ABSTRAK
Sejalan dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan perubahan gaya hidup, tuntutan konsumen terhadap
bahan pangan tidak hanya terbatas sebagai sumber zat gizi tetapi juga mampu memberikan manfaat kesehatan bagi
tubuh. Fenomena tersebut melahirkan apa yang disebut pangan fungsional, yaitu pangan yang mengandung komponen
aktif yang mempunyai fungsi fisiologis dan digunakan untuk pencegahan atau penyembuhan penyakit atau untuk
mencapai kesehatan yang optimal. Tanaman rempah dan obat sudah lama dikenal banyak mengandung senyawa
fitokimia yang bermanfaat dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit. Berbagai penelitian telah membuktikan
manfaat komponen fitokimia dalam tanaman rempah dan obat seperti jahe (Zingiber officinale Roscoe), kunyit
(Curcuma domestica), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza), lidah buaya (Aloe vera), mengkudu (Morinda citrifolia),
kayu secang (Caesalpinia sappan Linn.), dan pala (Myristica fragrans). Komponen fitokimia dan pangan fungsional
dikenal berhubungan dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit utama penyebab kematian termasuk
kanker, diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi, serta penyakit lainnya seperti keropos tulang, fungsi
usus besar yang abnormal dan arthritis. Pangan fungsional berbahan baku tanaman rempah dan obat biasanya
disajikan dalam bentuk minuman kesehatan, jamu, minuman instan, jus, sirup, manisan, acar, dan lain-lain. Walaupun
pangan fungsional dapat menjadi pendorong pertumbuhan industri pangan, cukup banyak masalah yang perlu
dipecahkan termasuk pemasaran, distribusi, merek dagang dan pelabelan, penentuan harga, serta rasa dari produk
tersebut, termasuk penelitian untuk membuktikan klaim khasiat yang semuanya berdampak pada tingginya harga
jual.
Kata kunci: Pangan kesehatan, fitokimia, jahe, lidah buaya, mengkudu, kayu secang, temu lawak, pala
ABSTRACT
Opportunity of spice and medicinal crops as source of functional food
In line with the development of science and lifestyles changes, consumer demand for food is not only as the source
of nutrients but also provides health benefits. These phenomena contributed to the concept of functional food,
that is food containing active components having physiological function used as disease prevention and treatment
or gaining optimal health. Spice and medicinal crops have been recognized contain bioactive components
(phytochemicals) which provide health benefit as disease prevention and treatment. Many researches have proved
the merits of phytochemicals in spice and medicinal crops, such as in ginger (Zingiber officinale Roscoe), turmeric
(Curcuma domestica), curcuma (Curcuma xanthorrhiza), Aloe vera, noni (Morinda citrifolia L.), sappan wood
(Caesalpinia sappan Linn.), and nutmeg (Myristica fragrans). Phytochemicals and functional food components
have been associated with the prevention and treatment for some leading causes of death such as cancer, diabetes,
cardiovascular diseases, and hypertension; and for other medical ailments including osteoporosis, abnormal bowel
function and arthritis. Functional food based on spice and medicinal crops could be served in the forms of health
beverages, instant beverages, juice, syrup, sweets, pickle, etc. Even though functional food have the potential as
the major growth driver for food industry, there are still some problems need to be solved, such as marketing,
distribution, branding, pricing and taste, as well as basic research to prove the claim, which may cause the high price
of the products.
Keywords: Health food, phytochemicals, ginger, Aloe vera, noni, sappan wood, curcuma, nutmeg
komposisi gizi yang baik serta penampakan dan cita rasanya menarik, tetapi
juga harus memiliki fungsi fisiologis
tertentu bagi tubuh, seperti dapat
menurunkan tekanan darah, kadar
kolesterol, dan kadar gula darah, serta
Tahun
Produksi
dalam
negeri
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
8
15
23
75
114
55
86
152
102
90
117
28
84
129
190
397
155
410
579
246
72
109
36
99
152
265
511
210
496
731
348
162
226
Total
837
2.399
3.236
Produk
impor
Total
(Jenis)
Gambar 1.
48
Produk-produk pangan
fungsional (www.new. nutrition.com).
Produksi (t)
Pertumbuhan (%)
1999
2000
2001
2002
2003
Jahe
Kencur
Lengkuas
Kunyit
Lempuyang
Tanaman
biofarmaka
120.850,7
5.809,2
16.916,5
15.362,9
3.586,8
8.076,7
115.091,8
9.489,7
27.511,6
24.813,1
4.484,8
11.627,1
128.438,5
11.112
26.153,9
27.195,2
4.794,4
10.473
18.496,4
12.848,2
27.933,9
23.993
4.530,8
14.730,2
125.386,5
19.527,1
24.588,2
30.707,4
4.684,3
23.817,7
5,81
51,98
-11,98
27,98
3,39
61,69
Total
170.602,8
193.018,1
208.167
102.532,5
228.711,2
12,93
Lidah buaya
asal Bogor
Air (%)
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat kasar (%)
Karbohidrat (%)
Energi (kal)
Lidah buaya
asal Pontianak
95,42
0,18
0,22
0,01
0,12
0,07
92,20
94,50
0,18
0,32
0,02
0,12
0,08
98,24
Kandungan (g/g)
Lisin
Histidin
Arginin
Asam aspartat
Treonin
Serin
Asam glutamat
Glisin
Alanin
Sistin
Valin
Metionin
Isoleusin
Tirosin
Fenilalanin
Leusin
Prolin
Sumber: Djubaedah (2003).
50
8,27
5,92
4,81
14,37
5,68
6,35
14,27
7,80
1,09
0,02
6,85
1,83
3,72
3,24
4,47
8,53
0,07
Gel lidah buaya juga telah dikembangkan dalam bentuk sediaan oral
sebagai minuman kesehatan yang diklaim
menyegarkan dan memberikan efek mendinginkan. Secara empiris lidah buaya
digunakan sebagai obat luka bakar, panas
dalam, asam urat serta afrodisiak dan
malnutrisi karena kandungan asam amino
dan vitaminnya. Gel lidah buaya juga
memperlihatkan aktivitas antipenuaan
karena mampu menghambat proses
penipisan kulit dan menahan kehilangan
serat elastin serta menaikkan kandungan
kolagen dermis yang larut air. Lidah buaya
terbukti dapat menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes (Okyar et
al. 2001). Penggunaan gel lidah buaya
yang umum adalah dengan mengoleskan
gel pada bagian yang terinfeksi secukupnya, sedangkan untuk produk yang
mengandung aloin dan aloe-emodin
dengan diminum 13 sendok makan, 3
kali sehari.
MENGKUDU (Morinda
citrifolia L.)
Dalam beberapa tahun terakhir tanaman
mengkudu mendapat perhatian sangat
besar karena adanya fakta empiris serta
bukti penelitian yang menyatakan bahwa
buah ini berkhasiat untuk mengobati
beberapa penyakit degeneratif seperti
kanker, tumor, dan diabetes. Buah mengkudu mengandung berbagai senyawa
metabolit sekunder yang sangat berguna
bagi kesehatan, selain kandungan
nutrisinya yang juga beragam seperti
vitamin A, C, niasin, thiamin dan riboflavin, serta mineral seperti zat besi,
kalsium, natrium, dan kalium (Tabel 5 dan
6). Hirazumi et al. (1996) melaporkan
bahwa jus buah mengkudu berfungsi
sebagai imunomodulator yang mempunyai efek antikanker. Selanjutnya
Gambar 3.
Kadar (%)
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Abu
Lain-lain
89,10
2,90
0,60
2,20
3
1,20
1
Tabel 6.
Jenis nutrisi
Total
Kalori (kal)
Vitamin A (IU)
Vitamin C (mg)
Niasin (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Besi (mg)
Kalsium (mg)
Natrium (mg)
Kalium (mg)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
167
395,83
175
2,50
0,70
0,33
9,17
325
335
1,115
0,75
1,50
51,67
Hirazumi dan Furuzawa (1999) menyatakan bahwa jus buah mengkudu dapat
digunakan sebagai agen tambahan
(suplemen) dalam pengobatan kanker.
Beberapa jenis senyawa fitokimia
dalam buah mengkudu adalah terpen,
acubin, L asperuloside, alizarin, zat-zat
anthraquinone, asam askorbat, asam
kaproat, asam kaprilat, zat-zat scopoletin,
damnacanthal dan alkaloid (Anon 1997
dalam Pohan dan Antara 2001). Menurut
Hisawa et al. (1999) dalam Djauhariya
(2003), komponen damnacanthal merupakan zat antikanker. Senyawa turunan
anthraquinone dalam mengkudu antara
lain adalah morindin, morindone dan
alizarin, sedangkan alkaloidnya antara
lain xeronin dan proxeronin (prekursor
xeronine). Xeronin merupakan alkaloid
yang dibutuhkan tubuh manusia untuk
mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur serta membentuk struktur protein
(Solomon 1998).
Untuk menetralisir bau tidak sedap
pada buah mengkudu, yang disebabkan oleh asam kaproat dan kaprilat,
Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005
Total
42
0,30
0,20
10,90
32
24
1,50
29,50
Sedikit
22
88,10
PROSPEK TANAMAN
REMPAH DAN OBAT
SEBAGAI SUMBER PANGAN
FUNGSIONAL
Tahun
52
Kenaikan
penjualan
pangan fungsional (%)
Nilai perdagangan
pangan fungsional
(miliar US $)
Kenaikan
penjualan
pangan konvensional (%)
2001
2002
1999
7
9
10
14,70
3
1
1997
13
12,70
Sumber
PERMASALAHAN DAN
TANTANGAN
Walaupun pangan fungsional dapat
menjadi pendorong utama pertumbuhan
industri pangan, terdapat beberapa
masalah dan tantangan yang dihadapi.
Wrick (2003) menyebutkan bahwa perpaduan yang tepat dari riset pasar,
pemasaran, iptek, pelabelan, distribusi,
penentuan harga, rasa dan kenyamanan
merupakan tantangan tersendiri. Sementara Sheehy dan Morrissey (1998)
melaporkan bahwa walaupun pangan
fungsional potensial memberikan manfaat kesehatan bagi konsumen, beberapa hambatan dalam penyebaran dan
penerimaan jenis pangan ini perlu
diperhatikan. Pengembangan pangan
fungsional dan penelitian dasar untuk
mendokumentasikan klaim pemasaran
cukup mahal sehingga harga jualnya
menjadi sangat tinggi (McNutt 1994).
Selanjutnya Hilliam (1996) dalam Sheehy
dan Morrissey (1998) menyatakan bahwa
konsumen mencurigai janji akan manfaat
kesehatan dari produk ini sebagai
justifikasi untuk mencantumkan harga
tinggi. Hal tersebut semakin menegaskan
bahwa klaim yang berkaitan dengan jenis
pangan tertentu harus nyata.
Beberapa permasalahan dalam
pengembangan pangan fungsional dari
tanaman juga dinyatakan oleh Percival
dan Turner (2001), antara lain: 1) penentuan identitas dan cara panen yang
benar dari tanaman sebagai bahan baku
pangan fungsional, 2) standardisasi
produk, karena tanaman rempah dan
obat yang tumbuh atau dibudidayakan
dalam kondisi yang berbeda, juga lokasi
dan musim yang berbeda, akan menghasilkan kandungan bahan aktif yang
berbeda pula, 3) proses pengolahan,
karena dapat mempengaruhi komponen
aktif yang terkandung dalam tanaman
Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005
Tabel 9. Hasil-hasil penelitian dan pengembangan eksplorasi komponen bioaktif tanaman rempah dan obat.
Jenis tanaman
Bentuk produk
Komponen aktif
Manfaat kesehatan
Sumber
Jahe
Ekstrak jahe
Ekstrak jahe
Antioksidan
Anti-inflamasi rematik,
artristis kronis
Antibakteri
Kekebalan tubuh
Kunyit/temu
lawak
-
Aloin
Vitamin, mineral, asam amino
Antihepatoksik,
antikolesterol,
Antikanker, antimutagenik
Antibiotik, penghilang
rasa sakit
Obat pencahar
Diabetes
Obat luka
Mengkudu
Jus buah
Damnacanthal
Antikanker
Jus buah
-
Imunomodulator, antikanker
Aktivasi enzim, membentuk
protein
Kayu secang
Ekstrak secang
Ekstrak kloroform
Brazilin
Brazilin
-
Antioksidan,
Antibakteri
Antidiare
Pala
Ekstrak kloroform
Miristicin
Eugenol
-
Hepatoprotektor
Antioksidan, aktivasi enzim
Antidiare (Shigela, E. coli)
Lidah buaya
Kurkumin
Komp. fenolik
Henry (1979)
Henry (1979)
Okyar et al. (2001)
Henry (1979)
Hisawa et al. dalam Djauhariya
(2003)
Hirazumi et al. (1996)
Hirazumi dan Furuzawa (1999)
Solomon (1998)
KESIMPULAN
Pangan fungsional mempunyai prospek
cerah sehingga peluang pengembangan
produk baru yang dapat diterima konsumen secara luas masih terbuka lebar,
53
DAFTAR PUSTAKA
Antara, N.T., H.G. Pohan, dan Subagja. 2001.
Pengaruh tingkat kematangan dan proses
terhadap karakteristik sari buah mengkudu.
Warta IHP/J. Agro-Based Industry 18(12):
2531.
Astawan, M. 2003. Pangan fungsional untuk
kesehatan yang optimal. Kompas Sabtu 23
Maret 2003.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001.
Kajian proses standarisasi produk pangan
fungsional di badan Pengawas Obat dan
makanan. Lokakarya Kajian Penyusunan
Standar Pangan Fungsional. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Bloch, A. and C.A. Thomson. 1998. Position of
the American Dietetic Association: Phytochemicals and functional foods. ADA
Reports. Journal of the American Dietetic
Association. p. 403406.
Craig, W.J. 1999. Health-promoting properties
of common herbs. Am. J. Clin. Nutr. 70(3):
491s499s.
Djauhariya, E. 2003. Mengkudu (Morinda
citrifolia L.), tanaman obat potensial. Dalam
Perkembangan Penelitian Tanaman Obat
Potensial. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XV(1): 2840.
Djubaedah, E., J.J. Pardede, E.H. Lubis, E.S.
Hartanto, dan S. Mulyani. 2002. Diversifikasi produk olahan daun lidah buaya.
Laporan Penelitian. Balai Besar Industri
Hasil Pertanian, Bogor. 42 hlm.
Djubaedah, E. 2003. Pengolahan lidah buaya
dalam sirup. Pra-Forum Apresiasi dan
Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar
Industri Agro, Bogor.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods, Designer
Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. Chapman & Hall, London.
Hartanto, E.S. dan E.H. Lubis. 2002. Pengolahan
minuman sari lidah buaya (Aloe vera Linn.).
Warta IHP/J. Agro-Based Industry 19(12):
2935.
54
55