Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP

KECINTAAN SISWA SMAN PLUS 17 PALEMBANG


KEPADA BUDAYA INDONESIA

NIS 3364
KELAS X.C

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG


DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Nama Peserta Didik :

Rahdin Ahmad Mustofa Ghaleb Amami

NIS

3537

Judul Penelitian

Pengaruh budaya Asing terhadap Kecintaan siswa

SMAN Plus 17 Palembang kepada Budaya Indonesia

(Telah diperiksa dan disetujui sebagai syarat untuk mengikuti evaluasi BUGEMM
yang diselenggarakan oleh SMA Plus Negeri 17 Palembang tahun 2012)

Penguji,

Pembimbing,

Drs. Evi Novianti

Drs. H. Yuswan M.Pd

NIP 1929657015039382

NIP

196808161994121002

Mengetahui,
Kepala SMA Plus Negeri 17 Palembang

Drs. H. Syaiful Bahri, M.M.


NIP 195709071983011002

KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam kegiatan BUGEMM (Budaya
Gemar Membaca dan Menulis) di SMA Plus Negeri 17 Palembang pada semester
pertama tahun pelajaran 2012/2013.
Dengan telah selesainya laporan ini, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan YME karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ini dengan baik dan lancar.
Penulis menyampaikan terima kasih

kepada Bapak Yuswan, selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan laporan ini,. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. H. Syaiful Bahri, selaku Kepala SMA
Plus Negeri 17 Palembang yang telah memberikan kemudahan berupa administrasi dan
sarana yang penulis perlukan. Serta seluruh dewan guru SMA Plus Negeri 17
Palembang dan keluarga serta teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan
dalam penulisan laporan ini.
Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber informasi
baru mengenai Pengaruh budaya Asing terhadap Kecintaan siswa SMAN Plus 17
Palembang kepada Budaya Indonesia
.
Palembang,

Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................2

1.3

Tujuan Penelitian.......................................................................3

1.4

Manfaat Penelitian....................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4


2.1

Kebudayaan...............................................................................4
2.1.1 Pengertian Kebudayaan..................................................4
2.1.2 Unsur-unsur Kebudayaan...............................................5

2.2

Budaya Pop Korea....................................................................6


2.2.1 Pengertian Budaya Pop..................................................6
2.2.2 Budaya Pop Korea.........................................................7
2.2.3 Budaya Pop Korea di Indonesia.....................................9

2.3

Kebudayaan Indonesia..............................................................11

BAB III PROSEDUR PENELITIAN.............................................................13


3.1

Defenisi Operasional Istilah......................................................13

3.2

Populasi dan Sampel.................................................................13


3.2.1 Populasi..........................................................................13
3.2.2 Sampel...........................................................................13

3.3

Teknik Pengumpulan Data........................................................14

3.4

Teknik Analisis Data.................................................................14

3.5

Metode Penelitian.....................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................15


4.1

Pengaruh budaya pop Korea terhadap perilaku sosial siswa SMA


Plus Negeri 17 Palembang........................................................15

4.2

Eksistensi kebudayaan asli Indonesia setelah budaya pop Korea


merebak di kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang....17
4

4.3

Dampak positif dan negatif dari kemunculan budaya pop Korea


terhadap siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.......................19

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................20


5.1

Simpulan...................................................................................20

5.2

Saran.........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22
LAMPIRAN ..................................................................................................vii
KARTU BIMBINGAN BUGEMM................................................................ix
BIODATA PENULIS......................................................................................x

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Presentase frekuensi siswa yang mengenal budaya pop Korea......15
Tabel 4.1.2

Presentase frekuensi siswa yang menyukai semua hal yang berbau


Korea.............................................................................................15
5

Tabel 4.1.3

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai adanya budaya pop


Korea terhadap rasa nasionalisme siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang.....................................................................................16

Tabel 4.1.4

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai dampak budaya pop


Korea terhadap perilaku sosial......................................................17

Tabel 4.2.1

Presentase frekuensi siswa yang mengenal budaya asli Indonesia ....


......................................................................................................17

Tabel 4.2.2

Perbandingan antara budaya Indonesia dengan budaya Korea......18

Tabel 4.3

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai dampak yang


ditimbulkan budaya pop Korea.....................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar

dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia antara
6

lain pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Untuk menjadi manusia sempurna,
ketiga unsur kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam hubungan ini, Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup
bermasyarakat.
Kebudayaan bersifat dinamis. Kebudayaan selalu berubah seiring perkembangan
zaman. Perubahan kebudayaan ini telah terjadi sejak zaman pra-sejarah yaitu
berubahnya pola hidup berburu dan meramu menjadi pola hidup bercocok tanam tingkat
lanjut dan perundagian.
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor
pendukungnya adalah adanya kontak dengan kebudayaan lain. Seperti masuknya
kebudayaan India ke Nusantara (Indonesia) pada awal zaman sejarah. Kebudayaan India
tersebut mempengaruhi kepercayaan dan ritual masyarakat, seni dan teknologi, serta tata
cara administrasi pemerintahan yang cukup tinggi.
Perubahan kebudayaan seperti di atas tidak dapat kita hindari. Pada era
modernisasi, perubahan kebudayaan berlangsung sangat cepat karena pengaruh
kemajuan teknologi. Budaya asing dapat masuk ke Indonesia sewaktu-waktu dan
membuat perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku, sampai pola hidup
masyarakat. Budaya asing yang sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di
Indonesia adalah budaya barat. Budaya barat masuk ke berbagai sektor termasuk cara
berpakaian. Budaya pakaian orang Indonesia yang tertutup sebagai simbol kepribadian
orang timur mulai bergeser. Terutama di kalangan para remaja. Gaya berpakaian remaja
menjadi lebih terbuka dan norak. Bahkan, di kota-kota besar seperti Jakarta, gaya hidup
bebas yang merupakan gaya pop barat sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Seiring berubahnya waktu masuknya budaya pop sekarang ini tidak hanya di
dominasi oleh budaya barat. Asia pun sudah mulai menjadi pengekspor budaya pop.
Selama sepuluh tahun terakhir, demam budaya pop Korea melanda Indonesia.
Fenomena ini dilatarbelakangi Piala Dunia Korea-Jepang 2002 yang berakhir dengan
masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia. Kesuksesan Korea di Piala Dunia
2002 semakin menaikkan prestise Korea di mata dunia.
Sekarang, bisa dikatakan hampir semua manusia di seluruh dunia menyukai dan
tergila-gila akan K-Pop. Dan pada umumnya, Indonesia adalah salah satu negara yang
terkena dampak K-Pop yang cukup besar. Mulai dari banyaknya peminat untuk
menonton konser grup band Korea hingga munculnya boyband dan girlband yang kekorea-koreaan. Apakah ini akibat dari begitu kuatnya pengaruh musik K-Pop atau
bukan, namun sepintas memang tidak bisa dipungkiri. Bahkan Ayu Ting Ting yang
7

notabene adalah seorang penyanyi dangdut kini tiba-tiba menyisipkan gaya-gaya


Korean Pop pada musiknya.
Selain itu, berbagai produk kosmetik, fashion, dan produk lainnya gencar
melakukan promosi dengan iming-iming hadiah berbau korea selatan, misalnya saja
tiket konser artis Korea Selatan, tiket berlibur ke Korea Selatan, CD-CD album artis
Korea Selatan, dan masih banyak lagi.
Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti eksistensi budaya asli
Indonesia di kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang yang berkaitan dengan
merebaknya budaya pop Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
sekaligus kualitatif dengan judul PENGARUH BUDAYA POP KOREA TERHADAP
EKSISTENSI KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA DI KALANGAN SISWA SMA
PLUS NEGERI 17 PALEMBANG.
1.2

Rumusan Masalah
Penelitian ini berfokus pada kebudayaan Pop Korea, kebudayaan asli Indonesia,

dan dampak yang didapatkan. Rumusan masalah pada karya tulis ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh budaya Pop Korea terhadap perilaku sosial siswa
SMA Plus Negeri 17 Palembang?
2. Bagaimanakah eksistensi kebudayaan asli Indonesia setelah budaya Pop
Korea merebak di kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang?
3. Apa saja dampak positif dan negatif dari kemunculan budaya pop Korea
terhadap siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang?
1.3

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan definisi tentang

pengaruh kebudayaan Pop Korea terhadap eksistensi kebudayaan asli Indonesia.


Selanjutnya secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang:
1. Pengaruh budaya Pop Korea terhadap perilaku sosial siswa SMA Plus
Negeri 17 Palembang.
2. Eksistensi kebudayaan asli Indonesia setelah budaya Pop Korea merebak di
kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.
3. Dampak positif dan negatif dari kemunculan budaya pop Korea terhadap
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.
1.4

Manfaat penelitian
1. Untuk menyelesaikan BUGEMM evaluasi tahap I.
8

2. Bagi pembaca, BUGEMM ini dapat memberi informasi mengenai pengaruh


budaya pop Korea terhadap eksistensi kebudayaan asli Indonesia di kalangan
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Kebudayaan

2.1.1

Pengertian Kebudayaan
Budaya berasal dari kata majemuk budi daya atau kekuatan dari akal, akal atau

budi itu mempunyai unsur-unsur cipta atau pikiran, rasa, karsa atau kehendak. Hasil dari
ketiga unsur itulah yang disebut kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan adalah
hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta)
Budhayah yang merupakan bentuk jamak kata budhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan berasal dari kata Latin Colere. Artinya mengolah atau mengerjakan,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture,

diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam (Soekato,2006:150).
Orang yang pertama kali merumuskan definisi kebudayaan menurut Effendhie
(1999:2) adalah E.B Taylor (18321917), guru besar Antropologi di Universitas Oxford
pada tahun 1883. Pada tahun 1871, E.B Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut: Kebudayaan adalah mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
adat istiadat dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sementara itu, beberapa ilmuwan
Indonesia juga telah membuat definisi kebudayaan. Koentjaraningrat, guru besar
Antropologi di Universitas Indonesia mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
cipta, rasa dan karsa manusia dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh dengan cara
belajar sebagai anggota masyarakat.

2.1.2

Unsur-unsur Kebudayaan
Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar (2006:

153) mengemukakan bahwa kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari
unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suat kebulatan
yang bersifat sebagai kesatuan.
Pada diri manusia terdapat unsur-unsur potensi budaya (Suparto,1985:54)
seperti:
1. Pikiran (Cipta), yaitu kemampuan akal pikiran yang menimbulkan ilmu
pengetahuan. Dengan akal pikirannya manusia selalu mencari, mencoba
menyelidiki, dan kemudian menemukan sesuatu yang baru.
2. Rasa, dengan pancainderanya manusia dapat mengembangkan rasa estetika
(rasa indah), dan ini menimbulkan karya-karya seni atau kesenian.
3. Kehendak (karsa), manusia selalu menghendaki akan kesempurnaan hidup,
kemuliaan, dan kesusilaan.

10

Dengan potensi akal pikir (cipta), rasa, dan karsa itulah manusia berbudaya. Di
samping ketiga unsur tersebut, Melville J. Herskovits juga mengemukakan unsur-unsur
kebudayaan yang lain, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Alat-alat teknologi
Sistem ekonomi
Keluarga
Kekuasaan politik

Pakar sosiologi lainnya yang merumuskan unsur-unsur kebudayaan adalah


Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional
dalam antropologi. Unsur-unsur tersebut antara lain:
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
2. Organisasi ekonomi.
3. Organisasi kekuatan.
4. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang utama.
Masing-masing unsur tersebut digunakan untuk kepentingan ilmiah dan
analisanya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau unsur-unsur besar
kebudayaan, yang lazim disebut cultural universal. Istilah ini menunjukkan bahwa
unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya unsur-unsur tersebut dapat dijumpai pada
setiap kebudayaan yang ada di seluruh dunia. Adapun tujuh kebudayaan yang dianggap
sebagai cultural universals (Soekanto 2006: 154), yaitu:
1. Peralatan dan perkembangan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
4.
5.
6.
7.

hukum, sistem perkawinan).


Bahasa (lisan maupun tertulis).
Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
Sistem pengetahuan.
Religi (sisitem kepercayaan).

Cultural universal tersebut di atas dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur


yang lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya sebagai kegiatan kebudayaan atau cultural
activity.

11

2.2

Budaya Pop Korea

2.2.1

Pengertian Budaya Pop


Secara umum, budaya populer atau sering disingkat budaya pop merupakan

budaya yang ringan, menyenangkan, trendi, banyak disukai dan cepat berganti. Dalam
pandangan John Fiske (1989), agar menjadi budaya populer, sebuah komoditas budaya
haruslah dapat melahirkan ketertarikan pada banyak orang karena budaya pop bukan
sekadar

barang

konsumsi,

melainkan

sebuah

budaya

(http://scribd.com).

Hollyday, dkk (2004) mengemukakan empat karakteristik budaya populer


(http://scribd.com), antara lain:
1. Diproduksi oleh industri budaya.
2. Cenderung berlwanan dengan folk culture (warisan budaya tradisional yang
sifatnya berorientasi ritual dan non komersial).
3. Keberadaannya diterima di mana-mana.
4. Memenuhi fungsi sosial.
Budaya populer ini berperan besar dalam mempengaruhi pemikiran seseorang
dalam memahami orang atau kelompok lain karena budaya pop merupakan budaya yang
dapat diterima oleh semua kalangan. Dilihat dari sejarahnya, kehadiran budaya pop
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan pembangunan pada abad ke-19 dan abad ke20. Pada abad ke-19, pembangunan aspek media massa, khususnya surat kabar dan
novel menjadikan masyarakat dari suatu negara dapat mengakses trend kultur dari
negara lain tanpa ada jarak. Memasuki abad ke-20, penemuan radio, televisi, dan
komputer juga turut berperan dalam penyebaran trend kultur dari satu negara ke negara
lain. Budaya populer sebelum masa industri disebut juga sebagai budaya yang berasal
dari budaya rakyat (folk culture). Ia mengangkat masalah ini melalui pendekatan yang
beranggapan bahwa budaya pop adalah sesuatu yang diterapkan pada rakyat dari atas.
Budaya pop adalah budaya otentik rakyat yang kemudian berkembang
menajadi sebuah budaya yang populer di tengah masyarakat. Namun, seiring
perkembangan masyarakat industri, budaya pop sekarang dipandang sebagai budaya
massa. Budaya massa mulai banyak menarik perhatian teoritikus sejak tahun 1920
dimana pada tahun tersebut mulai bermunculan sinema dan radio, produksi massal dan
konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme dan kematangan demokrasi liberal di
sejumlah negara Barat.

12

Dengan demikian, budaya pop merupakan budaya massa yang berkembang di


tengah masyarakat industri. Budaya pop bersifat ringan dan mudah diterima oleh
masyarakat banyak.
2.2.2

Budaya Pop Korea


Sejarah K-Pop ditandai dengan adanya musik pop Korea pra-modern pertama

kali muncul pada tahun dekade 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang yang juga
turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di Korea. Pengaruh penjajahan Jepang
atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya
mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Musik Pop Korea awalnya
terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre oldies yang
dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Debut penampilan kelompok Seo
Taiji and Boys di tahun 1992 menandakan awal mula musik pop moderen di Korea yang
memberi warna baru dengan aliran musik rap, rock, techno Amerika. Tren musik ini
turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitas lain hingga sekarang.
Pada tahun 2000-an pendatang-pendatang baru yang berbakat mulai
bermunculan. Aliran musik R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak
artis-artis semacam MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang yang cukup sukses di Korea
dan luar negeri. Musik rock masih tetap digemari di Korea ditambah dengan
kembalinya Seo Taiji yang bersolo karier menjadi musisi rock serta Yoon Do Hyun
Band yang sering menyanyikan lagu-lagu tentang nasionalisme dan kecintaan terhadap
negara. Musik techno memberi nuansa moderen yang tidak hanya disukai di Korea saja,
penyanyi Lee Jung-hyun dan Kim Hyun-joong bahkan mendapat pengakuan di Cina dan
Jepang.
Berbagai artis Korea menangguk kesuksesan di dunia internasional seperti BoA
yang menembus Jepang dan digemari di banyak negara. Pada awalnya, kajian tentang
budaya populer tidak dapat dipisahkan dari peran Amerika Serikat dalam memproduksi
dan menyebarkan budaya Populer. Negara tersebut telah menanamkan akar yang sangat
kuat dalam industri budaya populer, antara lain melalui Music Television (MTV),
McDonald, Hollywood, dan industri animasi mereka (Walt Disney, Looney Toones, dll).
Namun, perkembangan selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil
menjadi pusat budaya populer seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.

13

Amerika Serikat sebagai negara asal budaya pop juga mendapat pengaruh
penyebaran budaya pop Korea tersebut. Hal ini dibuktikan dengan masuknya beberapa
artis Korea ke Hollywood. Di samping itu, film-film Korea juga menjadi magnet bagi
sutradara Hollywood untuk melakukan re-make film Korea, salah satunya Il Mare yang
ceritanya diadopsi Hollywood menjadi Lake House. Kasus di Amerika Serikat tersebut
menjadi

contoh

keberhasilan

ekspansi

budaya

populer

Korea

di

dunia.

Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan
untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Pada
umumnya Hallyu mendorong masyarakat penerima untuk mempelajari bahasa Korea
dan kebudayaan Korea (http://id.wikipedia.org/wiki/koreanwave).
Dengan demikian budaya pop Korea merupakan budaya massa yang dapat
diterima oleh semua kalangan dan berkembang melampaui batas negara. Budaya pop
Korea ini bukanlah budaya asli Korea yang bersifat tradisional, melainkan budaya yang
diciptakan sesuai dengan arah selera pasar.
2.2.3

Budaya Pop Korea di Indonesia


Masuknya budaya Korea ke Indonesia menyebabkan banyak pengaruh di

Indonesia. Tak hanya aliran musiknya, namun dandanan yang mereka pakai juga
menawarkan sesuatu yang berbeda. Penggambaran gaya Korea itu bisa dilihat dari
bagaimana gaya rambut, dandanan, fashion dan pernak-pernik Korea menjadi muatan
penting dalam garapan suatu sinetron misalnya. Tidak ketinggalan iklan televisi pun ikut
bermain dengan melirik kesan Korea dalam tayangan iklan di televisi.
Masuknya K-POP ke Indonesia membuat pergeseran musik melayu dan dangdut
Indonesia. Musik melayu dan dangdut sudah semakin jarang diminati masyarakat dan
jarang ditampilkan di layar televisi. Masyarakat sekarang lebih menyukai boyband dan
girlband ala Korea. Pergeseran tersebut membuat peminat musik melayu dan dangdut
mulai menurun drastis. Korean Pop Culture telah merambah secara global, tidak
terkecuali Indonesia. Globalisasi Korean Pop Culture tersebut sering juga disebut
sebagai Hallyu yang memiliki peran besar membawa perubahan di Indonesia. Hallyu
atau Korean Wave pada hakikatnya merupakan fenomena demam Korea yang
disebarkan melalui Korean Pop Culture ke seluruh penjuru dunia lewat media massa,
dan yang terbesar lewat jaringan internet dan televisi.

14

Di Indonesia sendiri, berkembangnya Korean Pop Culture diawali dengan


kemunculan drama seri Korea terlaris kala itu yaitu Endless Love pada tahun 2002 di
salah satu stasiun televisi swasta. Cerita yang dikemas secara apik, tidak memiliki
episode yang panjang, dengan aktor dan aktris yang berbakat dan sangat menarik
penampilannya, membuat drama seri ini menjadi awal pembuka bagi masuknya Korean
Pop Culture lainnnya. Hal tersebut dibuktikan dengan ditayangkannya drama seri Korea
lain yang berjudul Winter Sonata pada tahun yang sama pula.
Setelah mulai banyaknya dikenal Korean Pop Culture di televisi yang cenderung
terbatas menayangkan hal-hal tersebut. Pencarian remaja Indonesia tidaklah berhenti
sampai disana. Internet telah mengubah segalanya, dengan internet remaja Indonesia
mulai mencari-cari aktris, aktor, boy band, atau penyanyi kesukaan mereka lewat
internet. Dari sinilah, pertumbuhan Korea fan clubs hampir menyebar keseluruh kota
besar di Indonesia. Banyak anak muda yang memiliki kemauan besar untuk mengetahui
hal-hal seputar Korea yang sangat menarik yaitu Korean Pop Culture lewat film, drama,
dan lagu-lagu Korea. Pop culture pada dasarnya juga meliputi segala aspek dari musik
dan drama hingga fashion style, hair style, bahkan Korean way of life.
Selain itu, berkembangnya budaya pop Korea di Indonesia juga dibuktikan
dengan munculnya Asian Fans Club (AFC) yaitu blog Indonesia yang berisi tentang
berita dunia hiburan Korea. AFC didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja
perempuan bernama Santi Ela Sari.
Berdasarkan data statisktik dari situs Pagerank Alexa, Asian Fans Club adalah
situs Korean Intertainment terbesar di Indonesia. Sedangkan dari segi karakteristik
demografis, pengunjung Asian Fans Club hampir seluruhnya berasal dari Indonesia,
sebagian besar merupakan wanita berusia di bawah 25 tahun dengan akses internet
rumah maupun sekolah.
Dalam konsepsi budaya, budaya populer yang dibawa Korea berada dalam
dimensi konkret yang terwujud dalam artifak-artifak budaya seperti lagu, drama, film,
musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan dimensi abstrak yang berupa
nilai, norma, kepercayaan, tradisi, makna, terkandung secara tidak langsung dalam
artifak budaya tersebut. Berkaitan dengan Asian Fans Club, budaya pop Korea yang
diterima kelompok penggemar di Indonesia masih terbatas pada dimensi konkret, yaitu
penerimaan terhadap musik, film, drama, dan artis-artis Korea.

15

Dengan demikian, berkembangnya budaya pop Korea (Korean Wave) di


Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi komunikasi dan budaya.
Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya proses mengkreasikan,
menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran serta kebergantungan
informasi dalam dunia hiburan, dalam hal ini adalah dunia hiburan Korea.
Kebergantungan ini masih dalam dimensi konkrit. Meskipun demikian, jika korean
wave ini tidak disertai dengan apresiasi terhadap kebudayaan nasional, maka
dikhawatirkan ekstensi kebudayaan nasional bergeser nilainya menjadi budaya marginal
(pinggiran). Apalagi presentase terbesar penerima korean wave di Indonesia adalah
remaja. Padahal, remaja merupakan tonggak pembangunan nasional. Jika remaja
sekarang sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan nasional
dapat mengalami kepunahan dan berganti dengan kebudayaan baru yang tidak
sepenuhnya sesuai dengan kepribadian nenek moyang negara kita.
Namun, fakta tersebut telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa
Korean Wave diyakini atau tidak telah menginspirasi banyak artis di Indonesia.
Kemunculan SM*SH sebagai boy band dengan gaya-gaya yang menyerupai Super
Junior

menjadi pembuka bagi bermunculannya boy band dan girl band lain di

Indonesia.
2.3

Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal

yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh
kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku di Indonesia
merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia (http://tiankids.web.id).
Menurut

J.J.

Hoenigman

(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya),

wujud

kebudayaan Indonesia dibedakan menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan berbentuk ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh.
2. Aktivitas (tindakan)

16

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Dalam hal ini, hal yang diamati adalah pola perilaku
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang terhadap budaya pop Korea yang
meliputi gaya berpakaian, model rambut, dan interaksi sosial.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat yang berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Dalam penelitian ini,
artefak yang akan diamati adalah benda-benda yang dimiliki oleh siswa SMA
Plus Negeri 17 Palembang berkaitan dengan budaya pop Korea. Misalnya,
poster artis korea, VCD boy band maupun drama/film Korea, pin bergambar
artis Korea, kumpulan majalah yang berisi berita-berita dunia hiburan Korea.
Ketiga wujud kebudayaan di atas akan digunakan sebagai media untuk
mengetahui tingkat fanatisme siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang terhadap budaya
pop Korea sekaligus sebagai alat ukur eksistensi kebudayaan Indonesia di kalangan
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.

17

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1

Defenisi Operasional Istilah


Budaya pop Korea merupakan budaya massa yang berkembang di tengah

industri masyarakat yang mencakup ilmu pengetahuan, seni, moral, maupun adat
istiadat kebudayaan Korea.
3.2

Populasi dan Sampel

3.2.1

Populasi
Menurut Margono (2004:118), pengertian populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi
populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan
jumlah manusianya.
Populasi terdiri dari objek atau subjek penelitian yang memiliki jumlah tertentu
dan karakteristik yang ditentukan oleh penulis. Populasi bukan hanya jumlah yang ada,
objek atau subjek yang sedang dipelajari, tetapi mencakup semua karakteristik dari
objek atau subjek. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Plus Negeri 17
Palembang yang berjumlah 249 orang.
3.2.2

Sampel

18

Sampel adalah bagian dari populasi. Karena populasi bersifat besar, penulis
tidak mungkin meneliti seluruh populasi karena kurangnya tenaga dan waktu. Oleh
karena itu, sampel yang di ambil harus bisa mewakili populasi.
Jadi sampel yang diambil secara acak adalah 64 siswa yang merupakan 25% dari
seluruh siswa kelas X SMA Plus Negeri 17 Palembang. Penulis mengambil sampel 8
orang di setiap kelas X di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sampel tersebut dipilih
dikarenakan penulis bersekolah di SMA Plus Negeri 17 Palembang sehingga
memudahkan penulis dalam mengumpulkan data.

3.3

Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

teknik angket atau kuisioner. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan sejumlah
pertanyaan yang tertulis kepada sampel yang telah ditentukan guna untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh penulis.
3.4

Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari kuisioner akan ditabulasikan, dibahas dan dianalisis

secara deskriptif. Selain itu, dari informasi yang diterima akan dilakukan pengumpulan
data pendukung, analisis, dan penyelidikan masalah untuk menentukan solusi yang
dibahas.
3.5

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif

dan kualitatif. Maksud dari analisis kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan
pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social, sedangkan kualitatif
adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi.
Keduanya merupakan penelitian dengan cara menyaring data lalu dijelaskan dan
dianalisis.

19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Pengaruh budaya pop Korea terhadap perilaku sosial siswa SMA Plus
Negeri 17 Palembang

Tabel 4.1.1

Presentase frekuensi siswa yang mengenal budaya pop Korea

Pertanyaan

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Ya

49

76.56%

Tidak

15

23.44%

Total

64

100%

Apakah anda tahu tentang


budaya pop Korea?
Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 49 siswa dengan presentase 76.56%
mengenal budaya pop Korea. Mereka mengenal budaya tersebut melalui teman juga
kerabat. Sebagian juga menyebutkan melalui media massa seperti internet, televisi,
koran, dan lain-lain. Dan sisanya, sebanyak 15 siswa dengan presentase 23.44% tidak
mengenal budaya pop Korea.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang mengenal budaya pop Korea.

20

Tabel 4.1.2

Presentase frekuensi siswa yang menyukai semua hal yang berbau Korea

Pertanyaan

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Apakah anda seorang Korean

Ya

52

81.25%

Tidak

12

18.75%

Total

64

100%

Wave (seorang yang


menyukai semua hal yang
berbau Korea) ?
Sumber: Kuisioner

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 52 siswa dengan presentase 81.25%


merupakan Korean Wave. Bermacam-macam hal yang mereka sukai dari budaya
tersebut diantaranya adalah fashion, musik, drama, dan masih banyak lagi. Kemudian,
sebanyak 12 siswa dengan presentase 18.75% merupakan bukan peminat budaya Korea.
Namun sebagian besar pendapat mereka mengenai budaya Korea adalah cukup bagus.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang merupakan Korean Wave.
Tabel 4.1.3

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai adanya budaya pop Korea


terhadap rasa nasionalisme siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang

Pertanyaan
Menurut anda, apakah dengan

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Ya

25

39.06%

Tidak

39

60.94%

Total

64

100%

adanya budaya Korea dapat


merusak nasionalisme siswa
SMA Plus Negeri 17
Palembang?
Sumber: Kuisioner

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 25 siswa dengan presentase 39.06%


mengungkapkan bahwa budaya pop Korea dapat merusak nasionalisme siswa SMA Plus
Negeri 17 Palembang sebagai warga negara yang harus cinta tanah air. Dan, sebanyak
39 siswa dengan presentase 60.94% mengungkapkan bahwa budaya pop Korea tidak
akan merusak nasionalisme siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang. Karena menurut
mereka, hal tersebut tergantung pada bagaimana cara individu tersebut menanggapinya.
21

Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya pop Korea tidak merusak nasionalisme
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang.

Tabel 4.1.4

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai dampak budaya pop


Korea terhadap perilaku sosial

Pertanyaan
Menurut anda, apakah budaya

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Ya

16

25%

Tidak

48

75%

Total

64

100%

pop Korea berdampak buruk


terhadap perilaku sosial
seseorang?
Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 16 siswa dengan presentase 25%
mengungkapkan bahwa budaya pop Korea berdampak tidak baik terhadap perilaku
sosial siswa. Tetapi sebanyak 48 siswa dengan presentase 75% mengungkapkan bahwa
budaya pop Korea tidak berdampak buruk terhadap perilaku sosial siswa. Mereka
beralasan bahwa dampak tersebut tergantung pada masing-masing individu, bagaimana
cara individu tersebut menanggapi dan menerapkan budaya tersebut dalam pribadi
mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengungkapkan bahwa
budaya pop Korea tidak berdampak buruk terhadap perilaku sosial.
4.2

Eksistensi kebudayaan asli Indonesia setelah budaya pop Korea merebak di


kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang

Tabel 4.2.1

Presentase frekuensi siswa yang mengenal budaya asli Indonesia

22

Pertanyaan
Apakah anda tahu tentang
budaya asli Indonesia?

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Ya

59

92.19%

Tidak

7.81%

Total

64

100%

Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 59 siswa dengan presentase 92.19%
mengenal budaya asli Indonesia, dan sebanyak 5 siswa dengan presentase 7.81% tidak
mengenal budaya asli Indonesia.
Sebagian siswa yang mengenal budaya asli Indonesia, dapat menyebutkan
beberapa contoh budaya Indonesia seperti: Batik, genre musik dangdut, Tari Tanggai,
Reog Ponorogo, dan masih banyak lagi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang mengenal budaya asli Indonesia.
Tabel 4.2.2

Perbandingan antara Budaya Indonesia dengan Budaya Korea

Pertanyaan

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Budaya Indonesia

41

64.07%

Budaya Korea

23

35.93%

Total

64

100%

Menurut anda, manakah yang


lebih menarik?
Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 41 siswa dengan presentase 64.07%
menyukai budaya Indonesia dengan alasan budaya Indonesia lebih unik dan beragam
jenisnya. Sebagian juga beralasan karena Indonesia adalah tanah air mereka sendiri,
sedangkan Korea adalah budaya orang lain. Jadi mereka beranggapan lebih baik
menyukai budaya sendiri daripada budaya milik orang. Dan sebanyak 23 siswa dengan
presentase 35.93% menyukai budaya Korea dengan alasan bahwa menurut mereka
budaya tersebut lebih keren.
Namun dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% siswa SMA Plus Negeri17
Palembang menyukai Budaya Indonesia.

23

4.3

Dampak postif dan negatif dari kemunculan budaya pop Korea terhadap
siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang

Tabel 4.3

Presentase frekuensi pendapat siswa mengenai dampak yang ditimbulkan


budaya pop Korea
Pertanyaan

Menurut anda, apakah dengan


masuknya budaya pop Korea

Pilihan

Frekuensi

Presentase

Ya

36

56.25%

Tidak

28

43.75%

Total

64

100%

ke Indonesia membawa
dampak yang baik bagi siswa
SMA Plus Negeri 17
Palembang?
Sumber: Kuisioner
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 36 siswa dengan presentase 56.25%
mengungkapkan bahwa budaya pop Korea membawa dampak positif bagi siswa SMA
Plus Negeri 17 Palembang. Salah satu dampak positif tersebut ialah kecintaan
masyarakat terhadap musik semakin tinggi.
Sedangkan, sebanyak 28 siswa dengan presentase 43.75% mengungkapkan bahwa
budaya pop Korea membawa dampak negatif bagi siswa. Salah satunya ialah
mengurangi rasa cinta terhadap musik Indonesia seperti melayu dan dangdut.
Namun, setelah disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang mengungkapkan bahwa budaya pop Korea membawa dampak positif.

24

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1

Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan sebagai

berikut:
4. Pengaruh yang ditimbulkan budaya Pop Korea terhadap perilaku sosial siswa
SMA Plus Negeri 17 Palembang ialah tergantung pada individu masing-masing,
bagaimana cara individu tersebut menanggapi dan menerapkannya dalam pribadi
mereka yang nantinya akan mewujudkan perilaku sosial mereka.
5. Eksistensi kebudayaan asli Indonesia setelah budaya Pop Korea merebak di
kalangan siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang adalah, budaya Indonesia tetap
dikenal dan tetap menarik bagi siswa SMA Plus Negeri 1 Palembang. Karena
menurut mereka, budaya Indonesia adalah budaya yang unik, menarik, dan
bervariasi.
6. Dampak positif dan negatif dari kemunculan budaya pop Korea terhadap siswa
SMA Plus Negeri 17 Palembang adalah sebagai berikut:
Dampak Positif
1. Kecintaan masyarakat pada musik semakin tinggi
2. Bakat-bakat yang selama ini terpendam dapat dikembangkan atau
diekspresikan
3. Mempererat hubungan antara Indonesia dan Korea
Dampak Negatif
1. Mengurangi rasa cinta terhadap musik Indonesia seperti melayu dan dangdut
2. Musik asli Indonesia lama kelamaan akan hilang
3. Membuat pergeseran budaya lokal

25

5.1

Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, penulis menyarankan agar

siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang tetap mencintai budaya Indonesia meski kini
budaya pop Korea telah merebak di kalangan masyarakat.
Disadari atau tidak, sungguh sebenarnya kita sedang terjajah dengan kejayaan
Korean Pop Culture di Indonesia. Penulis berharap siswa SMA Plus Negeri 17
Palembang dapat lebih kreatif lagi dalam berkarya dan menghasilkan yang terbaik untuk
Indonesia, agar kita tak merasa terjajah dengan kehadiran Korean Pop Culture dalam
diri kita, karena sejujurnya belakangan kita tidak pernah mengetahui perkembangan
musik di Indonesia. Bukan karena tidak cinta, tetapi karena budaya pop Korea benarbenar menyuguhkan sesuatu yang selalu berbeda dari apa yang ada sebelumnya.

26

DAFTAR PUSTAKA
Effendhie, Machmoed. 1999. Sejarah Budaya. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Margono. 2004. Prosedur Penelitian. Online. Diposkan pada 2004 di
http://scringidea.web.id/prosedur-penelitian.
Scribd. 2011. Korean Wave di Indonesia, Budaya Pop Internet, dan Fanatisme Remaja.
Online. Diposkan pada 2011 di http://www.scribd.com/doc.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suparto. 1985. Sosiologi dan Antropologi SMA Kelas II Semester 3-4 Program Ilmuilmu Sosial dan Pengetahuan Budaya. Bandung: Armico.
Tian. 2010. Pola Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia. Online. Diposkan
oleh Tiankids pada 2010 di http://tiankids.web.id/pola-kehidupan-sosial-budayamasyarakat-indonesia.
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2010. Korean Wave. Online. Diposkan pada 2010 di
http://id.wikipedia.org/wiki/budaya .
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2010. Korean Wave. Online. Diposkan pada 2010 di
http://id.wikipedia.org/wiki/Koreanwave.

27

Kuisioner
Nama :
Kelas :

(Tidak wajib diisi)


(Wajib diisi)

___________________________________________________________________________
1. Apakah anda tahu definisi dari budaya?
a. Ya
b. Tidak
Lainnya: ..............................
2. Menurut anda, Perlukah memikirkan budaya bangsa?
a. Sangat Perlu
c. Tidak terlalu perlu
b. Perlu
d. Tidak perlu
3. Apakah anda sebagai remaja Indonesia mencintai budaya Indonesia?
a. Ya
b. tidak
4. Apakah dengan masuknya budaya asing berdampak pada kehidupan sosial remaja
indonesia?
a. Sangat Berdampak
c. Kurang Berdampak
b. Berdampak
d. Tidak Berdampak
5. Jika Berdampak, Tolong sebutkan dampak apa sajakah itu!
.

6. Menurut anda, apakah dengan masuknya budaya Asing ke Indonesia membawa


dampak yang baik bagi siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan alasan anda
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.............................................................................................................................
7. Budaya manakah yang lebih kamu sukai?
a. Barat
c. Indonesia
b. Korea
d. Jepang

28

8. Apa Alasan Anda memilih Budaya tersebut?


a. Lebih modis, menarik dan interaktif
b. Lebih mendidik dan baik untuk dipelajari
c. Sekedar untuk mengetahui, dan menambah pelajaran
d. mengikuti orang lain
9. Sebagai remaja indonesia Bagaimana solusi memperbaiki budaya bangsa agar dicintai
remaja Indonesia ?
a. Mencintai Produk dalam negeri
b. Mengimplementasikan tradisi tradisi budaya indonesia
c. Mempelajari budaya-indonesia lalu mengajar
10. Apakah Pengaruh budaya asing berpengaruh terhadap gaya hidup anda sebagai remaja
indonesia dewasa ini?
a. Ya
b. Tidak

KARTU BIMBINGAN LAPORAN BUGEMM

29

Nama Peserta Didik :

Rahdin Ahmad Mustofa Ghaleb Amami

NIS

3537

Nama Pembimbing

Drs. H. Yuswan M.Pd

Judul Penelitian

Pengaruh Budaya Asing Terhadap Kecintaan


Siswa SMA Plus Negeri 17 Palembang Terhadap Budaya
Indonesia

Tanggal

Topik

Komentar Pembimbing

Tanda Tangan

Pembimbing,

Yuswan S,Pd.

BIODATA PENULIS

30

Nama Lengkap

Rahdin Ahmad Mustofa Ghaleb Amami

NIS

3537

Kelas

X.B

Tempat/ Tanggal Lahir

Jambi, 14 April 1998

Jenis Kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Alamat

Jl. Seduduk Putih No.1 Komplek wahana


indah Palembang

31

Anda mungkin juga menyukai