Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Fasa fluida ada tiga, yaitu padat, cair dan gas. Fluida superkritik punya jenis fasa
yang cukup unik, fluida ini memiliki sifat pertengahan antara cair dan gas. Fasa
fluida semacam ini akan dapat diperoleh saat fluida tersebut berada di atas titik
kritiknya (Gambar 1). Titik kritik suatu fluida adalah temperatur dan tekanan
paling tinggi di mana fluida tersebut masih dapat mepertahankan kesetimbangan
fasa gas dan cairnya. Di atas titik inilah fluida bisa berubah fasa menjadi bukan
gas ataupun cair, disebut dengan fluida superkritik.
Ekstraksi fluida superkritis adalah suatu proses ekstraksi menggunakan fluida
superkritis sebagai pelarut. Teknologi ekstraksi ini, mengeksploitasi kelaruta
pelarut dan property fisik tambahan dari komponen murni atau campuran pada
temperature dan tekanan kritinya dalam kesetimbangan fasa (Palmer, 1995)
Properti psikokimia dari fluida pada keadaan superkritis berada di antara tipe gas
dan cair, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Titik kritis terletak pada akhir kurva
penguapan. Dimana fasa cair dan gas bergabung untuk membentuk fasa fluida
homogeny tunggal. Daerah superkritis terletak pada bagian luar titik ini

Gambar 1. Diagram Fasa untuk Komponen Murni


(Sumber: Poliakoff, et al. 2001)

Sifat fluida ini memiliki gabungan, baik dari sifat cair ataupun gasnya. Berat
jenisnya mirip dengan berat jenisnya pada fasa cair, sementara viskositasnya mirip
dengan viskositasnya pada fasa gas. Difusifitas fluida ini berada di antara fasa gas
dan cairnya. Perubahan perlahan-lahan sifat suatu fluida menuju fasa
superkritiknya dapat dilihat pada Gambar 2. Sifat-sifat ini menjadikan fluida
superkritik mampu menembus materi padat lebih cepat dibanding pelarut cair
(kemampuan penetrasi baik layaknya gas) namun tetap memiliki kemampuan
sebagai pelarut seperti layaknya cairan. Sifat unik inilah yang akhirnya menarik
banyak ilmuwan dan insinyur mencoba mengaplikasikan fluida superkritik dalam
berbagai bidang.

Gambar 2. Ilustrasi Perubahan Fasa Fluida Superkritik (sumber:


http://www.sps.aero/Propulsion_Program/MFC_Production.htm)
Fluida superkritis dikarakterisasikan dengan densitas tinggi, viskositas rendah,
dan diffusivitas menengah antara fas dan cairan (Rizvi et al. 1986). Properti yang
tidak biasa ini justru menjadikan fluida superkritis sebagai pelarut yang ideal dan
potensial. Kelarutan komponen dalam fluida superkritis tergantung pada densitas

dari pelarut, juga affinitas psikokimia dari zat terlarut terhadap plarut.
CO2 merupakan fluida yang digunakan secara luas dalam ekstraksi fluida
superkritis, dengan pertimbangan sebagai berikut: tidak berwarna, tidak berbau,
tidak beracun, tidak mudah terbakar, mudah diperoleh dengan tingkat kemurnian
tinggi, memiliki parameter kritis yang sesuai (Tc = 304,1 K, Pc = 72,8 Mpa),
relative murah, lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut organic
lainnya karena tidak meninggalkan residu, dapat mengekstrak dalam waktu
singkat dan siklusnya dapat diulang.
Tabel 1. Properti fisik dari gas, cairan dan fluida superkritis
Properti
Densitas (g/mL)
Viskositas (cP)
Difusifitas (D cm2/s)

Gas
0,001
0,01
0,1

Fluida Superkritis
0,1 1
0,1 0,01
0,001 0,0001

Cairan
1
1
<0,00001

Dari tabel 1, terlihat bahwa gas memiliki difusivitas paling besar, sehingga laju
transfer massanya juga terbesar. Dengan densitas terkecil, kekuatan gas sebagai
pelarut kurang. Fluida superkritis memiliki densitas dan kekuatan pelarut yang
hamper sebanding dengan cairan. Viskositas yang lebih rendah dari cairan,
menyebabkan fluida superkritis memiliki kemampuan untuk penetrasi matriks
inert dan solute ekstrak yang lebih baik. Keunggulan utama fluida superkritis
dibandingkan dengan cairan adalah diffusivitas yang lebih besar. Meskipun tidak
menghasilkan laju transfer massa yang lebih besar.
Pengaturan tekanan dan temperature selama proses ekstraksi berlangsung selain
mengubah densitas CO2 juga berpengaruh terhadap kelarutan dan selektivitas dari
solute ekstrak. Semakin tinggi tekanan dan kelarutan, total hasil ekstraksi akan
semakin tinggi. Fraksinasi dan hasi ekstraksi fluida superkritis dapat diatur
dengan mengelola tekanan dan temperature ekstraksi, juga tekanan evaporasi
produk bawah (down stream) selama proses separasi.
Ekstraksi fluida superkritis memberikan keuntungan lebih jika dibandingkan
dengan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organic tradisional, sebagai

missal, sisa pelarut tidak dapat dihindari dalam setiap proses ekstraksi dan selalu
terukur secara kuantitatif, akan tetapi dalam produk akhir dari ekstraksi ini tidak
akan ditemui sisa pelarut, karena adanya pengurangan pada tahap proses lanjutan.
CO2 secara umum telah diakui aman dan dicantumkan dalam US Food and Drug
Administrasion sebagai bahan tambahan pangan manusia.
Selain itu, proses ekstraksi dengan teknologi fluidasuperkritis, menghasilkan
ekstrak dengan aroma dan rasa alami, karena pelarut CO 2 memerlukan
temperature rendah, sehingga mampu menahan komponen yang memiliki
kontribusi terbesar terhadap rasa dan aroma yang sensitive terhadap panas. Dalam
proses tidak dihasilkan oksigen, sehingga proses oksidasi dari ekstrak dapat
dikurangi secara signifikan.
Prospek Ekstraksi Fluida Superkritik
Proses ekstraksi minyak atsiri, flavor, lebih menguntungkan dengan menggunakan
teknologi fluida superkritis ini, tidak hanya untuk aplikasi pada industry makanan,
tetapi juga industry parfum dan wewangian. Penelitian dan pengembangan
ekstraksi dengan fluida superkritis selama ini tetap konsisten pada proses ekstraksi
yang sederhana, eksploitasi kelarutan tambahan dan selektivitas karakteristik
karbon dioksida yang berhubungan dengan komponen organik berberat molekul
rendah dalam sistem batch maupun semi batch (Palmer, MV et al.,1995).
Kepekaan fluida superkritis terhadap perubahan temperatur dan tekanan,
menyebabkan perlu adanya kontrol terhadap ukuran partikel sampel yang akan
diekstrak dan morfologinya dalam jangkauan yang luas.
Perkembangan metoda analisa yang melibatkan ekstraksi fluida superkritis, akan
membutuhkan personil yang memiliki pengetahuan kimia yang cukup tinggi.
CO2 Sebagai fluida utama untuk SFE
-

Untuk ekstraksi non dan semi polar


Jelek untuk ekstraksi senyawa polar
Kekuatan pelarutan mampu memecah ikatan solut matriks

Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi dapat ditambahkan pelarut organic


(1-10%) disebut Modifier

Ekstraksi senyawa polar


- Pelarut Superkritis N2O dan CHClF2
- Lebih efisien untuk senyawa polar
- Tidak baik untuk alasan lingkungan
Modifier yang sering dipakai untuk Superkritis CO2
- Oksigen berisi Metanol, etanol, isopropil alkohol, aseton, THF
- Nitrogen berisi: Acetonitril
- Sulfur berisi : CS2, SO2, SF6
- Hidrokarbon dan senyawa organik terhalogenasi: Hexan, Toluena, Metilen
-

Klorida, Kloroform, Karbon tetraklorida, trikloroflorometan


Asam: Asam Format

Keuntungan cara ini adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

tidak mengandung residu pelarut toksik


proses berlangsung pada temperatur rendah
tidak mudah terbakar
hemat energi karena gas karbondioksida dapat didaur ulang
bersifat selektif, hanya perlu mengatur parameter tekanan dan suhu
jaminan ekstrak yang diperoleh bebas dari pelarut
penggunaan karbondioksida, secara fisiologi tidak berbahaya sama sekali.
Karbondioksida merupakan gas yang dapat digunakan di mana saja,
merupakan pengekstraksi yang murah dan relatif tidak berbahaya

Pemakaian ekstraksi dengan gas superkritik dapat dikelompokkan ke


dalam:
1. pemurnian minyak dan minyak bekas, perolehan kembali aspal dari pasir
tar dan perolehan kembali minyak penggiling
2. ekstraksi batubara dan pembuatan tar batubara
3. pembuatan minyak lemak dan lemak, pemisahan trigliserida dan asam
lemak
4. ekstraksi senyawa aktif dari tumbuhan (hop dan kopi)
Pemisahan dalam bidang farmasi:
1. camomile, ekstraksi matrisin dengan karbondioksida
2. bunga krisan, piretrin
3. akar valeriana
4. Papaver bracteatum Lindl. tebain dengan fluoroform
5. berbagai tumbuhan mengandung alkaloid

6. lemak bulu domba, ekstraksi lanolin dengan propana/propilen superkritik


7. kulit jeruk, ekstraksi karoten dengan gas CO2 superkritik dengan
penambahan aseton 8% sebagai kosolven
8. biji anisi, anisi star, jinten, cengkeh dan kayumanis dengan CO2

Ekstraksi dengan Fluida Superkritis


Bahan yang akan diekstrak umumnya daun, bunga, akar, buah, kulit buah, biji dan
bagian tanaman lain yang mengandung minyak atsiri. Umumnya sampel dalam
keadaan kering. Sebelum proses ekstraksi berlangsung, ada perlakuan
pengeringan dengan :
a. freeze-drying
b. oven pada temperatur 45oC hingga didapatkan berat yang konstan
c. vacuum rotary evaporator pada 35oC hingga didapatkan berat yang konstan
Sampel kering digiling, sampai ukuran tertentu, disimpan dalam wadah tertutup
kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator atau inkubator, sampai akan
digunakan.
Seperti sudah diuraikan sebelumnya, CO2 superkritis dengan kemurnian tinggi
digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi ini. Penambahan pelarut lain
(co-solvent) juga dilakukan dalam beberapa penelitian, dengan tujuan untuk
menambah polaritas pelarut. Keunggulan penggunaan CO2 sebagai pelarut, antara
lain : tidak mudah terbakar, tidak beracun, lebih murah dibandingkan dengan
pelarut cair setingkat pereaksi, tersedia dengan tingkat kemurnian tinggi, dapat
dibuang ke atmosfir atau digunakan ulang tanpa menyebabkan keracunan.
Komponen dasar dari ekstrakor fluida superkritis ini adalah :
1. Persediaan CO2
2. Kompressor gas atau pompa
3. Zona pemanasan atau oven
4. Tangki ekstraksi
5. Restriktor pengeluaran atau valve
6. Akumulator ekstrak atau kolektor.

Prinsip Kerja :
Ekstraktor semi batch ini menggunakan karbon dioksida sebagai pelarut (gambar
3). Karbon dioksida cair dari tangki penyimpanan, melewati bak pendingin
(sekitar 263 K), lalu dipompa oleh dua pompa plug. Tahap berikutnya, karbon
dioksida dipanaskan dengan heat exchanger tubular hingga mencapai temperatur
proses ekstraksi. Tekanan diatur dengan regulator tekanan. Ekstraktor yang berisi
bahan baku, secara thermostatik dikontrol dengan tape pemanas elektrik,
temperatur di dalam ekstraktor dikontrol dengan kontroler digital. Tekanan keluar
ekstraktor diukur dengan tekanan gauge. Setelah meninggalkan ekstraktor, aliran
CO2 yang mengandung ekstrak. Mengalir melalui percabangan katup (valve)
jarum. Tekanan aliran dalam perjalanannya, berkurang dalam 3 tingkatan menjadi
tekanan atmosfir dan ektrak minyak terkumpul dalam kolektor. Air dan komponen
yang mudah menguap tersimpan dalam kolektor ke-2.

Gambar 3. Diagram skema dari peralatan eksperimen (sumber : Jian-Zhong


Yin, et al.,2004)
Keterangan:
B: pompa, D1-2 valve pengecekan
E1: kondensor
E2: penukar panas,
F: filter

J1-4: valve on/off


JB1-3: valve jarum (selalu tertutup)
JY1-4: valve jarum
L: pengukur uji basah
R: Regulator
P: tekanan gauge
T: pengukur temperature
T1: ekstraktor
T2-3: separator
V1: silinder CO2, V2-3: kolektor sampel
Prosedur analisa
Fraksi terekstraksi dianalisa dengan alat GC-MS yang dilengkapi dengan detektor
penangkap ion. Prosentase komposisi dari minyak volatil dan wax, terukur dari
area puncak GC tanpa menggunakan faktor koreksi apapun. Identifikasi
komponen didasarkan pada perbandingan waktu retensi dan spektra massa antara
komponen dengan komponen murni
Parameter- parameter pada proses ekstraksi dengan fluida superkritis
Parameter-parameter yang berpengaruh dalam optimasi proses ekstraksi dengan
fluida superkritis ini adalah : temperatur, tekanan, ukuran partikel sampel, laju alir
pelarutwaktu ekstraksi. Semua parameter ini memberikan kontribusi terhadap
hasil (ekstrak).
1.
2.
3.
4.
5.

Pengaruh temperature
Pengaruh tekanan
Pengaruh ukuran partikel
Pengaruh laju alir pelarut CO2
Pengaruh waktu ekstraksi

Ekstraksi fluida superkritis belum menjadi teknologi yang matang. Pengetahuan


tentang properti kimia mutlak diperlukan. Selain itu, ekstraktor dengan fluida
superkritis memerlukan penanganan yang sangat serius. Perlu tenaga yang sangat
terlatih untuk mengoperasikannya.Restriktor harus diganti secara periodik, karena

seringkali bengkok atau patah. Penggunaan fluida modifikasi (co-solvent) yang


sedianya untuk meningkatkan kekuatan pelarut, justru akan merusak restriktor.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstraksi dengan fluida superkritis (CO2) memiliki keunggulan dibanding
distilasi air , antara lain : proses ekstraksi berlangsung lebih cepat, selektivitas
yang lebih tinggi, tidak ada sisa pelarut yang tertinggal pada ekstrak yang
bersifat toksik, kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap dan
terjadinya degradasi thermal komponen tidak jenuh dari ekstrak dapat dicegah.
2. Komponen non volatil pada ekstrak yang kemungkinan mengalami
dekomposisi sebelum mencapai titik didihnya, dapat dipisahkan dengan
ekstraksi fluida superkritis.
3. Perbandingan komposisi pada ekstrak dapat diatur dengan mengubah
parameter-parameter ekstraksi, seperti : temperatur, tekanan, ukuran partikel
sampel yang akan diekstrak, volume dan laju alir pelarut serta lamanya
ekstraksi.
4. Proses ekstraksi dengan teknologi fluida superkritis, menghasilkan ekstrak
dengan aroma dan rasa alami, karena pelarut CO2 memerlukan temperatur
rendah, sehingga mampu menahan komponen yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap rasa dan aroma yang sensitif terhadap panas.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: penerbit ITB
Anonim, September 2004. Peluang Pasar Minyak Atsiri di Pasar India dan
Spanyol, Disperindag Jabar.
Bahan kuliah teknologi bahan alam, sekolah farmasi, 2009
Chouchi, D and Barth, D., 1996. Bigarade Peel Oil by supercritical Carbon
dioxide Desorption, J. Agric. Food. Chem (44) 1100 1104.
Espinosa, S ; Diaz, s ; Brignole. EA, 2000. Optimal design of supercritical fluid
processes, Computer and Chemical Engineering (24) 1301 1307.
http://majarimagazine.com/2011/07/co2-superkritik-pelarut-yang-ramah-

lingkungan/ (diakses pada tanggal 30 oktober 2013)


http://www.nothingham.ac.uk/supercritical
http://www.thartech.com/index.php?page=abaout&subpage=presentation_sfe
Ibanez, E; Oca , A ; Murga, G ; Sebastian, SL, Tabera, J and Reglero, G, 1999.
Supercritical

Fluid

Extraction

and

Fractionation

of

Different

Preprocessed Rosemary Plants, J. Agric. Food Chem (47) 400 1404.


Imison, B and Unthank, D, April 2004. Adding Value To Essential Oils and
Other NaturalIngredients, hal. 2 5, Rural Industries Research &
Development Corporation Publication.
Khajeh, M ; Yamini, Y ; Sefidkon, F ; Bahramifar, N. Comparison of essential oil
composition of Carum copticum obtained by supercritical carbon dioxide
extraction and hydrodistillation methods, article in Press, Food Chemistry
xxx (2003) xxx xxx..
Kou, Dawen dan Mitra, Somenath. Extraction of Organic Compounds from
Solid Matrices. New Jersey. John Willey and Sons. 2003
Ksibi, H, 2004. The Solvent, solute Interaction in Supercritical Solution at
Equilibrium Modeling and Related Industrial Application, Int. J.
Thermodynamics Vol.7 (3) pp. 131 140.
Martinez,JL,April 2004. Supercritical Fluid Technology : A Powerfull tool For
The Nutritional Industry, The Natural Product Industry Insider Magazine.
Mira, B ; Blasco, M ; Berna, A ; Subirats, S, 1999. Supercritical CO2 of
essential oil from orange peel. Effect of operation conditions on the
extract composition, Journal of Supercritical Fluids (14) 95 104.
Mohamed, RS and Mansoori, GA, Juni 2002. The Use of Supercritical Fluid
Extraction Technology in Food Processing, Food Technology Magazine,
The World Markets Research Centre, London, UK.
Poliakoff, M and King, P, Juli 2001. Phenomenal Fluids, Nature, Vol 412, hal.
125.
Wenclawiak, Bernd (Editor). Analysis with Supercritical Fluid: Extaction and
Chromatography. Springer Laboratory. Germany. 1992

Anda mungkin juga menyukai