. at.,

1996; WALTON and

CuRRIE, 2007). Mortalitas pada kambing muda akibat malnutrisi adalah sebesar 5067% (PUTRA and GUNAWAN, 1983). Selanjutnya biaya yang besar diperlukan untuk
pengobatan dengan akarisida secara ber1<elanjutan pada hewan yang terinfestasi.
Penyakit ini menyebabkan penurunan produktivitas dan kerugian ekonomi yang
cukup besar di berbagai area di Indonesia antara lain Nusa Tenggara Barat, Bali,
Lombok serta Bukittinggi, Lampung, Yogyakarta dan Maros (BUDIANTORO, 2004).
Prevalensi skabies pada kambing dilapor1<an mencapai 4-20%, terutama pada saat
musim kemarau dengan sistem pemeliharaan digembalakan. Kejadian kudis pada
temak telah tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada keadaan kekurangan
pakan, di musim kemarau dan di lingkungan kandang yang kotor dengan prevalensi
4-11% (BUDIANTORO, 2004). Beberapa kasus pada hewan yang terlambat dalam
memberikan pengobatan menyebabkan terjadinya kematian disebabkan karena
dehidrasi, pneumonia dan septicaemia bakterial (ROBERTS et at. , 1971).
walaupun demikian pengobatan scabies ini tidak bisa dipisahkan dengan
manajemen

kandang

yang

baik.

Menurut PUTRA

(1999) strategi program

pemberantasan scabies ditekankan pada strategi pengobatan, pemilihan obat yang


tepat serta mudah aplikasinya, pengendalian lingkungan yang mendukung terjadinya
penularan dan tingkat keparahan penderita serta adanya monitoring terhadap lalu
lintas temak sehingga dapat terawasi dengan baik.
Selama ini pengendalian hanya dilakukan dengan akarisida sintetik baik
apfikasi dengan injeksi atau secara topical disamping harganya yang mahal juga
dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Di pihak lain, penggunaan pestisida kimia

10

Tanaman Gam aI (Gliricidia sepium)

Gamal (Gliricidia sepium) merupakan tumbuhan asli daerah kering-musiman


Pantai Pasifik di Amerika Tengah dan telah lama dibudidayakan serta telah dapat
tumbuh secara alami di daerah tropis. Perbanyakan Gliricidia dapat dengan mudah
dilakukan dengan mengecambahkan bijinya atau dengan stek. Perbanyakan dengan
stek lebih cepat dan lebih mudah dilakukan. Pada umur 4-6 bulan sudah siap diambil
daunnya (ELEVITCH AND FRANCIS, 2006)
Gambar-1. Tanaman Gamal

Sumber : doc. pribadi

Gamal banyak dijumpai sebagai tanaman pelindung dan daunnya (dalam


bentuk segar) biasa digunakan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia karena
memiliki nilai nutrisi yang tinggi (kandungan protein 18-30%) dan kecemaan tinggi
(70%) meskipun cukup toksik bagi hewan yang lain misalnya kuda (DUKE, 1983).
Menurut DUKE DAN WAIN, (1981) daun dari tanaman ini mempunyai senyawa aktif
kumarin yang bersifat insektisida, rodentisida dan bakterisida. Ekstrak daun gamal
juga menunjukkan aktifitas anti jamur (STEWART, 1996). Pada pengobatan kuno
dapat digunakan sebagai obat dermatitis, gatal-gatal, repellent insekta, reumatik,
menyembuhkan luka dan mengobati scabies (Philiphine Medicinal Plants, 2009 .
Menurut DUKE AND WAIN, (1981) sifat daun gamal sebagai pestisida ini karena
keaktifan senyawa toksik kumarin yang terdapat dalam daun tersebut. Disamping itu
juga jika daun gamal mengalami pembusukan (kering) dengan adanya kontaminan
11

enurut DUKE AND WAIN, (1981) sifat daun gamal sebagai pestisida ini karena
eaktifan senyawa toksik kumarin yang terdapat dalam daun tersebut. Disamping itu

ga jika daun gamal mengalami pembusukan (kering) dengan adanya kontaminan


JSffiur maka akan ditemukan senyawa toksik dicoumarol (furan ring) sebagai derivat
coumarin yang mempunyai efek menyebabkan hemorragi dan paralysis jika
adamya melebihi 10 ppm (Cornell University Departement of Animal Science,
2010). Menurut EVERIST (1974) bahwa coumarin (senyawa kimia benzopyrone)
dalam tanaman ada 4 bentuk derivatnya yaitu : derivat pertama: dicoumarol yang
bersifat antikoagutan dan dapat menyebabkan perdarahan yang lebih luas; derivat
kedua: dihydroxycoumarine glycoside yang mempunyai sifat racun akut karena
mengandung glikosida; derivat ketiga: aflatoksin yang mempunyai sifat toksin hati
yang sangat kuat dan karsinogenik yang cukup tinggi merupakan hasil produksi dari
Aspergillus. Derivat keempat adalah furocoumarin mempunyai sifat keaktlfan
photosensitisasi yaitu bereaksi langsung merusak sel-sel jaringan dengan adanya
sinar matahari.
Uji invivo ekstrak etanol daun gamal 5% yang telah dilakukan mempunyai
efek akarisida terhadap S. scabiei dan efek erupsi (pengelupasan) keropeng scabies
yaitu keropeng terkelupas sedikit demi sedikit mulai dari permukaan. Pada 3x
pengobatan berturut-turut dengan interval 1 minggu telah diperoleh hasil kerokan
kulit kambing negatif (-) S.scabies satu minggu setelah pengobatan terakhir.
Pengobatan dengan ekstrak ini juga tidak timbul efek samping. PHILIPPINE MEDICINAL
PLANT (2009) menyebutkan bahwa ekstrak minyak daun gamal dapat digunakan
sebagai obat scabies. Sehingga dipenukan adanya penelitian lanjut untuk
mengetahui sejauh mana efektifitas ekstrak minyak daun gamal untuk pengobatan
skabies pada kambing disamping itu juga kestabilan dan keamanannya sehingga
~iperoleh

formula akarisida nabati yang mudah didapat, murah dan tanpa efek

samping.

BABIII. TUJUAN DAN MANFAAT

Penefitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas, kestabilan dan


keamanan obat antiscabies dari ekstrak daun gamal (Giiricidia sepium) dalam
minyak kelapa sawit untuk memperoleh formula yang efektif dalam aplikasinya.
Penelitian ini diharapkan d~pat memberikan manfaat untuk penanggulangan
penyakit scabies pada kambing dengan obat yang efektif, mudah diperoleh, murah
dan ramah lingkungan.

12

BAB IV. METODOLOGt

A. lnfestasi buatan tungau S. Scabiei var.caprae.pada kambing normal


Sebanyak 5 ekor kambing yang terinfestasi secara alami tungau S.scabiei
akan digunakan sebagai sumber untuk infestasi 25 ekor kambing jantan sehat umur

. 1 tahun. Metode infestasi dilakukan menurut metode yang digunakan oleh Tarigan,
(1998) dengan sedlkit modifikasi. lnfestasi dilakukan pada bagian atas daun telinga.
Bulu kulit telinga luar kambing normal dicukur seluas 2 x 2 em kemudian dikerok
dengan pisau bedah steril hingga mengeluarkan rembesan darah. Sepotong kain
katun tipis dengan serat yang rapat berukuran 3x3 em ditempelkan diatas tempat
infestasi dengan

sisi kanan, kiri dan bawah ditempelkan ke kulit dengan plester

sehingga membentuk sebuah kantong. Kedalam kantong tersebut dimasukkan


sejumlah 200-300 tungau kemudian sisi atas dilekatkan ke kulit dengan ptester.
Setelah 2 hari kain dan plester dilepaskan. lnfestasi dibiarkan sampai timbul
keropeng kudis pada daun telinga. Keropeng diharapkan akan timbul dalam waktu 23 minggu ditempat infestasi, kemudian menyebar dan mengenai seluruh permukaan
telinga dan kulit bagian lain setelah 1,5-2 bulan. Tingkat keparahan yang terjadi
ditentukan berdasarkan jumlah tungau S. scabiei pada 2 cm 2 kerokan kulit telinga
dan dalam skor yang berdasarkan luas daun telinga yang terserang kudis. Skor 0
apabila di daun telinga tidak ada lesio kudis. Skor 1 terserang kudis mencapai 110%, skor 2 mencapai 10-25%, skor 3 mencapai 25-50%, skor 4 mencapai 50-75%
dan skor 5 mencapai 75% termasuk infestasi pada bagian tubuh yang lain (TARIGAN,
2004). Pengamatan kambing yang diinfestasi akan dilakukan setiap minggu sekali
sampai semua kambing terinfestasi

2 bulan).

B. Analisls kumarln dalam tanaman.


a. Pengembangan metoda
Analisis kumarin dilakukan berdasarkan metoda menurut CELEGHINI, eta/.,
2001 ). yaitu menimbang 1 gram powder daun gamal kering dan dimasukkan dalam
tabung sentrifuge (50 ml), kemudian ditambahkan campuran etanol dan akuades
(1 :1) sebanyak 10 mi. Selanjutnya dikocok (alat vortex) selama 5 menit dan
centrifuge selama 5 manit (kecepatan 2500 rpm) dan pisahkan filtratnya dan slap
untuk dispot. Spot sebanyak 10 ~L pada plat KLT (Silica gel 60 F254) dan spot tarutan
kumarin sebanyak 1 ul dengan konsentrasi 1000 ppm. Kemudian plat

standar

dikembangkan datam campuran eter dan toluen (1 :1) sebanyak 10 ml dan jenuhkan
dengan

3 tetes asam asetat glasial. Kemudian plat disemprot dengan 5% KOH

13

etanol dan amati intensitas fluoresensinya dibawah lampu UV dengan panjang


~lombang

Rf)

366 nm. Uji kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu tambat

spot

sampel

dengan

Rf

standar.

Uji

kuantitatlf

dilakukan

dengan

-nembandingkan intensitas fluoresensi sampel dengan fluoresensi standar yang


jtketahui konsentrasinya.
b. Validasi metoda
- Penetapan Limit Deteksi larutan standar kumarin
Lakukan spot larutan standar sebanyak 0,5 j.Jl; 1,0 IJL; 2,0 IJL; 3,0 IJL; 4,0

L; 5,0 IJL dengan konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm kumarin pada plat dan deteksi
marin seperti cara yang telah dijelaskan di atas.
- Penetapan Ujl Perolehan Kembali (recovery)

Timbang 1 gram daun yang tidak mengandung kumarin (dalam bentuk


powder kering) sebagai blanko sebanyak 10 ulangan dalam tabung sentrifuge dan
ditambahkan campuran etanol dan akuades (1 :1) sebanyak 10 ml. Selanjutnya ke
dalamnya ditambahkan standar kumarin dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 50

1-JL; 25 j.JL; 12,5 IJL masing-masing dilakukan 3 ulangan

dan 1 untuk blanko.

Kemudian dilanjutkan analisis kumarin seperti telah dilakukan di atas.dan spot


larutan standar sebanyak 1, 2 dan 3 ul dengan konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya
hitung hasil uji perolehan kembali kumarin dalam daun tersebut.
c. Aplikasi pengembangan metode pada daun gamal asallapang

Hasil pengembangan metode kumarin dalam tanaman diatas diaplikasikan pada


tanaman (daun) asal beberapa lokasi di Bogor dan sekitamya (hasil sampling) dan
daun asal tanaman gamal hasil budidaya sendiri dengan menanam secara stek dan
dtumbuhkan sampai umur 8 bulan. Kemudian dilakukan analisis kumarin setiap
bulan pada bagian pucuk, daun muda dan daun tua.

C. Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamal

Pada bagian ini terdiri dari 2 tahap:


1. Pembuatan ekstrak minyak kelapa daun gamal asal daun yang mengandung
kumarin rukup tinggi baik asallapang maupun asal budidaya sendiri dengan
4 variasi konsentrasi (6,25%, 12,5%, 25% dan 50%). Mula-mula menimbang

6,25;12,5; 25 dan 50 gram daun gamal segar yang telah dihancurkan


kemudian masing-masing ditambahkan 100 ml minyak lalu

dipanaskan

hingga mendidih (suhu > lOO"C) diatas penangas selama ljam. Selanjutnya
suhu

diturunkan sampai 100C selama 1 jam. Masing- masing hasil

14

pemanasan disaring dan filtratnya siap untuk per1akuan pengobatan pada


kambing. Penyiapan ekstrak minyak untuk perlakuan pengobatan dibuat
kurang-lebih 1 minggu sebelum pengobatan dari

daun gamal yang

mengandung kumarin tinggi (1000 ppm).


2. Metoda Analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal
Untuk mengetahui kadar kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal maka
perlu dilakukan pehgembangan metoda analisis kumarin dalam ekstrak
minyak dengan

melakukan

uji

perolehan

kembali

(recovery),

yaitu

penambahan standar kumarin kedalam campuran daun segar yang telah


dihanrurkan (yang tidak mengandung kumarin) dengan minyak dengan cara
sebagai berikut :limbang sebanyak 10 x 1 gram daun segar yang telah
dihanrurkan tersebut dalam cawan stainless, kemudian masing-masing
ditambah 10 ml minyak kelapa. Selanjutnya ditambah standar kumarin
dengan konsentrasi 1000 ppm sebanyak 50 IJI, 100 1-11 dan 200 1-11 (masingmasing 3x ulangan) dan 1 untuk blanko (tanpa penambahan standar
kumarin). Kemudian dihomogenkan dengan pengaduk kaca dan panaskan
hingga mendidih, kemudian disaring dan dipisahkan filtratnya. Filtrat
diencerkan dengan eter, sebanyak 50 kali dengan cara bertahap, yaitu
pertama diencerkan 1 ml minyak dengan 9 ml eter (10 kali pengenceran).
Kemudian ambit 1 ml dari hasil penegenceran dan encerkan dengan 4 ml eter

(5 kali pengenceran), maka total pengenceran menjadi 50 kali. Kemudian


disPQt pada lempeng KLT dan selanjutnya deteksi kumarin seperti telah
dilakukan di atas dan larutan standar kumarin sebagai pembanding dengan
konsentrasi 10 ppm sebanyak 11JI.dan 2 ul.

D. Aplikasi Ekstrak Minyak Daun Gamal Pada Kambing Terinfestasi Scabies

Sebanyak 25 ekor kambing jantan kurang lebih umur 1 tahun setelah terinfestasi S.

scabiei dengan skor 1- 5 dibagi menjadi 5 kelompok (4 kelompok perlakuan dan 1


kontrol negatif). Kambing dengan tingkat keparahan yang berbeda tersebut akan
dibagi secara acak dan homogen pada ke-5 kelompok. Pengobatan dilakukan 2-3
kali berturut-turut dengan selang waktu 7 hari sampai tidak ditemukan tungau dalam
kerokan kulit kambing dan telah terjadi pengelupasan keropeng secara sempuma
pada kulit. Adapun cara pengobatan adalah dengan cara mengoleskan ekstrak
minyak daun gamal pada hewan pada masing-masing kelompok {6,25%, 12,5%,
25% dan 50%) sebanyak 100-200 ml (tergantung skore keparahan scabies) dengan

15

menggunakan kuas pada kulit kambing yang terinfestasi scabies. Parameter yang
diamati pada uji invivo ini adalah jumlah (ekor) S. scabiei dalam tiap 2 cm 2 kerokan
kulit, perubahan skor lesio kudis sebelum & setelah diobati dan prosentase kematian
kambing karena scabies pada pengamatan setiap minggu selama 12 minggu
berturut

turut. Pada tahap ini diamati juga kemungkinan timbulnya efek samping,

efek ekstrak terhadap pertumbuhan bulu dan ada atau tidaknya reinfestasi ulang
setelah pengobatan. Setelah dilakukan pengobatan kambing dan masing-masing
kelompok dipindahkan ke kandang baru yang bebas scabies (sebelumnya disemprot
insektisida sintetis)
E. Uji stabilitas fonnula
Pada uji ini dilakukan analisis kumarin terhadap ekstrak minyak daun gamal dari
hasil perlakuan penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator (4C). Analisis
dilakukan pada sampel ekstrak minyak daun gamal yang terdiri dari :

4 macam konsentrasi ekstrak minyak daun gamal (6,25%, 12,5%, 25% dan
50%) yang dianalisis kadar kumar'in setiap bulannya sampai dengan 6 bulan

Konsentrasi ekstrak minyak daun gamal yang efektif terhadap perlakuan


pengobatan pada kambing yang dianalisis kadar kumarin setiap minggunya
selama 8 minggu.

F. Uji Keamanan Obat (Uji lritasi Kulit dan lritasi Mata)


1. Uji lritasi Kulit (OECO, 2002)
Uji iritasi kulit dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada punggung
kambing bagian kiri dan kanan yang telah dicukur rambutnya (kulit punggung tidak
boleh terluka). Penetapan uji iritasi kulit dilakukan pada 3 ekor kambing jantan dan
sehat. Kambing tersebut diistirahatkan selama 24 jam sebelum pengujian . Punggung
kiri dan kanan kambing yang dicukur tersebut diberi tanda berupa daerah seluas
kira-kira 6 cm 2 . Sediaan uji sebanyak 1 ml dioleskan pad a kain kasa noniritan
berukuran kira-kira 6 cm2 . Kain kasa tersebut ditempel selama 1 jam pada kulit
punggung bagian kiri (bagian kanan sebagai kontrol) menggunakan perban
kemudian punggung kambing tersebut dibungkus dengan plastik wrap untuk
mencegah penguapan. Pengamatan iritasi dermal akut dilakukan pada 1,24,48 dan
72 jam setelah zat uji ditempelkan pada kulit punggung kambing. Hasil berupa skor
eritrema dan edema dicatat dengan mengacu Tabel-1.

16

Parameter Penilaian

Tabel-1. Penilaian Reaksi Kulit

Eri!rema dan Eschar


Tdk tLd eritrema

SKORO I

Eritrema sangat ringan'


Eritrema tampak jelas
Eritrema sedang sampai parah
Eritrema parah (warna merah keunguan) sampai eschar ringan (luka dalam)

1
2
3
4

i
!

i
J

~------------~
Edema
Tdk tjd edema
Edema san gat ring an
Edema ringan {bagian tepi area edema sangat jelas meninggi)
Edema sedang ( tinggi bag tepi area edema naik sekitar 1 mm)

SKOR \
01

2
3

2. Uji lritasi Mata (OECD, 2002)

Uji iritasi mata dilakukan dengan menempatkan sediaan uji pada conjuctiva mata
kambing Penetapan iritasi mata dilakukan terhadap 3 ekor kambing dewasa dan sehat
dan kambing tersebut diistirahatkan setama 24 jam sebelum pengujian. Sediaan uji
sebanyak 0,3 ml diternpatkan pada kantung konjunctiva mata kiri ( mata kanan sebagai
control), kemudian kelopak mata ditutup se!ama 9 detik. Pengamatan iritasi mata akut
dilakukan pada 1, 24, 48 dan 72 jam setelah zat uji dimasukkan ke dalam mata kambing.
Hasil berupa skor kornea, iris, konjunctiva dan khemosis dicatat dengan mengacu pada
Tabel-2.
Tabel-2. Penilaian Reaksi Mata
~m~

S~R

Tidak terjadi ulcerasi atau kekeruhan


Penutupan area yang tidak teratur, detail iris masih terlihat jelas
Area transparant masih jelas teriihat, detail iris teriihat jeias
Pebgerut1an area: detail iris tdk terlihat, ukuran pupil tdk bgt jelas
Keruh iris tdk terlihat
* Daerah kekeruhan kornea harus dicatat

Iris
Norma,
Pembengkakan, pelebaran pembuluil darah corneal, iris tetap bereaksi thd caflaya
Tdkada reaksi thdcahaya, pendarahan, kerusakan

Konjunctiva
Kemerahan (hanya mengacu pada conjunctiva, tdk termasuk kornea dan iris)
Normal
.
Pembuluh darah nyata melebar di atas normal

17

0
1
2
3I
-------j
4 '

SKOR
0
1I

21

---SKOR

~
~I
1

2
3
--

Kemerahan lebih tersebar, warna merah tua, satuan pembuluh darah tdk jelas terlihat
Kemerahan menyebar sangat luas

Khemosis
Pembengkakan (mengacu pada kelopak mata dan atau membran niktasi)
Normal
Pembengkakan di atas normal
Pembengkakan yang nyata
Pembengkakan dengan kelopak yang sebagian menutup
Pembengkakan dengan lebih dari sebagian kelopak tertutup

1I

~I
41

G. Aplikasi Formula pada Hewan Kambing yang terinfestasi scabies di Lapang


A.plikasi ekstrak minyak daun gamal dilakukan di daerah kantong ternak
kambing yang ban yak terinfestasi scabies (Kab. Pandeglang, Propinsi Banten).

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. lnfestasi buatan tungau S. Scabiei var.caprae.pada kambing normal


Sebanyak 25 ekor kambing telah diiakukan infestasi buatan dengan tungau
S. scabiei pada bulan Mei 2010. Pada akhir bulan Juli, kambing yang telah
terinfestasi scabies diobati dengan ekstrak min yak daun gamal.

B. Analisis Kumarin Daiam Tanaman


Hasil va!idasi dari pengembangan metoda dengan modifikasi metoda menurut
Celeghini, et al (2001) dan diperoleh Limit deteksi : 1ppm (0,001 !JQ/1-JI) dengan vo!.
Spot 0,51-JI (0,00051Jg) dan uji perolehan kembali (recovery) lihat Tabel-3
Tabel-3. Hasil Uji Perolehan Kembali (recovery) analisis kumarin da!am daun gamal
N

Standar

ditambahkan (1-!9)

i
2

Kumarin

yang / Ulangan

Hasil

--

recovery j Hasil recovery

! 1,25

1,35

I (%)
I 108

I
I

1,35

108

1,35

108

((.I g)

...,

'"'

I 2,5

I 2,7

108

2,7

I 108

2,7

108

15

5,4

108

I
I
I

5,4

II 108

l'l

5,4

1108

I
Ii

SKOR

I"
18

Rata-rata hasil uji perolehan kembali dari ketiga variasi konsentrasi penambahan
standar kumarin menunjukkan 108% (Tabel3). Sementara kriteria uji validasi metoda
analisis yang diterima kisarannya 80-120%, maka metode analisis kumarin tersebut
cukup valid.

- Aplikasi pengembangan metoda


Hasil pengembangan metoda analisis kumarin diaplikasikan terhadap sampel
tanaman asallapang,. Hasil analisis kumarin dalam daun gamal asal daerah Bogor
dan sekitamya (Jihat Tabel4).

Tabel-4. Hasil anallsls kumartn dalam daun gamal (daun tua) yang berasal dart daerah
Bogor dan sekitamya.
No

I Lokasi

Kadarkumarin(ppm)

( Ciawl (4 sampel)

272,600,400, 800

I Puslitbangnak (1 sampel) I 240

I Cibinong

(LIPI)

(2

I 1100. ooo

sampel)

I Balitro (3 sampel)

11040, 800, 800

Hasil sampling daun garnal diperoleh rata- rata dari tanaman gamal yang berumur
sekitar lthn dan lebih dari 5 tahun (telah dipanen berulang- ulang). Kemudian
diambil bagian daun yang masih segar dan terasa bau menyengat (kandungan
kumarin tinggi). Temyata daun gamal asal tanaman yang umumya lebih muda
mengnadung kumarin lebih tinggi (asal Cibinong , Balittro) dibandingkan dengan
tanaman yang berumur lebih tua (> 5 th) (asal Puslitbangnak, Ciawi) dan terlihat
tanaman telah mengalami pemotongan (panen) berulang-ulang. haraJ)<ln akan
diperoleh bahan ek.strak minyak yang efektif sebagai akarisida. ~n demikian
hasil sampling daun gamal dengan kadar yang tinggi dan terdapat dalam jumlah
banyak yaitu daun asal Balittro yang digunakan sebagai sumber untuk pembuatan
ekstrak minyak.

Kandungan kumarin dalam claun

asar tanaman gamal budidaya sendiri

Telah dilakukan monitoring kandungan kumarin pada bagian pucuk, daun muda, dan
daun tua dari tanaman gamal

hasil budidaya sendiri mulai umur tanaman 3 - 8

19

bulan dengan analisis kumarin setiap bulan. Pada umur 3 sampai 5 bulan
menunjukkan bagian pucuk mengandung kumarin lebih tinggi dibandingkan bagian
daun lainnya. Setelah umur 6 bulan kandungan kumarin pada bagian pucuk mulai
menurun dan kenaikan kadar kumarin terjadi pada bagian daun muda dan tua
(Tabel-5). Makin bertambahnya umur tanaman, kandungan kumarin dalam daun
muda dan tua semakin meningkat, tetapi pada bulan ke 6 dan 7 kenaikan kandungan
kumarin tidak begitu tinggi (tetap) pada daun tua, hal ini disebabkan adanya
pergantian musim yaitu dari musim kemarau ke awal musim hujan. Disamping itu
daun yang ter1alu tua (keras dan liat) kadar kumarinnya juga akan mengalami
penurunan karena berkurangnya kandungan getah daram daun. Sementara menurut
BOTANICAL

DERMATOLOGY,

(2010}

disebutkan

bahwa

kandungan

kumarin

(furokumarin) tinggi ditemukan pada daun yang bergetah cukup tinggi. Maka koleksi
daun gamal lebih baik pada musim kemarau dan diambil dari daun tua yang masih
lunak sehingga diperoleh kandungan kumarin yang tinggi.
Tabel-5. Hasil anallsis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan (hasil btJdidaya
sendlri)

No

Umur

tanaman

gamal

Kadar kumarin pada bagian daun (ppm)

(bulan)
Pucuk

Daun Muda

Daun Tua

1400

210

600

1200

280

620

920

BOO

840

825

1200

900

400

540

900

440

660

1320

6
---

Hasil analisis kumarin dari tanaman hasil budidaya sendiri ini diketahui bahwa
tanaman gamal umur 6 bulan ke atas pada bagian daun tua mempunyai kadar
kumarin yang cukup tinggi dan dapat mulai dipanen sebagai sumber untuk
pembuatan ekstrak minyak daun gamal dalam pengobatan scabies.

0. Aplikasi Ekstrak Minyak Oaun Gamal Pada Kambing terinfestasi scabies


Hasil ekstrak minyak kelapa daun gamal (masingmasing sebanyak 1 liter)
dari masing-masing konsentrasi (6,25%; 12,5%; 25% dan 50%) digunakan untuk
pengobatan kambing pada masing-masing kelompok (5 ekor kambing{kelompok).

20

Pada hewan dengan skore lesio kudis +3 sampai +5 (keropeng kudis sudah mulai
menyebar ke badan) diperlukan 100-200 ml (tergantung ukuran badan kambing)
untuk dioleskan pada seluruh badan untuk mencegah infestasl pacta bagian tubuh
yang lain.

1. Uji Pendahuluan aplikasi ekstrak minyak pada kambing


Sebagai uji pendahuluan telah diaplikasikan ekstrak minyak terhadap 2 ekor
kambing scabies masing-masing pada telinga bagian kiri dan kanan. Pada kambing
pertama diaplikasikan 2 macam konsentrasi ekstrak 6,25% dan 12,5%. Pada
kambing kedua aplikasi ekstrak konsentrasi 25% dan 50%. Setelah dilakukan
pengamatan setiap minggu terhadap perubahan skat lesio kudis (pengelupasan
keropeng). Setelah satu kali pengobatan pertama dengan konsentrasi ekstrak 50%
menunjukkan 90% keropeng terkelupas sempuma. Sedangkan pada konsentrasi
25% menunjukkan 90% keropeng terkelupas semputna setelah pengobatan kedua.
Pada konsentrasi

ekstrak 12,5% dan 6,25% menunjukkan masih ditemukan

keropeng masing-masing 40% dan 70% sampai pengobatan ketiga. Berdasarkan


hasil uji pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 6,25% tidak efektif
untuk pengobatan karena terlalu lama dan membutuhkan lebih banyak ulangan
pengobatan sehingga tidak perlu untuk diuji lebih lanjut. Sebagai pengganti
kelompok perlakuan dengan ekstrak 6,25% adalah perlakuan dengan ekstrak
50%+1%1ilin. Sesuai pendapat Banez, (1999) bahwa ekstrak minyak daun gamal
untuk obat scabies pada manusia dapat diaplikasikan dengan campuran lilin.

2. Uji lanjut aplikasi ekstrak pada kambing

Hasil pengobatan kambing dengan ekstrak minyak daun gamal terhadap 4 kelompok
per1akuan (5 ekor/kelompok):
Kel1 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 12.5%, 6x pengobatan interval1mgg
Kel 2 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 25%, 3x pengobatan interval1 mgg
Kel 3 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%, 2x pengobatan interval 1mgg
Ke14 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%+ 1% lilin, 2x pengobatan
interval 1mgg
Kel 5 :Kontrol (tidak dilakukan pengobatan)

21

Adapun hasil uji invivo aplikasi ekstrak minyak daun gamal berdasarkan jumlah S
scabiei pada 2 cm 2 kerokan kulit telinga adalah sebagai berikut (Gambar 2) :

Gambar- 2. Grafik persentase Rata-rata S. Scabiei per 2 cm 2 kerokan kulit telinga


pada pengamatan setiap minggu pasca pengobatan dengan ekstrak minyak
daun gamal.
IV
'tJ
CIS

IV

:a

.S

60

.~ :
IV
~

----------

--

Cl

50

:t:: 40

:;

.~

(I)

c 30

o Konsentrasi 12.5%
o Konsentrasi 25%
o Konsentrasi

50%

3 '2

20

I
'

!!

10

'- -Kontrol
--------....J

,...,. N

IV

~ ~

o Konsentrasi 50%+1%

'
I

o~~~~_J--~~~~-~~

Pengamatan minggu ke-n


- - - - - - - -- - - - - - --

Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggunya menunjukkan rata-rata


te~adi

penurunan jumlah tungau tiap kelompok,

kelompok-2 (25%),

yaitu kelompok-1

(12.5%),

kelompok-3 (50%) dan kelompok-4 (50%+1%1ilin) terjadi

penurunan jumlah tungau hingga 100% masing-masing setelah 3x, 2x, 1x dan 1x
pengobatan

(Gambar-2,

Tabel-6).

Pada

kelompok-1

walaupun

sudah tidak

ditemukan tungau setelah 3 kali pengobatan, tetapi pengobatan dilanjutkan sampai 6


kali sampai diperoleh pengelupasan keropeng yang sempuma (Gambar-3a,b).
Sedangkan pengobatan ekstrak dengan konsentrasi 25% dan 50% masing-masing
3x dan 2x pengobatan untuk mendapatkan pengelupasan keropeng yang sempuma
(Gambar-4a,b dan 5a,b). Terjadinya pengelupasan keropeng secara sempuma
sangat penting karena untuk mempercepat eliminasi tungau, mempercepat proses
pertumbuhan bulu dan mencegah terjadinya reinfeksi. Konsentrasi 50% + 1% Iii in
setelah 2x pengobatan pada beberapa bagian tubuh masih ditemukan keropeng
yang

menempel

(pengelupasan

keropeng

belum

sempuma,

Gambar-6a,b),

Walaupun demikian tidak dilakukan pengobatan yang ketiga karena tidak efisien.

22

Gambar-3b. Kelompok 1 (Ekstrak 12,5%)

Kelompok 1, (Ekstrak 12,5%)

Minggu ke-6 setelah 6x pengobatan (Score : 0)

Gambar-4b. Kelompok 2 (Ekstrak 25%)


Minggu 3 setelah 3x pengobatan (score: 0)

23

Gambar-5b. Kelompok 3 (Ekstrak 50%)

Kelompok 3 ( Ekstrak 50%)

Minggu ke2 (score: 0)

Gambar-6b. Kelompok 4 (Ekstrak 50% +1% lilin)


Minggu 2 setelah 2x pengobatan (Score:O)

'"'Ll,
,t..

Gambar-7b. Kelompok kontrol tanpa pengobatan

3ambar- 7a. Kelompok kontrol tanpa pengobata

Minggu 6 (score +5)

Minggu 0 (score +3)

bar-8. Pertumbuhan bulu kambing 6 minggu setelah pengobatan


Minggu ke-6

25

Pada pengamatan minggu ke-6 semua kelompok sudah menunjukkan


pertumbuhan bulu yang hampir sempuma (Gambar-8) sementara kelompok 4
(ekstrak minyak daun gamal 50%+1% lilin) beberapa bagian tubuh masih ditemukan
adanya kebotakan . Menurut BANEZ et

at.,

(1999) dengan campuran lilin, ekstrak

minyak daun gamal akan mudah dalam penyimpanan karena menjadi beku. Tetapi
pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya lilin menghambat terjadinya
reaksi ekstrak dengan kulit yang memerlukan adanya sinar (fotoaktif) sehingga
menghambat pengelupasan keropeng (memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai pengelupasan sempuma dan akan menghambat pertumbuhan bulu).
Penurunan

jumtah

tungau

terjadi

karena

efek

dari

kumarin

yang

menyebabkan paralysis otot tungau. Menurut NICHOLSON DAN ZHANG (2005)


teTjadinya paralisis merupakan bentuk utama insekta keracunan kumarin yang
disebabkan adanya pemblokiran transport elektron pada respirasi set sehingga
produksi ATP menurun secara signifikan sehingga menyebabkan disrupsi bioenergi
otot. Terjadinya pengelupasan keropeng pada kulit setelah pengobatan ekstrak
diduga adanya adanya derivat kumarin (furocoumarin) yang bersifat fotoaktif setelah
terkena sinar matahari. Menurut PLANTS POISONOUS TO LIVESTOCK, (2010) bahwa
derivat kumarin (furocoumarin) berasal dari reaksi fotoaktif dalam tanaman yang
dapat menyebabkan pelepuhan (pengelupasan) kulit. Hasil pengamatan juga
diketahui pengelupasan keropeng terjadi lebih cepat apabila setelah pengobatan
kambing terekspose oleh sinar matahari. EVERIST (1974) menyatakan bahwa
kumarin (senyawa kimia benzopyrene) dalam tanaman ada 4 bentuk derivatnya dan
salah satunya adalah furocoumarin yang mernpunyai sifat keaktifan photosensitisasi
yaitu bereaksi langsung merusak sel-sel jaringan dengan adanya sinar matahari.
Maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya oksidasi pada senyawa kumarin dalam
ekstrak

minyak

daun

gamal

akan

membentuk

furocoumarin

yang

dapat

menyebabkan kematian tungau S.scabei dan pengelupasan kropeng pada kambing


setelah pengobatan (obat anti skabies).
Pada pengamatan minggu ke-12 semua hewan dalam semua kelompok
perlakuan menunjukkan hasil yang sangat baik, semua hewan dalam kondisi sehat,
tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya reinfeksi dan tidak terjadi
kematian. Pada hewan kontrol (kel-5) pada minggu ke-6 satu ekor kambing harus
diobati karena telah telinfestasi scabies yang berat (lemas dan akan mati jika tidak
segera diobab1, demikian juga terjadi pada 1 ekor kambing pada minggu ke-8 dan 3
ekor kambing pada minggu ke-9. Oari sini dapat diketahui bahwa hewan yang

26

terinfestasi scabies dengan status nutrisi yang baik rata-rata dapat bertahan hidup :t
2 bulan jika tidak diobati.
Berdasarkan hasil pengamatan dari aplikasi pengobatan dengan 4 variasi
kosentrasi diketahui bahwa konsentrasi 50% paling efektif dan efisien dibandingkan
dengan ke-3 konsentrasi yang lain (12,5%; 25% dan 50% +1% lilin) atau semakin
tinggi konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan semakin baik efeknya sebagai akarisida
dan semakin efisien.

'2.1

Tabel-.6 Rata-rata Jumlah tungau S. Scabiei per 2 cm kerokan kulit telinga, badan dan kaki kambing pada pengamatan setiap minggu pada kelompok perlakuan dan kontrol.
No

Jenis perlakuan

Jumlah Rata2 S. Scsblei dim 2 cm2 kerokan kulit telinga


Mg1

Mg2

Mg3

Mg4

Mg5

Mg6

Mg7

Mg8

Mg9

Mg10

Mg11

Mg12

Eks.Minyak daun gamal12.5%

36

Eks.Minyak daun gamal 25%

48

Eks. Minyak daun gamal 50%

47

Eks. Minyak daun gamaf 50%+1%1ifin

58

Kontrol (tidak diobati)

21

37

38

41

46

46

48

54

5
L____

Kel

-~---~- --

--- - --- - --

- - - -- - - -

---

Jenis perlakuan

- -

----

---

Perubahan Score Lesio Kudis


Mgg1

Mgg2

Mgg3

Mgg4

Mgg5

Mgg 6

Mgg7

Mgg8

Mgg 9

Mgg 10

Mgg 11

Mgg 12

Sb.Ob
1

Eks.Minyak daun gamaf

+3- +5

+1 -+4

0- +2

0- +1

0-+1

+3- +5

0. +1

0- +1

+3- +5

0 -+1

+3- +5

+1- +3

().. +1

0- +1

+1- +3

+1- +5

+2- +5

+3- +5

+3- +5

+3- +5

+3-+5

+3- +5

+3- +5

lv.1

tv. 3

12.5%
2

Eks.Minyak daun gamal


25%

Eks. Minyak daun gamal


50%

Eks. Minyak daun gamal


50%+1%lilin

Kontrol (tidak diobati)

lv.1
Ket : Sb.ob : sebetum pengobatan
: lv.1 : pengobatan 1 ekor kambing dengan ivermectln
: Jv.3 : pengobatan 3 ekor kambing dengan ivermectin

28

E. Uji Stabilitas fonnula


Untuk mengetahui sejauh mana keberadaan kumarin dalam ekstrak minyak
daun gamal maka telah dilakukan perlakuan penyimpanan dari ke - 4 variasi
l<onsentrasi dari ekstrak minyak tersebut selama 6 bulan dan hasilnya seperti pacla
Tabel di bawah ini (Tabel-8 dan Tabel- 9).

Taber 8. Hasll analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah perlakuan
penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6 bulan.
Lama penyimpanan

Kandungan Kumartn Oalam Ekstrak

(bulan)

Minyak (119)

6,26%

12,5%

25%

50%

50

100

200

400

200

400

800

1600

400

2000

2000

800

300

1000

1000

600

200

500

500

400

100

250

250

500

250

500

1000

2000

Tabel 9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak setelah perlakuan penyimpanan
(suhu refrigerator) setiap bulan selama 6 bulan.

Lama penyimpanan

Kandungan Kumarin Oalam Ekstrak

(bulan)

Minyak (119)

6,25%

12,5%

25%

50%

50

100

200

400

100

200

400

800

400

1000

2000

3000

400

1000

2000

3000

300

500

1000

2000

100

250

500

2000

125

250

500

600

29

Berdasarkan hasil pengamatan kandungan kumarin dalam ekstrak minyak setelah


perlakuan penyimpanan menunjukan ketidakstabilan kumarin dari masing-masing
konsentrasi baik penyimpanan pada suhu kamar maupun suhu refrigerator (tidak
dipengaruhi suhu). Menurut BoTANICAL DERMATOLOGY (2010) derivat kumarin

(furocumarin) di alam mengalami kondensasi menjadi

2 bentuk yaitu linear

furocumarin dan angular furocomarin yang masing-masing mempunyai tingkat


proses kondensasi yang berbeda dimana linear furocomarin bersifat lebih fototoksik
(pengefupasan keropeng). Ketidakstabilan kandungan kumarin kemungkinan juga
dipengaruhi homogenitas kumarin dalam minyak.
Dari hasil uji aplikasi ekstrak pada kambing diketahui bahwa ekstrak minyak
dengan konsentrasi 50% mempunyai efek yang paling efektif dan efisien. Maka perlu
diketahui sejauh mana kestabilannya pada penyimpanan setiap minggunya (Tabel10)

Tabel 10. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi
50% setelah pertakuan penyimpanan (suhu kamar dan refrigerator) sel ama 8
minggu
Lama

Kandungan Kumarin Dalam

penyimpanan

Ekstrak 50% (pgt

(minggu)
Suhu Kamar

Suhu refrigerator

400

400

650

650

2000

2200

2000

2000

1080

1000

2000

4000

2000

4000

2000

4000

2000

6000

..

8
-

30

Berdasarkan hasil pengamatan setiap minggu, kandungan kumarin setelah


per1akuan penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator adalah tidak stabil
seperti pada hasil monitoring kandungan kumarin setiap bulan (seperti yang telah
disebutkan diatas).

F. Uji Keamanan Obat


Ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi 50% menghasilkan
pengobatan yang efektif, maka diuji keamanannya terhadap hewan dengan melihat
efek obat terhadap kulit dan mata sesuai dengan OECD

Nilai Uji lritasi Mata


Tabel-11 . Hasil uji lritasi mata pada kambing dengan ekstrak minyak daun gamal
50%
Ekstrak minyak daun gamal 50%

Jam

Kambing

ke-

no

24

48 1
72

Konjunctiva

Iris

Komea

1
2
3

0
0

0
0
0

0
0
0

1
2
3

0
0
0

0
0
0

0
0
0

2
3

0
0
0

0
0
0

0
0

1
2
3

0
0
0

0
0

31

Nilai Uji lritasi Kulit


Tabel-12 . Hasil uji lritasi kulit pada kambing dengan ekstrak minyak daun gamal50%
Ekstrak Minyak daun gamal 50%
Jam
ke-

Kambing
no

1
2
3

0
0
0

0
0
0

24

1
2
3

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

48

3
72

Edema

Eritrema dan Eschar

1
2

Hasil uji keamanan obat menunjukkan tidak ditemukan adanya efek samping
yang ditimbulkan setelah per1akuan ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi
50% (Tabel-11 dan 12). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak daun
gamal dengan konsentrasi 50% adalah aman digunakan sebagai akarisida.

G. Aplikasi Fonnula pada Hewan Kambing yang terinfestasi scabies di Lapang


Aplikasi ekstrak dilakukan pada kambing yang terkena scabies di desa
Cikeusik, kabupaten Pandeglang Propinsi Banten yang merupakan daerah kantong
temak kambing endemis scabies (angka kejadian penyakit 2%). Telah dilakukan
pengobatan pada 79 ekor kambing dengan tingkat keparahan scabies yang
bervariasi (score lesio kudis +1 -+5) dengan ekstrak minyak daun gamal dengan
konsentrasi 50%. Sampling kerokan keropeng scabies dilakukan pada
kambing dengan hasil sebagai berikut :

32

..

18 ekor

- pada 2 cni kerokan kulit telinga pasca pengobatan


nyak daun gamal SOOJ6 pada kambing di. Kec.

No

Jumlah Tungau (ekor)

No
Hewan
Sebelum pengobatan

Satu minggu setelah 1x

Satu minggu setelah 2x

pengobatan

pengobatan

24

35

28

11

11

14

42

69

10

70

11

71

29

12

72

19

13

73

18

14

74

22

15

75

16

76

17

77

18

78

32

33

Gambar-9a. Kambing sea.


minyak daun gamai

eusik sebelum pengobatan deng

'=c

~-

Gambar-9b. Kambing scabies di kec. Ciekeusik 1 minggu setelah 1x pengobatan


dengan ekstrak minyak daun gamal 50%.

Setelah satu kali pengobatan semua hewan yang disampling

(Tabel-13

menunjukkan (-) S.scabiei pada pemeriksaan kerokan kulit (hasil pemeriksaan lab
Tetapi pada hewan dengan tingkat keparahan tinggi (+3-+5) masih terdapat les o
kudis di beberapa bagian badan walaupun (-) S. scabiei. Pengobatan dilakuKa
sebanyak 2 kali dan diperoleh pengelupasan keropeng yang sempuma.

34

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi obat (ekstrak minyak daun gamal ) pada
hewan percobaan dan hewan lapang ( invivo) dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

Ekstrak minyak kelapa daun gamal konsentrasi 50% paling efektif dan
efisien dalam menurunkan 100% populasi tungau S. scabiei dengan 2x
pengobatan interval satu minggu.

Ekstrak minyak daun gama1 yang efektif digunakan sebagai obat scabies
berasal dari daun gamal segar yang mempunyai kandungan kumarin
cukup tinggi (sekitar 1000 ppm) yaitu dengan perkiraan umur tanaman
lebih dari 6 bulan.

Ekstrak min yak kelapa daun gamal dengan konsentrasi 50% mempunyai
kandungan kumarin yang tidak stabil dalam penyimpanannya (stabil
maksimal 1 minggu).

Hasil uji keamanan obat ekstrak minyak daun gamal 50% tidak
mengiritasi kulit dan mata sehingga aman digunakan.

Hasil aplikasi obat pada hewan lapang dengan 2xpengobatan dengan


ekstrak minyak daun gamal 50% menunjukkan hasil yang efektif dan
efisien sebagai akarisida sesuai dengan hasil pengamatan pada hewan
percobaan.

35

DAFTAR PUSTAKA

BANEZ, JA, MD; NAzARENe R. MD; MEDEL, R, MD. 1999. Clinical Trial on the
Effectiiveness of Glilicida sepium (Kakawati) In Treating Patients with Scabies.
Infect Dis; 28(4): 147-153.
BUDIANTORO.
2004. Kerugian ekonomi akibat skabies dan kesulitan dalam
pemberantasannya. Makalah pada seminar parasitologi dan toksikologi
veteriner pada tanggal 20-21 April 2004. Balitvet-DFID.
,:;ELEGHINI, R, M.S., J.H.Y VILEGAS AND FERNANDO M. lANCAS. 2001. Extraction and
Quantitative HPLC Analysis of Coumarine in Hydroalcoholic Extracts of
Makania glomerata Spreng ('guaco") Leaves.J. BRAZ.CHEM. Soc.voL 12:6.
DUKE, J.A. 1983. GUrickJia Sepium (Jacq.) Steud. Handbook of Energy
crops.unpublished.http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke energy/Giiricidia
sepium .html

DUKE, J.A. AND WAIN, K.K. 1981. MEDICINAL PLANTS OF THE WORLD. COMPUTER INDEX
WITH MORE THAN 85,000 ENTRIES. VOL 3.

ELEVITCH AND FRANCIS. 2006. Species Profiles for Pacific Island Agroforestry.
www.traditionaltree.org
GRAINGE, M., AND S. AHMED, 1988. Handbooks of plants with pest control properties,
John Wiley and Sons. New York. 470.
NICHOLSON, R.A.; and ZHANG, A Surangin 8: Insecticidal properties and
mechaniSm underlying its transmitter releasing action in nerve terminal fractions
isolated from mammalian brain. Pesticide Biochemistry and Physiology, v.53,
p.152-163, 1995.
OECD. 2002. OECO Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Dermal
Irritation/Corrosion, OECD.
OECD. 2002. OECD Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Eye
Irritation/Corrosion, OECD.
PHIPIUNE

MEDICINAL

PLANT.

2009.

KAKAWATE

GLIRICIDIA

SEPIUM.

http :1/www. stuartxchange.org!Kakawati.html


PRIJONO, D., 2003. Teknik Ekstraksi, Uji Hayati, dan Aplikasi Senyawa Bioaktif
Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian IPB
Bogor.
ROBERTS, D.W., AND VENSON, W., 1971. Use offungi for microbial control or insects.
In : Burges, H.D., Hussey, N.W.(Eds.), Microbial Control of Insects and Mites.
Academic Press. New York.pp 655-672.

36

PLANTS POISONOUS TO LIVESTOCi<. 2010. Coumarin Glycosides. Cornell University


Departement of Animal Sdence.
http://www.ansci.comeU.edu.:'plantsltoxicagents/coumarin .html
PUTRA, A.A.G. AND M. GUNAWAN. 1983. Laporan Kasus Scabies pada kambing.
Efikasi Coumaphos 0,1% temadap S. scabiei var. caprae dan gambaran
hematologik. Laporan Tahunan Hasil Penyidikan Penyakit Hewan di Indonesia
Periode tahun 1981- 1982. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral
Peternakan, Jakarta, hal 30-35.
PUTRA, AAG. 1999. Laporan Evaluasi Pemberantasan Scabies pada Kambing di
Pulau Lombok. Laporan Teknis, Bagian Proyek Penyidikan Penyakir Hewan
Wdayah VI Denpasar, T .A 1998/1999. Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI
Denpasar.
STEWART, J.L., and A.J . SIMONS. 1994. Gliricidia sepium: a multipurpose forage tree
legume. In: Gutteridge, R.C.and H.M. Shelton (eds.). Forage Tree Legumes in
Tropical Agriculture. CAB International, Oxon, UK.
TARIGAN, S. 1998. Metode pengembangbiakan dan pemanenan tungau S. scabiei.
Pros seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2
Desember 1998. Puslitbang Petemakan . Bogor. Hlm.1009-1017.
TARIGAN, S. 2004. Vaccination of goats with fresh extract " Sarcoptes scabiei Confers
Partial Protective Immunity". JITV (11):2.Pp144-150
URGUHART G.M., ARMOUR, J , DUNCANN, J.L, DUNN, M and JENNINGS, F.W. 1996.
Veterinary Parasitology. The faculty of veterinary medicine, The university of
Glasglow, Scotland.
WALTON, S.F. and CuRRIE, B.J. 2007. Problem in Diagnosing Scabies, a Global
Disease in Human and Animal Populations. Clinical Microbiology Reviews 20
(2) : 268-279.

37

Anda mungkin juga menyukai