Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH GENDER DAN KESEHATAN

GENDER ANALYSIS PATHWAY


PROGRAM POSYANDU LANSIA
Dosen : Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.

Fanny Agoestin
Hanifah
Nisa Rahmaniar
Suryadi
Tyas Ika Budi

1406647796
1406647921
1406648325
1406648836
1406648924

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM S1 EKSTENSI
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hadapan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Gender Analysisi Pathway Program Posyandu Lansia dapat diselesaikan


untuk memenuhi tugas mata kuliah Gender dan Kesehatan.
Dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen kami Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc.,
Ph.D serta teman-teman satu kelompok yang sudah ikut berkontribusi dalam
penyelesaian makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Depok, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................12
2.1 Pengertian Lansia..............................................................................................12
2.2 Perubahan yang Terjadi pada Lansia.................................................................13
2.3 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia...........................................................15
2.4 Karakteristik Lansia berdasarkan Jenis Kelamin..............................................17
2.5 Posyandu Lasia.................................................................................................18
2.5.1 Pengertian Posyandu Lansia..................................................................18
2.5.2 Tujuan Posyandu Lansia........................................................................18
2.5.3 Upaya-Upaya yang dilakukan dalam Posyandu lansia..........................19
BAB III........................................................................................................................21
GENDER ANALISIS PATHWAY PROGRAM POSYANDU LANSIABAB IV.......21
PENUTUP...................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk
lanjut usia juga akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah medis
teknis, mental psikologis dan sosial ekonomi. Untuk mengatasi masalah tersebut,
pemerintah membuat program posyandu lansia untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.
Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak
setelah China, Amerika dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 7,78% atau
tercatat 18,55 juta jiwa. Dari jumlah tersebut jawa tengah menempati urutan
terbesar ketiga dengan prosentasi 10,35% (Depkes RI, 2013).
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat
menimbulkan berbagai permasalahan terutama dari segi kesehatan dan
kesejahteraan lansia, sehingga lansia perlu mendapatkan perhatian yang serius
dari semua sektor untuk upaya peningkatan drajat kesehatan dan mutu lansia.
Salah satu bentuk perhatian terhadap lansia adalah terlaksananya pelayanan pada
lanjut usia melalui kelompok Posyandu Lansia (Soeweno, 2010).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia
yang sudah disepakati, yang digerakan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini, 2010). Disamping itu, di
Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, ketrampilan,
olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan
potensi diri (Soeweno, 2010).

Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan


kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga
kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal.
Untuk itu seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu
tersebut. Namun fenomena di lapangan menunjukan fakta yang berbeda,
Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya
lansia yang berkunjung mengikuti kegiatan posyandu semakin berkurang.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sukoharjo, lansia yang berkunjung ke
Posyandu Lansia di Kecamatan Mojolaban hanya 34,47%. Di Mojalaban terdapat
92 Posyandu Lansia yang tersebar di 15 desa, dimana Desa Plumbon merupakan
salah satu desa dengan kunjungan Posyandu Lansia rendah di Kecamatan
Mojolaban. Di Desa Plumbon terdapat 6 Posyandu Lansia dengan jumlah usia
lanjut 275. Didapatkan data kehadiran lansia pada bulan januari 2014, lansia
yang berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Plumbon 3 bulan terakhir yaitu
pada bulan oktober 2013 25,45% , November 2013 28% , Desember 2013
22,54%. Ini menunjukan bahwa kehadiran lansia masih kurang dari yang
diharapkan, dimana target cakupan pelayanan poksila adalah 60% (Dinas
Kesehatan Sukoharjo, 2013).
Berdasarkan data di atas, kami akan meneliti tentang Program Posyandu
Lansia yang berfokus pada gender analysis pathway.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan mengenai
Kebijakan Program Posyandu Lansia Kunjungan Laki-laki dan Perempuan
Lansia yang dikaitkan dengan gender analysis pathway.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengalisis jumlah kunjungan antara laki-laki dan perempuan ke Posyandu
Lansia.

2. Menganalisis masalah gender dalam kebijakan program Posyandu Lansia


yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan lansia ke Posyandu
Lansia.
3. Menganalisis gender analysis pathway mengenai kebijakan program
Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan
lansia ke Posyandu Lansia.
1.4 Manfaat
Setelah dipaparkan rumusan dan tujuan makalah ini, dapat diambil manfaat
dari makalah ini diantaranya adalah:
1. Mengetahui jumlah kunjungan antara laki-laki dan perempuan ke Posyandu
Lansia.
2. Mengetahui dan memahami masalah gender dalam kebijakan program
Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan perempuan
lansia ke Posyandu Lansia.
3. Mengetahui dan memahami gender analysis pathway mengenai kebijakan
program Posyandu Lansia yang berfokus pada kunjungan laki-laki dan
perempuan lansia ke Posyandu Lansia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lansia


Menurut Undang-undang RI No.13 tahun 1988 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa
dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. karena
itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif
dalam pembangunan. Batasan Lansia
Menurut WHO, lanjut usia meliputi: usia pertengahan yakni kelompok usia
46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu
antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun
(Setiabudhi, 1999), dan menurut DepKes RI tahun 1999, umur dibagi 3 lansia
yaitu;
1. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-49 tahun
2. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau dengan masalah kesehatan.
2.2 Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan

anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI,
1998). Menurut Setiabudhi (1999) .Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:
1. Perubahan dari aspek biologis
Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya
perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein,
gangguan metabolisme Nucleic acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi
ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika,
gangguan kegiatan enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya
proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan
parenkim serta adanya penambahan lipofisin.
2. Perubahan Fisiologis
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual
pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan
status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan neurologiknya.Untuk suatu
pasangan suami-istri, bila semasa usia dewasa dan pertengahan aktivitas
seksual mereka normal, akan kecil sekali kemungkinan mereka akan
mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya.
Membagi siklus seksual dalam beberapa tahap, yaitu fase desire (hasrat)
dimana organ targetnya adalah otak. Fase ke-2 adalah fase arousal
(pembangkitan/ penggairahan)dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler
dan fase ke-3 atau fase orgasmic dengan organ target medulla spinalis dan
otot dasar perineum yang berkontraksi selama orgasme. Fase berikutnya yaitu
fase orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tersebut.
3. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara
fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia
terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berati adanya
penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia

dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan
kecepatan bertindak dan berfikir menurun(Santrock, 2002).
4. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan
sosial lansia (Santrock, 2002).
5. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan
yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika
antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai
lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun (Darmojo, 2004).
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada
dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada
anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam
hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat
menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada
kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh
juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
2.3 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
1. Permasalahan dari Aspek Fisiologis
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh factor
kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam

jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut
beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh,
pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang,
tinggi badan

menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan

menjadi bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan


mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding pembuluh darah
menebaldan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja tidak efisien,
adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusutdan
reaksi menjadi lambatterutama pada pria, serta seksualitastidak terlalu
menurun (Darmojo,2004).
2. Permasalahan dari Aspek Psikologis
Menurut Darmojo (2004), beberapa masalah psikologis lansia antara lain:
a. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status
kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan
antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak
mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup
dilingkungan yang beraggota keluarga yang cukup banyak tetapi
mengalami kesepian.
b. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan
periode yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup,
teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan
kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong
kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode
depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.
c. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan
kemampuan beradaptasi sudah menurun.

d. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan


panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obstetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan
kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder
akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian
mendadak suatu obat.
e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi
pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang
timbul pada lansia.
f.
Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering
terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering
lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga
berniat membunuhnya. Parfrenia biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi atau diisolasi atau menarik diri dari kegiatan social.
g. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan
penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang
kotor serta berbau karena lansia ini sering bermain-smain dengan urin dan
fesesnya. Lansia sering menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur
(jawa:Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar sudah dibersihkan dan lansia
dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.
3. Permasalahan dari Aspek Sosial Budaya
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara
umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry
yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan
menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan
efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih

rendahnya kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih


terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum
membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.4 Karakteristik Lansia berdasarkan Jenis Kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi
yang digunakan (Darmojo, 2004), menyatakan hasil penelitian mereka yang
memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara
umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tandatanda depresi pria (pria 43% dan wanita 42%), menunjukkan kelakuan/tabiat
buruk(pria 7,3% dan wanita 3,7%), serta cepat marah irritable (pria 17,2% dan
wanita 7,1%). Jadi dapat diasumsikan bahwa wanita lebih siap dalam
menghadapi masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu
menghadapi masalah dari pada lelaki yang cenderung lebih emosional.
2.5 Posyandu Lasia
2.5.1

Pengertian Posyandu Lansia


Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan
dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
lanjut usia yang sudah disepakati, yang digerakan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistyorini,
2010). Disamping itu, di Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan

sosial, agama, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain
yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu
mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Soeweno,
2010).
2.5.2

Tujuan Posyandu Lansia


Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul
(1998), yaitu :
1. Memelihara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

kondisi

kesehatan

dengan

aktifitas

fisik

sesuai

kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung


Memelihara kemandirian secara maksimal
Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
Melaksanakan pengobatan secara tepat
Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kebutuhan.

2.5.3

Upaya-Upaya yang dilakukan dalam Posyandu lansia


1. Upaya Meningkatkan / Promosi Kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan
upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Suyono
(1997), ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan
BAHAGIA yaitu :
a. Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
b. Aturlah makanan hingga seimbang
c. Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
d. Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
e. Gerak badan teratur agar terus dilakukan
f. Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang
menegangkan
g. Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik

2. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi


kegiatan

peningkatan

keagamaan

(kegiatan

doa

bersama).

Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu bulan sekali.


Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan keinginan lanjut
usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
3. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia
4. Peningkatan keterampilan
5. Upaya pencegahan / prevention

BAB III
GENDER ANALISIS PATHWAY PROGRAM POSYANDU LANSIA

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Depkes RI . (1998). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
Menteri Program I Dan Menteri Pembinaan Program II. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Depkes
Depkes RI. (2013). Data Dan Informasi Kesehatan : Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia di Indonesia. Jakarta : Deartemen Kesehatan RI.
Hardywinoto, Setiabudhi, T. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai
Aspek. Jakarta : PT. Gramedia
Soeweno, Inten. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta:
Komnas Lansia
Sulistyorini. (2010). Posyandu dan desa siaga. Yogyakarta : Nuha Medika
Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi
kelima) Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai