Anda di halaman 1dari 6

BAB 4

PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan keperawatan waham kebesaran
pada Tn. A yang mengalami Skizofrenia Paranoid yang dirawat di ruang Puri Anggrek Rumah
Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Analisis yang dilakukan meliputi analisis masalah
keperawatan, analisis intervensi, dan analisis terkait alternatif pemecahan masalah.
4.1 Analisis masalah keperawatan
Permulaan pelaksanaan pengkajian dilakukan perawat sejak saat pertama perawat masuk
ruang perawatan Puri Anggrek pada tanggal 18 Agustus 2015. Hasil pengkajian didapatkan
bahwa pasien sering mengatakan bahwa dia yang mendukung semua usaha dan perekonomian,
klien mengatakan dirinya seorang manajer, pemilik saham di Agung Podomoro Group, memiliki
uang yang sangat banyak yang disimpan di bank dunia yaitu Bank Van World yang ada di
Amerika. Klien mengatakan dirinya mendapatkan uang dari belajar kitab feng shui yang
diajarkan oleh kakek klien melalui bisikan-bisikan yang sering didengarnya. Klien mengatakan
kitabnya mengajarkan ilmu-ilmu psikologi dan klien menganggap psikologi sebagai agamanya.
Klien meyakini bahwa kitab yang dipelajarinya ada hubungannya dengan dunia gaib. Klien
menggunakan kalung yang diyakini nya sebagai sumber tenaga dan alat untuk bertasbih. Halhal tersebut menunjukkan klien mengalami Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran.
Waham kebesaran adalah individu meyakini bahwa dia adalah seseorang yang memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
(Keliat, 2010). Waham dijelaskan Yosep (2009) bahwa pada fase improving, tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial. Selain itu Stuart & Laraia (2005) juga menyebutkan bahwa 90%
orang yang menderita skizofrenia akan menunjukkan gejala psikologi seperti waham.
Masalah waham kebesaran yang diangkat berhubungan dengan proses sakit, pengaruh
lingkungan karena klien tinggal di daerah perkotaan dan diperburuk dengan riwayat penggunaan
NAPZA. Kondisi jiwa yang ditunjukkan oleh Tn. A dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

lingkungan tempat tinggal, lingkungan sosial. Hal ini sesuai Galea dan Vlahov (2005), faktor
yang bertanggung jawab pada kesehatan warga kota antara lain lingkungan fisik, lingkungan
sosial, dan akses kesehatan serta pelayanan sosial. komunitas masyarakat perkotaan ditandai
dengan adanya dukungan sosial yang negatif seperti konsumsi narkoba dan kelompok/gang dan
kemiskinan. Masalah waham kebesaran yang dialami Tn. A disebabkan oleh beberapa faktor.
Selain disebabkan oleh kondisi sakit masalah ini juga disebabkan oleh faktor psikologis yaitu
hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan Stuart & Laraia (2005)
yang menyatakan hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan (Misalnya konflik
keluarga, koping stress tidak konstruktif atau tidak adaptif, gangguan identitas) merupakan faktor

psikologis yang dapat menyebabkan terjadinya waham. Hal ini tampak pada hubungan yang
tidak harmonis pada klien dengan kakak dan ayahya yang diungkapkan oleh adik kandung klien,
klien juga diberikan rumah pribadi oleh orangtua dan tinggal sendirian, sehingga klien semakin
merasa tidak diperhatikan oleh orangtua.
Faktor kedua yang menyebabkan klien waham karena klien mengkonsumsi NAPZA,
jenis amfetamin (Psikotropika golongan I) yaitu : shabu-shabu dengan cara disuntik. Menurut
Hawari, 2006 orang yang mengkonsumsi amfetamin akan mengalami gangguan delusi (waham)
yang ditandai dengan gejala-gejala: a) Waham kejaran yaitu ketakutan yang tidak
rasional/paranoid, dirinya terancam karena ada orang-orang yang mengejar ingin mencelakakan
dirinya; b) Kecurigaan terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri (ideas of
reference), pembicaraan orang atau berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap dirinya;
c) Agresivitas dan sikap bermusuhan; d) Kecemasan dan kegelisahan; e) Agitasi psikomotor
(tidak dapat diam, tidak dapat tenang dan mudah terprovokasi) . 4 dari 5 tanda gejala dari
waham yang dijelaskan diatas terdapat pada Tn. A.

Klien menampakkan ekspresi antusias dan percaya diri pada perawat bahwa dia
memiliki uang yang sangat banyak, melantur dengan mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang manajer, pemilik saham. Klien mengatakan sering mendengar bisikan dari
kakeknya untuk tidak perlu sekolah, karena klien sudah diajarkan ilmu pengobatan dari
kitab fengshui oleh kakeknya yang merasuki tubuhnya. Ketika diajak berdiskusi dengan
teman perawat, klien tetap mempertahankan argument. Klien menggunakan kalung
dengan aksesoris bergambar fengshui yang menurut klien digunakan untuk bertasbih.
Hal ini sependapat dengan Hawari (2006) yang mengatakan pemakaian shabu-shabu
akan menimbulkan efek psikologis: berperilaku hiperaktif, suasana gembira yang
berlebihan (euphoria), harga diri meningkat (grandiosity), banyak bicara (melantur),
kewaspadaan meningkat (paranoid), halusinasi penglihatan dan pendengaran (melihat
sesuatu/ bayangan yang sebenarnya tidak ada atau mendengar sesuatu yang tidak ada).
Faktor ketiga yang menyebabkan klien mengalami waham adalah faktor sosial
budaya. Ketidakadilan orangtua dalam memberikan kasih sayang, sehingga klien merasa
iri dengan saudara kandungnya, serta sikap orang tua yang membiarkan klien hidup
sendirian di rumah pemberian orang tua. Stuart & Laraia (2005) menyebutkan bahwa
seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.
Misalnya kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya, hidup terisolasi, stress menumpuk.
Klien dengan masalah waham kebesaran ini berada dalam tahap penyalahgunaan NAPZA yang
menganggu fungsi klien sebagai adik dan anak dalam keluarga, tetangga dalam masyarakat dan
belum sampai pada ketergantungan. Hal ini sepemahaman dengan Yosep (2007) yang
berpendapat bahwa penyalahgunaan merupakan penggunaan zat yang sudah cukup

patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial,
pendidikan,

dan

pekerjaan.

Sedangkan

ketergantungan

dikatakan

bila

klien

menggunakan cukup berat yaitu selama kurang lebih 6 tahun dan terdapat tanda-tanda
ketergantungan fisik dan psikologis.
4.2 Analisis intervensi
Pelaksanaan askep jiwa terhadap Tn. A dilakukan sejalan dengan aktivitas
perawat dalam melaksanakan askep fisik terhadap masalah utama klien yaitu defisit
perawatan diri. Hal ini dilakukan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
seseorang yang menderita suatu skizofrenia memiliki kecenderungan untuk mengalami
masalah jiwa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor (Lumbantobing, 2007). Masalah

jiwa yang gagal diatasi dapat menyebabkan masalah jiwa yang lebih susah untuk
ditangani dan bertahan lama menetap pada klien. Perhatian perawat terhadap masalah
waham kebesaran akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah
psikologis yang lebih serius lagi.
Permulaan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan perawat dengan
membina hubungan saling percaya dengan klien sejak saat pertama perawat masuk
ruang puri anggrek pada tanggal 18 Agustus 2015. Setelah proses berjalan maka
dilakukan intervensi dan disusun berdasarkan skala proritas. Intervensi keperawatan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah waham kebesaran difokuskan pada
pengembalian pasien ke realita. Perawat melakukan tindakan keperawatan tidak
mendukung atau membantah waham klien. Klien tampak terdiam, tidak memberikan
respon ketika perawat menyampaikan alasan-alasan yang sesuai dengan realita.
Perbaikan interaksi terus dilakukan oleh perawat supaya strategi pelaksanaan
untuk Tn. A tidak jalan ditempat, perawat sudah melakukan cara bertahap untuk
mengembalikan klien ke keadaan realistis. Perawat melakukan tindakan keperawatan
fokus terhadap SP yang akan disampaikan kepada klien sehingga waham kebesaran
tidak muncul lagi pada pertemuan selanjutnya antara klien dan perawat. Strategi lain
yang diterapkan oleh perawat ketika berinteraksi dengan klien adalah waktu yang tidak
terlalu lama, singkat dengan pembahasan topik tertentu (focusing) yang ingin
disampaikan atau diajak untuk berdiskusi kepada klien sehingga waham kebesaran tidak
muncul dan tercapainya tujuan tindakan keperawatan.
Keliat (2010) menyebutkan bahwa salah satu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan masalah waham kebesaran yaitu dengan membantu
orientasi realitas. Strategi yang dilakukan adalah tidak mendukung atau menambah
waham pasien, meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman, mengobservasi
pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari, jika pasien terus menerus membicarakan
wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya, memberikan pujian jika penampilan dan orientasi sesuai
dengan realitas.
Klien juga telah dilakukan intervensi untuk mengubah pikiran-pikiran negatif
menjadi pikiran positif. Hal-hal tersebut cukup berhasil. Pikiran positif dikembangkan
agar penilaian negatif klien terhadap dirinya dapat diubah dan diharapkan dapat

memberikan pengaruh yang positif terhadap status kesehatan klien secara umum.
Sebagaimana Elfiky (2009) menyebutkan bahwa berpikir positif adalah sumber
kekuatan dan sumber kebebasan, disebut sumber kekuatan karena ia akan membantu
individu dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah yang sedang dialami dan
disebut sumber kebebasan karena dengan pikiran positif individu akan terbebas dari
penderitaan dan pengaruh pikiran negatif yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisik.
Kelompok menemukan kesesuaian dengan kondisi klien setelah dilakukan
intervensi. Dalam waktu perawatan selama 10 hari, kelompok melakukan intervensiintervensi untuk membimbing klien mengembangkan pikiran positif dengan cara
mengekspolarasi aspek positif yang dimiliki, memfasilitasi pelaksanaan kegiatan yang
bermakna selama di rawat, dan terus memberikan dukungan positif terhadap pikiran dan
perasaan positif klien. Namun, selama pelaksanaan intervensi klien belum menunjukkan
hasil pada perubahan dalam pengembangan pikiran positif terhadap pikiran dan
perasaan positif klien.
4.3 Alternatif pemecahan masalah
Masalah-masalah jiwa hingga saat ini masih jarang dibahas pada sumber-sumber
rujukan dan jurnal keperawatan yang telah ada. Pendekatan asuhan keperawatan
biasanya lebih fokus pada masalah fisik yang dikeluhkan oleh klien. Kondisi seperti ini
semestinya sudah ditinggalkan oleh dunia keperawatan modern karena dalam
memberikan pelayanan, asuhan keperawatan seharusnya bersifat holistik dimana
perawat harus memperhatikan aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual klien. Stuart &
Laraia (2005) menyebutkan bahwa setiap perawat dimanapun mereka bekerja harus
mampu mengkaji keadaan psikologis pasien dan memasukkan hasil pengkajiannya
dalam rencana asuhan keperawatan. Tujuan dari pelayanan yang holistik adalah agar
pelayanan yang dilakukan memenuhi seluruh kebutuhan klien pada setiap aspek
kehidupan individu dan hasil akhirnya adalah menciptakan kepuasan klien terhadap
pelayanan yang diberikan.
Asuhan keperawatan jiwa mendapat perhatian yang cukup besar dalam
pelayanan asuhan keperawatan pada Tn. A. Selama berinteraksi dengan klien perawat
juga memperhatikan penerapan teknik komunikasi terapeutik agar hubungan
interpersonal antara perawat dan klien dapat terjalin dengan lebih optimal. Penerapan
komunikasi terapeutik ini dilakukan untuk memudahkan perawat dalam membina

hubungan saling percaya dengan klien, mempermudah pencapaian tujuan askep, dan
diharapkan dapat memberi dampak yang positif terhadap kualitas pelayanan yang dinilai
dapat mempengaruhi kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Paxton., et al
(1996) dalam Jasmine (2009) juga menyebutkan bahwa pelaksanaan komunikasi
terapeutik sesungguhnya akan berdampak pada peningkatan kepuasan klien terhadap
pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai