0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan4 halaman
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pangan fungsional, senyawa dan sifat fungsional dari lemon, jahe, dan secang. Pangan fungsional adalah makanan yang memberikan manfaat kesehatan selain nutrisi dasar. Lemon, jahe, dan secang kaya akan senyawa antioksidan seperti vitamin C, fenolik, dan flavonoid yang bermanfaat untuk menangkap radikal bebas. Bab ini juga menjelaskan tentang uji sensoris untuk mengetahui
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pangan fungsional, senyawa dan sifat fungsional dari lemon, jahe, dan secang. Pangan fungsional adalah makanan yang memberikan manfaat kesehatan selain nutrisi dasar. Lemon, jahe, dan secang kaya akan senyawa antioksidan seperti vitamin C, fenolik, dan flavonoid yang bermanfaat untuk menangkap radikal bebas. Bab ini juga menjelaskan tentang uji sensoris untuk mengetahui
Bab 2 membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pangan fungsional, senyawa dan sifat fungsional dari lemon, jahe, dan secang. Pangan fungsional adalah makanan yang memberikan manfaat kesehatan selain nutrisi dasar. Lemon, jahe, dan secang kaya akan senyawa antioksidan seperti vitamin C, fenolik, dan flavonoid yang bermanfaat untuk menangkap radikal bebas. Bab ini juga menjelaskan tentang uji sensoris untuk mengetahui
Pangan fungsional merupakan makanan maupun minuman yang bermanfaat bagi kesehatan di luar nutrisi dasar atau bermanfaat bagi kesehatan di luar zat gizi yang tersedia (de Roos, 2004; Susanto & Fahmi, 2012). Menurut Health Canada, pangan fungsional merupakan suatu produk yang menyerupai makanan tradisional namun memiliki manfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional adalah suatu produk makanan baik minuman yang diperkaya akan zat-zat gizi seperti vitamin, serat, asam lemak, serta bahan-bahan untuk nilai kesehatan atau makanan yang sengaja didesain minim akan Na dan lemak, sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan status gizinya (Susanto & fahmi, 2012). Berdasarkan definisi tersebut, suplemen dan obat tidak dapat dikategorrikan dalam pangan fungsional. Pangan fungsional sendiri memiliki beragam produk, contohnya seperti probiotik, prebiotik, minuman fungsional, sereal fungsional, danging fungsional, dan produk beras analog. Menurut Subroto (2008) dalam Kusumayanti dkk. (2016), makanan fungsional dibagi menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan sumber dan berdasarkan cara pengolahannya. Berdasarkan sumbernya, makanan fungsional dibagi menjadi dua jenis, yaitu makanan yang berasal dari nabati seperti sayur-mayur, buah-buahan, serta umbi-umbian dan yang berasal dari hewani seperti daging, susu, telur, dsb. Sedangkan berdasarkan cara pengolahannya, makanan fungsional dibagi menjadi tiga jenis, yaitu makanan fungsional alami yang telah tersedia di alam dan bisa langsung dikonsumsi tanpa diolah seperti sayuran segar, makanan fungsional tradisional yang diproses dengan cara tradisional seperti tempe dan tahu, dan makanan fungsional modern yang dibuat dengan formulasi khusus seperti biskuit yang kaya serat, dan mi instan yang berbahan dasar sayuran (Kusumayanti, dkk., 2016). 2.2 Senyawa dan Sifat Fungsional 2.2.1 Lemon Lemon (Citrus limon) merupakan salah satu jenis buah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Buah ini memiliki manfaat sebagai antioksidan yang baik. Sifat antioksidan lemon disebabkan karena buah ini kaya akan kandungan vitamin C, asam sitrat, minyak atsiri, bioflavonoid, minyak-minyak volatil, α-terpinen, α-pinen, β-pinen, polifenol, dan kumarin (Nizhar, 2012). Tidak hanya daging buahnya, kulit buah lemon juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi karena mengandung flavonoid. Flavonoid sendiri merupakan salah satu jenis antioksidan yang biasanya terkandung di dalam sayur-sayuran, buah- buahan, bunga, teh, hingga akar pohon (Batubara, 2017). Lemon dan produk olahannya dapat dijadikan sebagai sumber senyawa fenolik, nutrisi, maupun non-nutrisi seperti vitamin, mineral, serat makanan, minyak essensial, asam organik, dan karotenoid yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia untuk meningkatkan fungsi sitem fisiologis dan pertumbuhan. Selain sebagai sumber antioksidan, lemon juga memiliki aktivitas antikanker dan memiliki potensi sebagai antibakteri, karena secara klinis telah dilaporkan bahwa lemon dapat memiliki kemampuan untuk melawan strain bakteri secara signifikan (Dhanavade, et al., 2011; Batubara, 2017). 2.2.2 Jahe Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai bumbu dapur, campuran makanan dan minuman, obat tradisional, hingga kosmetik. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, jahe memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Aktivitas antioksidan pada jahe mampu menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker secara efektif dan efisien. Senyawa antioksidan yang terkandung di dalam jahe, anatara lain fenolik berupa flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik. Senyawa fenolik sendiri memiliki sifat polar dan berfungsi sebagai penangkap radikal bebas (Pebinigrum, dkk., 2018). Selain sebagai sumber antioksidan, jahe juga mengandung gingerol, shogaol, dan zingeron yang secara farmakologi dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik, dan kardiotonik (Febrianti & Yunianta, 2014). 2.2.3 Secang Kayu secang (Caesalpinia sappan L) merupakan suatu tanaman yang biasa digunakan sebagai sumber zat warna merah dan obat tradisional. Berdasarkan hasil uji fitokimia, kayu secang bagian dalam dan luar mengandung banyak senyawa baik, yaitu alkaloid, flavonoid, triterpen, brazilin, tannin, dan glikosida. Kandungan flavonoid dan senyawa fenolat pada kayu secang menjadikan tanaman ini sebagai sumber antioksidan alami. Efek antioksidan pada senyawa fenol disebabkan karena sifat oksidasi yang berperan dalam menetralisasi radikal bebas. Efek antioksidan senyawa-senyawa pada kayu secang memiliki daya antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan antioksidan buatan seperti BHT dan BHA (Miksusanti & Elfita, 2012). Di berbagai negara, kayu secang memiliki beragam manfaat. Di India kayu secang digunakan sebagai obat peluruh haid, diare dan disentri. Di Malaysia dan Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna makanan dan jamu. di Cina dan Filipina kayu secang dimanfaatkan sebagai jamu pasca melahirkan. Selain manfaa-manfaat tersebut, kayu secang juga dapat digunakan sebagai obat untuk memperlancar peredaran darah, obat diare, TBC, antiseptik, antiinflamasi, dan antitoksik (Farhana, 2015).
2.3 Uji Sensoris
Uji sensoris atau yang dikenal juga sebagai uji oerganoleptik merupakan sistem pengujian yang menggunakan indera mausia untuk mengukur tekstur, kenampakan, aroma, rasa dari suatu produk pangan. Pengujian sensoris berperan penting dalam pengembangan suatu produk dengan cara meminimalisisr risiko dalam pengambilan keputusan. Pengujian sensoris ini melibatkan manusia sebagai objek analisis dan alat penentu hasil atau data yang diperoleh, sehingga hasil dari pengujian ini bersifat subjektif. Analisis sensoris juga merupakan disiplin ilmu yang membutuhkan standarisasi dan pengendalian pada setiap tahapannya, mulai dari persiapan contoh, pengukuran respon, analisis data, dan interpretasi hasil. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui respon dari indra manusia terhadap rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk (Setyaningsih, dkk., 2014). Pengujian sensoris dibagi menjadi tiga jenis pengujian, yaitu uji pembedaan, uji deskripsi, dan uji afeksi. Uji pembedaan secara umum berhubungan dengan cara pengendalian mutu dari suatu produk, pengendalian umur simpan, dan identifikasi kerusakan yang mungkin terjadi. Uji deskripsi berhubungan pada pengembangan dari suatu produk, baik untuk dibandingkan dengan produk target maupun untuk membuat formulasi baru dari produk yang sudah ada. Sedangkan uji afeksi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan pada suatu produk yang dapat dikenali oleh panelis dan berpengaruh tehadap tingkat kesukaan konsumen pada produk tersebut (Setyaningsih, dkk., 2014).