Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DAKWAH DAN REKAYASA SOSIAL

“REVOLUSI SOSIAL”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Dakwah dan
Rekayasa sosial

Dosen Pengampu :

Tasman, S.Ag., M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 6 :

Nabila Alfanisa Dewi 11180520000005

Humaira Az Zahara 11180520000033

Ohib Muhibburahman 11180520000044

BPI 5-A

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang
telah melimpahkan segala nikmat baik nikmat iman, nikmat sehat wal ‘afiyat, nikmat
islam dan panjang umur, sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang bertemakan “ Revolusi Sosial”. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-
Nya.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.
Yang telah membawa kita dari zaman kegelepan hingga zaman terang benderang seperti
sekarang dan dengan aman kita dapat menuntut ilmu. Semoga kita semua mendapat
syafa’atnya di hari kiamat. Aamiin.

Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih, kepada dosen pengampu mata kuliah
Dakwah dan rekayasa sosial bapak Tasman, S.Ag., M.Si., serta teman- teman kelompok
6 dan semua pihak yang membantu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran agar bisa
lebih baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokaatuh

Bekasi, 18 Oktober 2020,

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi adalah wujud dari perubahan sosial yang terlihat paling spektakuler.
Revolusi dilihat dari dua pandangan. Pada pandangan pertama, revolusi dipandang
sebagai Pelita harapan, yang membimbing dari kegelapan dan pada cahaya masa
depan. Adapun pandangan kedua, revolusi dilihat sebagai momok yang mengerikan,
bersimbah darah, dan penuh adegan kekerasan.1
Lantas apa yang dimaksud dengan revolusi, bagaimana dan mengapa revolusi
terjadi?

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Revolusi ?
2. Bagaimana jalannya Revolusi ?
3. Apa saja teori-teori Revolusi?
4. Apa yang dimaksud dengan Revolusi Feminis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi revolusi
2. Mengetahui jalannya revolusi
3. Mengetahui teori-teori revolusi
4. Dan mengetahui revolusi feminis

1
Jalaluddin Rakhmat, Rekaya Sosial Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar ?, Cetakan 1
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 177.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Revolusi
Apa yang di sebut Revolusi? Revolusi adalah sejenis aksi yang mempunyai dua
karakter yaitu didorong oleh situasi revolusi dan berhasil dengan hasil revolusi.
Revolusi secara umum artinya gerakan berputar, gerakan sirkular. Pada abad ke-
14 kata revolusi muncul dalam pengertian yang umum. Nicolaus Corpenicus
menggunakan kata revolusi untuk menggambarkan gerakan benda-benda langit.
 Abad ke-17 (filsafat politik)
Revolusi diartikan sebagai pergantian dan perputaran elite kekuasaan pada
negara-negara baru.
 Abad ke-18 (Revolusi Perancis tahun 1789)
Revolusi diartikan sebagai terobosan historis, yang membentuk masyarakat baru.
 Abad ke-19 (abad keemasan)
Karl Marx mempopulerkan revolusi sebagai tahapan sejarah yang harus dijalani
dalam perkembangan masyarakat.
 Abad ke-20 (the age of revolutions)2
Setelah Revolusi Islam di Iran, dalam literatur pemikiran Islam muncul dua
istilah. Istilah pertama berasal dari bahasa Arab al-tsawrah; yang berarti rangsangan,
dorongan, provokasi, gelora. Istilah kedua diambil dari bahasa Persia inqilab; yang
berarti terbalik, kembali, atau jungkir balik. Dalam benak kebanyakan orang, revolusi
adalah peristiwa sosial yang dahsyat, menggelorakan perasaan, menjungkirbalikkan
tatanan nilai dan lembaga-lembaga. Bung Karno menyebut revolusi sebagai Die
Umwertung aller Werte, (Penjungkirbalikan semua nilai).
Dalam benak orang awam, revolusi sering menjadi impian indah. Revolusi
dipandang sebagai juru selamat umat manusia. Revolusi menjadi pintu gerbang emas
yang mengantarkan bangsa yang menderita dan tertindas ke Paradies der Zukunft,
surga di masa depan.
Pada abad ke-20, revolusi tidak menjanjikan kemajuan melainkan kritis. Revolusi
tidak menegakkan keadilan dan kemakmuran, tetapi justru melahirkan ketidakadilan,

2
Jalaludin Rakhmat, hal.186
penindasan, kesengsaraan, dan penderitaan yang berkepanjangan. Dalam pikiran
Marxlan, revolusi adalah pembuka zaman baru dengan rasio sebagai Leitmotif.
Dalam wacana akademis, definisi revolusi dapat dilacak pada dua tradisi
intelektual sebagai berikut :
- Historiosofis (filsafat sejarah), revolusi dipahami sebagai letupan radikal,
terobosan yang tiba-tiba dan penuh kekerasan, cataclysmic break dalam
perjalanan sejarah. Pada pemikiran lima tahap pembentukan sosio-ekonomis
Marx, masyarakat berkembang dari masyarakat primitif, perbudakan, feodalisme,
kapitalisme, sampai ke komunisme. Secara singkat revolusi sosial adalah loncatan
kualitatif menuju tingkat perkembangan sosial yang lebih tinggi.
- Sosiologis, revolusi mengacu pada gerakan massa yang mengancam
menggunakan koersi dan kekerasan melawan penguasa untuk memaksakan
perubahan yang mendasar dan berlangsung lama. Revolusi adalah hasil karya
kreatif manusia, yang ditampakkan dalam tindakan kolektif pada titik kritis proses
sejarah.
B. Jalannya Revolusi ( the course of Revolution )
Peristiwa Revolusi Islam Iran (awal mula)
Revolusi islam Iran terjadi pada 11 Februari tahun 1979 atau saat Khomeini
memproklamirkan “Republik Islam Iran” pada tanggal 12 April. Meski puncaknya
terjadi pada awal tahun 1979, tetapi asal usulnya sudah berakar jauh sebelumnya, dan
dampaknya masih dirasakan bertahun-tahun sesudahnya. Revolusi itu berawal mula
pada kejadian-kejadian di tahun 1953.3

Dikutip dalam berita kompas.com; pada September 1978, sebuah peristiwa yang
disebut Black Friday berlangsung. Kala itu, ribuan orang berkumpul di Lapangan
Jaleh dan menuntut Ayatollah Khomeini kembali ke Iran. 4 Yang diceritakan oleh
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Rekayasa Sosial Reformasi, Revolusi, atau

3
Deutsche Welle (www.dw.com), “Awal Mula Revolusi Islam Iran | DW | 10.02.2009,”
DW.COM, diakses 11 Oktober 2020, https://www.dw.com/id/awal-mula-revolusi-islam-iran/a-4017109.
4
Kompas.com, “Hari Ini dalam Sejarah: Pengepungan Kedubes AS di Iran Selama 444 Hari
Halaman all - Kompas.com,” diakses 11 Oktober 2020,
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/04/053300065/hari-ini-dalam-sejarah--pengepungan-
kedubes-as-di-iran-selama-444-hari?page=all.
manusia besar ? menceritakan peristiwa yang dikenang dalam sejarah Iran sebagai
‘Jum’at Berdarah’.

Pembunuhan di Medan Jaleh

Jum’at , Pukul 8 Pagi . Medan Jaleh. Dan menurut kabar angin yang disebarkan
kaum oposisi, akan diselenggarakan demonstrasi. Dan saat ini, tentara sudah
berkumpul, tampak bersiap dan mengambil ancang-ancang. Dimana Para
Demonstran ?

Di sisi lain, para demonstran berada di jalan-jalan kecil, di ujung jalan Syah Reza.
Diantaranya kurang lebih seribu. Air muka tampak keras, teguh, tegar, sadar dengan
risiko yang mereka hadapi. Tanpa senjata selain kepalan tangan, suara, dan bendera
islam yang mereka kibarkan. Dengan cepat mereka menyerbu, sekitar 150 meter dari
tentara. Sekarang, tidak ada lagi teriakan “Khomeini” tetapi surat kabar, baju, yang
berlumuran darah dari korban kerusuhan sebelumnya.

8:15 pagi. Granat gas air mata baru saja meledak di belakang para demonstran,
yang cerai berai melarikan diri ke jalan-jalan kecil, tetapi dengan sapu tangan di mulut
mereka balik lagi ke posisi semula, melawan tentara. Dari pihak militer dengan
pengeras suara : “Ini keadaan darurat. Kalian di perintahkan bubar , jangan paksa
kami menembak.” Mereka (massa) berteriak “ Kami minta pemerintahan Islam! Syah
pembunuh !”.

8: 30 pagi. Ketegangan meningkat. Massa merangsek. Teriakan gembira


kedatangan Ayatulloh Nouri.

8:35 pagi. Granat gas air mata dilemparkan kembali beberapa meter dari baris
terdepan rakyat. Dan kejadian berlanjut sengit. Perlawanan dari massa terus
diluncurkan dan pertahanan dari militer dengan serangan serangannya juga terus
diluncurkan...
Sejarah Iran mencatat sebagai Jum’at berdarah. Ribuan mayat bergelimpangan.
dari sinilah tumbuh revolusi Islam yang menumbangkan kekuasaan Syah Reza
Pahlevi.5

Dan peristiwa –peristiwa yang mirip seperti itu berulang dengan perbedaan sedikit
saja dalam revolusi-revolusi. peristiwa tersebut adalah sebagai tahap awal daripada
revolusi.
Sepanjang sejarah yang diketahui, revolusi menempuh jalan yang sangat berbeda-
beda. Perhatian beberapa kasus revolusi terkenal. Inggris (1640), Amerika (1776),
Prancis (1789), Rusia (1917), Meksiki (1919), Cina (1949) dan Eropa timur dan
Eropa Tengah (1989). Analisis sosiologi paling awal mencoba membuat
keseragaman deskripsi tertentu (Brinton, 1965:24). Deskripsi terkenal sebagai
“sejarah alamiah revolusi” (Edwards, 1927; Brintin 1965).6
Sztompka menyebut sepuluh tahap Revolusi :7
1. Semua Revolusi dimulai dengan keadaan yang disebut Brinton (1965: 27)
sebagai ‘revolutionary pro-drome’, yakni ; peningkatan ketidakpuasan,
kekecewaan, keluhan, kekacauan dan konflik karena krisis ekonomi atau
keuangan. Krisis ini memukul paling berat di kalangan masyarakat kelas
social yang sedang meningkat dibanding kalangan masyarakat kelas yang
telah malang. Memang secara ekonomis mereka lebih baik dari kebanyakan
rakyat tapi mereka melihat bahwa kehancuran bangsanya akibat kerakusan
kelompok aristokrat.
2. Kemudian muncul apa yang disebut Edward sebagai ‘The transfer of
allegiance of the intelectuals’. Yakni, suara-suara kritis yang menuntut
pembaruan, berbagai agitasi, suara-suara keras menentang rezim mulai
muncul. Ada wacana protes di kalangan para cendekiawan. Sebuah kesadaran
sosial –semangat revolusi- perlahan menyebar di tengah-tengah masyarakat.

5
Rakhmat, Rekaya Sosial Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar ?, hlm 191-193.
6
Al Imam, “makalah Hakikat Revolusi dalam perubahan Sosial Budaya,” Blog Al Imam, diakses
11 Oktober 2020, https://alimamunnur.blogspot.com/2015/11/hakikat-revolusi-dalam-perubahan-
sosial.html.
7
Rakhmat, Rekaya Sosial Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar ?, hlm. 196-197.
3. Rezim berusaha mengendalikan gerakan protes dengan reformasi setengah –
setengah. Tetapi tindakan rezim ini dianggap terlambat dan terpaksa. Rezim
makin kehilangan legitimasinya.
4. Negara tidak dapat menggunakan alat pemaksa ( militer) untuk mengatasi
keadaan. Terjadilah apa yang disebut dengan Goldstone sebagai ‘Paralysis
of state’ kelumpuhan negara. Ini memberikan peluang pada kaum
revolusioner untuk merebut kekuasaan.
5. Rezim lama tumbang. Mucul “bulan madu revolusi” ada periode euforia
setelah kemenangan.
6. Terjadi perpecahan internal di kalangan revolusioner yang menang. Kaum
konservatif ingin meminimalkan perubahan. Sedangkan kaum radikal ingin
bergerak cepat, dan kaum moderat ingin perubahan gradual (step by step).
7. Kaum reformis moderat menang. Mereka berusaha membuat hubungan
dengan massa dengan menggunakan lembaga dan pejabat administratif yang
lama. Nah, keadaan ini justru mengecewakan rakyat pendukung revolusi, yang
menaruh harapan akan perbaikan nasibnya, masuklah kemudian
“Postrevolutionary malaise”.
8. Kaum radikal dan ekstrem mengeksploitasi frustasi yang meluas,
memobilisasi massa, dan menggantikan kelompok moderat.
9. Masa teror terjadi karena kaum radikal ingin memaksakan suatu tatanan
dengan melenyapkan seluruh sisa-sisa rezim yang lama. Gejolak masyarakat
memberikan peluang kepada diktator atau kekuatan militer untuk merebut
kekuasaan.
10. Akhirnya terjadi keseimbangan “ thermidor” atau ‘kesembuhan dari demam
revolusi’ ketika akses kaum radikal dikecam dan perhatian beralih dari
perubahan politik ke kemajuan ekonomi dalam rangka institusi yang stabil.

Tahap- tahap tersebut diambil dari sejarah revolusi yang sudah ada. Dan boleh
jadi revolusi yang terjadi tidak sama tahapannya ada yang tidak ada atau di loncati.
Semua perbincangan revolusi itu di dasari oleh data post facto yakni setelah
kejadian. Tahap-tahap hanya menceritakan bagaimana revolusi terjadi, bukan
mengapa revolusi terjadi. yaitu Bagaimana berkenaan dengan jalannya revolusi. 8

C. Teori-Teori Revolusi
Dalam kesempatan kali ini dalam aspek revolusi memili empat madzhab teori
revolusi diantaranya Madzhab Behavioral, Madzhab Psikologis, Madzhab
Struktural, dan Madzhab Politis. Secara singkat bisa diartikan yaitu madzhab
behavioral lebih menengok kepada sebab-sebab revolusi pada reflek dan naluri
manusia, madzhab psikologis melihat pada sebab-sebab revolusi pada orientasi sikap
dan motivasi, madzhab struktural melacak pada sebab-sebab revolusi pada
ketegangan structural di tingkat makro, dan madzhab politis tentu di fokuskan pada
fenomena politik yang muncul dari proses politik yang terjadi. Mari kita bahas satu
persatu dari masing- masing madzhab pada teori-teori revolusi ini.
1. Madzhab Behavioral
Madzhab ini dikemukakan oleh Pitirim Sorokin pada tahun 1925.
Merumuskan materi ini berdasarkan pengalamanya di Rusia pada tahun 1917.
Ia melihat bahwa revolusi ada penyimpangan perilaku individu seperti yang
ditandai oleh perilaku yang fundamental yang seolah-olah kita dihadapkan oleh
seekor binatang buas yang terlepas bebas. Diantara sebab-sebab yang ada
muncul salah satu sebab yang bisa dijadikan contoh yaitu ketika para elit politik
sudah menindas, memaksa, untuk mendapatkan tujuan tapi tidak bisa
melakukanya secara baik maka lanhgkah selanjutnya yaitu revolusi.
Akan tetapi ketika revolusi ini disahkan menimbulkan keributan dimana-
mana dan tidak dapat mengobati masalah sebelumnya maka orang mulai
merindukan ketentraman dan keamanan dan mereka sudah tidak punya energi
cadangan lagi dan sudah lelah dengan semua ini. Maka masuklah para despot
(penguasa tunggal yg berbuat sekehendak hati, kepala negara atau raja yg
menjalankan kekuasaan dengan sewenang-wenang) 9 dan Tiran (penguasa yg
lalim dan sewenang-wenang (biasanya memperoleh kekuasaan dng jalan

8
Rakhmat, hlm. 198.
9
KBBI
kekerasan): tidak seorang rakyat pun merasa tenteram di bawah kekuasaan
seorang)10 dan ini bisa disebut juga sebagai akhir tragis dari revolusi
Dalam teori ini ada dua usaha untuk melakukan revolusi
 Hambat pemenuhan kebutuhan Sebagian besar masyarakat
 Bangkitkan kemarahan dan kekecewaan masyarakat dengan
membandingkannya dengan kehidupan sebelumnya dan kelompok yang
lebih beruntung dari mereka.11
2. Madzhab Psikologis
Ada dua tokoh yang terkenal dari madzhab ini yaitu James Devis dan Ted
Gurr mereka mencoba menguak dua faktor yaitu sikap ddan motivasi. Supaya
terjadi revolusi penderitaan disadari oleh kebanyakan orang. Dan kesadaran itu
muincul ketika membandinghkan apa yang ia miliki dengan apa yang
seharusnya ia miliki. Tedd Gur merumuskan bahwa adanya ketidak sesuaian
antara expektasi nilai dengan kemampuan nilai. Contohnya rakyat berharap agar
sandang, pangan, dan papan terpenuhi akan tetapi kenyataanya rakyat melarat
kelaparan dan harga bahan pokok naik melonjak dan bahkan tidak punya lahan
untuk tempat tinggal dan pakaian pun sudah tidak memadai. Karena depresi
inilah rakyat banyak menyadari penderitaan yang dihadapi dan menuntut untuk
adanya revolusi.
Akan tetapi tidak semua penderitaan menimbulkan revolusi, tepatnya
diperlukan dua syarat yaitu. Tema deprivasi (yang berhubungan dengan aspirasi
yang dibenarkan) digabungkan dengan Tema ketidakadilan (yang berhubungan
dengan apa yang dirasakan orang lain).
Dalam teori ini ada 3 usaha untuk menimbulkan revolusi
 Tingkatkan aspirasi rakyatt sehingga tidak dapat lagi dicapai oleh mereka
 Turunkan pencapaian rakyat
 Kembangkan aspirasi dan pencapaian tetapi kemudian turunkan pencapaian
dan tetap tingkatkan aspirasi12

10
KBBI
11
Jalaluddin Rakhmat, hal. 201
12
Ibid, hal. 206-207
3. Madzhab Struktural
Madzhab ini disebabkan oleh ketegangan antara warga negara dengan
negara secara struktural. Revolusi harus dicari pada tingkat makrostruktural,
bukan pada tingkat individual, pada panggung bukan pada pemeran atau aktor.
Untuk menganalisis revoluis berrdasarkan madzhab ini terdapat kutipan dari
Theda Skocpol yang mengataka bahwa “kita harus memandangnya dari
presepktif struktural. Kita harus memusatkan perhatian pada hubungan objektif
dan konflik antara berbagai kelompok dan bangsa bukan pada kepentikan,
pandangan atau ideologi aktor tertentu dalam revolusi.
Berdasarkan penelitian historis revolusi yang ada di Cina, Prancis, dan
Rusia, Skocpol menggambarkan mekanisme Revolusi dalam tiga tahap
 Structural breakdown
Dalam negara terjadi krisis politik dan ekonomi yang mengguncang rezim
lama yang mengakibatkan pemerintah bercerai berai, aparat terpecah-pecah,
pemberontakan mencuat ke permukaan, kemudian terbuka peluang untuk
petani dan buruh untuk memberontak.
 Kehancuran rezim yang dibarengi dengan hilangnya kemampuan
pengendalian negara, dikarenakan alat represif yang semula Bersatu menjadi
pecah. Contohnya terjadi perpecahan antara pemerintahan, kepolisian, dan
juga kemiliteran.
 Elit politik baru merebut pemerintahan yang melakukan rekonsolidasi,
reorganisasi, dan teintegrasi negara. 13
4. Madzhab Politik
Madzhab ini muncul berdasarkan fenomena yang terjadi pada
pertimbangan kekuatan dan kekuasaan para kontestan untuk mengambil alih dan
mengendalikan negara. Ketika rezim baru berhasil merebut kekuasaan rezim
lama maka mereka akan meninggalkan cara-cara konstitutional dan melakukan
Revolusi.
Untuk menjelaskan madzhab ini perlu digunakanya polity model yang
artinya sistem politik yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berkaitan. Antara lain pemerintah, yang terdiri dari organisasi-organisasi yang

13
Ibid, hal. 207-208
mengendalikan negara. Kemudian juga kontestan yang terdiri dari penantang
dan juga anggota polity. Kontestan ini bisa diartikan sebagai sekelompok orang
yang mengerahkan segala sumber daya untuk mempengaruhi pemerintah.14
D. Revolusi Feminis
A. Sejarah Feminisme

Modernitas di sepanjang sejarah perkembangan secara kental diwarnai


oleh teori dan gerakan feminisme dari barat yang kemudian menjadi acuan
melanjutkan perjuangan bagi wujudnya kesetaraan dan keadilan manusia
dihampiri seluruh penjuru dunia. Feminisme mula-mula menemukan adanya
bentuk-bentuk ketimpangan social berbasis gender pada masyarakat yang
bergayut pada pemahaman atas agama dan budaya. Feminisme sebagai sistem
gagasan adalah kerangka kerja dan kajian dengan cakupan luas tentang kehidupan
social dan pengalaman manusia yang berkembang dari perspektif yang berpusat
pada perempuan. Sejarah panjangnya adalah lika luku bagimana upaya-upaya
mewujudkan keadilan bagi kemanusiaan. Feminisme turut pula memantik
kesadaran kaum muslim atas kenyataan adanya ketimpangan gender. 15 Kesadaran
tersebut mengantarkan pada pemahaman bahwa muara ketimpangan gender
berawal dari disparitas atas pemaknaan nass/teks keagamaan dengan realitas
zaman (historisitas).

Isu-isu tentang perempuan yang diusung oleh feminisme di dalam teori


sosial sesungguhnya bukanlah gagasan baru, namun tidak bisa juga dikatakan
sebagai ide yang telah ada sejak ada sejak awal mula perkembangan teori sosial.
Teori feminis bisa ditandai sebagai buah pemikiran yang lahir dari friksi sosial
yang kemudian turut menyamarakkan modernitas dan menyeruak di dunia
akademis Barat sejak tahun 60-an dalam nuansa borjuis liberal, dimana
masyarakat mau tak mau harus mengubah pemahamannya tentang konsep gender
dan “warga negara” dalam menjawab tuntutan-tuntutan kaum feminis. Bersama
dengan berkembangnya kondisi social. Zamannya, feminisme kemudian merubah

14
Ibid, hal 209
15
Jurnal harkat:Media komunikasi gender
tuntutan-tuntutan berdasarkan arah kebutuhan dalam kehidupan kaum perempuan
yang lebih berkeadilan.

Perlu diingat bahwa feminisme bukanlah gerakan universal dengan konsep


homogen yang dapat mewakili seluruh perempuan. Seperti yang ditekankan Tong
(2009), feminisme merupakan konsep yang sangat luas dan majemuk. Feminisme
merupakan sebuah kata yang memayungi berbagai pendekatan, pandangan, dan
kerangka berpikir yang digunakan untuk menjelaskan penindasan terhadap
perempuan dan jalan keluar yang digunakan untuk meruntuhkan penindasan
tersebut (Tong, 2009: 1). Adapun pembagian feminisme menjadi gerakan
feminisme awal, feminisme gelombang kedua, dan feminisme gelombang ketiga
seperti yang dilakukan Gamble (2006) merupakan salah satu usaha untuk menarik
benang merah perkembangan feminisme secara kronologis.

1. Gerakan Feminisme Awal

Gerakan feminisme awal merupakan sebagai usaha-usaha untuk


menghadapi patrarki antara tahun 1550- 1700 di Inggris. Fokus perjuangan
feminisme awal adalah melawan pandangan patriarkis mengenai posisi
subordinat perempuan karena dianggap sebagai mahluk yang lebih lemah,
lebih emosional dan tidak rasional.16 Pemikiran ini dimungkinkan karena
berkembangnya Pencerahan di Inggirs yang mempengaruhi pemikiran
mengenai perempuan sebagai bagian dari masyarakat yang turut berperan
bagi perkembangan masyarakat.

Menurut Hodgson-Wright (2006), perjuangan feminisme awal melalui


tiga cara. Pertama melalui usaha untuk merevisi esensials subordinasi
perempuan dalam ajaran gereja. Kedua dengan menentang berbagai buku
panduan bersikap yang cenderung mengekang perempuan pada jaman
tersebut. Ketiga, dengan membangun solidaritas antar penulis perempuan.
Solidaritas ini membangun kepercayaan diri dan dukungan finansial di
kalangan penulis perempuan. Pendidikan inteketual yang diberikan
kepada anak-anak perempuan dalam keluarga-keluarga yang dipengaruhi

16
Jenainati Cathia dan Judy Groves,Introducing Feminism, (Malta: Gutenberg Press), 2007, hal.9
oleh Pencerahan pada gilirannya menerbitkan inspirasi mengenai
pentinganya pendidikan perempuan menjadi dasar bagi pergerakan yang
lebih politis dalam feminisme gelombang pertama.17

2. Feminisme Gelombang Pertama

Feminisme gelombang pertama dianggap dimulai dengan tulisan Mary


Wollstonecraft The Vindication of the Rights of Woman (1792) hingga
perempuan mencapai hak pilih pada awal abad keduapuluh (Sanders,
2006). Tulisan Wolstonecraft dilihat Sanders sebagai tonggak gerakan
feminisme modern Wollstonecraft menyerukan pengembangan sisi
rasional pada perempuan dan menuntut agar anak perempuan dapat belajar
di sekolah pemerintah dalam kesetaraan dengan anak laki-laki. Pendidikan
ini diharapkan Wolstonecfrat akan mengembangkan intelektualitas
perempuan sehingga mampu berkembang menjadi individu yang mandiri,
terutama secara finansial.

Feminisme gelombang pertama juga sudah diwarnai oleh usaha


beberapa perempuan untuk memperjuangkan hak perempuan setelah
menikah dan hak asuh anak setelah perceraian. Salah satu pejuang hak
perempuan yang sudah menikah yang paling menonjol adalah Caroline
Norton yang memperjuangkan hak asuh atas anakanaknya setelah
Caroline bercerai. Menurut Sanders (2006), feminisme gelombang
pertama mencakup beberapa ambivalensi. Para feminis gelombang
pertama sangat berhati-hati agar tidak terlibat kehidupan yang tidak
konvensional. Mungkin ini ada kaitannya dengan backlash yang dialami
pasca biografi Mary Wollstonecraft.18 Di samping itu, gerakan ini hanya
memperjuangkan perempuan lajang dari kelas menengah saja, terutama
yang memiliki intelektualitas tinggi. Sementara itu, gerakan mereka hanya
ditujukan untuk isu-isu tertentu saja dan belum ada kesadaran mengenai
gerakan feminisme yang lebih luas. Hanya perempuan kaya yang memiliki

17
Sarah Gwyneth Ross,The Birth of Feminism ± Women as Intellect in renaissance Italy and
England,(Massachusetts dan London: Harvard University Press), 2009
18
Kirkham Margaret, Jane Austen, Feminism, and Fiction, (London and New Jersey: The Athole
Press),1997
kesempatan untuk berkarir dan kehidupan domestic karena mereka
mampu membayar pelayan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga
mereka.

3. Feminisme Gelombang Dua


Feminisme gelombang kedua dimulai pada tahun 1960an yang
ditandai dengan terbitnya The Feminine Mystique, diikuti dengan
berdirinya National Organization for Woman (NOW, 1966) dan
munculnya kelompok-kelompok conscious raising (CR) pada akhir tahun
1960an. Feminisme gelombang kedua dinilai sebagai feminisme yang
paling kompak dalam paham dan pergerakan mereka. 19 Feminisme
gelombang kedua bertema besar Feminisme gelombang kedua bertema
besar “Women’s liberation” yang dianggap sebagai gerakan kolektif yang
revolusionis. Gelombang ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan
perempuan atas berbagai diskriminasi yang mereka alami meskipun
emansipasi secara hukum dan politis telah dicapai oleh feminisme
gelombang pertama. Untuk itu, feminisme gelombang kedua lebih
memusatkan diri pada isu-isu yang mempengaruhi hidup perempuan
secara langsung: reproduksi, pengasuhan anak, kekerasan seksual,
seksualitas perempuan, dan masalah domestisitas.
Menurut Thornham (2006), feminisme gelombang kedua di Amerika
dapat dikelompokkan menjadi dua aliran. Kelompok pertama merupakan
aliran kanan yang cenderung bersifat liberal yang bertujuan untuk
memperjuangkan partisipasi perempuan di seluruh kehidupan sosial (di
Amerika), dengan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Aliran
kedua sering disebut aliran kiri dan bersifat lebih radikal. Feminisme
radikal berakar reaksi para feminis yang merasa tidak terfasilitasi dalam
feminisme liberal NOW karena perbedaan ras, kelas, dan protes terhadap
kekejaman Amerika dalam perang Vietnam (Siegel, 2007). Konsep utama
feminisme radikal adalah “counsciousness raising” dengan paham “the
personal is political” (Whelehan,1995). Paham ini percaya bahwa

19
Thornham S, dalam The Routledge Companion to Feminism and Postfeminism, Editor Sarah
Gamble, (London and New York: Routedge),2006
kekuasaan patriaki beerja pada institusi-institusi personal seperti
pernikahan, pengasuhan anak, dan kehidupan seksual.20

4. Feminisme Gelombang Tiga


Berbagai kritik terhadap universalisme dalam feminisme gelombang
kedua mendorong terjadinya pendefinisian kembali berbagai konsep
dalam feminisme pada akhir tahun 1980an. Menurut Brooks, setidaknya
ada tiga hal yang mendorong terjadinya reartikulasi konsepkonsep
feminisme. Pertama, dari dalam feminisme sendiri yang mulai melihat
bahwa konsep mereka bersifat rasis dan etnosentris yang hanya mewakili
perempuan kulit putih kelas menengah dan memarginalkan perempuan
dari kelompok etnis dan kelas lainnya. Kedua, feminis gelombang kedua
dianggap belum cukup menyuarakan isu “sexsual difference”. Sementara
itu, di luar feminisme, berkembang teori-teori postmodenrnisme,
poststrukturalisme dan postkolonialisme yang kemudian beririsan dengan
perkembangan feminisme.21
Dengan sedemikian banyaknya suara yang tak terwakili dalam
feminisme gelombang kedua berpadu dengan perkembangan post-
modernisme, perkembangan feminisme sejak akhir tahun 1980an menjadi
sangat majemuk. Postmodernisme menolak wacana monolitik dan
kebenaran tunggal serta pengaburan batas-batas adi budaya dengan
budaya masa (dalam hal ini budaya populer). Dengan konsep-konsep
postmodernis ini, banyak suara yang tadinya dipinggirkan mendapatkan
kesempatan untuk menyuarakan diri dan didengar. Hal ini mengakibatkan
begitu banyak aliran yang dapat dicakup dalam perkembangan feminisme
pasca gelombang kedua.
Dikotomi antara feminisme gelombang ketiga dan postfeminisme
dalam perkembangan feminisme pasca gelombang kedua merupakan salah
satu permasalahan mendasar yang dialami mengenai penamaan

20
Genz S. dan B. Brabon, Postfeminism: Cultural Text and Theories, (Edinburgh: Edinburgh
University Press),2009, h.48
21
A.Brooks,Postfeminism: Feminism, Cultural Theory and Cultural Forms,(London dan New
York: Routledge) 1997,h.8
perkembangan feminisme pasca 1970an. Jika keduanya dianggap sebagai
perkembangan feminisme yang berbeda, maka keduanya merupakan
perkembangan yang berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan.
Jika keduanya dianggap perkembangan yang sama, ada usahausaha
definitif dari beberapa feminis yang mendefinisikan diri mereka sebagai
feminis gelombang ketiga dan atau sebaliknya postfeminist. Istilah
postfeminisme muncul lebih awal dalam sebuah artikel pada 1920. Istilah
ini digunakan untuk menyatakan sikap “Pro perempuan namun tidak anti
laki-laki,” yang merayakan keberhasilan feminisme gelombang pertama
dalam meraih hak pilih.22
Istilah postfeminisme kembali muncul pada 1980an dengan makna
yang sangat beragam. Gill dan Scharff (2011) merangkum adanya empat
pengertian postfeminisme. Pertama, postfeminisme sebagai titik temu
antara feminisme dengan postmodernisme, poststrukturalisme, dan
postkolonialisme yang berarti postfeminisme merupakan pengkajian yang
lebih kritis terhadap feminisme (Brooks, 1997). Pengertian postfeminisme
berikutnya mengacu pada perayaan matinya feminisme yang ditandainya
dengan tercapainya tujuan-tujuan feminisme gelombang kedua pada
1970an sehingga tujuan-tujuan tersebut tidak lagi relevan pada 1980an
(Tasker dan Negra, 2007 dikutip dalam Gill dan Scharff, 2011). Pengertian
post-feminisme sebagai perayaan atas matinya feminisme ini diajukan
oleh para pendukung feminisme gelombang kedua. Tania Modleski,
misalnya, melihat postfeminisme sebagai kajian yang menegasi dan
meruntuhkan perjuangan kaum feminis dan mengantar perempuan
kembali ke jaman pre-feminis (dikutip dalam Gamble, 2006: 37).

22
Ibid,h.52
BAB III
PENUTUP

Revolusi dalam wacana akademis, dapat dilacak pada dua tradisi intelektual
sebagai berikut :
- Historiosofis (filsafat sejarah), revolusi dipahami sebagai letupan radikal,
terobosan yang tiba-tiba dan penuh kekerasan, cataclysmic break dalam
perjalanan sejarah. Pada pemikiran lima tahap pembentukan sosio-ekonomis
Marx, masyarakat berkembang dari masyarakat primitif, perbudakan, feodalisme,
kapitalisme, sampai ke komunisme. Secara singkat revolusi sosial adalah loncatan
kualitatif menuju tingkat perkembangan sosial yang lebih tinggi.
- Sosiologis, revolusi mengacu pada gerakan massa yang mengancam
menggunakan koersi dan kekerasan melawan penguasa untuk memaksakan
perubahan yang mendasar dan berlangsung lama. Revolusi adalah hasil karya
kreatif manusia, yang ditampakkan dalam tindakan kolektif pada titik kritis proses
sejarah.
Jalannya revolusi tidak akan pernah sama dan akan diketahui bagaimana revolusi
itu berjalan hanya setelah kejadian revolusi tersebut, akan tetapi peristiwa revolusi
selalu berawal dengan genangan darah23
Dan mengapa revolusi itu terjadi dapat dilihat dari 4 aspek revolusi yaitu,
madzhab teori revolusi diantaranya Madzhab Behavioral, Madzhab Psikologis,
Madzhab Struktural, dan Madzhab Politis.

23
Rakhmat, hal. 195
DAFTAR PUSTAKA

A.Brooks. Postfeminism: Feminism, Cultural Theory and Cultural Forms.


London dan New York: Routledge, 1997.

Al Imam. “makalah Hakikat Revolusi dalam perubahan Sosial Budaya.” Blog Al Imam.
Diakses 11 Oktober 2020. https://alimamunnur.blogspot.com/2015/11/hakikat-
revolusi-dalam-perubahan-sosial.html.
Cathia, Jenainati dan Judy Groves. Introducing Feminism. Malta: Gutenberg Press, 2007.
Genz S. dan B. Brabon. Postfeminism: Cultural Text and Theories. Edinburgh:
Edinburgh University Press, 2009.
Margaret, Kirkham. Jane Austen, Feminism, and Fiction. London and New
Jersey: The Athole Press,1997.

Kompas.com. “Hari Ini dalam Sejarah: Pengepungan Kedubes AS di Iran Selama 444
Hari Halaman all - Kompas.com.” Diakses 11 Oktober 2020.
https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/04/053300065/hari-ini-dalam-
sejarah--pengepungan-kedubes-as-di-iran-selama-444-hari?page=all.
Rakhmat, Jalaluddin. Rekaya Sosial Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar ? Cetakan
1. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Ross, Sarah Gwyneth. The Birth of Feminism ± Women as Intellect in renaissance
Italy and England. Massachusetts dan London: Harvard University Press, 2009.
Welle (www.dw.com), Deutsche. “Awal Mula Revolusi Islam Iran | DW | 10.02.2009.”
DW.COM. Diakses 11 Oktober 2020. https://www.dw.com/id/awal-mula-
revolusi-islam-iran/a-4017109.
Thornham S. dalam The Routledge Companion to Feminism and Postfeminism,
Editor Sarah Gamble. London and New York: Routedge, 2006.

Anda mungkin juga menyukai