Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH AVERTEBRATA AIR

CRUSTACEA 2
Disusun oleh:
Iklima Kurnia Dewi

145080507111005

Ummu Uhibbah Amalia

145080507111009

Abizar Agusta E.

145080507111011

Hamidah Tsana J.

145080507111013

Tivania Wiradinata

145080507111015

Karinda Frida Ayu W.

145080507111017

B-02
BUDIDAYA PERAIRAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuania-Nya sehingga Makalah Avertebrata dengan
judul Crustacea ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Dengan disusunnya makalah Avertebrata ini kami berharap dapat menjadi
bahan pengajaran dalam mata kuliah avertebrata air. Dalam makalah ini kami
memuat materi mengenai crustacean yaitu mimi (limulus polyphemus), kepiting,
udang, chopepoda, dhpania, argulus, tardigrada, dan artemia.
Kami ingin menyampaikan rasa terimkasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah avertebrata ini.Kami juga berharap kritik
dan saran bagi makalah ini, karena dengan kritik dan saran tersebut dapat
membantu kami dalam mengembangkan kemampuan yang lebih baik lagi dalam
penyusunan makalah nantinya.Dan kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunandalam makalah ini.karena kesempurnaan hanya
milik Tuhan Yang Maha Esa.
Malang, 14 Desember
2014

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arthropoda berasal dari kata arthors = berbuku-buku dan phodos = kaki,
dalam bahasa Yunani athron = sendi dan pous = kaki. Tubuh bagian luar
beruas-ruas dan anggota tubuhnya berbuku-buku. Habitat hidup umumnya di
laut, perairan tawar, darat, dan udara. Terdapat pada ketinggian 7000m di
atas permukaan laut sampai dengan 6000m di bawah permukaan air laut.
Filum Arthropoda terdiri dari subfilum Onychorphora ; Trilobita (telah
menjadi

fosil

chelirecerata

yang

terdiri

atas

kelas

Merostomata,

Pignogomida,dan kelas Arachnida; serta subfilum Mandibulata (mempunyai


rahang; terdiri atas kelas Crustacea dan Insecta). Arthropoda hampir sama
dengan Polychaeta yaitu mempunyai segmen. Umumnya bersifat nokturnal
dan dioceous. Jenis yhang hidup di darat, fertilisasi terjadi secara internal,
sedangkan yang hidup di air secara eksternal. Telur dikelilingi sitoplasma,
setelah fertilisasi nukleus akan membelah sampai menjadi individu baru.
Sifat umum lain yang penting dari anggota filum ini adalah adanya
embelan tubuh (tonjolan atau appendix) yang bersendi (jointed appendages)
dan tidak berbulu getar. Bentuk tubuh simetri bilateral. Sistem sarafnya
seperti Annelida, mempunyai rongga tubuh yang menyempit, dan rongga ini
terisi darah sehinghga disebut homocoel.
Crustacea adalah arthropoda yang sebagian besar hidup di laut. Tubuh
terbagi dari kepala (cephalin), dada (thorax), dan abdomen. Badan terdiri dari
thorax

dan

abdomen

yang

keduanya

menjadi

satu.

Chepalothorax

merupakan tutup carapace yang terdiri dari thorax dan kepala yang tumbuh
menjadi satu. Ciri umum lain yaitu bernafas dengan menggunakan insang
atau seluruh permukaan tubuh, mempunyai antena dua pasang (sepasang
mandibulla dan maxilla) dan semua atau sebagian ruas tubuh mempunyai
appendix.

Crustacea

mempunyai

beberapa

subkelas

Branchipoda,Ostracoda, Cirripedia, Copepoda, dan Malacostraca.

yakni

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Arthropoda
Arthropoda adalah filum yang mempunyai jumlah anggota spesies paling
banyak, hampir mencakup 75% dari jumlah hewan di dunia. Tubuh bagian
luar beruas-ruas dan anggota tubuhnya berbuku-buku. Hidupnya di laut,
perairan tawar, darat, dan udara. Dalam rongga Arthropoda terdapat cairan
internal skeleton yang berhubungan erat dengan eksternal skeleton.
Saluran pencernaan arthropoda adalah foregut dan hidgut yang
dipisahkan oleh midgut. Otaknya terdiri dari tiga bagian besar yaitu anterior
protocerebrum,

bagian

tengah

deutocerebrum,

dan

bagian

posterior

tritocerebrum. Sistem saraf arthropoda mendeteksi vibrasi atau kekuatan


berkaitan dengan tekanan pada kulit. Semua reseptor saraf menyebar ke
permukaan tubuh. Arthropoda hidup diurnal terutama yang hidup di daratan
dan di litoral. Jenis yang lain hidup nokturnal atau dibagian yang rendah
cahaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat penglihatan adalah
jumlah ommatidia yang menyusun mata dan ukuran mata. Warna juga
direspon

oleh

arthropoda

misal

hermit,

krab,

dan

pagurus

dapat

membedakan warna kuning dan biru.


2.2 Kelas Arthropoda
1.
Insecta
Insecta terdiri dari 35 ordo, 11 ordo hidup di air, umumnya
di air tawar yang dangkal dengan kandungan oksigen yang tinggi.
Bagian tubuh anatomi dari insekta diwakili oleh belalang. Lihat
Gambar
Kelas insecta atau hexapoda terdiri dari 750.000 spesies
yang sudah diketahui, merupakan kelompok hewan terbesar.
2.

(Wijarni,1990)
Arachnida
Hewan-hewan dari klas ini berbeda antara satu kelompok
dengan

kelompok

yang

lain,

tetapi

dalam

beberapa

hal

mempunyai kesamaan, yakni (1) mereka tidak mempunyai antena,


(2) tidak mempunyai rahang sebenarnya, (3) pasangan kaki
pertama berupa capit yang dinamakan kelisera (chelicera), dan (4)
tubuhnya biasanya dapat dibagi menjadi bagian depan, kepaladada dan bagian belakang, abdomen.( Wijarni, 1990)
Menurut Subekti (2010) yang termasuk dalam Classis
Arachnida adalah laba-laba, kalajengking, tungau (mite), dan kutu

(ticks). Arachnida purba hidup di air, kemudia pindah ke darat, dan


hampir semua arachnida masa kini hidup di darat, kecuali
beberapa kembali kelompok yang hidup di air.
3. Myriapoda
Menurut Subekti (2010) tubuh Myriapoda panjang dan
langsing. Ruas badan dapat dikatakan serupa, dan pada tiap ruas
terdapat sepasang kaki jalan, kecuali pada ruas paling ujung.
SubPhylum Myriapoda terdiri atas empat Classis, yaitu
Chilopoda (kelabang), Symphyla (seperti kelabang kecil, panjang
tubuh kurang dari 8 mm), Diplopoda (luwing), dan pauropoda
(seperti kelabang kecil dan pendek, panjang tubuh kurang dari 2
mm). Merupaka hewan darat, tetapi beberapa species dalam tiap
Classis hidup di laut pada daerah pasang surut.
4. Crustacea
Menurut Arfiati (2001) Crustacea adalah arhtropoda yang
sebagian besar hidup di laut. Tubuhnya terbagi dari kepala
(chepalin), dada (thorax) dan abdomen.Ciri umum lain yaitu
bernapas dengan menggunakan insang atau dengan seluruh
permukaan tubuh, mempunyai antena 2 pasang (sepasang
mandibula dan sepasang maxilla) dan semua atau sebagian ruas
tubuh

mempunyai

appendix.

Appendix

dada

bentuknya

bermacam-macam dan ada yang digunakan untuk berjalan yang


disebut dengan kaki jalan .
Klas Crustacea mempunyai

beberapa

sub

klas

yakni

Branchipoda yang tidak mempunyai appendix di perut, sub klas


Ostracoda, sub klas Cirripedia, sub klas Copepoda dan sub klas
Malacostracea.

BAB 3
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini penyaji akan mengulas lebih dalam mengenai
kelas Crustacea.
CRUSTACEA
3.1 Pengertian

Crustacea merupakan hewan yang hidup pada ekosistem akuatik.Tubuh


crustacea terdiri dari thorax dan abdomen.Tubuhnya memiliki segmensegmen, kepala, thoraxs, dan abdomen.Penyatuan (fusi) beberapa ruas
thorax dan abdomen adalah hal yang lazim bagi crustacea.Cephalotorax,
merupakan fusi antara thoraxs dan kepala.Kepala crustacea dewasa memiliki
ciri khas yaitu sepasang antena I, sepasang antenna II, sepasang
mandibular, sepasang maksila I dan sepasang maksila II.
3.2Habitat
Sebagian besar habitat crustacean pada umumnya di ekosistem air
laut.Beberapa di air tawar. Dan pada spesies crustacea yang lain, jika
spesies tersebut telah mencapai usia dewasa, mereka hidup di darat.
3.3 Struktur tubuh
Tubuh crustacea bersegmen atau beruas yang terdiri atas sefalotora
( kepala dan dada menjadi satu), abdomen (perut). Ukuran tubuh crustacea
bagian anterior lebih besar dibandingkan ukuran tubuh bagian posterior.
Pada bagian kepalanya terdapat beberapa alat mulut, yaitu dua pasang
antena, satu pasang mandibula yang berfungsi untuk menggigit mangsanya,
satu pasang maksilla, satu pasang maksilliped. Maksila dan maksilliped ini
berfungsi sebagai penyaring makanan dan mengantarkan makanan ke
mulut. Alat geraknya berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen)
yang berfungsi sebagai alat renang, untuk merangkak dan menempel di
dasar perairan.

3.4 Sistem Gerak


Secara umum crustacea bergerak dengan cara berenang. Mereka
berenang dengan menggunakan kaki renangnya.Cara berenang Cladocera
sangat khas, tenaga pergerakannya adalah antenna II.
3.5 Sistem Pencernaanan
Alga, protozoa, bakteri dan sisa-sisa bahan organic merupakan makanan
dari crustacea. Rotifer dan entomostracan lain (pada ordo Cladocera)
merupakan makanan dari jenis crustacean predator. Copepoda memakan

fitoplankton, hewan-hewan kecil dan detritus.Beberapa jenis crustacea


bersifat scavenger dan hidup sebagai parasit.
Mulutnya terletak di bagian anterior, sedangkan esofagus, lambung,
usus dan anus terdapat pada bagian posterior. Crustacea mempunyai
kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di bagian cephalotorak dna
kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga
dibuang melalui alat eskresi yang disebut kelenjar hijau yang terletak di
dalam kepala crustacea.
3.6 Sistem Saraf
Sistem sarafnya tersusun oleh suatu struktur saraf yang menyerupai
tangga tali, maka sering disebut sebagai saraf tangga tali. Ganglion otaknya
berhubungan dengan alat indera yaitu antena ( alat peraba ), statocyst ( alat
keseimbangan ), dan mata majemuk ( facet) yang bertangkai.
3.7 Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah crustacea terbuka, jadi beredar tanpa melalui
pembuluh darah. Darahnya tidak mengandung hemoglobin melainkan
hemosianin yang daya ikat terhadap oksigen (O 2) lebih rendah dibanding
dengan hemoglobin.
3.8 Sistem Pernafasan
Pada umumnya bernafas dengan insang, kecuali yang bertubuh
crustacea yang berukuran sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan
tubuhnya.

3.9 Sistem Reproduksi


Crustacea bereproduksi dengan cara parthenogenesis, dan hanya
menurunkan individu betina pada kondisi normal. Juvenl atau hewan muda
memiliki bentuk yang serupa dengan individu dewasa, tetapi berukuran lebi
kecil.Telur Cladocera yang dibuahi berkulit tebal dan gelap (ephripium),
tahan terhadap kekeringan dan kedinginan.

Cara membedakan copepoda jantan dan betina dengan melihat urosome,


antena I dan kaki ke-5 atau betina mudah dikenali apabila tampak adanya
kantung telur maupun spermatophora.Hidup copepoda secara bebas
biasanya

hanya

mempunyai

testes

dan

merupakan

satu-satunya

Entomostraca yang membentuk spermatophora.Spermathopora dipindahkan


pada betina dan diletakkan pada lubang receptacle dengan perekat
menggunakan kaki.Sekali kopuasi dapat digunakan untuk membuahi
beberapa kelompok telur.Telur menetas menjadi larva nauplius (4-5 instar)
copepodis (6 instar) dewasa.Siklus hidupnya dapat berlangsung anatara
satu minggu sampai dengan satu tahun tergantung jenis dan lingkungan.
Ada jenis yang membuat telur dorman dengan kulit tebal untuk
mempertahankan diri dan ada pula yang melindungi diri dengan cara
membentuk kista (aestivasi).
3.10 Sistem Ekskresi
Organ ekskresi crustacean adalah segmen ke-2 antena (sepasang) atau
segmen maksila. Yang berhubungan dengan gelembung udara (bladder)
semacam kantung dalam haemocoel (rongga tubuh), sambungan ini lebih
besar pada jenis air tawar. Hasil ekskresi yang utama adalah aroma, amino
nitrogen, urea (pada jenis air tawar).
3.11 Klasifikasi
Klasifikasi Crustacea dibagi menjadi dua yakni meroplankton dan crustacea
besar. Adapun sub kelas yang termasuk dalam kelompok crustacea besar
adalah sebagai berikut:

3.11.1 Mimi (Limulus polyphemus)


3.11.1.1 Pengertian
Mimi merupakan family limulidae yang juga dikenal dengan
sebutan

kepiting

atapal

kuda/horseshoe

crab.

Hewan

ini

merupakan kelompok kuno arthropoda yang memiliki tubuh yang


berlampis cangkang yang keras dan berbentuk oval. Mimi memiliki

ekor yang kaku dan lima pasang kaki yang mereka gunakan untuk
berenang, berenang, dan mengumpulkan makanan.
3.11.1.2 Habitat
Menurut

Romimoharto

(2005)

hewan

ini

biasanya

memendam di dasar laut dan hidup di pasir. Mimi dapat berenang


atau berjalan didasar laut. Mereka juga hidup dipantai-pantai yang
berlumpur dan sering ditemukan di dekat muara sungai.
3.11.1.3 Struktur Tubuh

Gambar 1. Struktur tubuh Mimi


Seperti ditunjukan pada Gambar 1.,tubuh mimi dibagi menjadi
cephalothorax

anterior

dan

posterior.Memiliki

telson

yang

berfungsi sebagai alat untuk menggali di pasir dan tuas jika


binatang itu menemukan dirinya terbalik.Kepiting tapal kuda
dilengkapi dengan 4 pasang kaki berjalan yang berakhir dengan
cakar.Pasangan kelima lebih besar dan memungkinkan hewan
untuk sukar maju. Segmen tengah setiap kaki ditutupi dengan duri
yang digunakan untuk mengunyah makanan sebelum dilewatkan
ke depan dan ke dalam mulut yang terletak di dasar kaki.
Menariknya, penggerak dan makan sangat erat, karena binatang
bisa mengunyah hanya ketika bergerak.

Empat pertama dari lima pasang kaki digunakan untuk


berjalan, sementara pasangan terakhir yang terletak di dekat
insang digunakan untuk mendorong. Penjepit kecil pada pasangan
terakhir juga digunakan untuk membersihkan insang di perut.
Jantan dapat dibedakan oleh pasangan kaki pertama yang lebih
berat daripada betina.
Ekor seperti spike berfungsi sebagai kemudi dan jika kepiting
adalah untuk membalik terbalik, mungkin menekuk perut tersebut
pada titik di mana ia bergabung dengan karapas dan menggali
pasir dengan ekor untuk mendukung dirinya sendiri.
3.11.1.4 Sistem Pencernaan
Kepiting

tapal

kuda

atau

mimi

adalah

hewan

omnivora,

makanannya adalah kerang kecil, moluska, cacing, ikan mati dan


ganggang. Mereka makan melalui mulut yang terletak di dasar
kaki, yang ditutupi dengan bulu tebal (gnathobases) yang
mengarah ke dalam digunakan untuk menggiling makanan
sebagai hewan ini berjalan.
Makanan ini kemudian didorong ke mulut oleh chelicera, yang
kemudian jatuh ke kerongkongan dimana tanah lebih lanjut dan
melewati ke dalam perut dan usus. Limbah diekskresikan melalui
anus terletak di sisi ventral di depan telson (ekor).
3.11.1.5 Sistem Peredaran Darah
Fakta lain yang menarik adalah bahwa kepiting tapal kuda
atau mimi cukup umum adalah "darah biru." Oksigen diangkut
dalam darah dari kepiting tapal kuda dengan sebuah molekul yang
mengandung hemocyanin, yang mengandung tembaga sehingga
menyebabkan darah menjadi biru bila terkena udara. Hewan
berdarah

merah-sebagian

hemoglobin

besar

membawa

oksigen

dalam

yang kaya zat besi menyebabkan darah mereka

untuk berubah menjadi merah bila terkena udara.


3.11.1.6 Sistem Pernafasan

Respirasi dilakukan melalui 6 pasang pelengkap yang


melekat pada bagian bawah perut yang disebut buku insang.
Pasangan pertama, disebut operculum, melindungi lima pasangan
lainnya, yang organ pernapasan dan rumah pembukaan kelamin
pori-pori di mana telur dan sperma dilepaskan dari tubuh.

3.11.1.7 Sistem Reproduksi


Musim kawin pada kepiting tapal kuda atau yang biasanya
disebut dengan mimi berlangsung selama beberapa bulan. Yaitu
pada musim semi dan musim panas. Mimi jantan menggunakan
sepasang cakarnya untuk menarik mimi betina. Telur yang
dihasilkan dalam proses reproduksi sekitar 2.000 sampai 30.000
telur dalam setiap sarang di pasir. Kemudian mimi jantan
melepaskan spermanya untuk membuahi telur tersebut. Telur
tersebut memiliki ukuran sekitar 2-3mm dan merupakan daya tarik
bagi migrasi burung untuk makanannya.setelah beberapa bulan
telur menetas dan menjadi larva panjang yang nantinya
3.11.1.8 Peranan Mimi

Kepiting tapal kuda ini dapat digunakan dalam kegiatan biomedis


Dapat juga digunakan untuk mendeteksi mikroba pathogen dalam

cairan cairan medis, obat- obatan suntik dan perlengkapan


Proteinnya digunakan untuk mendeteksi kotoran dalam obat

intravena
Darahnya dapat digunakan dalam penelitian kanker terapi,
diagnosis leukemia dan untuk mendeteksi kekurangan vitamin
B12.

3.11.2 Kepiting (Brachyura)


3.11.2.1 Pengertian
Kepiting merupakan anggota crustacea berkaki sepuluh
dari upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai
ekor yang sangat pendek. Dalam bahasa yunani brachy = pendek,

ura = ekor, atau yang perutnya (abdomen) sama sekali


tersembunyi di bawah dada (thorax).
Kepiting dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu
kepiting Anomura (kepiting semu). Semua species kepiting
Brachyura dapat dengan mudah dibedakan dari kepiting Anomura.
3.11.2.2 Habitat
Kepiting

merupakan

fauna

yang

habitat

dan

penyebarannya terdapat di air tawar, payau dan laut.Jenisnya


sagat

beragam

dan

dapat

hidup

di

berbagaai

kolam

perairan.Sebagian besar yang kita ketahui kepiting banyak hidup


di perairan payau terutama daerah mangrove.

3.11.2.3 Struktur tubuh

Gambar 2. Struktur tubuh brachyura


Seperti ditunjukan pada Gambar 2 diataskepiting sejati
memiliki lima kaki, sepasang kaki pertama dimodivikasi menjadi
capit tetapi tidak digunakan untuk bergerak. Hampir semua jenis
kepiting perutnya terlipat dibawah cephalothotax.Bagian tubuhnya
ditutupi oleh maxilliped yang rata.Bagian depan dari carapace
tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih.

3.11.2.4 Sistem Gerak


Kepiting Brachyura pada umumnya memiliki 4 pasang kaki gerak
yang berkembang dengan baik, sedangkan kepiting Anomura
hanya memiliki 3 pasang kaki gerak. Kaki gerak keempat dari
kepiting Anomura sangat kecil dan sulit dilihat. Ada juga beberapa

kepiting Brachyura yang memiliki kaki gerak keempat tereduksi,


seperti kepiting dari famili Dymnomenidae dan Retroplumidae,
atau bahkan hilang sama sekali, seperti kepiting dari famili
Hexapodidae.
Bagian tubuh kepiting Anomura adalah perisai (shield),
perut (abdomen), serta organ gerak yang terdiri dari capit
(cheliped) dan kaki gerak (pereopod 2,3,5). Pereopod keempat
dan kelima biasanya tereduksi. Organ gerak baik capit maupun
pereopod terdiri dari bagian-bagian merus, propodus, dactyl.
Bagian tubuh kepiting Branchyura yang utama terdiri dari karapas
(carapace), perut (abdomen), capit (cheliped) dan kaki gerak (kaki
gerak 1,2,3,4).Ada perbedaan penomoran kaki gerak untuk
Anomura dan Brachyura sesuai keumuman yang dipakai dalam
deskripsi spesies pada publikasi ilmiah.
3.11.2.5 Sistem Pencernaanan
Jenis pakan yang dikonsumsi kepiting dapat berupa
artemia, ikan rucah, daging kerang-kerangan, hancuran daging
siput, dan lumut. Alat pencernaan terbagi menjadi tiga, tembolok,
lambung otot, lambung kelenjar. Di dalam perut terdapat gigi
kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi
kalsium juga terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan
rangka luar (eksoskeleton) setelah terjasi eksdisis (pengelupasan
kulit).
Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut,
kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus.
Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme
tubuh dieskresikan lewat kelenjar hijau.
3.11.2.6 Sistem Peredaran Darah
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk
mengangkut dan mengedarakn O2dari perairan ke sel-sel tubuh
yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi,
garam-garam, hormon, dan anti-bodi serta mengangkut O 2 dari

dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar


tubuh. Sistem peredaran darah kepiting termasuk peredaran darah
terbuka karena beredar tanpa melalui pembulh darah. Darah tidak
mengandung hemoglobin (Hb) melainkan hemosianin yang daya
ikatnya terhadap oksigen rendah.
3.11.2.7 Sistem Pernafasan
Kepiting bernafas menggunaka insang, kecuali yang
bertubuh sangat kecil dengan seluruh permukaan tubuhnya dan
memiliki sebuah jantung untuk memompa darah. Mekanisme
pernafasan dimulai dari pertukaran CO2 dan O2 terjadi secara
difusi ketika air dari kepiting yang masuk melalui mulut, terdorong
ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air
akan diikat oleh hemosianin, sedangkan CO2 yang banyak
diakandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah
yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali
ke seluruh organ tubuh dan sterusnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuh O2 pada kepiting yakni, ukuran dan umur,
aktivitas kepiting, jenis kelamin dan stadia reproduksi.
3.11.2.8 Sistem Reproduksi
Reproduksi kepiting terjadi diluar tubuh, hanya saja
sebagian kepting meletakkan telur-telurnya pada tubuh yang
betina.Kepiting betina melepaskan telur sesaat setelah kawin.
Telur yang akan dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat
penyimpanan sperma. Jumlah telur yang dibawa tergantung
ukuran kepiting. Telur ini akan menetas setelah beberapa hari
kemudian menjadi larva yang dikenal zoea. Larva kepiting
selanjutnya

hidup

sebagai

plankton

dan

meakukan

moultingbeberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu agar


dapat tinggal di perairan sebagai hewan dasar.

3.11.3 Udang (Macrura)


3.11.3.1 Pengertian

Filum

: Arthropoda

SubFilum

: Crustacea

Kelas

: Malacostraca

SubKelas

: Eumalacostraca

Superordo

: Eucarida

Ordo

: Decapoda
Udang atau macrura mempunyai bentuk tubuh yang

memanjang.Terdiri dari kepala-dada dan abdomen yang terkadang


disebut ekor dan memiliki kaki beruas enam. Pada bagian kepala
terdapat dua pasang antenna, satu pasang mata bertangkai, dan
lima pasang kaki jalan. Pada bagian ekor terdapat enam pasang
kaki renang, sepasang untuk tiap ruas, sebuah telson dan dua
pasang uropodia.
3.11.3.2 Habitat
Udang barong dari marga Panulirus yang termasuk dalam
suku Palinuridae jenisnya terdiri dari empat belas jenis yang
tersebar di perairan tropis. Biasanya Panulirus ditemukan pada
lingkungan di perairan karang dari permukaan sampai kedalaman
100m.Terutama di perairan hangat dengan kisaran suhu 20-30C
yang terletak diantara 30LS-30LU.
3.11.3.3 Struktur tubuh

Gambar 3. Struktur tubuh Macrura

Seperti ditunjukan pada Gambar 3diatas tubuh udang bersegmen


(beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi
satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh
besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya
sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
1.
2.
3.
4.

2 pasang antena
1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
1 pasang maksilla
1 pasang maksilliped

Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan


menghantarkan makanan ke mulut.
3.11.3.4 Sistem Gerak
Alat geraknya berupa kaki. Kaki ini berjumlah 1 pasang
disetiap ruas pada

abdomen yang. Kaki berfungsi untuk

berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan.


3.11.3.5 Sistem Pencernaanan
Udang karang bersifa karnivora, tetapi dapat pula bersifat
pebangkai dan omnivore.Terutama hewan mati maupun jenis
hewan yang tinggal di dasar atau di karang yang bergerak lambat
seperti kerangkerangan, bintang laut, keong (molusca), udang,
jenis kepiting maupun ikan-ikan yang terluka. Udang karang
merupakan mangsa biota dasar yang sangat bergantung pada
kondisi fauna dasar. Kerusakan pada kondisi perairan akan secara
langsung dapat mempengarui kondisi perikanan dan udang
karang. Udang karang merupakan binatang yang aktif pada
malam hari.Binatang ini keluar dari tempat tinggalnya untuk
mencari makan.
3.11.3.6 Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada udang disebut peredaran
darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh
darah.

Darah

tidak

mengandung

hemoglobin

melainkan

hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.

3.11.3.7 Sistem Pernafasan


Umunya udang bernafas dengan insang. Kecuali udang
yang bertubuh sangat kecil. Udang kecil bernafas dengan seluruh
permukaan tubuhnya.
3.11.3.8 Sistem Reproduksi
Larva filosoma
-

Filosoma memiliki kaki yang termodifikasi sebagai alat berenang.


Larva filosoma memiliki beberapa tingkatan untuk tiap jenis udang
karang yang jumlah tingkatannya berbeda-beda. Tidak semua
jenis udang karang diketahui dengan jelas jumlah tingkatan larva
filosomanya. Penulirus penicillatus memiliki 11 tingkatan filosoma.
Perubahan dalam perkembangan tingkat filosoma 1 ke tingkat
selanjutnya dicirikan oleh terjadinya perubahan dalam bentuk
penambahan umbai-umbai, bulu-kaku, dan bentuk dari selubung

kepala (cephalic shield) dan terjadi secara bertahap.


Semua tingkatan larva filosoma hidup melayang sebagai plankton.
Setelah menjalani tingkat larva filosoma akhir, terjadi pergantian
kulit dan bentuk baru yang muncul kemudian samasekali berlainan
dengan bentuk filosoma dan dinamakan peurulus atau udang
karang muda.

Udang karang muda


-

Tingkat perkembangan Peurulus sudah menyerupai bentuk udang


karang

dewasa.

mengandung

zat

Peurulus

memiliki

kulit

kapur.

Selanjutnya,

yang

Peurulus

keras

dan

mengalami

pergantian kullit lagi dan menjadi udang karang kecil dengan


kerangka luar yang telah mengandung zat kapur dan tinggal di
dasar perairan.
3.11.3.9 Sistem Ekskresi
Memiliki kelenjar antena (antennal gland atau green gland
yang berfungi untuk mengontrol volume atau tekanan cairan

internal dan ion misalnya Mg+2. Sel kelenjar antena berfungsi untuk
enksresi dan reabsorbi selektif.
Adapun sub kelas yang termasuk dalam kelompok meroplankton adalah
sebagai berikut:
3.11.4 Copepoda
3.11.4.1 Pengertian
Filum

= Arthropoda

Sub Filum

= Crustacea

Kelas

= Maxillopoda

Sub Kelas

= Copepoda

Ordo

= Calanoid Harpacticoid, Cyclopoid, Gelylloida,


Harpacticoida,Misophrioida,Monstrilloida,
Platycopioida, Poecilostomatoida, Siphonostoida,
Argulidae
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu cope = dayung

dan pous = kaki. Hewan kecil ini tidak terlihat dengan mata
telanjang.

Copepoda

merupakan

zooplankton,

salah

satu

komponen dalam daur energi rantai makanan. Copepoda ada


yang hidup sebagai parasit, badannya pipih di kiri kanan, kakinya
pendek.
3.11.4.2Habitat
Copepoda ditemukan di laut dan air tawar. Banyak yang
hidup di wilayah tempat basah, seperti rawa-rawa, di bawah daun
jatuh di hutan basah, mata air dan kolam. Banyak tinggal di bawah
laut dan air tawar gua.
3.11.4.3Struktur tubuh

1. Tubuhnya terdiri dari ruas ruas, ruas ruas tersebut terbagi


menjadi dua bagian utama yaitu metasome (m) dan urosome
(u).

Metasome

biasanya

tampak

lebih

lebar

daripada

urosome.
2. Metasome memiliki ciri khas yaitu terdiri dari lima ruas yang
terkadang jumlahnya berkurang karena diantara ruas ruas
tersebut ada yang berpadu.
3. Ruas pada urosoma biasanya berjumlah antara satu sampai
lima ruas.
4. Terdapat lubang kemaluan (genital apperture) pada ruas
pertama urosome (genital segmen) dan anus terdapat pada
ruas terakhir urosome (anal segmen).
5. Pada anal segment terdapat tonjolan (projection) yang
bercabang dua yang dinamakan furcal rami dan dimasing
masing cabang terdapat bulu bulu (setae)
6. Pada betina selalu dilengkapi dengan

kantung

telur.

Sedangkan yang jantan spermatophora, bereproduksi dengan


cara kaki dipindahkan ke receptacle betina dan membuahi
beberapa kelompok telur.
3.11.4.4 Indera
Alat indera yang jelas adalah bintik mata. Bintik mata
tersebut terletak di tengah antero dorsal dari chepalothorax. Bintik
mata juga dapat disebut cyclop (raksasa bermata satu).
3.11.4.5 Sistem Pencernaanan
Makanan copepoda berupa tumbuhan bersel satu. Selain
tumbuhan, copepoda juga memakan bakteri, hewan kecil, dan

detritus.Maxillae, antena maxillipeds dan mendorong makanan ke


arah mandibula (rahang), yang memproses makanan.
3.11.4.6 Sistem Peredaran Darah
Copepoda

termasuk

dalam

subphylum

Crustacean.Peredaran darahnya adalah peredaran darah terbuka.


Jantung dan pembuluh darah ada yang punya. Namun ada jenis
yang lain tidak punya.
3.11.4.7 Sistem Pernafasan
Copepoda tidak memiliki alat respirasi khusus. Pertukaran
O2 dan CO2pada copepod melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Pertukaran gas dilakukan dengan cara difusi.
3.11.4.8 Sistem Reproduksi
Copepod bereproduksi secara dioecious atau berumah
dua.Species ini melakukan perkawinan.Betina

mempunyai

sebuah atau sepadang ovary dan seminal receptacle.Copepoda


jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan
membentuk spermatopora.
Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang betina
dengan antenna pertama atau reanang ke empat atau kelima
yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatopora pada betina
dalam pembuahan di receptacle.Sekali kopulasi dapat diguanakan
untuk membuahi 7-13 kelompok telur. Telur yang telah dibuai ,
dierami dalam sebuah ataupun sepasang kantung telur.
Telur dierami selama 12 jam sampai 15 hari, sehingga
kantung telur tersebut hancur sehingga keluar larva yabg disebut
nauplius.Kemudian copepod betina menghasilkan kantung baru
dan kelompok telur baru.Untuk mempertahankan hidup terhadap
kondisi lingkungan buruk copedoda air tawar mengahsilkan telur
dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang
tebal.Siklus hidupnya dari telur akan berubah menjadi nauplius
dan kemudian menjadi copepoda dewasa.Siklus ini berlangsung

selama satu minggu atau satu tahun tergantung jenis dan


lingkungannya.
3.11.4.9 Peranan
Copepoda adalah golongan udang renik yang sering
menyerang tubuh ikan bagian luar dan insang. Parasit ini dapat
hidup di air tawar maupun air asin dan sangat sulit dikontrol.
Anggota copepoda yang bukan parasit sering berperan sebagai
inang perantara dari parasit cacing. Banyak parasit Copepoda
yang menembus daging ikan tanpa dapat dicegah oleh perlakuan
kimia.
Selain sebagai parasit, copepod juga memiliki peran
penting dalam dunia perikanan.Copepoda memiliki kandungan
protein yang tinggi sebesar 44%-52% yang sangat bermanfaat
sebagai pakan alami ikan.Selain itu memiliki kandungan asam
amino yang tinggi untuk meningkatkan daya reproduksi ikan,
mempercapat pertumubuhan ikan, meningkatkan daya tahan
tubuh, serta mencerahkan daya tahan tubuh ikan.Copepoda
memiliki kandungan DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong
perkembangan mata dan meningkatkan derajat kelulushidupan
larva. Copepoda juga mempunyai kandungan lemak polar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga dapat
menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan (Mcevoy
dkk., 1998 dalam Umar, 2002).
3.11.5 Dhapnia magna
3.11.5.1 Pengertian
Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia magna adalah
sebagai berikut :
Filum

: Arthropoda

Subfilum

: Crustacea

Kelas

: Branchiopoda

Subkelas

: Diplostraca

Ordo

: Cladocera

Subordo

: Eucladocera

Famili

: Daphnidae

Subfamili

: Daphnoidea

Genus

: Daphnia

Spesies

: Daphnia magna

Daphnia adalah salah salah satu filum arthropoda yang


kehidupannya secara umum berada di air tawar.Spesies spesies
dari jenis daphnia banyak ditemukan mulai dari daerah tropis
hingga ke daerah artik dengan berbagai macam ukuran habitat
mulai dari kolam yang berukuran kecil hingga kolam yang
berukuran besar yang bisa juga disebut dengan danau. Dari sekiar
lima puluh spesies genus daphnia di seluruh dunia, hanya ada
sekitar enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di
daerah tropika. Salah satunya adalah Daphnia magna.
3.11.5.2 Habitat
Habitat daphnia yaitu meliputi rawa, rawa asam, danau, kolam,
sungai, dan beberapa mata air.
3.11.5.3 Struktur tubuh

Pembagian

segmen

tubuh

Daphnia

hampir

tidak

terlihat.Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah


tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang
jelas.Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh
tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang
berada pada rongga perut.Bagian tubuh yang paling terlihat
adalah mata, antenna dan sepasang seta.Pada beberapa jenis
Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak
dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
3.11.5.4Sistem Gerak
Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk
membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang
tidak mampu terserap.Organ Daphnia untuk berenang didukung
oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar.Gerakan antenna
ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus.
3.11.5.5Sistem Pencernaanan
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi
sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan
berbagai

macam

detritus

organik

termasuk

protista

dan

bakteri.Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya


di lingkungan terkontrol seperti laboratorium.Pertumbuhannya
dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel

makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang


akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui
anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan.
3.11.5.6 Sistem Peredaran Darah
Jantung

daphnia

merupakan

struktur

globular

kecil

dibagian anterodorsal tubuh. Kecepatan denyut jantungnya


dipengaruhi beberapa faktor antara lain aktivitas, ukuran dan
umur, cahaya, temperatur (suhu), dan obat-obat (senyawa kimia).
Suhu mempengaruhi proses
fisiologis organisme
termasuk frekuensi denyut jantung. Penaikan ataupun penurunan
tersebut dapat mencapai duakali aktivitas normal. Jantung berupa
kantong berbentuk pelana terletak didalam thoraks sebelah dorsal
ditengah-tengah. Jantung terikat pada dinding-dinding sinus
pericardii dengan perantara sejumlah ligamenta. Tiga pasang
lubang yang dilengkapi dengan valva disebut ostia (bentuk tunggal
ostium) yang memungkinkan darah masuk kembali dari sinus
yang melingkunginya
3.11.5.7Sistem Reproduksi
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara
parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan
menempel pada tubuh induk.Daphnia yang baru menetas harus
melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum
tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas.Siklus
hidup

Daphnia

sp.

yaitu

telur,

anak,

remaja

dan

dewasa.Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas


di dalam ruang pengeraman.Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5
mm,

anak

pertama

sebesar

0,8

mm

dihasilkan

secara

parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama


kali pada umur 4-6 hari.Adapun umur yang dapat dicapainya 12
hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak
29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi
dengan individu dewasa. Proses reproduksi ini akan berlanjut jika
kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak

ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi


seksual.
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang
betina.Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian
abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka
carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi
sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan
yang

bernama

ephipium

untuk

mencegah

dari

ancaman

lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas.


3.11.5.8Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi organ dari Daphnia adalah kelenjar.
Kelenjar

tersebutbiasa

disebut

kelenjar

cangkang.

Kelenjarcangkang dibungkus oleh suatu kulit punggung.


3.11.6 Artemia salina liin
3.11.6.1 Pengertian
Artemia merupakan zooplankton yang diklasifikasikan ke
dalam filum Arthropoda dankelasCrustacea. Secara lengkap
sistemarika artemia dapat dijelaskan sebagai berikut:
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Crustacea

Subkelas

: Branchiophoda

Ordo

: Anostraca

Famili

: Artemiidae

Genus

: Artemia

Spesies

: Artemia salina linn.

Nama Artemia sp.diberikan untuk pertama kali oleh


Schlosser yang menemukannya di suatu danau asin pada tahun
1755. Kemudian oleh Linnaeus (1758) melengkapkan nama remik
ini menjadi Artemia salirw. karena daya toleransinya terhadap
salinitas yang amat tinggi.Selain spesies Artemia, salimi, ada
beberapa spesies yang diberikan nama bagi strain zigogenerik,
yaitu bila di dalam populasi bercampur antara spesies berina dan

jantan. Nama-nama tersebut di antaranya Artemia tunisiana.


Anemia franciscana, Anemia fersimilis, Artemia urmiana, dan
Anemia monica. Namun demikian, nama Anemia salina atau
disingkat artemia saja tetap umum digunakan.
3.11.6.2 Habitat
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu 25-30 derajat celcius. Kista artemia kering tahan
terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat
ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain
shrimp. Kultur biomasa artemiayang baik pada kadar garam 30-50
ppt. Untuk artemiayang mampu menghasilkan kista membutuhkan
kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
3.11.6.3 Struktur tubuh

Gambar 3

Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt


akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru
menetas

dikenal

dengan

nauplius.

Nauplius

dalam

pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masingmasing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar
(Pitoyo, 2004) .Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar

I.Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron


dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah
24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II,
Gnatobasen

sudah

berbulu,

bermulut,

terdapat

saluran

pencernakan dan dubur. Tingkatan selanjutnya, pada kanan dan


kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk (Lihat
Gambar. Bagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas
kaki, setelah instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11
pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (Proses instar I-XV)
antara 1-3 minggu (Mukti, 2004). Telur artemia yang kering atau
kista berbentuk bulat cekung, berwarna coklat, berdiameter 200
300 mikron dan di dalamnya terdapat embrio yang tidak aktif.
Nauplius artemia mempunyai tiga pasang anggota badan yakni
antenna I yang berfungsi sebagai alat sensor, antena II berfungsi
sebagai alat gerak atau penyaring pakan dan rahang bawah
belum sempurna. Di bagian kepala antara ke dua antenna
terdapat bintik merah (ocellus) yang berfungsi sebagai mata
nauplius. Artemia dewasa berukuran 1 2 cm dengan sepasang
mata majemuk dan 11 pasang thoracopoda. Setiap thoracopoda
mempunyai eksopodit, endopodit dan epipodit yang masingmasing berfungsi sebagai alat pengumpul pakan, alat berenang
dan alat pernapasan. Pada yang jantan, antenna II berkembang
menjadi alat penjepit dan pada bagian belakang perut terdapat
sepasang penis. Pada yang betina, antenna menjadi alat sensor
dan pada kedua sisi saluran pencernaan terdapat sepasang ovari.
Telur-telur yang telah masak dipindahkan dari ovari ke dalam
sebuah kantong telur atau uterus (Sumeru, 1984).
Pada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami
moulting. Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm ditandai
dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala,
antena berfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antena berubah
menjadi alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat
pada bagian belakang tubuh. Pada jenis betina antena mengalami
penyusutan

3.11.6.4 Sistem Gerak


Selama kondisi terendam air laut, kista yang bentuknya
bundar

(biconcave) akan terhidrasi, berubah bentuk menjadi

lonjong

(spherical),

dan

didalam

cangkang

embrio

terus

mengalami proses metabolisme.


3.11.6.5 Sistem Reproduksi
Chumaidi

et

al.,

(1990)

menyatakan

bahwa

perkembangbiakan artemiaada dua cara, yakni partenhogenesis


dan biseksual. Pada artemiayang termasuk jenis parthenogenesis
populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur
dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan
pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan
betina

yang

berkembang

melalui

perkawinan

dan

embrio

berkembang dari telur yang dibuahi.


3.11.6.6 Sistem Ekskresi
Artemia

dapat

mentolerir

kadar

salinitas

10%

dari

keseluruhan air laut sampai pada titik jenuh dari sodium klorida.
Artemia memiliki perubahan tekanan osmosis internal yang lebih
sedikit dari kondisi eksternal. Tekanan tersebut berkisar antara 1%
NaCl, ada yang 2,8%, bahkan 30%. Regulasi ion tersebut terjadi
karena adanya penyerapan garam ke dalam insang ketika Artemia
berada di kondisi hipotonis.Artemia juga dapat mengekskresikan
urinenya yang hipertonis ke dalam darah.Tekanan osmotik dari
urine bekerja 4X kali lebih cepat daripada darah.
3.11.7 Argulus
3.11.7.1 Pengertian
Argulus atau dikenal dengan kutu ikan merupakan parasit
bagi ikan. Argulus termasuk golongan udang-udangan dari family
branchiura. Argulus memiliki sifat parasitic yang cenderung
temporer dengan mencari inangnya secara acak dan dapat
berpindah secara bebas. Argulus mampu bertahan di luar tubuh

ikan selama beberapa hari. Argulus memiliki anti-koagulan darah


dalam stylet-nya.
Serangan Argulus tidak menimbulkan ancaman kematian
pada

ikan

yang

bersangkutan.Akan

tetapi

luka

yang

ditimbulkannya dapat menjadi rentan terhadap serangan jamur


dan bakteri.Pada serangan yang sangat parah ikan dapat
kehilangan banyak darah, atau juga mengalami stress osmotik
akibat

luka-luka

kemungkinan

yang

pada

menganga

serangan

sehingga

yang

sangat

tidak
parah

tertutup
dapat

menyebabkan kematian.Argulus diketahui dapat pula menjadi


vector penyakit lainnya.
3.11.7.2 Struktur tubuh

3.11.7.3 Sistem Peredaran Darah


3.11.7.3 Sistem Reproduksi
Argulus merupakan parasit yang biasanya melakukan
perkawinan di perairan terbuka. Parasit tersebut mengkonsumsi
darah

dari

inangnya.

Argulus

biasanya

kawin

dalam

air

terbuka.Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau


lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat. Telur

akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada


umumnya menetas pada waktu yang berbeda Larva Argulus
dengan ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya
menyerang ikan. Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali
sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini
berlangsung dalam waktu 5 minggu.

3.11.8 Tardigrada
3.11.8.1 Pengertian
Tardigrada

merupakan

bagian

dari

supefilum

Acdysozoa.

Tardigrada ukurannya sangat kecil dan hidup di air dengan kaki


berjumlah delapan. Tardigrada pertama kali dideskripsikan oleh
Eprhaim Goeze pada tahun 1773. Nama Tardigrada berarti
pejalan lambat yang diberikan oleh Spallanzani (1777).
3.11.8.2 Habitat
Tardigrada bisa ditemukan di semua bagian dunia, mulai
dari

puncak Himalayahinngga

di

dasar samudera,

dan

dari kutub hingga di bagian ekuator.Tempat yang paling disukai di


tempat berganggang.Di pantai, tanah maupun di air dapat
dijumpai binatang mini ini.Hal yang paling menarik dari hewan ini
adalah kemampuan untuk beradaptasi di lingkungan yang sangat
ekstrem.

3.11.8.3 Struktur tubuh

Ukuran tardigrada bervariasi yang terkecil ukurannya kurang dari


0,1mm, sementara yang terbesar hanya sekitar 1,5mm. Tardigrada
memiliki tubuh gemuk seperti ulat dengan kepala di bagian depan
dan 4 segmen di belakangnya. Berdasarkan pengamatan pada
bagian dalam tubuhnya. Tardigrada diketahui memiliki sistem
organ yang sederhana. Tubuh luar tardigrada pendek dan silinder.
Tubuhnya ditutupi oleh kutikula, terdapat juga duri atau bulu.
3.11.8.4 Sistem Gerak

Tardigrada memiliki empat pasang kaki pendek. Pada


ujung-ujung kakinya terdapat cakar. Pergerakan dari tardigrada
berlangsung dengan lambat.
3.11.8.5 Sistem Pencernaanan
Makanan

tardigrada

bervariasi,

bergantung

pada

spesiesnya. Mayoritas tardigrada memakan material tumnuhan


seperti lumut dan alga di mana tardigrada hidup. Spesies yang
berukuran kecil juga memakan bakteri, sementara sebagian kecil
tardigrada merupakan carnivora yang memakan hewan-hewan
kecil seperti nematoda, kutu, bahkan tardigrada lainnya. Mereka
makan dengan cara menghisap cairan tubuh mangsanya melaui
mulutnya yang berbentuk seperti penghisap. Belum diketahui
secara pasti bagaimana hewan yang kelihatan lamban dan likuk ini
berburu, apakah dengan cara aktif mengejar mangsanya,
mengendap-endap atau malah berburu secara pasif. Sistem
pencernaan mereka sangat sederhana di mana makanan yang
sudah ditelan dialirkan ke saluran mirip usus untuk diserap dan
selanjutnya dibuang sisa-sisanya lewat anus.
3.11.8.6 Sistem Peredaran Darah
Tardigrada

diketahui

memiliki

sistem

organ

yang

sederhana. Mereka diketahui tidak memiliki sistem peredaran


darah seperti hewan-hewan tingkat tinggi. Sistem peredaran
darahnya terbuka.
3.11.8.7 Sistem Pernafasan
Tardigrada tidak memiliki sistem pernafasan seperti hewanhewan tingkat tinggi. Sebagai gantinya mereka bernafas dengan
kulit. Selain itu, menggunakan tubuh gempalnya untuk memompa
cairan tubuh.
3.11.8.8 Sistem Reproduksi
Sebagian besar tardigrada yang ditemukan manusia
bersifat hermafrodit, artinya mereka memiliki 2 organ kelamin

sekaligus dalam tubuhnya. Namun hanya salah satu organ yang


aktif. Pada beberapa spesies, hanya organ kelamin betinanya
yang aktif sehingga memunculkan anggapan bahwa tardigrada
bisa

berkembang

biak

dengan

melakukan

partenogenesis

(menciptakan keturunan tanpa proses perkawinan lebih dulu)


seperti yang dilakukan kutu daun maupun serangga tongkat.
Sekalipun hermafrodit tardigrada juga secara sadar
melakukan perkawinan untuk menambah variasi keturunan
mereka. Tardigrada sendiri adalah ovipar, artinya mereka bertelur.
Telur-telur yang dikeluarkan bisa disimpan pada kulit mereka,
sementara pada beberapa spesies lain telurnya ditaruh begitu saja
dilingkungan sekitarnya.
3.11.8.9 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi mereka sangat sederhana. Makanan yang
sudah ditelan dialirkan ke saluran mirip usus. Makanan tersebut
diserap dan selanjutnya dibuang sisa-sisanya lewat anus.
3.11.8.10 Kelebihan Tardigrada
Adapun kelebihan dari hewan tardigrada adalah sebagai berikut:

Tardigrada bisa bertahan di tengah kondisi ekstrim.


Tardigrada yang hidup di darat ketika kondisi di sekitarnya
dipenuhi air maka tardigrada akan melakukan fase
anoksibiosis. Anoksibiosis adalah fase yang dilakukan
tardigrada dengan cara memompa tubunya seperti balon
sehinga ia bisa melayang di air hingga beberapa hari.
Begitu kondisi lingkungan di sekitarnya sudah lebih
mengering, mereka kembali ke fase normalnya dan

beraktivitas seperti biasa.


Pada saat kondisi terlalu kering, kadar racun di sekitarnya
meningkat, atau ketika suhu di lingkungannya terlalu tinggi
atau rendah. Saat kondisi lingkungan kurang mendukung
seperti

ini

maka

tardigrada

akan

melakukan

fase

kriptobiosis. Tardigrada akan menarik kakinya ke dalam,

mengerutkan tubuhnya hingga hanya berukuran 1/3


aslinya, lalu melapisi kulitnya dengan bahan semacam lilin.
Pada fase ini, metabolisme tardigrada bisa menurun
drastis hingga nyaris tidak bisa dideteksi lagi oleh
peralatan manusia, sementara kadar air dalam tubuhnya
menurun hingga kurang dari 1%. Begitu kondisi sekitarnya
sudah kembali menguntungkan maka ia akan kembali

beraktivitas seperti biasa.


Tardigrada mampu menoleransi suhu yang sangat tinggi
maupun rendah. Tardigrada diketahui tetap hidup ketika
direbus hidup-hidup dalam suhu 151 derajat C selama
beberapa menit dan disimpan dalam kondisi minus 200
derajat C selama beberapa hari. Hebatnya, sel-sel tubuh
mereka tidak mengalami kerusakan. Padahal, pada
umumnya protein penyusun sel dalam suhu mendekati titik
didih

akan

rusak

karena

mengalami

penguraian,

sementara sel yang berada pada suhu minus beberapa


derajat C akan pecah karena cairan dalam selnya akan
membeku dan mengembang. Hewan yang hidup di daerah
kutub dipercaya dapat melakukan fase kriptobiosis secara
teratur ketika suhu lingkungan menurun secara ekstrem

dan ketika makanan sulit dicari.


Tardigrada diketahui pula dapat tetap hidup dalam kondisi
dengan kadar radioaktif yang tinggi. Tardigrada diketahui
dapat bertahan meskipun disinari sinar gama dengan dosis
hingga 5.000. Menurut temuan Raul M. May, tardigrada
dapat dibunuh jika disinari dengan sinar X hingga dosis
sebesar 570.000. Sebagai pembanding, dosis sinar
gamma sebesar 20 dan juga dosis sinar X sebesar 500
saja sudah dapat berakibat fatal bagi manusia. Menurut
Crowe

(1970),

dalam

fase

kriptobiosis,

aktivitas

metabolisme dapat berhenti sehingga unsur-unsur seperti


air dan oksigen tidak ada dalam tubuhnya. Sementara itu,
reaksi yang bersifat destruktif (merusak) memerlukan
unsur-unsur seperti air dan oksigen agar tetap berjalan.
Karena kemampuannya, tardigrada merupakan satu-

satunya spesies yang dapat dilihat di bawah mikroskop

elektron dalam kondisi hidup-hidup.


Tardigrada juga dapat bertahan hidup di luar angkasa.
Faktanya,

pada

bulan

September

2008,

sejumlah

tardigrada dikirim ke luar angkasa yang keadaannya


hampa udara, bebas gravitasi, dan terkena paparan sinar
ultraviolet secara langsung selama lebih dari 10hari.
Setelah kembali ke bumi, 68% dari total tardigrada yang
dikirim ke luar angkasa masih bisa hidup dan bereproduksi
secara normal.
3.11.8.11Peran Tardigrada
Tardigrada

belum

memiliki

manfaat

langsung

bagi

manusia. Hal ini disebabkan karena masih minimnya informasi


yang diketahui manusia tentang tardigrada. Manusia sendiri juga
belum mengerti secara pasti peranan tardigrada dalam rantai
makanan meskipun manusia sudah mengetahui makanan dan
pemangsanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar,H.2010. Denyut Jantung Daphnia.


http://erilbiology2008.blogspot.com/2010/10/denyut-jantung-daphniasp.html?m=1. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014
Beck. 1968. Invertebrate Zoology Laboratory Workbook. Provo. Burgess
Publishing Company
Barnes. 1968. Invertebrate Zoology. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Feri.2010.Daphnia Sebagai Objek Penelitian.
http://ferikenshi.wordpress.com/2010/09/29/daphnia-sebagai-objekpenelitian/.diakses pada tanggal 28 November 2014
Hutabarat, Sahala.1986. Kunci Identifikasi Zooplankton.Jakarta : UI Press.
Istrada T. 2013. Ciri-ciri Udang. http://istradaboy.blogspot.com/2013/06/ciri-ciriudang.html?m= 1.diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Klappenbach, Laura. Horseshoe Crabs.
http://animals.about.com/od/arthropods/p/horseshoe-crabs.html.
Diakses 2 Desember 2014.
Romimoharto, Juwanto.2005.Biologi Laut.Djambatan : Jakarta.
Subekti.2010.Avertebrata Air. Surabaya. FPIK UNAIR Surabaya.
Tantu, A.G.2013. Pengantar Biologi Udang.
http://www.sildeshare.net/mobile/theosobia/biologi-udang.
Diakses 2 Desember 2014.
Wahyudi J. 2013. Rubrik Biologi Majalah 1000 Guru.
http://majalah1000guru.net/.diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Wibiono, S.2009. Fisiologi Kepiting. http://westpak44.blogspot.com/12/fisiologikepitingbakau.html?m= .diakses pada tanggal 5 Desember 2014

Wijarni.1990.Diktat

Kuliah

Avertebrata

Yunus,Z.2001.Pengelolaan

Air.Universitas

Brawijaya

Malang.

Perikanan.http://perikanan-

tangkap.blogspot.com/2012/08/morfologi-artemia.html?m= 1. Diakses 2
Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai