Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergeseran kebutuhan makanan terjadi lagi, mengingat tetjadi peningkatan
penyakit seperti kanker, diabetes mellitus,jantung dan sebagainya (Nugraheni, 2014).
Saat ini, kebutuhan makanan bergeser menjadi makanan fungsional. Makanan
fungsional adalah makanan yang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi primer, artinya
makanan re.rsebut dapat memenuhi kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral); fungsi sekunder artinya makanan tersebut dapat diterima oleh
konsumen secara sensoris dan fungsi tersier artinya makanan tersebut memiliki fungsi
untuk menjaga kesehatan, mengurangi tetjadinya suatu penyakit dan menjaga
metabolisme tubuh (Nugraheni, 2014). Jadi makanan fungsional dikonsumsi bukan
berupa obat (serbuk) tetapi dikonsumsi berbentuk makanan.
Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi
yang terkandung di dalamnya. Bawang putih merupakan salah satu jenis rempahrempah yang biasa dijadikan bumbu masakan. Bawang putih ternyata memiliki
manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Hal ini tidak lepas dari berbagai senyawa
yang terkandung di dalamnya. Bawang putih mengandung lebih dari I 00 bahan kimia
biologis yang bermanfaat. Bawang putih juga memiliki berbagai anti-bakteri, antivirus, sifat anti-jamur dan anti-oksidan. Bawang putih mengandung rninyak atsiri,
yang bersifat anti bakteri dan antiseptik. Kandungan allicin dan aliin berkaitan dengan
daya anti kolesterol. Daya ini mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah
tinggi dan lain-lain. Oleh karena itu bawang putih sebagai makanan fungsional sangat
baik untuk meningkatkan kesehatan.
Dari berita maupun informasi perkembangan kesehatan yang ada tersebut,
tidak salah bila upaya yang dilakukan berupa preventif maupun kuratif dapat
dilaksanakan dengan tindakan dengan istilah Back too nature atau kembali ke alam
karena Indonesia masih kaya dengan tanaman yang dapat digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan, salah satunya adalah bawang putih.
Sebagai bumbu dapur, bawang putih (Allium sativum Linn) mempunyai
peranan penting dalam melezatkan dan menimbulkan aroma yang sedap pada
masakan. Akan tetapi selain sebagai bumbu, bawang putih memiliki khasiat yang luar
biasa bagi kesehatan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat
1

bawang putih, namun keterbatasan informasi yang diterima masyarakat dan adanya
pergeseran pola hidup masyarakat ke arah modern mengakibatkan khasiat bawang
putih mulai dilupakan masyarakat.
Louis Pasteur menyatakan bahwa terdapat daya antimikroba pada bawang
putih mentah atau pada jus bawang putih. Sudah sejak zaman dahulu, bawang putih
telah digunakan masyarakat secara luas untuk mengobati infeksi. Bawang putih
mempunyai spektrum antimikroba yang lebar sehingga dapat membunuh bakteri gram
negative dan bakteri gram positif. Hasil riset telah membuktikan hal-hal sebagai
beriku, yaitu jus bawang putih diteliti dapat membunuh bakteri flora normal intestinal
yang menjadi pathogen, bawang putih dapat mengatasi bakteri-bakteri yang telah
resisten terhadap antibiotik, kombinasi bawang putih dan antibiotik dapat bekerja
secara sinergis sebagian atau menyeluruh, secara sempurna dapat mengurangi
resistensi bakteri telah terbukti dalam penelitian berulangkali, bahkan toksin yang
dihasilkan bakteri dapat dihambat oleh bawang putih. Oleh karena itu makalah
iniakanmembahas makanan fungsional dari bawang putih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari makanan fungsional ?
2. Bagaimana bawang putih berperan sebagai makanan fungsional ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari makanan fungsional
2. Mahasiswa dapat mengetahui peran bawang putih sebagai makanan fungsional

BAB II
ISI
A. Tinjauan Tentang Makanan Fungsional
1. Pengertian Makanan Fungsional
Saat ini pangan telah diandalkan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran
tubuh,

bahkan

bila

dimungkinkan,

pangan

dapat

dimanfaatkan

untuk

menyembuhkan atau menghilangkan efek negatif dari penyakit tertentu, kenyataan


tersebut membuat manusia tidak sekedar mengkonsumsi bahan pangan untuk
2

memenuhi kebutuhan dasar tubuh (yaitu bergizi dan lezat), tetapi juga dapat
bersifat fungsional. Meski belum ada satu definisi yang baku, secara umum
makanan fungsional diartikan sebagai makanan yang mampu memberikan
efekmenguntungkan bagi kesehatan disamping efek nutrisi yang secara prinsip
memang dimiliki oleh makanan (Winarti, 2010).
Sebagai perkembangan lebih lanjut, kini muncul produk pangan yang secara
nutrisi telah dimodifikasi, dan secara terbuka (dalam labelnya) diklaim memiliki
khasiat kesehatan tertentu. Produk pangan jenis ini dikenal sebagai makanan
fungsional (fungsional food), yang antara lain mencakup makanan yang
mengandung mineral (kalsium), vitamin dan serat terlarut (soluble fibre), termasuk
cookies rendah kalori yang diperkaya dengan serat (dietary fibre), (Winarti, 2010).
Makanan fungsional harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan dasar
(ilmiah) klaim kesehatan, takaran dan keamanan konsumsi, serta bentuk penyajian
yang tertentu saja, harus berbeda dengan produk obat-obat. Dalam negara regulasi
FDA (Food and Drug Administration) Amerika serikat, yang di introdusikan
duatahun yang lalu, telah diijinkan beberapa jenis klaim kesehatan untuk produk
pangan. Pangan yang disetujui pelabelannya harus mengandung nutrien yang bila
dikonsumsi dalam jumlah tertentu memiliki pengaruh positif terhadap resiko
penyakit (misalnya : kalsium), atau nutrient yang dikhawatirkan (misalnya :
lemak) dibawah kadar tertentu.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan
penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.Kalau obat fungsinya terhadap
penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional hanya bersifat membantu
pencegahan suatu penyakit (Badan POM, 2001).
Menurut Winarti (2010:3) istilah pangan fungsional dipilih dari sederet istilah
yang pernah dipopulerkan sebelumnya seperti pharmafoods, disegner foods,
nutraceutical food, healt food, therapeutic food, dan banyak lagi, Secara mudah
dapat dikatakan bahwa pangan fungsional adalah pangan yang berpengaruh positif
terhadap kesehatan seseorang, jadi dalam hal ini beberapa faktor plus bagi
kesehatan yang diperoleh karena adanya komponen aktif pada bahan pangan
tersebut adalah merupakan keharusan.
Menurut Winarti (2010) komponen bioaktif yang terdapat pada makanan
fungsional adalah serat pangan (dietary fiber), Probiotik, prebiotik, synbiotik,
antioksidan, asam lemak omega-3,omega 6, omega 9, dan senyawa fitokimia.
Makanan fungsional dibuat dengan cara-cara yang umum digunakan dalam
pembuatan produk makanan pada umumnya. Hanya saja dalam formulasi dan
3

pengolahannya perlu diperhatikan sifat-sifat kestabilan dari komponen yang


ditambahkan agar fungsi fisiologisnya dapat dipertahankan. Makanan fungsional
adalah salah satu produk makanan fungsional yang banyak di hasilkan
industrypangan. Melalui makanan, komponen-komponen fungsional dapat dengan
mudah diformulasikan serta dapat digunakan dengan cepat oleh tubuh setelah
dikonsumsi. Meskipun demikian, hanya komponen-komponen yang dapat
didispersikan secara merata yang dapat diformulasikan ke dalam makanan
fungsional.
Pangan fungsional yang diperkaya dengan beberapa komponen berkhasiat
sekaligus, juga merupakan pilihan yang banyak dapat ditemukan. Seperti misalnya
cookies tepung gaplek substitusi tepung bawang putih yang diperkaya
denganprotein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk
kelangsungan hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang mengandung zatzat seperti : kalsium, besi serta unsur kimia lainnya : bahkan jenis bawang tertentu
mengandung vitamin A dan serat (crude fibre).
Selain itu Bawang putih digunakan sebagai obat dalam seperti : mengurangi
kadar kolesterol dalam darah, mencegah serangan jantung, menstabilkan sistem
pencernaan yang terganggu, meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati nyeri
sendi, menghambat penuaan sel otak, mengurangi gejala diabetes melitus, asma
dan lain sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk mengobati jerawat, bisul,
sakit gigi, infeksi jamur pada kaki, infeksi telinga, mengobati panu, kadas, kurap
dan lain sebagainya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Potensi bawang putih akan sedikit berkurang jika bawang putih dimasak,
seperti digoreng. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa
khasiatbawang putih akan hilang jika dipanaskan, kurang tepat. Alisin tidak akan
hilang, hanya tidak tahan terhadap panas. Demikian pula dengan enzim alinase
yang ada dalam bawang putih, tidak seluruhnya rusak.
Dosis yang dianjurkan untuk dimakan adalah -3 siung per hari. Memakan
lebih dari 3 siung bawang putih setiap hari dapat menimbulkan diare, kentut, dan
demam, bahkan bisa mengakibatkan pendarahan lambung.
2. Persyaratan Pangan Fungsional
Mary K.Schmild dalam salah satu paparannya menyampaikan ada satu hal
utama yang membedakan pangan dengan obat. Obat bersifat treatment (perlakuan
penyembuhan), sedangkan pangan fungsional lebih bersifat mengurangi resiko.
Pada obat, efek harus dirasakan segera, sedangkan pada pangan fungsional lebih
4

pada keuntungan di masa mendatang.pemberian obat lebih ditujukan pada


populasi tertentu (orang dengan penyakit tertentu). Sedang makanan fungsional
berpeluang dimanfaatka oleh siapa saja dengan kemungkinan cakupan konsumen
yang lebih luas. Dari segi keamanannya, pertimbangan penggunaan obat lebih
didasarkan pada pertimbangan keuntungan lebih besar dari resiko, sedang pada
pangan fungsional sisi keamanan harus menjadi pertimbangan utama.
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu produk agar dapat
dikatakan sebagai makanan fungsional menurut Winarti (2010:5):
a. Harus merupakan produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau
bubuk)yang berasal dari bahan (ingredien) alami.
b. Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari.
c. Mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran
dalam proses tubuh tertentu, seperti: memperkuat mekanisme pertahanan
tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh
setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat
proses penuaan.
B. Tinjauan Umum Tentang Bawang Putih
Bawang putih dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Garlic. Indonesia
mengenal bawang putih dengan nama yang bervariasi. Nama lokal yang sering
digunakan adalah daerah Madura menyebutnya sebagai bhabang pote. Sunda
menyebutnya bawang bodas, bawang pulak di daerah Tarakan, lasuna moputih daerah
Minahasa, pia moputi daerah Gorontalo, lasuna kebo daerah Makassar, bawa de are
daerah Halmahera, bawa bodudo daerah Ternate, bawa fiufer daerah Papua, lasuna
daerah Karo, kasuna daerah Bali, Lasuna pute daerah Bugis, Bawang handak daerah
Lampung, Kalfeo foleu untuk daerah Timor dan sebutan bawang di daerah Jawa.
Jenis bawang putih unggul yang dibudidayakan di Indonesia adalah lumbu
hijau dan lumbu kuning yang tumbuh di dataran tinggi, dan lumbu putih untuk di
dataran rendah. Varietas lain yang merupakan hasil modifikasi ketiga varietas itu juga
berkembang di berbagai daerah dengan mengusung nama lain, seperti bawang jenis
cirebon, tawangmangu, santong, sumbawa, jatibarang, bogor, obleg, idocos (Filipina),
dan thailand.
Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang
mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang
di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya semudan
berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar
berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam.
5

Daunnya berbentuk pita(pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang
60 cm dan lebar 1,5 cm, berakar serabut, bunganya berwarna putih, bertangkai
panjang dan bentuknya payung. Bawang putih termasukdalam klasifikasidivisio :
Spermatophyta,Sub divisio : Angiospermae, Kelas : Monocotyledonae, Bangsa :
Liliales, Suku : Liliaceae, Marga : Allium, danJenis : Allium sativum (Syamsiah dan
Tajudin, 2003).
Menurut AAK (1998) bawang putih bermanfaat bagi kesehatan karena
mengandung unsur-unsur aktif, memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan
antibiotik, merangsang pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1.
Bawang putih mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, dan mengandung sejumlah
komponen kimia yang diperlukan untuk hidup manusia.
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan Jepang
yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa,
dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang
Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring
dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya
bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Peranannya sebagai
bumbu penyedap masakan modern sampai sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap
masakan modern yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas sedemikian
menariknya (Syamsiah dan Tajudin., 2003). Bawang putih (Allium sativum) adalah
herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini
banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar
matahari. Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiungsiung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit
tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih
memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm.
berakar serabut. bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya payung.
B.
Nama binomial Allium sativum, Linn. Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Plantae.
Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida. Ordo: Asparagales. Famili: Alliaceae.
Upafamili: Allioideae. Bangsa: Allieae. Genus: Allium. Spesies: A. Sativum.
Tanaman dengan nama latin Allium sativum ini termasuk bumbu dapur yang
sangat popular di Asia. Ia memberikan rasa harum yang khas pada masakan, sekaligus
menurunkan kadar kolesterol yang terkandung dalam bahan makanan yang

mengandung lemak. Maka jangan heran jika pada masakan Cina, Korea dan Jepang
banyak menggunakan bawang sebagai bumbu utamanya (Tim Redaksi, 2007 : 15-16).
Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus afflum atau di Indonesia lazim
disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi
lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berrumpun dan berdiri
tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari
pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang.
Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan
setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap
siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih.
Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang
di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih
berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan
laut.
Ada lagi varietas bawang putih yang disebut bawang lanang. Ini adalah bawang
yang hanya terdiri dari satu siung. Sesungguhnya, bawang lanang ini merupakan
bawang putih biasa yang tumbuh di lingkungan yang tak sesuai. Alhasil, bawang ini
tak berkembang dengan baik, dan hanya berkembang satu siung.
1. Habitus
Herba, semusim, tinggi 50-60 cm. Semu, beralur, hijau. Tunggat, berupa reset
akar bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm, lebar 1,5
cm, menebal dan berdaging serta mengandung persediaan makanan yang terdiri
atas subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, hijau. Majernuk,
bentuk payung, bertangkai panjang, putih.
2. Taksonomi
Garlic atau bawang putih telah digunakan sebagai obat dalam herbal medicine
sejak ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 27001900 sebelum Masehi bawang
putih telah digunakan oleh pekerja-pekerja bangunan piramid sebagai obat
penangkal penyakit dan rasa letih. Sekitar tahun 460 sebelum Masehi khasiatnya
telah dipuji oleh Hippocrates dan pada tahun 384 sebelum Masehi oleh Aristotle.
Saat Perang Dunia tahun 19141918 bawang putih digunakan oleh tentara
Perancis untuk mengobati luka, dan pada serangan wabah penyakit mulut dan
kuku pada tahun 1968 para istri petani di Cheshire percaya bahwa bawang putih
dapat berkhasiat melindungi ternak mereka dari wabah penyakit tersebut (Sunarto
& Susetyo, 1995).
Kedudukan bawang putih secara botani (Hutapea, 2000)
7

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Bangsa

: Liliales

Suku

: Liliaceae

Marga

: Allium

Jenis

: Allium sativum Linn.


Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan berumbi lapis atau siung

yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai
setinggi 30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah
daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang
putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Setiap umbi bawang
putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus
kulit tipis berwarna putih. Bawang putih yang semulamerupakan tumbuhan daerah
dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran
rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250
meter di atas permukaan laut (IPTEKnet, 2005).
Bawang putih bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung unsur-unsur
aktif, memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, merangsang
pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1. Selain itu, bawang putih
mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, dan mengandung sejumlah komponen
kimia yang diperlukan untuk hidup manusia. Dewasa ini, bawang putih
dimanfaatkan sebagai penghambat perkembangan penyakit kanker karena
mengandung komponen aktif, yaitu selenium dan germanium (AAK, 1998).
3. Kandungan Kimia Bawang Putih
Menurut Yuhua & Eddy (Hal 7-8), kandungan kimia dari umbi bawang putih
per 100 gram adalah: Alisin 1,5% merupakan komponen penting dengan efek
antibiotik, Protein sebesar 4,5 gram, Lemak 0,20 gram, Hidrat arang 23,10 gram,
Vitamin B 1 0,22 miligram, Vitamin C 15 miligram, Kalori 95 kalori, Posfor 134
miligram, Kalsium 42 miligram, Zat besi 1 miligram, Air 71 gram.
Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat
aktif alicin, awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium,
scordinin, nicotinic acid.
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup
tinggi, yaitu antara 63 ml 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein,
8

karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan
hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang mengandung zat-zat seperti :
kalsium, besi serta unsur kimia lainnya : bahkan jenis bawang tertentu
mengandung vitamin A dan serat (crude fibre). Kandungan zat gizi yang
terkandung pada berbagai jenis bawang disajikan pada table berikut :

Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang


putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawasenyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi
disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin
mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk di antaranya adalah
antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah,
dan

dapat

menurunkan

kolesterol

darah.

Data

epidemiologis

juga

menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan


penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis (penumpukan
lemak), jantung koroner, dan hipertensi. (Wilkipedia, 2009)

Manfaat Bawang Putih Bawang putih termasuk tanaman rempah yang


bernilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam kegunaan. Tidak hanya di
dapur, bawang putih memegang peranan sebagai tanaman apotek hidup yang
sanggup berkiprah. Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu
penyedap masakan yang membuat masakan menjadi beraroma dan
mengundang selera. Meskipun kebutuhan untuk bumbu masakan hanya
sedikit, namun tanpa kehadirannya masakan akan terasa hambar (Tim Penulis
Swadaya, 1999). Zat-zat kimia yang terdapat pada bawang putih adalah Allisin
yang berperan memberi aroma pada bawang putih sekaligus berperan ganda
membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena
mempunyai gugus asam amino para amino benzoat, Sedangkan Scordinin
berupa senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai antioksidan
(Yuwono, 1991).
Tidak seperti antibiotika sintetis, daya antibiotika bawang putih bekerja
ke seluruh tubuh, bukan hanya ditempat yang sakit. Sebagai antibiotik alami,
bawang putih bisa dimakan langsung dalam bentuk mentah, bisa pula direbus
terlebih dahulu atau dicampurkan ke dalam masakan. Bawang putih
digunakansebagai obat dalam seperti : mengurangi kadar kolesterol dalam
darah, mencegah serangan jantung, menstabilkan sistem pencernaan yang
terganggu, meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati nyeri sendi,
menghambat penuaan sel otak, mengurangi gejala diabetes melitus, asma dan
lain sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk mengobati jerawat, bisul,

10

sakit gigi, infeksi jamur pada kaki, infeksi telinga, mengobati panu, kadas,
kurap dan lain sebagainya (Syamsiah dan Tajudin., 2003).
Masyarakat banyak yang percaya akan khasiat dan manfaat bawang
putih, tetapi baru sedikit diantara mereka yang mengetahui alasan ilmiah
dibalik kemanjurannya. Mereka tahu bawang putih sebatas pada bentuknya,
baunya yang menyengat, dan warnanya yang putih. Pemanfaatan secara umum
untuk kehidupan sehari-hari, hanya sebagai bumbu penyedap masakan.
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya
cukup tinggi, yaitu antara 63 ml 90 ml, sedangkan komponen utamanya
berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta
untuk kelangsungan hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang
mengandung zat-zat seperti : kalsium, besi serta unsur kimia lainnya : bahkan
jenis bawang tertentu mengandung vitamin A dan serat (crude fibre).
(sirossiris, 2010.www.google.co.id).
Menurut Yongki (2009), beberapa komponen bioaktif yang terdapat
pada bawang putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya.
Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk
teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya,
alisinmempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk di antaranya
adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan
darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah. Data epidemiologis juga
menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan
penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis (penumpukan
lemak), jantung koroner, dan hipertensi. (Wikipedia, 2009). Kandungan kimia
lain yang ada dalam bawang putih per 100 g sebagai berikut :

11

Dari umbi bawang putih per 100 gram mengandung (Oey, 1998) :
1) Energi 112 kkal (477 KJ)
2) Air 71 g
3) Protein 4,5 g
4) Lemak 0,20 g
5) Hidrat arang 23,10 g
6) Mineral 1,2 g
7) Kalsium 42 mg
8) Fosfor 134 mg
9) Besi 1 mg
10) Vitamin B1 0,22 mg
11) Vitamin C 15 mg
Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung
zat aktif awcin, awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium,
scordinin, nicotinic acid (IPTEKnet, 2005).
Bawang putih digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga tercatat di
dalam buku Mesir Kuno bahwa bawang putih ini dapat menghilangkan nyeri
gigi. Digunakan dalam bentuk pasta, kemudian dioleskan pada daerah yang
sakit untuk menghilangkan nyeri.
Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin,
yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses
dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan bau khas
yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun
allicin dan alliin. Komponen kimia ini mengandung sulfur. Sulfur merupakan
12

komponen penting yang terkandung dalam bawang putih. Adapun komponen


aktif bawang putih sativumin adalah allicin, scordinine glycoside, scormine,
thiocornim, scordinine A dan B, creatinine, methionine, homocystein, vitamin
B, vitamin C, niacin, s-ade nocyl methionine, S-S bond (benzoyl thiamine
disulfide), dan organic germanium yang masing-masing mempunyai kegunaan
berbeda. Baik allin maupun allinase, keduanya cukup stabil ketika kering
sehingga bawang putih kering masih dapat berpotensi untuk menghasilkan
allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi, allicin sendiri juga tidak stabil dalam
panas ataupun pelarut organik yang akan terurai menjadi beberapa komponen,
yaitu diallyl sulfides.
Gambar 2. Rumus Bangun Allicin dan Komponen Lainnya

Dalam pengobatan, bawang putih digunakan sebagai antimikroba,


antiinflmasi,

antiplasmodik,

antiseptik,

bakteriostatik,

antiviral,

dan

antihipertensi. Secara tradisional, bawang putih biasa digunakan untuk


mengobati bronkitis kronik, asma bronkitis, respiratory catarh, dan influenza.
Tabel 1. Kandungan gizi 100 gr bawang putih
Nutrient

Units

Value per 100


grams

Proximates
Water
Energy
Energy
Protein
Total lipid (fat)
Carbohydrate, by difference
Fiber, total dietary
Sugars, total
Minerals
Calcium, Ca
Iron, Fe
Magnesium, Mg
13

g
kcal
kJ
g
g
g
g
g

58.58
149
623
6.36
0.50
33.06
2.1
1.00

mg
mg
mg

181
1.70
25

Phosphorus, P
Potassium, K
Sodium, Na
Zinc, Zn
Copper, Cu
Manganese, Mn
Selenium, Se
Vitamins
Vitamin C, total ascorbic acid
Vitamin B-6
Carotene, beta
Vitamin A, IU
Vitamin E (alpha-tocopherol)
Vitamin K (phylloquinone)
Amino acids
Tryptophan
Threonine
Isoleucine
Leucine
Lysine
Methionine
Cystine
USDA National Nutrient Database

mg
mg
mg
mg
mg
mg
mcg

153
401
17
1.16
0.299
1.672
14.2

mg
mg
mcg
IU
mg
mcg

31.2
1.235
5
9
0.08
1.7

g
0.066
g
0.157
g
0.217
g
0.308
g
0.273
g
0.076
g
0.065
for Standard Reference, Release 23

(2010)
4. Senyawa Aktif dalam Bawang Putih
Bawang putih mengandung lebih dari 200 senyawa kimia. Beberapa
diantaranya sangat penting, salah satunya termasuk : volatile oil (0,1-0,36 %) yang
mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin; ajoene dan vinyldithiines
(produk sampingan alliin yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin); Sallylmercaptocysteine (ASSC) dan S-methylmercaptocysteine (MSSC); terpenes
(citral, geraniol, linalool, -phellandrene, dan -phellandrene). Allicin (diallyl
thiosulphinate) yang diproduksi secara enzimatik dari alliin, berperan sebagai
antibiotik. Ajoene berperan sebagai anti koagulan dari bawang putih. Bawang
putih juga mengadung enzim allinase, peroxidase dan myrosinase, serta bahan
lain seperti protein, mineral, vitamin, lemak, asam amino dan prostaglandin
(Newall et al., 1996)

14

Gambar 2 : Pembentukan zat aktif yang terkandung dalam bawang putih.


Komponen utama bawang putih yang tidak berbau, disebut komplek
sativumin, yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinyauntuk mencegah
proses dekomposisi. Dekomposisi komplek sativumin akan menghasilkan bau
khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfide, allyl mercaptane, alun
allicin, dan alliin (Sunarto & Susetyo, 1995). Hal ini disebabkan oleh senyawa
yang mengandung belerang dalam bawang putih. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa seperlima kandungan minyaknya merupakan senyawa
belerang. Bau khas pada bawang akan timbul bila jaringan tanaman tersebut
terluka, karena prekursor bau dan cita rasa terletak pada bagian sitoplasma.
Bawang putih utuh mengandung -glutamil sistein dalam jumlah besar.
Komponen ini dapat mengalami proses hidrolisis dan oksidasi menjadi alliin
yang terakumulasi secara alami selama penyimpanan pada suhu kamar. Bila
bawang putih diolah, enzim yang terdapat pada vakuola, yaitu aliinase, akan
mengubah alliin menjadi allisin. Allisin secara cepat pula berubah menjadi
bentuk lain seperti dialil sulfida (DAS), dialil disulfida (DADS), dialil
trisulfida (DATS), ditiin dan ajoene. Pada saat yang bersamaan -glutamil
sistein berubah menjadi S-alil sistein (SAC) melalui jalur yang berbeda. SAC
dilaporkan mempunyai efek terhadap kesehatan (Amagase et al., 2001).
5. Manfaat Bawang Putih
Bawang putih termasuk tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi karena
memiliki beragam kegunaan. Tidak hanya di dapur, bawang putih memegang
peranan sebagai tanaman apotek hidup yang sanggup berkiprah. Manfaat utama
bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang membuat
masakanmenjadi beraroma dan mengundang selera. Pemanfaatan bawang putih
15

tidak hanya populer pada masa kini, tetapi juga sudah berlangsung sejak
dimulainya peradaban manusia. Hipocrates mengungkapkan bahwa pada zaman
babilonia dan yunani, bawang putih biasa dipakai sebagai obat perangsang
(prespiran) untuk menyembuhkan sembelit dan pelancar air seni. Sementara itu,
pada saat terjadi perang dunia ke-2, berton-ton bawang putih dikonsumsi oleh para
prajurit yang tempur. Tujuannya, untuk meningkatkan stamina dan kekebalan
tubuh mereka terhadap berbagai jenis penyakit (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Pengobatan tradisional, terutama pengobatan tradisional Cina, banyak
menggunakan tumbuh-tumbuhan, termasuk bawang putih. Kelebihan pengobatan
cina adalah tidak hanya menyembuhkan bagian tubuh yang sakit, tetapi juga
mengobati seluruh bagian tubuh dan meningkatkan kesehatan tubuh. Hal ini
disebabkan bahan-bahan yang dipakai merupakan bahan-bahan alami yang bergizi
bagi tubuh.
Sementara itu, kehebatan bawang putih sebagai obat diduga karena kombinasi
dua senyawa yang ada didalamnya, yakni alisin dan scordinin. Alisin berfungsi
sebagai antibiotik alami yang sanggup membasmi berbagai macam dan bentuk
mikroba. Scordinin memiliki kemampuan meningkatkan daya tahan tubuh dan
pertmbuhan tubuh. (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Menurut Santoso (2000:19) telah berhasil menemukan dan mengisolasikan
sejumlah komponen aktif dari bawang putih sehingga menjadi makanan
fungsional antara lain sebagai berikut :
a. Allicin, zat aktif yang mempunyai daya bunuh terhadap bakteri dan daya anti
radang.
b. Allin, suatu asam amino yang antibiotik.
c. Gurwitch rays (sinar gurwitch), radiasi metogenetik yang merangsang
pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya peremajaan (rejuvenating effect)
pada semua fungsi tubuh.
d. Antihemolytic factor, factor anti lesu darah anti kekurangan sel-sel darah
merah.
e. Antiarthritic factor (factor antirematik).
f. Sugar regulating factor (faktor pengatur pembakaran gula secara normal
efisien didalam tubuh), yang bermanfaat bagi pengobatan penunjang terhadap
diabetes dan reactive atau functional hypoglycaemia. Hypoglycemia reaktif
merupakan kebalikan dari kondisi diabetes, yaitu merosotnya gula darah
dibawah batas normal angka 100, akibat dirangsangnya produksi hormon
insulin dalam jumlah berlebihan karena terlalu banyak makan gula pasir, serta
tepung-tepungan hasil penggilingan modern : nasi putih, roti putih, bakmi dan
16

bihun, makroni, yang semuanya sudah bersih dari kulit selaput beras/gandum
(bekatul).
g. Allithiamine, suatu sumber ikatan (compounds) biologik yang aktif serta
vitamin B1 (thiamine, aneurin).
h. Selenium, suatu mikro mineral yang merupakan faktor yang bekerja sebagai
antioksidan (anti kerusakan, anti oksidasi sel-sel tubuh oleh zat-zat racun yang
merusak sel-sel), yang mengakibatkan pengapuran pembuluh darah, membuat
sel-sel tubuh yang normal menjadi lemah dan berubah menjadi sel-sel kanker,
dan membuat orang menjadi cepat tua. Selenium mencegah terbentuknya
gumpalan darah (bloodclod; thrombus) yang dapat menyumbat pembuluh
darah jantung dan otak.
i. Germanium, seperti selenium, merupakan mineral anti kanker yang ampuh,
yang dapat menghambat atau memusnahkan sel-sel anti kanker.
j. Antitoksin, anti racun atau pembersih darah dari racun-racun bakteri ataupun
polusi logam-logam berat.juga berfungsi sebagai anti alergi, dan memperkuat
daya tahan tubuh terhadap asthma.
k. Scordinin, zat aktif yang mempercepat pertumbuhan tubuh,meningkatkan berat
badan, meningkatkan energi, menyembuhkan penyakit kardio vaskuler, dan
antioksidan.
l. Methylallyl trisulfide,

mencegah

pengentalan

darah

atau

mencegah

pengumpalan piringan-piringan yang dapat menyumbat pembuluh darah


jantung dan otak.
Alisin yang terkandung didalam bawang putih merupakan zat aktif yang
dapat membunuh mikroba secara efektif, seperti kuman penyebab infeksi (flu,
gastroensentis, atau demam). Alisin dipercaya bisa membunuh bakteri gram
negatif.Seperti antibiotika sintetis, daya antibiotika bawang putih bekerja ke
seluruh tubuh, bukan hanya ditempat yang sakit. Bawang putih akan membunuh
kuman-kuman penyakit dibagian tubuh yang sakit. Sementara itu, dibagian tubuh
yang lain, bawang putih akan berfungsi meningkatkan daya tahan untuk
mencegahmasuknya kuman penyakit berikutnya.
Bawang putih digunakan sebagai obat dalam seperti : mengurangi kadar
kolesterol dalam darah, mencegah serangan jantung, menstabilkan sistem
pencernaan yang terganggu, meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati nyeri
sendi, menghambat penuaan sel otak, mengurangi gejala diabetes melitus, asma
dan lain sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk mengobati jerawat, bisul,

17

sakit gigi, infeksi jamur pada kaki, infeksi telinga, mengobati panu, kadas, kurap
dan lain sebagainya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Menurut Ahkam Subroto (2008:85) penelitian baik pada hewan percobaan
maupun uji klinis pada manusia telah membuktikan bahwa bawang putih
memiliki kemampuan menurunkan kadar gula darah. Komponen aktif yang
berperan adalah senyawa-senyawa yang mengandung sulfur, yaitu dialil sulfida
(alisin). Adapun mekanismenya dengan melibatkan kompetisi senyawa-senyawa
aktif tersebut dengan insulin (yang merupakan disulfida) untuk sisi-sisi non-aktif
insulin pada hati. Hal tersebut menyebabkan kenaikan insulin bebas. Studi terbaru
menunjukkan bahwa bawang putih memiliki efek yang menguntungkan pada
system kardiovaskuler penderita diabetes dan minyaknya dapat mencegah atau
menunda kebanyakan komplikasi diabetes.
Menurut Dalimarta dan Adrian (2011:96) umbi bawang putih segar
sebanyak 4 g per hari (2-3 siung) dikonsumsi 2-3 kali sehari pada waktu malam.
Bawang putih lebih berkhasiat bila dikonsumsi mentah. Khasiatnya berkurang
bila ditumis dan kurang bermanfaat bila direbus atau dipanggang. Hal ini terjadi
karena pemanasan akan merusak rasa atau bau penghasil senyawa yang
berhkasiat. Karena khasiatnya sangat berguna bagi kesehatan, bawang putih juga
dijadikanpil, kapsul, soft gel, minuman, dan serbuk ekstrak yang dapat
dikonsumsi dengan mudah.
Pemanfaatan bawang putih di masyarakat masih belum maksimal. Pada
kenyataannya bawang putih hanya diambil manfaat sebagai bumbu dapur yang
hanya digunakan untuk memberikan rasa sedap dan mantap di setiap masakan.
Sehingga bawang putih atau Allium sativum sudah menjadi bahan dapur wajib
saat memasak karena aroma dan rasa yang dihasilkannya menambah sedap setiap
resep masakan (Tim Redaksi, 2007:15-16).
Bila menengok ke beberapa abad lalu, manfaat bawang putih bagi
masakan dan kesehatan ini ternyata sudah digunakan sejak zaman Yunani dan
Romawi kuno, untuk dikonsumsi dan pengobatan. Sedangkan di dalam resep
makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep untuk diet.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak ditemukan khasiat bawang
putih bagi kesehatan yang kemudian diuji melalui serangkaian penelitian baik
dalam maupun luar negeri.

18

Di Negara Asia, seperti Jepang atau Cina, bawang putih bisa dikonsumsi
tanpa harus ditumbuk halus atau dirajang seperti kebanyakan bumbu di Indonesia.
Di mana satu siung bawang putih tinggal dibakar diatas api atau langsung
dikudap tanpa racikan lain, untuk menambah rasa masakan.
Manfaat bawang putih antara lain sebagai pembantu penurun kadar
kolesterol. Hal ini disebabkan karena adanya zat ajoene yang terkandung di
dalamnya, yaitu suatu senyawa yang bersifat antikolesterol dan membantu
mencegah penggumpalan darah. Ada pula penelitian yang menemukan bahwa
mengkonsumsi bawang putih secara teratur sekitar 2 3 siung setiap hari dapat
membantu mencegah serangan jantung. Pasalnya bawang putih ini bermanfaat
membantu mengecilkan sumbatan pada arteri jantung sehingga meminimalkan
terjadinya serangan.
Bawang putih juga dapat membantu menghindari kanker yang dibuktikan
melalui penelitian yang dilakukan oleh University of Minnesota. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa resiko terkena kanker di usia tua berkurang
sebanyak 50% bila mengkonsumsi bawang putih secara rutin.
C. Mekanisme Perlindungan Ekstrak Bawang Putih terhadap Penyakit Jantung
Koroner
Komponen bioaktif bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol serum, yang
dapat melindungi terhadap penyakit jantung dan aterosklerosis. Efek menurunkan
lemak telah diteliti di berbagailaboratorium. Mekanisme kerjanya antara lain adalah
menghambat ketergantungan konsentrasi biosintesis kolesterol pada beberapa tahapan
enzim yang berbeda (14-alpha-demethilase, HMG CoA reduktase) (Handayani, 2006).
Pemberian makanan tinggi kolesterol akan menyebabkan hiperkholesterolemia dalam
bentuk kolesterol bebas (free cholesterol= FC), kolesterol ester (ester cholesterol =
Ec) dan kolesterol total. Kolesterol ester menumpuk terutama di lapisan intima
pembuluh darah, sehingga akan meningkatkan kolesterol jaringan dan pembentukan
atheroma di aorta. bawang putih akan menghambat hiperkholesterolemia secara
bermakna, menurunkan kolesterol jaringan dan menekan pembentukan atheroma di
aorta. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya kadar kolesterol ester dan
meningkatnya rasio FC/EC (Sunarto & Susetyo, 1995). Sehingga akan mengurangi
pengembangan timbunan lemak (Handayani, 2006).
Selain itu, Diallil-disulfida (DADS) mempunyai rantai allil yang dengan mudah
akan tereduksi menjadi rantai propyl yang jenuh, sehingga akan menurunkan kadar
19

NADH dan NADPH yang penting untuk sintesa trigliserida dan kolesterol. (Sunarto
& Susetyo, 1995).
Allicin juga mempunyai sifat mengikat SH group yaitu suatu bagian fungsional
dari Ko-A yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol (Sunarto & Susetyo, 1995).
Hasil penelitian menyatakan bahwa untuk menurunkan kolesterol sangat
tergantung pengeluaran allinase yang mengubahalliin menjadi allisin (Handayani,
2006). Dari semua mekanisme perlindungan diatas, penekan aktivitas enzim lipogenik
dan kolesterogenik, dianggap yang paling berperan dalam efek hipokolesterolemik
bawang putih (Liu & Yeh, 2002).

Gambar 3. Tempat Penghambatan Enzim oleh Bawang Putih pada Sintesis


Kolesterol (ket: kotak hitam : enzim yang dihambat) (Sumber : King, 1996).
D. Suplementasi Bawang Putih (Allium sativum) Dengan Standar Agen
Antidiabetes Memberikan Pengendalian Diabetes Lebih Baik Penderita Diabetes
Tipe 2
Bawang putih telah digunakan secara aman sejak zaman kuno sebagai
makanan dan obat-obatan pada populasi manusia, tetapi studi kemanjurannya dalam
pengelolaan diabetes telah menghasilkan hasil yang bertentangan. Potensi efek
hipoglikemik dari bawang putih dalam pasien diabetes tipe 2. Kombinasi bawang
putih dengan obat khas antidiabetes memiliki kemampuan untuk meningkatkan
kontrol glikemik selain kegiatan antihyperlipidemic. Bawang putih dapat menjadi
tambahan yang baik di penatalaksanaan pasien dengan diabetes dan hiperlipidemia.
20

Bawang putih adalah salah satu dari alam seperti zat yang telah dipertimbangkan
untuk waktu yang lama untuk memberikan efek protektif pada berbagai
kardiovaskular faktor risiko penyakit (Steiner et al., 2001). Meskipun darah glukosa
efek menurunkan persiapan bawang putih yang berbeda telah dilaporkan secara
komprehensif pada model binatang dari diabetes (Anwar et al, 2003;. Duncan, 1999;.
Liu et al, 2005; Liu et al., 2006), hipoglikemik studi melaporkan efek bawang putih
pada manusia yang langka dan bertentangan (BORDIA et al, 1998;.. Jain et al, 1993;
Zhang et al, 2001.). Mengingat kurangnya bukti ilmiah tentang efek hipoglikemik
bawang putih dari studi manusia dan data yang tidak konsisten dari studi hewan dan
meningkatkan prevalensi diabetes mellitus di seluruh dunia dan berkembang
keingintahuan dalam pengobatan alami, kami merancang penelitian untuk
memperkuat glukosa darah menurunkan potensi bawang putih tipe 2 pasien diabetes.
E. Efek Samping Bawang Putih
Bawang putih sangat aman digunakan bila dikonsumsi dalam jumlah seperti yang
biasa digunakan dalam makanan sehari-hari. Keluhan yang paling sering ditemukan
adalah bau mulut dan bau keringat akibat mengkonsumsi bawang putih (Handayani,
2006). Sejak tahun 1932 dilaporkan beberapa efek yang berhubungan dengan
konsumsi bawang putih, antara lain :
a. Iritasi gastrointestinal dan diare (Amagase, 2001)
b. Penurunan protein serum dan kalsium (Amagase, 2001)
c. Anemia (Amagase, 2001)
d. Asma bronkial (Amagase, 2001)
e. Dermatitis kontak (Amagase, 2001)
f. Menghambat spermatogenesis (Amagase, 2001)
g. Menyebabkan perdarahan dan merangsang kontraksi uterus sehingga dapat terjadi
aborsi pada perempuan hamil (Handayani, 2006).
h. Penggunaan pada perempuan yang menyusui akan mempengaruhi bau air susu ibu
(Handayani, 2006).
F. Aktivitas Antimikroba Bawang Putih
Ekstrak bawang putih ditemukan mempunyai sifat antibakteri dan antijamur.
Komponen antimikroba aktif mayor bawang putih adalah thiosulfinate terutama
allicin. Komponen allicin dibentuk ketika sebutir bawang mentah dipotong,
dihancurkan dan dikunyah. Pada saat itu enzim allinase dilepaskan dan mengkatalise
pembentukan asam sulfenik dari cysteine sulfoxide. Asam sulfenik ini secara spontan
saling bereaksi dan membentuk senyawa yang tidak stabil yaitu thiosulfinate yang
dikenal sebagai allicin.18
21

Feldberg et al (1988) menyatakan bahwa allicin menunjukkan aktivitas antimikroba


dengan menghambat sistesis RNA dengan cepat dan menyeluruh. Disamping itu,
sintesa DNA dan protein juga dihambat secara partial. Hal ini menunjukkan RNA
adalah target utama dari aksi allicin. Perbedaan struktur bakteri juga berperan dalam
kerentanan bakteri terhadap unsur bawang putih. Contohnya membrane sel Eschericha
coli terdiri atas 20% lipid, dimana Staphylococcus aureus hanya terdiri atas 2% lipid.
Kandungan lipid pada membran dapat mempengaruhi permeabilitas allicin dan unsur
bawang putih yang lain.
Banyak bakteri tidak resisten terhadap bawang putih karena cara kerja
antibakterinya berbeda dengan antibiotik yang lain. Pembentukan resisten terhadap
antibiotik -laktam 1000 kali lebih mudah bila dibandingkan allicin dari bawang
putih, sehingga menjadi pilihan utama dalam penggunaan terapeutik.
Berbagai bentuk sediaan bawang putih menunjukkan aktivitas antibakteri
spektrum luas terhadap bakteri gram negatif dan gram positif termasuk spesies
Escherichia sp, salmonella sp, staphylococcus sp, streptococcus sp, bacillus sp, ,
clostridium sp, klebsiella, proteusaerobacter, aeromonas, citrella, citrobacter, dan
enterobacter. Aktivitas antimikroba bawang putih akan berkurang jika dididihkan
karena komponen utama allicin berubah pada temperatur yang tinggi.
G. Efek-Efek Farmakologis
Efek antibiotik , minyak yang mudah menguap dari bawang putih bisa
menghasilkan efekl bakterisidal yang kuat. Dalam larutan air 0,5 % , bawang putih
dapat mematikan basilus tipus dalam 5 menit. Getah bawang putih, ekstrak bawang
putih dan alisin semuanya tampaknya memiliki efek bakteriostatis dan bakterisidal
terhadap staphilococcus, meningococcus, basilus difter, basilus tubercu-losis dan
vibrioklerae. Dalam medium cair, bawang [putih dapat menghambat pertumbuhan
basilus tuberkulosis tetapi efek bakteriostatis bisa berkurang dengan adanya serum.
Efek antiprotozoal dan antitrikromonal, Amuba menjadi tidak aktif setelah
bersenuhan dengan larutan bawang putih berkadar 5-15 %. Sebagaimana dibuktikan
oleh eksperimen-eksperimen dengan persentuhan langsung atau penggandaan metode
penyulingan, getah bawang putih bisa membunuh semua trikomonas dalam tabungtabung percobaan dalam waktu 15-25 menit dan komponen yang mudah menguap
bisa membunuh mereka dalam waktu 90-180 menit. Filtrat bawang putih 0,5 % bisa
mencegah motilitas (spontanitas dan kebebasan bergerak) Trikomonas vaginalis
dalam 5 menit.
22

Peningkatan Pencernaan, penggunaan bawang putih secara oral dapat


memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan sekresi perut dan motilitas perut dan
usus melalui perangsangan langsung dan reaksi refleks.
Efek terhadap sistem kardiovaskuler, Menurut observasi klinis pada 114 kasus
hipertensi dan aterosklerosis (penebalan dan pengerasan dinding arteri), bawang putih
secara mencolok mengurangi tekanan darah sistolik sebanyak 0,5 sampai 2,7 kPa dan
efek hipotensi ini tidak bisa dihentikan dengan vagotomi bilateral atau dengan injeksi
atropina.
Pencegahan penggumpalan platelet darah, penggunaan minyak bawang putih
secara oral dapat menghambat pengumpulan pletelet yang ditimbulkan oleh ADP dan
adrenalin. Digunakannya bawang putih secara oral untuk kurun waktu yang lama
dapat mencegah aterosklerosis.
Menghasilkan efek anti

peradangan,

anti

tumor, hipoglisemik

dan

pengurangan lipid (zat organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol).
H. Penyakit yang Dapat Diobati Oleh Bawang Putih
Bagian-bagian
Tubuh
Dada dan Kepala

Mulut

Sistem pencernaan

Penggunaan Umum

Penggunaan terbatas

Bronchitis

Demam,

Katarak

infeksi telinga, radang

Radang tenggorokan

Gangguan tenggorokan

Radang Amandel
Infeksi pada gusi

Bengkak bernanah pada

mulut
Diare

Disentri

selaput

(dilubang

Radang

Radang
besar

Gangguan pencernaan

Sembelit/
bawasir

Candidiasis

Cystitis

Sariawan
23

rongga

lambung perut

keracunan

Penyakit kelamin

lendir

hidung)

makana

dalam

batuk-batuk,

usus

Kulit

Penyakit Vagina

Bisul

dan

bengkak

bernanah

Penyakit

kaki

Jerawat

Penyakit

karena

kurap/kadas

kutu air

Luka bernanah

Infrksi seperti ragi

Sirkulasi darah dan

Atherosclerosis

Borok / bisul
Tekanan darah

metabolisme

Kolesterol tinggi

Lemak darah tinggi

Kecendrungan trombosa

pembuluh darah
Kerasunan akibat loga,

Sengatan lebah

berat

Kelelahan

Rasa sakit pada

Lain-lain

serta

tinggi

beberapa

racun lainnya

Gula
tinggi

Keracunan bakteri dan

waktu

jamur

pagi

Masalah

gigi

secara

Cacing pita

Gigitan

bangun
akibat

terlalu banynak

umum

darah

minuman keras

yang

berbisa/mematikan

tidak

Kutu rambut

Cacing gelang

Mengatasi
masalah rambut
dan kulit

Di samping itu, menurut penelitian Memorial Sloan Kettering Cancer Center,


bahan kimia SAMC yang terdapat pada bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker. Dengan mengkonsumsi bawang putih, resiko terkena kanker
dapat dikurangi.
Kadar kolesterol yang tinggi biasanya menjadi pertanda proses penuaan.
Bawang putih yang dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu tertentu dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol. Zat anti-kolesterol dalam bawang putih yang
bernama ajoene menolong mencegah penggumpalan darah (Udi & Ahmad, 2003 : 73)

24

Dr. Gilles Fillion dari Institute Pasteur di Perancis menduga, bawang putih
dapat membantu meredakan stress, kecemasan, dan depresi. Tentunya dengan efek
yang lebih lembut. Ia menemukan bahwa bawang putih bermanfaat untuk membantu
melepaskan serotonin, yakni bahan kimia yang terlibat dalam pengaturan serangkaian
luas suasana hati dan tingkah laku termasuk kecemasan, murung, rasa sakit, agresi,
stress, kurang tidur dan ingatan. Kadar serotonin yang tinggi dalam otak cenderung
berfungsi sebagai obat penenang yang menentramkan tubuh, memudahkan tidur, dan
meringankan kemurungan. Selain itu semua bawang putih menolong menormalkan
sistem serotonin tersebut. Dan masih banyak lagi penyakit menular maupun tidak
menular yang dapat disembuhkan oleh bawang putih.
I. Pemanfaatan Bawang Putih untuk Pengobatan
Dari manfaat bawang putih yang telah terbukti mampu menyembuhkan
berbagai penyakit yang ada, sekarang akan kita bicarakan bagaimana memanfaatkan
bawang putih secara tepat untuk dapat menyembuhkan berbagai penyakit tersebut,
berikut beberapa contoh uraian untuk dapat memanfaatan bawang putih sebagai obat
penyembuh atau mencegah berbagai macam penyakit menurut Yuhua & Eddy S: 1568 dan Stephen F., At all., : 27-80.
1. Penyakit Hipertensi, Bahan yang digunakan 3 siung bawang putih. Cara membuat:
bawang putih ditumbuk halus dan diperas dengan air secukupnya, lalu disaring
Cara menggunakan: diminum secara teratur setiap hari. Bahan : 2 siung bawang
putih. Cara membuat : bawang putih dipanggang dengan api. Cara menggunakan:
dimakan setiap pagi selama 7 hari.
2. Penyakit Asma, batuk (Infeksi Saluran Pernafasan Akut / ISPA) dan masuk angin.
Bahan yang digunakan 3 siung bawang putih, 1 sendok makan madu dan Gula
batu secukupnya. Cara membuat: bawang putih ditumbuk halus, kemudian dioplos
bersama bahan lainnya sampai merata dan diperas/ disaring. Cara menggunakan:
diminum setiap pagi sampai sembuh.
3. Sakit kepala, Bahan yang digunakan umbi bawang putih 1 siung. Cara membuat
yaitu umbi bawang putih ditumbuk halus. Cara menggunakan: untuk kompres
pada dahi.
4. Sakit kuning (jaundice pada hepatitis), busung air dan sesak nafas (penyakit
saluran pernafasan). Bahan yaitu 1 umbi bawang putih, 1 potong gula batu sebesar
telur ayam. Cara membuat yaitu umbi bawang putih ditumbuk halus, kemudian
kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 3 gelas air sampai mendidih dan
25

diaduk sampai merata, dan disaring. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 2
sendok makan, pagi dan sore.
5. Ambeien, Bahan yaitu umbi bawang putih. Cara membuat: umbi bawang putih
ditumbuk halus, kemudian diperas untuk diambil airnya. Cara menggunakan:
dioleskan di sekitar dubur setiap hari.
6. Sembelit, Bahan yang digunakan yoghurt bawang putih dan bawang merah
secukupnya. Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus, diperas untuk
diambil airnya, kemudian dicampur sampai merata dan disaring. Cara
menggunakan: diminum biasa.
7. Luka memar karena tikaman atau pukulan. Bahan yang digunakan bawang putih
dan 1 sendok madu. Cara membuat: bawang putih ditumbuk halus, kemudian
diberi 1 sendok madu dan dicampur sampai merata. Cara menggunakan: dioleskan
pada bagian yang luka.
8. Luka kena benda tajam berkarat. Bahan yaitu umbi bawang putih dan minyak
kelapa secukupnya. Cara membuat yaitu umbi bawang putih dibakar, kemudian
dicelupkan ke dalam minyak kelapa dan ditumbuk halus. Cara menggunakan:
dioleskan pada bagian yang luka.
9. Mempercepat matangnya bengkak abses atau bisul. Bahan yang digunakan umbi
bawang putih. Cara membuat yaitu umbi bawang putih dipanasi dengan minyak
cat, kemudian ditumbuk halus. Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian
yang bengkak.
10. Untuk mengeluarkan serpihan kaca, kayu atau duri. Bahan yang digunakan umbi
bawang putih. Cara membuat umbi bawang putih ditumbuk halus. Cara
menggunakan yaitu ditempelkan pada baglan yang kemasukan serpihan kaca,
kayu atau duri.
11. Sengatan serangga, Bahan yang digunakan umbi bawang putih, sendowo dan
garam secukupnya. Cara membuat: yaitu umbi bawang putih ditumbuk halus,
kemudian dicampur dengan bahan lainnya sampai merata. Cara menggunakan:
dioleskan ada bagian tubuh yang disengat serangga.
12. Mengusir cacing kremi dan cacing perut. Bahan yang digunakan beberapa siung
bawang putih. Cara membuat yaitu dikupas dan dicuci bersih. Cara menggunakan:
dimakan langsung.
13. Sulit tidur (insomnia), Bahan yang digunakan beberapa siung bawang putih. Cara
membuat yaitu dikupas dan dicuci bersih. Cara menggunakan: dimakan langsung
sebelum tidur.
14. Diare, Bahan yang digunakan 2 buah bawang putih. Cara membuat yaitu Bawang
dipanggang sampai kulitnya menjadi hitam. Kemudian bawang tersebut direbus
26

dengan air secukupnya untuk membuat air ramuan. Cara menggunakan yaitu air
ramuan yang sudah dibuat setelah dingin / hangat-hangat kuku dapat langsung
diminum.
15. Paralisis (Kelumpuhan), Bahan yang digunakan 1 buah bawang putih dan seladri
segar 50 gram. Cara membuat yaitu Bahan yang sudah disiapkan ditumpuk
sehingga menjadi pasta. Cara menggunakan yaitu pasta dilumurkan pada sisi wjah
sekali sehari.
16. Neurosis Seksual, Bahan yang digunakan bawang putih dalam jumlah yang
memadai. Cara menggunakan yaitu Tiga siung bawang putih bersih dimakan
ketika makan nasi atau dimakan begitu saja.
17. Pada intinya, mengkomsumsi dalam keadaan utuh, dimasak atau dicampurkan
dengan bahan lain secara rutin akan sangat mempengaruhi kesehatan tubuh
manusia. Sehingga tidak salah kita selalu menyediakan bawang putih untuk kita
konsumsi ataupun sebagai bahan bumbu dapur wajib lebih diperbanyak untuk
memasak.
18. Umbi lapis Allium sativum berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat
pening dan antibiotika. Untuk obat tekanan darah tinggi dipakai 4 gram umbi
lapis Allium sativum, dikupas dan dicuci, dimakan mentah sebagai lalab.

27

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari makalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Makanan fungsional adalah makanan yang kandungan komponen aktifnya dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat
gizi yang terkandung di dalamnya. Makanan fungsional harus memenuhi kriteria
yang berkaitan dengan dasar (ilmiah) klaim kesehatan, takaran dan keamanan
konsumsi, serta bentuk penyajian yang tertentu saja, harus berbeda dengan produk
obat-obat.
2. Bawang putih dikatakan makanan fungsional karena bawang putih mengandung
lebih dari I 00 bahan kimia biologis yang bermanfaat. Bawang putih juga
memiliki berbagai anti-bakteri, anti-virus, sifat anti-jamur dan anti-oksidan.
Bawang putih mengandung rninyak atsiri, yang bersifat anti bakteri dan antiseptik.
Kandungan allicin dan aliin berkaitan dengan daya anti kolesterol. Daya ini
mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan lain-lain. Oleh
karena itu bawang putih sebagai makanan fungsional sangat baik untuk
meningkatkan kesehatan.

28

DAFTAR PUSTAKA
Ashraf, Rizwan; Rafeeq, A, and Imran, A. 2011. Garlic (Allium Sativum) Supplementation
With Standard Aantidiabetic Agent Provides Better Diabetic Control
In Type 2 Diabetes Patients. Journal Pharmacy Science. 24(4):565-570
Handayani, L. 2001. Pemanfaatan obat tradisional dalam menangani masalah kesehatan.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.51, No.4. Hal: 139
Hutapea, J.R. 2000. Allium sativum Linn. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid I
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hal: 15-16
IPTEKnet.

2005.

Tanaman

Obat

Indonesia.

http://www.iptek.net.id/ind/pd_

tanobat/view.php?id=130. (6 Mei 2015)


King,

M.W.

1996.

Introduction

of

Cholesterol

Metabolism.

http://web.indstate.edu/thcme/mwking/cholesterol.html. (6 Mei 2015)


Kritchevsky, D., Tepper, S.A., Morrisey, R. dan Klurfeld, D. 1980. Influence of garlic oil on
metabolism in rats. Nutr. Rept. Int. 22, 641-645.
Kritchevsky. 1996. Animal Techniques for Evaluating Hypocholesteremic Drugs. Animal and
Clinical Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Edited by Nodine, J.H.,
Page: 193-197.
Lubis, E.N. 2007. Penyakit Jantung Koroner pada Anak dan Pencegahannya. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.
Adam Malik, Medan. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/pus-3.htm (6
Mei 2015)
29

Liu, B., 2006. Efek Samping Bawang Putih. Terapi Bawang Putih. Prestasi Pustaka Raya.
Jakarta. hal: 149-153
Liu, L. dan Yeh, Y. S-alk(en)yl cysteines of garlic inhibit cholesterol syntesis by deactivating
HMG-Co-A reductase in cultured rat hepatocytes. J. Nutr. 2002; 132: 1129-34.
Newall, C.A., Anderson, L.A., Phillipson, J.D., 1996. Herbal Medicines, A Guide for Healthcare Professionals. London: The Pharmaceutical Press. Hal: 129-132
Oey, K.N., 1998. Daftar Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal: 23
Phyto Medica, 1993. Anti Hiperlipidemia. Penapisan Farmakologi, Pungujian Fitofarmaka
dan Pengujuan Klinik. Jakarta. Hal: 37-39
Stephen F., John B., Eddy S. Buku Pintar: Terapi Bawang Putih Obat Asli Alami
(terjemahan). Inovasi, Jakarta
Sunarto, P. dan Susetyo, B., 1995. Pengaruh garlic terhadap penyakit jantung koroner. Cermin
Dunia Kedokteran. No: 102. hal: 28-31
Tim Redaksi. 2007. Manfaat bawang putih umbi seribu khasiat. Majalah Nikah Vol 5 No 17:
15-16
Yuhua, W.F.D, Eddy S. Buku Pintar : Terapi Jahe Dan Bawang Putih,.Taramedia & Restu
Agung, Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai