707 PDF
707 PDF
2010
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN INSENnF RISTEK
TAHUN 2010
(Efektifitas Daun Gamal (Giiricidia sepium) Dengan Zat Aktif Utama 1015% Coumarin Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan
Tingkat Kesembuhan >95%)
Oleh:
Dyah Haryuningtyas S
Yuningsih
S. Endah Estuningsih
2010
2
Lembar Pengesahan
1. Judul Kegiatan
2. Penanggung
J~wab
3. Jabatan
Stru ktu ra I
ii. Fungsional
1.
4.
5.
6.
7.
8.
Unit Kerja
Mulai-Akhir
Lokasi Kegiatan
Biaya Kegiatan
Sumber Biaya
: Peneliti Muda
: Balai Besar Penelitian Veteriner
: Februari 2010- Nopember 2010
:Bogar
: Rp. 141.654.545,: Ristek 2010
Mengetahui
Plh. Kepala Kepala Balai Besar
P~
~ Veteriner
~~
Drh. Dyah Haryuningtyas S, MSi
NIP. 19740614 200003 2 001
RINGKASAN
Scabies merupakan penyakit parasit menular pada kulit yang disebabkan oleh
Sir.:Dptes scabiei. Penyakit ini masih merupakan proplem penting pada kambing di
l'"lrVv'\A ..
ia. laporan terakhir kasus scabies di Jawa mencapai 47,5% tahun 2006.
Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang
, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko terjadinya resistensi jika sering
~
akan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies perlu dikembangkan lebih
sebagai alternatif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat,
serta ramah lingkungan . .
Hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa hasil uji potensi ekstrak 3 macam
aman (biji
gau Sarcoptes scabiei pada kambing diketahui bahwa ef<strak etanol daun gamal
memberikan hasil yang baik sebagai akarisida nabati pada kambing tanpa efek
samping. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun
gamal (Giiricidia sepium) dengan pelarut minyak (sebagai pelarut bahan aktif
arin} sehingga diperoleh fonnula akarisida nabati yang efektif, efisien, mudah
roleh dan mudah aplikasinya. Penelitian ini akan dilakukan dalam 7 tahapan
(1) lnfestasi buatan S. Scabiei pada kambing, (2) Analisis kumarin dalam daun
;amal (3) Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamat dengan 4 variasi konsentrasi
6.25%, 12,5%, 25% dan 50%) (4) Aplikasi ekstrak minyak daun gamal pada
~bing
lalam ekstrak) pada perlakuan penyimpanan (6) Uji keamanan fonnula (uji iritasi
ulit dan iritasi mata) dan (7) Aplikasi fonnula pada hewan kambing yang terinfestasi
scabies di lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun gamal segar yang
'Tlengandung kumarin :t 1000 ppm (dari tanaman gamal berumur lebih dari 6 bulan)
dapat menurunkan 100% populasi tung au S.scabiei dengan ekstrak minyak daun
gamal konsentrasi 50% setelah 2x pengobatan (interval 1 minggu). Walaupun hasil
stabilitas kumarin menunjukkan tidak stabil dalam perlakuan penyimpanan (stabil
aksimal 1 minggu). Selanjutnya hasil uji keamanan menunjukkan tidak terjadi iri
tasi kulit dan mata sehingga aman digunakan. Hasil aplikasi fonnula pada 79 ekor
ambing di lapang menunjukkan hasil pengamatan yang sama seperti pada hewan
percobaan (efektif dan efisien).
PRAKATA
Scabies merupakan penyakit kulit yang masih menjadi masalah penting pada
t:mak kambing, khususnya kambing yang dipelihara secara tradisional di pedesaan.
i?enanggulangan penyakit ini seringkali menjadi kendala karena harga obat yang
-.ahal dan sulit ditemukan di pedesaan. Pada penelitian terdahulu telah dilakukan
:e1apisan berbagai ekstrak tanaman, seperti tanaman jarak pagar, kemalakian ,
:eogkuang, sirsak, srikaya dan gamal yang diduga mempunyai efek akatisida
~dap
gamal mempunyai efek sebagai akatisida nabati yang potensial tanpa efek samping.
Pada penelitian ini dilakukan uji efektititas, k.eamanan dan k.estabilan daun gamal
sebagai akatisida nabati sehingga diperoleh fonnula yang efektif dalam aplikasinya.
Penelitian ini terlaksana atas bantuan dati Sdr. Eko S Purwanto, Farlin N & Sukatma,
reknisi dari bagian Parasitologi juga Sdr. Mihardja teknisi dati Bag. Toksikologi serta
mengurus hewan
penelitian
ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Insentif Ristek 2010 sebagai penyandang dana dan semoga
laporan ini bermanfaat sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTARISI
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
18
35
36
DAFTAR TABEL
17
17
18
-4. Hasil anaHsis kumarin dalam daun gamal yang berasal dart
Daerah Bogor dan sekitamya.. ...... ... ... ... .......... ... .. ....... ... ... ...
19
-abel-5. Hasil analisis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan
(hasH budidaya sendiri) ....... .... .. . .... .. .. . .. .. . .. .. .. .... . .... .... . .... .. .. .
el-6. Rata-rata jumlah S. scabiei per 2 cm 2 kerokan kulit telinga pada
pengamatan setiap minggu pada kelompok per1akuan
dan kontrol.... .. .. .. ... .. .. .. ... .. .. .. .. .. ... . .. .. . .. .. .. .. .. .. . ... .. .. .... ...... ... .... . .. .
- abel-7. Perubahan tesio kudis sebelum dan sesudah pengobatan
ekstrak minyak daun gamal (pengamatan setiap minggu
selama 12 minggu)......................................................................
- abel-8. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah
per1akuan penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6
bulan............................................................................................
Tabel-9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah
per1akuan penyimpanan (suhu refrigerator) setiap bulan
selama 6 bulan.............................................................................
-abei-10.Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal
konsentras 50% setelah per1akuan penyimpanan
(suhu kamar dan refrigerator) selama 8 minggu...........................
abel-11 Hasil uji iritasi mata .....................................................................
abe~ 12. Hasil uji iritasi kulit .. .. .. .. . ... .. . .. .. .... .. .. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .... .. .. .. .. .. .. . . .....
abel-13 Jumlah S. scabiei pada 2 cm2 kerokan kulit pasca pengobatan
dengan ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50% pada
kambing di kec. Cikeusik, Pandeglang.........................................
20
28
28
29
29
30
31
32
33
DAFTAR GAMBAR
Gambar-1 . Tanaman gamal.............. ..... .... ..... ......... ................ ............ ....
11
Gambar-2. Gratik persentase Rata-rata S. scabiei per 2 cm 2 kerokan
kulit telinga pada pengamatan setiap minggu pasca
pengobatan dengan ekstrak minyak daun gamal..................
22
23
Gambar-3a. Kelompok 1,(Ekstrak 12,5%), Minggu 0 ...............
Gambar-3b. Kelompok 1,(Ekstrak 12,5%), Minggu 6 (setelah 6xpengobatan)
23
23
Gambar-4a. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Minggu 0 .......... .........................
23
Gambar-4b. Kelompok 2,(Ekstrak 25%), Mlnggu 3 (setelah 3xpengobatan)
Gambar--5a. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 0 ...... ...............................
24
Gambar-5b. Kelompok 3,(Ekstrak 50%), Minggu 6 (setelah 2xpengobatan
24
Gambar-6a. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %lilin), Minggu 0 .. ....... .............. .
24
Gambar-6b. Kelompok 4,(Ekstrak 50%+1 %1ilin), Minggu 2(setetah 2xpengobatan)24
Gambar-7a. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 0 ...... .......................................
25
25
Gambar-7b. Kelompok 5,(Kontrol), Minggu 6 .......................... ...... ......... ...
25
Gambar-8. Pertumbuha bulu kambing pada minggu ke-6... .. .... .... ..... ... .... .
BABI.PENDAHULUAN
Sampai saat ini scabies masih merupakan proplem penting pada kambing di
Indonesia. Prevalensi scabies selama 1999-2002 adalah 0,022% (BUDIANTORO,
2004). Laporan terakhir kejadian scabies di Jawa mencapai 47,5% pada tahun 2006.
Pengobatan scabies dengan obat sintetik mepunyai kendala harga obat yang
mahal, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko
te~adinya
digunakan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies per1u dikembangkan lebih
lanjut sebagai altematif pengobatan scabies pada kambing yang mudah didapat
serta ramah lingkungan.
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan screening potensi ekstrak
beberapa tanaman yaitu biji jarak pagar (Jatropa curcas), biji kemalakian (Croton
tiglium), biji bengkuang (Pachirizus erosus), biji sirsak (Annona muricata), biji srikaya
(Annona squamosa) dan daun gamal (Giiricidia sepium) secara invitro dan invivo
terhadap tungau Sarcoptes scabiei pada kambing. Hasil uji invitro dari ke-6 jenis
tanaman tersebut diatas hasil terbaik ditunjukkan oleh ekstrak air biji bengkuang 5%
(b/v). ekstrak air biji srikaya 5%, ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji
srikaya 2,5% dan ekstrak etanol daun gam at 5% dengan LT50 rata-rata
te~adi
pad a
jam ke-2 sampai jam ke-5. Hasil uji invivo dari ketiga ekstrak tanaman tersebut
menunjukkan bahwa pada ekstrak air biji bengkuang 5%, ekstrak air biji srikaya 5%;
ekstrak aseton biji bengkuang 5%, ekstrak etanol biji srikaya 2,5% dan ekstrak etanol
daun gamal 5% masing-masing memerlukan 3 x, 3 x, 2 x, 2 x dan 3x pengobatan
dengan interval 1 minggu untuk menyembuhkan scabies dengan parameter tidak
ditemukan tungau dalam 2 cm 2 kerokan kulit telinga kambing dan skor penyembuhan
lesio scabies. Walaupun demikian, pada pengobatan dengan ekstrak air dan etanol
dari biji srikaya timbul adanya efek samping berupa iritasi pada mata ditandai
terbentuknya selaput putih seperti katarak (sembuh dalam 2-3 minggu setelah diobati
dengan salep mata) sedangkan pada pengobatan dengan ekstrak aseton biji
bengkuang timbul efek samping yang ringan berupa iritasi kulit leher pada kambing
peka. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka disimpulkan daun gamal mempunyai
potensi yang lebih baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai akarisida nabati
pada kambing tanpa efek samping.
et at.,
et. at.,
kadang tampak seperti penyakit kulit yang ringan. Gejala utama adalah adanya gatal
yang terus menerus, iritasi dan terbentuk ketombe akibat garukan, serta terjadi
kerontokan bulu. Pada kasus yang kronik kulit menjadi tebal dan terbentuk keropeng
pada bagian yang tidak ditumbuhi bulu (URGUHART,
et. at.,
CuRRIE, 2007). Mortalitas pada kambing muda akibat malnutrisi adalah sebesar 5067% (PUTRA and GUNAWAN, 1983). Selanjutnya biaya yang besar diperlukan untuk
pengobatan dengan akarisida secara ber1<elanjutan pada hewan yang terinfestasi.
Penyakit ini menyebabkan penurunan produktivitas dan kerugian ekonomi yang
cukup besar di berbagai area di Indonesia antara lain Nusa Tenggara Barat, Bali,
Lombok serta Bukittinggi, Lampung, Yogyakarta dan Maros (BUDIANTORO, 2004).
Prevalensi skabies pada kambing dilapor1<an mencapai 4-20%, terutama pada saat
musim kemarau dengan sistem pemeliharaan digembalakan. Kejadian kudis pada
temak telah tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada keadaan kekurangan
pakan, di musim kemarau dan di lingkungan kandang yang kotor dengan prevalensi
4-11% (BUDIANTORO, 2004). Beberapa kasus pada hewan yang terlambat dalam
memberikan pengobatan menyebabkan terjadinya kematian disebabkan karena
dehidrasi, pneumonia dan septicaemia bakterial (ROBERTS et at. , 1971).
walaupun demikian pengobatan scabies ini tidak bisa dipisahkan dengan
manajemen
kandang
yang
baik.
Menurut PUTRA
10
enurut DUKE AND WAIN, (1981) sifat daun gamal sebagai pestisida ini karena
eaktifan senyawa toksik kumarin yang terdapat dalam daun tersebut. Disamping itu
formula akarisida nabati yang mudah didapat, murah dan tanpa efek
samping.
12
. 1 tahun. Metode infestasi dilakukan menurut metode yang digunakan oleh Tarigan,
(1998) dengan sedlkit modifikasi. lnfestasi dilakukan pada bagian atas daun telinga.
Bulu kulit telinga luar kambing normal dicukur seluas 2 x 2 em kemudian dikerok
dengan pisau bedah steril hingga mengeluarkan rembesan darah. Sepotong kain
katun tipis dengan serat yang rapat berukuran 3x3 em ditempelkan diatas tempat
infestasi dengan
2 bulan).
standar
dikembangkan datam campuran eter dan toluen (1 :1) sebanyak 10 ml dan jenuhkan
dengan
13
Rf)
spot
sampel
dengan
Rf
standar.
Uji
kuantitatlf
dilakukan
dengan
L; 5,0 IJL dengan konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm kumarin pada plat dan deteksi
marin seperti cara yang telah dijelaskan di atas.
- Penetapan Ujl Perolehan Kembali (recovery)
dipanaskan
hingga mendidih (suhu > lOO"C) diatas penangas selama ljam. Selanjutnya
suhu
14
melakukan
uji
perolehan
kembali
(recovery),
yaitu
Sebanyak 25 ekor kambing jantan kurang lebih umur 1 tahun setelah terinfestasi S.
15
menggunakan kuas pada kulit kambing yang terinfestasi scabies. Parameter yang
diamati pada uji invivo ini adalah jumlah (ekor) S. scabiei dalam tiap 2 cm 2 kerokan
kulit, perubahan skor lesio kudis sebelum & setelah diobati dan prosentase kematian
kambing karena scabies pada pengamatan setiap minggu selama 12 minggu
berturut
turut. Pada tahap ini diamati juga kemungkinan timbulnya efek samping,
efek ekstrak terhadap pertumbuhan bulu dan ada atau tidaknya reinfestasi ulang
setelah pengobatan. Setelah dilakukan pengobatan kambing dan masing-masing
kelompok dipindahkan ke kandang baru yang bebas scabies (sebelumnya disemprot
insektisida sintetis)
E. Uji stabilitas fonnula
Pada uji ini dilakukan analisis kumarin terhadap ekstrak minyak daun gamal dari
hasil perlakuan penyimpanan pada suhu kamar dan suhu refrigerator (4C). Analisis
dilakukan pada sampel ekstrak minyak daun gamal yang terdiri dari :
4 macam konsentrasi ekstrak minyak daun gamal (6,25%, 12,5%, 25% dan
50%) yang dianalisis kadar kumar'in setiap bulannya sampai dengan 6 bulan
16
Parameter Penilaian
SKORO I
1
2
3
4
i
!
i
J
~------------~
Edema
Tdk tjd edema
Edema san gat ring an
Edema ringan {bagian tepi area edema sangat jelas meninggi)
Edema sedang ( tinggi bag tepi area edema naik sekitar 1 mm)
SKOR \
01
2
3
Uji iritasi mata dilakukan dengan menempatkan sediaan uji pada conjuctiva mata
kambing Penetapan iritasi mata dilakukan terhadap 3 ekor kambing dewasa dan sehat
dan kambing tersebut diistirahatkan setama 24 jam sebelum pengujian. Sediaan uji
sebanyak 0,3 ml diternpatkan pada kantung konjunctiva mata kiri ( mata kanan sebagai
control), kemudian kelopak mata ditutup se!ama 9 detik. Pengamatan iritasi mata akut
dilakukan pada 1, 24, 48 dan 72 jam setelah zat uji dimasukkan ke dalam mata kambing.
Hasil berupa skor kornea, iris, konjunctiva dan khemosis dicatat dengan mengacu pada
Tabel-2.
Tabel-2. Penilaian Reaksi Mata
~m~
S~R
Iris
Norma,
Pembengkakan, pelebaran pembuluil darah corneal, iris tetap bereaksi thd caflaya
Tdkada reaksi thdcahaya, pendarahan, kerusakan
Konjunctiva
Kemerahan (hanya mengacu pada conjunctiva, tdk termasuk kornea dan iris)
Normal
.
Pembuluh darah nyata melebar di atas normal
17
0
1
2
3I
-------j
4 '
SKOR
0
1I
21
---SKOR
~
~I
1
2
3
--
Kemerahan lebih tersebar, warna merah tua, satuan pembuluh darah tdk jelas terlihat
Kemerahan menyebar sangat luas
Khemosis
Pembengkakan (mengacu pada kelopak mata dan atau membran niktasi)
Normal
Pembengkakan di atas normal
Pembengkakan yang nyata
Pembengkakan dengan kelopak yang sebagian menutup
Pembengkakan dengan lebih dari sebagian kelopak tertutup
1I
~I
41
Standar
ditambahkan (1-!9)
i
2
Kumarin
yang / Ulangan
Hasil
--
! 1,25
1,35
I (%)
I 108
I
I
1,35
108
1,35
108
((.I g)
...,
'"'
I 2,5
I 2,7
108
2,7
I 108
2,7
108
15
5,4
108
I
I
I
5,4
II 108
l'l
5,4
1108
I
Ii
SKOR
I"
18
Rata-rata hasil uji perolehan kembali dari ketiga variasi konsentrasi penambahan
standar kumarin menunjukkan 108% (Tabel3). Sementara kriteria uji validasi metoda
analisis yang diterima kisarannya 80-120%, maka metode analisis kumarin tersebut
cukup valid.
Tabel-4. Hasil anallsls kumartn dalam daun gamal (daun tua) yang berasal dart daerah
Bogor dan sekitamya.
No
I Lokasi
Kadarkumarin(ppm)
( Ciawl (4 sampel)
272,600,400, 800
I Cibinong
(LIPI)
(2
I 1100. ooo
sampel)
I Balitro (3 sampel)
Hasil sampling daun garnal diperoleh rata- rata dari tanaman gamal yang berumur
sekitar lthn dan lebih dari 5 tahun (telah dipanen berulang- ulang). Kemudian
diambil bagian daun yang masih segar dan terasa bau menyengat (kandungan
kumarin tinggi). Temyata daun gamal asal tanaman yang umumya lebih muda
mengnadung kumarin lebih tinggi (asal Cibinong , Balittro) dibandingkan dengan
tanaman yang berumur lebih tua (> 5 th) (asal Puslitbangnak, Ciawi) dan terlihat
tanaman telah mengalami pemotongan (panen) berulang-ulang. haraJ)<ln akan
diperoleh bahan ek.strak minyak yang efektif sebagai akarisida. ~n demikian
hasil sampling daun gamal dengan kadar yang tinggi dan terdapat dalam jumlah
banyak yaitu daun asal Balittro yang digunakan sebagai sumber untuk pembuatan
ekstrak minyak.
Telah dilakukan monitoring kandungan kumarin pada bagian pucuk, daun muda, dan
daun tua dari tanaman gamal
19
bulan dengan analisis kumarin setiap bulan. Pada umur 3 sampai 5 bulan
menunjukkan bagian pucuk mengandung kumarin lebih tinggi dibandingkan bagian
daun lainnya. Setelah umur 6 bulan kandungan kumarin pada bagian pucuk mulai
menurun dan kenaikan kadar kumarin terjadi pada bagian daun muda dan tua
(Tabel-5). Makin bertambahnya umur tanaman, kandungan kumarin dalam daun
muda dan tua semakin meningkat, tetapi pada bulan ke 6 dan 7 kenaikan kandungan
kumarin tidak begitu tinggi (tetap) pada daun tua, hal ini disebabkan adanya
pergantian musim yaitu dari musim kemarau ke awal musim hujan. Disamping itu
daun yang ter1alu tua (keras dan liat) kadar kumarinnya juga akan mengalami
penurunan karena berkurangnya kandungan getah daram daun. Sementara menurut
BOTANICAL
DERMATOLOGY,
(2010}
disebutkan
bahwa
kandungan
kumarin
(furokumarin) tinggi ditemukan pada daun yang bergetah cukup tinggi. Maka koleksi
daun gamal lebih baik pada musim kemarau dan diambil dari daun tua yang masih
lunak sehingga diperoleh kandungan kumarin yang tinggi.
Tabel-5. Hasil anallsis kumarin pada tanaman gamal umur 3-8 bulan (hasil btJdidaya
sendlri)
No
Umur
tanaman
gamal
(bulan)
Pucuk
Daun Muda
Daun Tua
1400
210
600
1200
280
620
920
BOO
840
825
1200
900
400
540
900
440
660
1320
6
---
Hasil analisis kumarin dari tanaman hasil budidaya sendiri ini diketahui bahwa
tanaman gamal umur 6 bulan ke atas pada bagian daun tua mempunyai kadar
kumarin yang cukup tinggi dan dapat mulai dipanen sebagai sumber untuk
pembuatan ekstrak minyak daun gamal dalam pengobatan scabies.
20
Pada hewan dengan skore lesio kudis +3 sampai +5 (keropeng kudis sudah mulai
menyebar ke badan) diperlukan 100-200 ml (tergantung ukuran badan kambing)
untuk dioleskan pada seluruh badan untuk mencegah infestasl pacta bagian tubuh
yang lain.
Hasil pengobatan kambing dengan ekstrak minyak daun gamal terhadap 4 kelompok
per1akuan (5 ekor/kelompok):
Kel1 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 12.5%, 6x pengobatan interval1mgg
Kel 2 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 25%, 3x pengobatan interval1 mgg
Kel 3 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%, 2x pengobatan interval 1mgg
Ke14 :Ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50%+ 1% lilin, 2x pengobatan
interval 1mgg
Kel 5 :Kontrol (tidak dilakukan pengobatan)
21
Adapun hasil uji invivo aplikasi ekstrak minyak daun gamal berdasarkan jumlah S
scabiei pada 2 cm 2 kerokan kulit telinga adalah sebagai berikut (Gambar 2) :
IV
:a
.S
60
.~ :
IV
~
----------
--
Cl
50
:t:: 40
:;
.~
(I)
c 30
o Konsentrasi 12.5%
o Konsentrasi 25%
o Konsentrasi
50%
3 '2
20
I
'
!!
10
'- -Kontrol
--------....J
,...,. N
IV
~ ~
o Konsentrasi 50%+1%
'
I
o~~~~_J--~~~~-~~
kelompok-2 (25%),
yaitu kelompok-1
(12.5%),
penurunan jumlah tungau hingga 100% masing-masing setelah 3x, 2x, 1x dan 1x
pengobatan
(Gambar-2,
Tabel-6).
Pada
kelompok-1
walaupun
sudah tidak
menempel
(pengelupasan
keropeng
belum
sempuma,
Gambar-6a,b),
Walaupun demikian tidak dilakukan pengobatan yang ketiga karena tidak efisien.
22
23
'"'Ll,
,t..
25
at.,
minyak daun gamal akan mudah dalam penyimpanan karena menjadi beku. Tetapi
pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya lilin menghambat terjadinya
reaksi ekstrak dengan kulit yang memerlukan adanya sinar (fotoaktif) sehingga
menghambat pengelupasan keropeng (memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai pengelupasan sempuma dan akan menghambat pertumbuhan bulu).
Penurunan
jumtah
tungau
terjadi
karena
efek
dari
kumarin
yang
minyak
daun
gamal
akan
membentuk
furocoumarin
yang
dapat
26
terinfestasi scabies dengan status nutrisi yang baik rata-rata dapat bertahan hidup :t
2 bulan jika tidak diobati.
Berdasarkan hasil pengamatan dari aplikasi pengobatan dengan 4 variasi
kosentrasi diketahui bahwa konsentrasi 50% paling efektif dan efisien dibandingkan
dengan ke-3 konsentrasi yang lain (12,5%; 25% dan 50% +1% lilin) atau semakin
tinggi konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan semakin baik efeknya sebagai akarisida
dan semakin efisien.
'2.1
Tabel-.6 Rata-rata Jumlah tungau S. Scabiei per 2 cm kerokan kulit telinga, badan dan kaki kambing pada pengamatan setiap minggu pada kelompok perlakuan dan kontrol.
No
Jenis perlakuan
Mg2
Mg3
Mg4
Mg5
Mg6
Mg7
Mg8
Mg9
Mg10
Mg11
Mg12
36
48
47
58
21
37
38
41
46
46
48
54
5
L____
Kel
-~---~- --
--- - --- - --
- - - -- - - -
---
Jenis perlakuan
- -
----
---
Mgg2
Mgg3
Mgg4
Mgg5
Mgg 6
Mgg7
Mgg8
Mgg 9
Mgg 10
Mgg 11
Mgg 12
Sb.Ob
1
+3- +5
+1 -+4
0- +2
0- +1
0-+1
+3- +5
0. +1
0- +1
+3- +5
0 -+1
+3- +5
+1- +3
().. +1
0- +1
+1- +3
+1- +5
+2- +5
+3- +5
+3- +5
+3- +5
+3-+5
+3- +5
+3- +5
lv.1
tv. 3
12.5%
2
lv.1
Ket : Sb.ob : sebetum pengobatan
: lv.1 : pengobatan 1 ekor kambing dengan ivermectln
: Jv.3 : pengobatan 3 ekor kambing dengan ivermectin
28
Taber 8. Hasll analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal setelah perlakuan
penyimpanan (suhu kamar) setiap bulan selama 6 bulan.
Lama penyimpanan
(bulan)
Minyak (119)
6,26%
12,5%
25%
50%
50
100
200
400
200
400
800
1600
400
2000
2000
800
300
1000
1000
600
200
500
500
400
100
250
250
500
250
500
1000
2000
Tabel 9. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak setelah perlakuan penyimpanan
(suhu refrigerator) setiap bulan selama 6 bulan.
Lama penyimpanan
(bulan)
Minyak (119)
6,25%
12,5%
25%
50%
50
100
200
400
100
200
400
800
400
1000
2000
3000
400
1000
2000
3000
300
500
1000
2000
100
250
500
2000
125
250
500
600
29
Tabel 10. Hasil analisis kumarin dalam ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi
50% setelah pertakuan penyimpanan (suhu kamar dan refrigerator) sel ama 8
minggu
Lama
penyimpanan
(minggu)
Suhu Kamar
Suhu refrigerator
400
400
650
650
2000
2200
2000
2000
1080
1000
2000
4000
2000
4000
2000
4000
2000
6000
..
8
-
30
Jam
Kambing
ke-
no
24
48 1
72
Konjunctiva
Iris
Komea
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
0
0
0
0
0
31
Kambing
no
1
2
3
0
0
0
0
0
0
24
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
48
3
72
Edema
1
2
Hasil uji keamanan obat menunjukkan tidak ditemukan adanya efek samping
yang ditimbulkan setelah per1akuan ekstrak minyak daun gamal dengan konsentrasi
50% (Tabel-11 dan 12). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak daun
gamal dengan konsentrasi 50% adalah aman digunakan sebagai akarisida.
32
..
18 ekor
No
No
Hewan
Sebelum pengobatan
pengobatan
pengobatan
24
35
28
11
11
14
42
69
10
70
11
71
29
12
72
19
13
73
18
14
74
22
15
75
16
76
17
77
18
78
32
33
'=c
~-
(Tabel-13
menunjukkan (-) S.scabiei pada pemeriksaan kerokan kulit (hasil pemeriksaan lab
Tetapi pada hewan dengan tingkat keparahan tinggi (+3-+5) masih terdapat les o
kudis di beberapa bagian badan walaupun (-) S. scabiei. Pengobatan dilakuKa
sebanyak 2 kali dan diperoleh pengelupasan keropeng yang sempuma.
34
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi obat (ekstrak minyak daun gamal ) pada
hewan percobaan dan hewan lapang ( invivo) dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Ekstrak minyak kelapa daun gamal konsentrasi 50% paling efektif dan
efisien dalam menurunkan 100% populasi tungau S. scabiei dengan 2x
pengobatan interval satu minggu.
Ekstrak minyak daun gama1 yang efektif digunakan sebagai obat scabies
berasal dari daun gamal segar yang mempunyai kandungan kumarin
cukup tinggi (sekitar 1000 ppm) yaitu dengan perkiraan umur tanaman
lebih dari 6 bulan.
Ekstrak min yak kelapa daun gamal dengan konsentrasi 50% mempunyai
kandungan kumarin yang tidak stabil dalam penyimpanannya (stabil
maksimal 1 minggu).
Hasil uji keamanan obat ekstrak minyak daun gamal 50% tidak
mengiritasi kulit dan mata sehingga aman digunakan.
35
DAFTAR PUSTAKA
BANEZ, JA, MD; NAzARENe R. MD; MEDEL, R, MD. 1999. Clinical Trial on the
Effectiiveness of Glilicida sepium (Kakawati) In Treating Patients with Scabies.
Infect Dis; 28(4): 147-153.
BUDIANTORO.
2004. Kerugian ekonomi akibat skabies dan kesulitan dalam
pemberantasannya. Makalah pada seminar parasitologi dan toksikologi
veteriner pada tanggal 20-21 April 2004. Balitvet-DFID.
,:;ELEGHINI, R, M.S., J.H.Y VILEGAS AND FERNANDO M. lANCAS. 2001. Extraction and
Quantitative HPLC Analysis of Coumarine in Hydroalcoholic Extracts of
Makania glomerata Spreng ('guaco") Leaves.J. BRAZ.CHEM. Soc.voL 12:6.
DUKE, J.A. 1983. GUrickJia Sepium (Jacq.) Steud. Handbook of Energy
crops.unpublished.http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke energy/Giiricidia
sepium .html
DUKE, J.A. AND WAIN, K.K. 1981. MEDICINAL PLANTS OF THE WORLD. COMPUTER INDEX
WITH MORE THAN 85,000 ENTRIES. VOL 3.
ELEVITCH AND FRANCIS. 2006. Species Profiles for Pacific Island Agroforestry.
www.traditionaltree.org
GRAINGE, M., AND S. AHMED, 1988. Handbooks of plants with pest control properties,
John Wiley and Sons. New York. 470.
NICHOLSON, R.A.; and ZHANG, A Surangin 8: Insecticidal properties and
mechaniSm underlying its transmitter releasing action in nerve terminal fractions
isolated from mammalian brain. Pesticide Biochemistry and Physiology, v.53,
p.152-163, 1995.
OECD. 2002. OECO Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Dermal
Irritation/Corrosion, OECD.
OECD. 2002. OECD Guidelines For The Testing of Chemicals: Acute Eye
Irritation/Corrosion, OECD.
PHIPIUNE
MEDICINAL
PLANT.
2009.
KAKAWATE
GLIRICIDIA
SEPIUM.
36
37