Anda di halaman 1dari 14

Meretas Jalan Kebangkitan Islam:

Peta Pemikiran Hasan Al-Banna


PENGANTAR PENERBIT
PENGANTAR M. ANIS MATTA
INILAH JALAN KEBANGKITAN ITU
Buku ini merupakan sebuah upaya pemetaan ulang atas pikiranpikiran Imam Syahid Hasan Al- Banna tentang agenda besar
kebangkitan Islam. As- Syahid sebenarnya tidak meninggalkan
banyak buku sebagai warisan pemikirannya. Beliau menyatakan
sejak awal bahwa buku bukanlah tempat yang tepat untuk
menitipkan pemikiran- pemikirannya kedalam khazanah sejarah
pemikiran Islam. Ada tempat lain yang jauh lebih tepat dan jauh
lebih abadi: manusia. Suatu saat ketika beliau ditanya tentang
kenapa beliau tidak menulis buku, padahal kedalaman dan keluasan
ilmu pengetahuan serta kepenulisan beliau sangat memungkinkan
untuk itu, beliau menjawab Saya tidak ingin menulis buku.
Saya hanya ingin mencetak manusia

PENGANTAR PENULIS
MUKADIMAH
1. MENGAPA TEMA INI DIANGKAT KEMBALI?
Tujuan Pertama: Mendeskripsikan Pandangan Hasan Al- Banna
Tentang Proyek
Kebnagkitan Umat Secara
Integral dan
Komprehensif
Penguasaan Terhadap Berbagai Sisi Dawah
Tujuan Kedua: Menjelaskan Sisi- Sisi Pembaruan, Pengembangan,
dan Penyempurnaan yang Diperlukan oleh Proyek Kebangkitan
1. Pembaruan Istilah dan Pemahaman
2. Pembinaan yang Terus- menerus
Tujuan Ketiga: Mamaparkan Materi Ilmiah untuk Para Peneliti dan
Pengamat Mengenai Pemikiran Proyek Kebangkitan Hasan Al- Banna
Tujuan Keempat: Memperdalam Pemahaman
Proyek Kebangkitan Bagi Kaum Muslimin

Tentang

Budaya

2. METODOLOGI KAJIAN

BAB SATU
METODOLOGI PROYEK KEBANGKITAN
1. DASAR- DASAR METODOLOGI PROYEK KEBANGKITAN
Pengantar
Suatu keharusan bagi para aktivis dakwah dan para peminat untuk
memberi kontribusi efektif dalam pembinaan dan penerapan proyek
kebangkitan. Para pemikul derita umat dan pekerjanya hendaknya
memulai kehidupan islami yang sebenarnya dan mengenal dasardasar pemikiran proyek kebangkitan yang diletakkan oleh Hasan AlBanna. Mereka perlu mengikuti perjalanan yang telah dirintisnya
dalam meletakkan dasar- dasar pemikiran dakwah konteporer untuk
proyek kebangkitan, mengenal efektivitas jalannya dalam bergerak
dan bertolak menuju realisasi syarat- syarat keberhasilan proyek
yang dimaksud.

A. Berfikir Tentang Tantangan yang Dihadapi Umat


B. Kajian Sejarah dan Realitas
C. Kesimpulan Studi
D. Bagaimana Berinteraksi dengan Pelajaran- Pelajaran

2. STUDI SEJARAH
Pengantar
Sejarah umat Islam adalah harta karun pengalaman manusia
dengan segenap keberhasilan dan kegagalannya. Siapapun yang
bergerak untuk menciptakan perubahan sosial di masyarakat dan
umatnya, hendaklah mendalami sejarah kemanusiaan, agar
terhindar dari kerusakan yang mematikan.

A. Studi Sejarah Islam


a. Tahapan Pertama, Proklamasi Dakwah Komprehensif
b. Tahapan Kedua, Tegaknya Daulah Islam Pertama
c. Tahapan Ketiga, Munculnya Kelemahan dalam Bangunan
Dakwah Islamiyah
d. Tahapan keempat, Konflik Politik
e. Tahapan Kelima, Konflik Sosial
f. Tahapan Keenam, Kemenangan Program Barat dan Hegemoni
Mereka terhadap Peradaban Islam
g. Tahapan Ketujuh, Kesadaran dan Kebangkitan Islam serta
Munculnya Seruan Kebangkitan dan Penyelamatan
B. Kajian Sejarah Bangsa- bangsa yang Sedang Bangkit
C. Kajian Sejarah Gerakan Kebangkitan dan Perubahan

3. STUDI REALITAS
Pengantar
A. Analisis Deskriptif Kualitatif
B. Analisis Statistik (Kuantitatif)

4. PROSPEK KEBANGKITAN BARU


Pengantar
Ustadz Al- Banna mengatakan pentingnya persiapan menyongsong
kebangkitan umat kembali. Dengarlah ia mengatakan
Demikian pula kondisi mengharuskan kita menghadapi itu semua,
bekerja dalam rangka menyelamatkan umat dari bahaya yang
mengepung dari segala penjuru. Umat yang dilingkupi kondisi
sebagaimana kondisi kita, bangkit untuk suatu urgensi sebagaimana
kebangkitan kita, menghadapi tigas sebagaimana tugas yang kita
hadapi, tidaklah bermanfaat baginya jika hanya larut dalam anganangan. Namun ia harus memepersiapkan dirinya untuk menghadapi
perjuangan yang panjang dank eras, antara kemanfaatan dan
kemudharatan, antara pemilik kebenaran dan perampasnya, antara
penempuh jalan dan penyelewengnya, antara orang- orang yang

tulus dan mereka yang palsu. Ia harus tahu bahwa jihad harus
berangkat dari kesungguhan, dan kesungguhan itu beban berat dan
melelahkan. Tidak ada istirahat dalam jihad sehingga usailah
pertempuran, dan ketika pagi datang orang- orang pun bertahmid
karena suka cita.
A. Kemungkinan Lahirnya Kebangkitan
B. Indikator Kebangkitan
Pertama: Indikator Sosial
Kedua

: Indikator Sejarah

Ketiga

: Indikator Logika

Keempat

: Indikator Agama

5. PELAJARAN DARI SEJARAH


A. Hukum- hukum Kebangkitan
Hukum Pertama

: Pemikiran yang Terfokus

Hukum Kedua

: Kekuatan Pertahanan

Hukum Ketiga

: Perubahan Internal

Hukum Keempat
Hukum Kelima
Hukum Keenam

: Titik Tolak dan Start


: Pilar- pilar Keberhasilan Gagasan
: Penyiapan Kader

Generasi muda adalah rahasia kehidupan umat dan sumber


mata air kebangkitannya. Sesungguhnya sejarah umat adalah
sejarah para tokoh yang dilahirkannya, yang memiliki mentalitas
kuat dan hasrat yang membara. Kuat lemahnya umat
sesungguhnya diukur dari sejauh mana kemampuan rahimnya
melahirkan tokoh- tokoh yang memenuhi syarat sebagai pelopor.

Hukum Ketujuh
Hukum Kedelapan

: Tuntutan Prioritas Untuk Kebangkitan


: Standar Kerja Dkwah

Hukum Kesembilan : Konflik Kemanusiaan


Hukum Kesepuluh

: Peluang dan Kesempatan

Hukum Kesebelas

: Peralihan Peradaban

Hukum Kedua Belas : Tujuh Pilar Kebangkitan


B. Bagaimana Berinteraksi dengan Hukum Kebangkitan

BAB DUA
SERUAN MENUJU PROYEK KEBANGKITAN
PENGANTAR: SERUAN PEMBANGKITAN
PENYELAMATAN KEMBALI
1. LANDASAN DAN KARAKTERISTIK DAKWAH
Landasan Pemikiran
A. Karakteristik Pemikiran
a. Rabbaniyah (berorientasi ketuhanan
b. Universal
c. Istimewa
d. Komprehensif
e. Ilmiah
f. Rasional
g. Independen
h. Amaliah
i. Moderat
B. Konstitusional Historis
a. Sistem Dakwah Pertama

DAN

b. Kebangkitan Pemikiran Islam


C. Jangkauan Peradaban
a. Warisan Peradaban
b. Dinamisasi Peradaban

2. REFERENSI PROYEK KEBANGKITAN


Pengantar
Referensi dan Tolak Ukur
Prinsip- prinsip Pemahaman
A. Prinsip Keyakinan
B. Prinsip Pemahaman Ushul Fiqh
C. Prinsip Pemahaman Fiqh
D. Prinsip Umum

3. TUJUAN DAKWAH
A. Tujuan Luhur Dakwah
B. Misi Dakwah
C. Tujuan Dakwah
a. Tujuan Jangka Pendek
b. Tujuan Jangka Panjang

4. UNSUR- UNSUR DAKWAH


A. Tujuan Luhur Dakwah
B. Sarana- sarana Dakwah
C. Politik

5. BANGUNAN TARBIYAH DALAM DAKWAH


Pengantar
Sesuatu yang alami, bahwa dakwah pasti akan menghadapi ragam
rintangan dan kendala. Sejauh mana kadar dakwah, keagungan
tujuan, maksud, niali syarI, dan sarananya ,sebesar sedahsyat itu

juga rintangan dan kendala yang bakal mengahdang. Dari sinilah,


maka urgensi utama pembangunan tarbiah dalam dakwah adalah
mencetak kader akidah, kader yang tahan terhadap ujian dan
cobaan, kader yang siap berkorban di jalan Allah
A. Tribulasi
B. Bangunan Tarbiyah
Pertama: Input Tarbiyah
Kedua

: Output Tarbiyah

BABA TIGA
MENDIRIKAN NEGARA TELADAN
PENGANTAR: FONDASI BANGUINAN NEGARA
DAN SLOGAN- SLOGAN OPERASIONALNYA
1. PEMIKIRAN POLITIK
Pendahuluan
Politik memiliki beberapa definisi. Antaralain seni pemerintahan dan
pengendalian Negara atau kekuatan (kemampuan) untuk mencapai
apa yang diinginkan, atau ia adalah seni pergantian kepemimpinan
dan kompromi. Ibnu Qayyim mendefinisikan, dalam Al- Hakimah
Politik adalah suatu kegiatan yang menjadikan umat manusia
mendekat kepada hidup maslahat dan menjauh dari kerusakan,
meskipun Rasulullah tidak meletakkannya dan wahyu tidak
menurunkannya. Jalan apapun yang ditempuh untuk menciptakan
keadilan, maka ia dalah agama.

A. Titik Tolak
B. Konsepsi- Konsepsi
a. Urubah (Arabisme)
b. Wathaniyah (Patriotisme)
c. Qaumiyah (Nasionalisme)
d. Alamiyah (Internasionalisme)

2. AKTIVITAS POLITIK
A. Tujuan- tujuan Politik Dakwah
B. Pola- pola Kerja Politik
C. Tahapan- tahapan Kerja Politik
D. Sikap- sikap Politik Dakwah
a. Pemerintahan
b. Undang- Undang Dasar
c. Undang- undang
d. Kepartaian
e. Minoritas dan Orang Asing
f. Partisipasi Perempuan dalam Kerja Politik
g. Demokrasi
h. Persatuan
i. Hak Asasi Manusia

3. PROGRAM POLITIK
Pengantar:
A. Pengertian Program
B. Program Reformasi Sosial
C. Program Reformasi Politik

4. POLITIK NEGARA
Pengantar: Kedudukan Negara dalam Islam
1. Kedudukan Negara
2. Urgensi Negara (Persemaian Pemikiran)
3. Bentuk Negara
4. Karakteristik, Tugas, dan Hak- hak Negara
A. Politik Dalam Negeri
a. Pengertian Politik Dalam Negeri
b. Membangun Sistem Politik
c. Membangun Sistem Ekonomi
d. Membangun Sistem Sosial
e. Membangun Sistem Jihad
B. Politik Luar Negeri
a. Pengertian Politik Luar Negeri
b. Hubungan Luar Negeri

5. ASPEK PERADABAN NEGARA


Pengantar: Pengertian Peradaban (Hadharah)
Secara Etimologi
Pengertian Terminologis
A. Mengembalikan Eksistensi Negara kepada Umat Islam
a. Membangun Kembali Khilafah
b. Seputar Tata Dunia Baru
c. Pandangan Barat Tentang Internasionalisme dan Tata Dunia
Baru
d. Prinsip- prinsip Adil Adil yang Kita Kehendaki dari tata Dunia
Baru

B. Mewujudkan Kepemimpinan dan Konflik Peradaban


a. Mewujudkan Kepemimpinan Dunia
b. Persiapan Menuju Konflik Peradaban

BAB EMPAT
MERETAS JALAN, MENCARI ALTERNATIF
PENGANTAR: FONDASI AKHLAK MUSLIM
1. SEBUAH POTRET
Pendahuluan
Konon, abad 21 seringkali dengung-dengungkan sebagai abad kebangkitan
Islam. Bahkan saat ini, seperti yang diyakini sebagian kalangan, setelah kekalahan
sosialisme, kapitalisme berhadapan dengan Islam. Sekali lagi, inilah abad
kebangkitan Islam!. Demikian, pekik para pendukung kebangkitan Islam penuh
semangat. Geliat pertumbuhan Islam, mengundang optimisme diiringi decak kagum
banyak kalangan. Di tanah air, fenomena ini ditandai dengan menjamurnya mesjid,
mushala maupun surau diberbagai tempat. Menjamurnya komunitas-komunitas
keislaman, mulai dari majelis talim sampai sinetron Islami. Munculnya pemikiran
Islam kontemporer, dengan variannya masing-masing, turut menyumbangkan buktibukti tersebut.
Secara kuantitatif, mesjid, mushala maupun surau saat ini, menunjukan jumlah
yang spektakuler. Pada momen-momen tertentu seperti ramadhan, masyarakat
membanjiri tempat ibadah. Di bulan yang suci tersebut, umat Islam melakukan shalat
sunat dan tadarus al-Quran. Pada perayaan ritual besar seperti haji, sampai saat ini,
Indonesia merupakan salah satu pengirim jemaah haji terbanyak di dunia. Hingga,
pemerintah pernah beberapa kali mengajukan tambahan kuota.
Dengan posisi mayoritas, nampaknya umat Islam di Indonesia memegang linilini penting dalam masyarakat. Tidak hanya urusan vertikal dengan Tuhan, persoalan
institusi negarapun terlihat diberi warna Islam. Tidak heran jika depertemen Agama,
lebih sering mengurusi umat Islam dibandingkan agama lainnya. Terutama, dalam
urusan haji, zakat dan nikah.

Setelah terjadi islamisasi dibeberapa segi, internalisasi Islam dalam kehidupan


masyarakat semakin menemukan bentuknya. Lahirnya perbankan syariah, BPR
syariah maupun BMT ternyata diminati oleh pasar. Terbukti, sampai saat ini
mengalami penguatan pasar ketika bank umum (konvensional?) banyak yang
dilikuidasi, disusul merger beberapa bank umum tersebut.
Namun, apakah variabel kuantitatif seperti banyaknya rumah ibadah, praktik
ritual, institusionalisasi agama dalam lembaga kenegaraan, dan internalisasi Islam
melalui Islamisasi, secara signifikan menunjukan kebangkitan Islam?
Kuantitas mesjid, mushala maupun surau, tampak mengalami pertumbuhan
yang begitu pesat. Bahkan di berbagai tempat, nyaris menjadi perlombaan
memperbanyak tempat Ibadah. Namun, ini seringkali tidak selaras dengan
peningkatan kualitas penghuninya. Manajemen masjid, ritme pengajian yang
monoton, hingga perpustakaaan yang sulit ditemukan di mesjid-mesjid apalagi
mushala, seringkali kurang mendapat perhatian. Tempat ibadah, diyakini banyak
orang hanya tempat melakukan aktivitas ritual saja. Menjamurnya institusi Islam,
yang mengusung Islamisasi dalam berbagai bidang, dianggap sebagai fenomena
menguatnya kesadaran umat Islam terhadap agamanya. Namun, banyak pula yang
melihatnya miris, hanya daya tarik pasar. Menjual produk yang dibungkus kemasan
agama, kapitalisme religius.
Upaya institusionalisasi Islam dalam negara, terbaca dari kehadiran
departemen agama. Namun, lembaga inipun mulai dipersoalkan banyak kalangan.
Dari mulai birokrasi yang ruwet, hingga korupsi yang menggerogoti. Bahkan, Dana
Abadi Umat (DAU) 700 triliun raib begitu saja. Muncul pertanyaan, mengapa
kesalehan ritual tidak mempengaruhi kesalehan sosial ?. Belakangan, kekerasan atas
nama Islam, yang dilakukan beberapa kelompok di Indonesia, kembali menguat.
Penyerangan terhadap keyakinan lain, mulai dari intimidasi, penyerbuan, hingga
genderang perang suci, ditabuh keras. Lalu, apa yang menjadi akar kekerasan atas
nama agama terjadi ?

BAB LIMA
MERETAS JALAN KEBANGKITAN UMAT
PENGANTAR:
PERJUANGAN
ISLAM
UNTUK
MENGEMBALIKAN KEMBALI KEJAYAAN ISLAM
1. PROYEK PERADABAN
Pendahuluan
Tidak lama setelah kekhalifahan Turki Utsmany runtuh, muncullah berbagai
gerakan (harokah) yang bertujuan untuk menegakkan kejayaan Islam kembali.
Dimotori oleh berbagai tokoh dari berbagai latar belakang dan wilayah, gerakangerakan ini mulai menggeliat. Tentunya karena adanya perbedaan kondisi yang
melatarbelakangi lahirnya gerakan- gerakan tersebut maka metode dan strategi
perjuangannya pun berbeda-beda. Ada gerakan yang menggunakan strategi kekuatan
bersenjata, gerakan yang menggunakan people power hingga gerakan yang
memanfaatkan alur demokrasi sebagai sarana perjuangan.
Saat ini sebagian besar gerakan Islam di dunia menggunakan strategi yang
terakhir sebagai jalan perjuangannya. Pada awalnya gerakan ini membentuk basis
kader dengan mengadakan pengkaderan yang intensif dan efektif. Setelah dirasa
cukup para kader gerakan mulai menyebar untuk memulai dakwahnya ke masyarakat.
Di lapisan bawah gerakan ini bekerja melakukan dakwah secara luas ke masyarakat.
Melalui gerakan massif gerakan ini menyebarkan fikroh (pemikiran), opini dan
budaya Islami ke semua lapisan masyarakat melalui masjid, LSM, yayasan, sekolah,
kampus, perkantoran, industri, dll. Setelah cukup eksis dan mendapat cukup dukungan
maka gerakan akan melanjutkan dakwahnya ke dalam institusi- institusi sipil dan
lembaga- lembaga negara. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan jalur politik
formal dengan membentuk partai politik.
Perjuangan melalui jalur kultural dan jalur politik ini bersifat saling membackup. Gerakan kultural tidak akan efektif tanpa dilindungi dan didukung oleh payung
legal dan formal, sedangkan perjuangan bidang politik tidak akan mendapat dukungan
signifikan bila masyarakat tidak tercerahkan oleh nilai- nilai Islam dan kemudian
mendukung dakwah.

2. ISLAM, DAKWAH, DAN DEMOKRASI


Pendahuluan
Saat ini hampir seluruh negara di dunia memakai demokrasi
sebagai sistem politik dan ketatanegaraan. Dalam kacamata
dakwah, demokrasi dipandang sebagai sebuah sarana yang saat ini
paling efektif dan aman untuk digunakan meng-gol-kan agendaagenda dakwah. Di alam demokrasi terdapat kesempatan yang
terbuka lebar bagi semua fihak untuk menyebarkan wacananya dan

menjalankan agendanya, asalkan legal. Bahkan kelompok yang


dalam penilaian kita sesat atau menyimpang pun dapat bergerak
dengan bebasnya asalkan memiliki legalitas. Sehingga dalam
konteks perjuangan Islam (baca: dakwah) kuncinya adalah
bagaimana kita memadukan antara kebenaran dan legalitas. Dan
menjadikan kebatilan sesuatu yang tidak legal dalam pandangan
hukum positif.

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai