Pembimbing / Penguji :
Disusun oleh:
Sharania Manivannan
11.2014.182
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT MATA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 25 MEI 2015- 27 JUNI 2015
1
Tandatangan
Nim : 11-2014-182
............................................
Dr Pembimbing / Penguji : Dr Djoko Heru Sp.M
............................................
.
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksa
Moderator
II.
: Ny. R
: 41 tahun
: Islam
: Guru
: 30 Mei 2015
: Sharania Manivannan
: Dr Djoko Heru Sp.M
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal : 30 Mei 2015, jam 13.00 WIB
Keluhan utama
Mata kanan dan kiri terasa sakit sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan tambahan
Mata kanan dan kiri terasa kemeng, berair terus, penglihatan kabur dan mengeluh
sakit kepala sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
2
Lima hari SMRS pasien mengaku kedua mata terasa sakit dan kemeng. Pasien
mengaku kedua mata kelihatan merah di bagian tepi mata terus menerus
sepanjang hari. Selain merah, pasien mengaku matanya merasa perih dan tidak
tahan dengan cahaya matahari. Apabila terkena cahaya matahari saat kerja atau di
luar rumah, mata terasa silau. Pasien juga mengaku matanya sering berair dan
terasa sakit kepala.
Pasien sering bekerja di luar ruangan dan harus berkontak dengan banyak
orang. Pasien mengaku mata perih mengganggu pasien bekerja. Pasien juga sering
menaiki motor tanpa menggunakan kaca mata. Demam, pusing, dan gatal
disangkal oleh pasien.
Satu hari SMRS kedua mata pasien bertambah merah dan nyeri di bagian tepi
mata. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mempunyai masalah mata sebelum ini. Riwayat sakit
berat dan sistemik juga disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat jantung, hipertensi, Diabetes Mellitus, stroke tidak ada.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respiration rate
Suhu
Kepala
Telinga
Hidung
Tenggorokkan
Thoraks,
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD
Injeksi konjungtiva
OS
Injeksi konjungtiva
Injeksi konjungtiva
OD
20/45
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (+)
Hiperemis (-)
Trikiasis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Tampak hiperemis (+)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret mukus (+ )
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Normal, warna putih
Nyeri tekan (-)
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Injeksi konjungtiva
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Bulbus Oculi
Palpebra
Conjungtiva
Sclera
Kornea
OS
20/45
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (+)
Hiperemis (-)
Trikiasis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Tampak hiperemis (+)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret mukus ( +)
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Normal, warna putih
Nyeri tekan (-)
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
4
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak
Iris
Pupil
jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/
+)
Jernih
Jernih
Positif
C/D ratio 0,3. Eksudasi - ,
Lensa
Vitreus
Fundus Refleks
Retina
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak
jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/
+)
Jernih
Jernih
Positif
C/D ratio 0,3. Eksudasi - ,
perdarahan - ,
perdarahan - ,
neovaskularisasi - ,
neovaskularisasi - ,
eksudasi -
Normal
Normal
eksudasi -
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Dilakukan pemeriksaan slit lamp.
V.
RESUME
Normal
Normal
Subjektif
- Seorang perempuan dengan keluhan kedua mata merah dan perih sepanjang
-
hari
Mata terasa silau dan berair
Penglihatan kabur dan terasa sakit kepala
Objektif
Pada pemeriksaan ophthalmologi didapati:
OD
- Visus: 20/45
- Palpebra: edema (+)
- Konjungtiva: tampak hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), secret mukus (+)
- Pupil: Reguler, letak sentral, tampak jernih, diameter 3 mm, refleks pupil L/TL
OS
(+/+).
Lensa: Jernih
Vitreus jernih.
Reflex fundus: positif.
Tekanan Intra Okular : normal.
Visus: 20/45
Palpebra: edema(+)
Konjungtiva: tampak hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), secret mukus (+)
Pupil: Reguler, letak sentral, tampak jernih, diameter 3 mm, refleks pupil L/TL
(+/+).
Lensa: Jernih
Vitreus jernih.
Reflex fundus: positif.
Tekanan Intra Okular : normal.
VI.
DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Konjungtivitis et causa Viral
2. ODS Konjungtivitis Allergika
3. ODS Konjungtivitis Bakterial
VII.
DIAGNOSIS KERJA
ODS Konjungtivitis et causa Viral
Dasar Diagnosis:
Anamnesis:
- Pasien mengaku kedua mata merah dan perih.
- Tidak tahan dengan cahaya matahari.
- Pasien mengaku matanya sering berair.
- Demam, pusing, dan gatal disangkal oleh pasien.
VIII. PENATALAKSANAAN
Non-medika Mentosa
- Hindari terpapar langsung sinar matahari, debu dan angin dengan memakai
-
kaca mata.
Kompres mata dengan air dingin
Menggunakan air mata buatan (artifial tears)
Medica Mentosa
- Aciclovir 3%
- Gentamicin 5mg/ml
- Paracetamol 500 mg
IX.
zalf mata
drops
p.o.
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
Ad Cosmetikum
X.
5x/ hari
6x1 tetes
3x500mg
OD
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
USUL
Sekiranya ada kelainan visus, tidak dikoreksi dahulu. Tunggu sehingga sakit
sembuh.
- kontrol 5 hari setelah pengobatan.
SARAN
- Memakai obat sesuai aturan dan instruksi dari dokter.
- Hindari mata terpapar cahaya matahari secara langsung dan angin dengan
XI.
Tinjauan Pustaka
Konjungtivitis Viral
Pendahuluan
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, parasit, alergi, iritasi, alergi, bahan kimia, maupun karena suatu penyakit
idiopatik. Konjungtivitis viral akut merupakan penyakit yang umum dan merupakan selflimited disease. ini dapat disebabkan oleh adenovirus, enterovirus, ataupun virus herpes
simpleks. Gambaran umum dari konjungtivitis viral yaitu mata merasa seperti ada benda
asing, hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi, pseudoptosis, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membran dan pseudomembran, granulasi, flikten, adenopati preaurikular.1 Pada tinjauan
pustaka ini akan dibahas mengenai konjungtivitis viral akut.
Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, yang ditandai dengan hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi
konjungtiva), lakrimasi, eksudat, edema palpebra, hipertrofi papil, folikel, membran,
pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti benda asing, dan adenopati
preaurikular. Konjungtivitis dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu:
Etiologi
Penyebab konjungtivitis dapat dibedakan berdasarkan 2 kategori besar, yaitu:
a) Infeksius
Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitidis
Virus, seperti jenis adenovirus, virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2, picornavirus
(enterovirus dan virus coxsackie)
Parasit, seperti Ascaris lumbricoides
Fungi, seperti Coccidioides immitis, Candida Sp.
b) Non-infeksius
Iritasi persisten, seperti mata kering karena kekurangan air mata
Alergi terhadap suatu bahan tertentu, seperti serbuk sari
Bahan kimia atau iritan seperti asap, sinar ultraviolet, angin
Tidak jelas, seperti sindrom Steven-Johnson dan psoriasis5
Berdasarkan kasus di atas, terdapatnya riwayat kontak dengan orang yang memiliki keluhan
serupa mengindikasikan suatu penyakit yang infeksius. Sekret mata yang berupa air disertai
adanya folikel, demam subfebris, limfadenopati preaurikular dan onset penyakit 5 hari yang
lalu lebih mempertegas bahwa penyakit tersebut merupakan konjungtivitis folikular viral
akut.
Konjungtivitis folikular viral akut dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus, antara lain:
Enterovirus tipe 70, (atau lebih jarang) virus coxsackievirus tipe A24 (kedua jenis ni
merupakan family picornaviridae) yang menyebabkan konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis folikular viral kronik dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus antara lain:
Epitel konjungtiva, terdiri dari epitel superficial yang mengandung sel goblet yang
menghasilkan musin yang menyusun lapisan terdalam dari air mata, dan epitel basal.
Stroma konjungtiva, terdiri dari lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid,
dan lapisan fibrosa yang terdiri dari jaringan ikat, yang di atas tarsus jaringan ini
padat dan di tempat lain jaringan ini longgar.
9
Kelenjar pada konjungtiva terdiri atas kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring yang
menyerupai kelenjar air mata. Pembuluh darah pada konjungtiva berasal dari a.siliaris
posterior dan a.palpebralis. Pembuluh darah yang memperdarahi konjungtiva adalah
a.konjungtiva posterior dan a.siliar anterior. Syaraf pada palpebra berasal dari n.oftalmikus
(cabang n.trigeminus). Pembuluh limfe palpebra sangat banyak.9
Infeksi konjungtivitis terjadi karena turunnya daya tahan tubuh hospes dan adanya
kontaminasi eksternal. Epitel yang menutupi bagian yang terpajan dari sclera dan konjungtiva
merupakan rute masuknya beberapa virus. Infeksi konjungtivitis virus diperkirakan
disebabkan oleh droplet atau transfer langsung dari jari ke permukaan konjungtiva palpebra.
Setelah masa inkubasi yang kurang lebih antara 5-12 hari, penyakit akan memasuki fase akut.
Baik infeksi bakteri atau virus menginisiasi kaskade inflamasi leukosit atau limfositik yang
menarik sel darah merah dan sel darah putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai
permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana melalui kapiler yang telah berdilatasi dan
sangat permeabel.10 Tanda-tanda inflamasi pada konjungtivitis antara lain:
Lakrimasi: air mata yang keluar berlebihan sebagai hasil dari sensasi adanya benda
asing, rasa terbakar, dan gatal.3
Sekret: sekret mukopurulen, purulen, dan hiperpurulen pada infeksi bakteri, air dan
serous pada infeksi virus. Pada infeksi bakteri atau klamidia, palpebra biasanya sulit
dibuka karena sekret yang lengket.1
Pseudoptosis : terjadi akibat kelopak yang membengkak, biasa terdapat pada trakoma
dan keratokonjungtivitis epidemik.
10
Hipertrofi papil: merupakan reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena
konjungtiva terikat ke dasar tarsus atau limbus oleh fibril-fibril. Ketika seberkas
pembuluh darah yang membentuk substansi papilla (bersama-sama dengan unsurunsur selular dan eksudat) mencapai membran dasar epithelium, bercabang-cabang
dari papilla seperti jari-jari dalam kerangka paying. Eksudat dari proses inflamasi
berakumulasi diantara fibril-fibril, menumpuk di konjungtiva menjadi timbunan. Pada
penyakit nekrosis seperti trakoma, eksudat dapat diganti oleh jaringan granulasi atau
jaringan ikat. Papil yang merah mengindikasikan infeksi klamidia atau bakteri. Papil
raksasa yang disebut juga papil cobblestone biasa terdapat pada keratokonjungtivitis
kernel karena gambarannya yang padat, permukaannya rata, polygonal, dan warnanya
merah muda. Jika terdapat pada tarsus superior, keratokonjungtivitis vernal dan
konjungtivitis papil raksasa diasosiasikan dengan senstitivitas akibat pemakaian lensa
kontak, sedangkan pada tarsus inferior dicurigai keratokonjungtivitis atopic.
Folikel: folikel terdiri dari hyperplasia limfoid fokal di dalam lapisan limfoid
konjungtiva dan biasanya mengandung inti germinal. Secara klinis, folikel bentuknya
bulat, avaskular dengan struktur putih atau abu-abu. Folikel paling banyak terlihat
pada kasus konjungtivitis viral, pada semua kasus konjungtivitis klamidia kecuali
konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan
beberapa kasus konjungtivitis toksik karena pengobatan topikal seperti idoxuridine,
dipivefrin, dan miotikum. Folikel pada fornix inferior dan pada tepi tarsus mempunyai
nilai diagnostic yang terbatas, tapi ketika folikel terdapat pada tarsus, khususnya
tarsus superior, konjungtivitis klamidia, viral, atau toksik harus dicurigai.
Pseudomembran
dan
membran:
merupakan
hasil
dari
proses
eksudatif.
cicatricial pemphigoid, dan eritema multiforme mayor. Dapat juga terjadi pada
chemical burns, khususnya alkali burns.
Granuloma: selalu mengenai stroma dan paling sering akibat kalazion. Penyebab
lainnya
yaitu
sarcoidosis,
koksidioidomikosis.
sifilis,
Sindrom
cat-scratch
okuloglandular
disease
Parinaud
dan
jarangnya
termasuk
granuloma
Flikten: merupakan tonjolan berupa serbukan sel-sel radang kronik di bawah epitel
konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel
mengalami nekrosis. Warna flikten keputih-putihan, padat dengan permukaan yang
tidak rata. Di sekitarnya diikuti pembuluh-pembuluh darah. Flikten umumnya kecil,
tetapi sering pula lebih besar dari 1 mm. Di atas flikten tidak terdapat pembuluh
darah. Flikten paling sering didapatkan di limbus.5
preaurikuler
faringokonjungtivitis
yang
dan
kecil
tapi
tidak
konjungtivitis
lunak
hemoragik
terdapat
akut.
pada
demam
Kadang-kadang,
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala penting dari konjungtivitis adalah adanya rasa benda asing di
mata, rasa tercakar atau terbakar, rasa penuh di sekitar mata, gatal, dan fotofobia. Adanya
gejala ini diasosiasikan dengan pembengkakan dan hipertrofi papil yang normalnya
bersamaan dengan hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, mungkin kornea juga terkena.
Manifestasi pada konjungtivitis folikular viral akut
12
1) Demam faringkonjungtivitis
Demam faringokonjungtivitis ditandai dengan demam 38.3-40 oC yang berakhir 4-5 hari,
faringitis dengan keterlibatan khas jaringan limfoid faring, dan konjungtivitis folikular pada
satu atau kedua mata.7 Folikel sering sangat mencolok pada konjungtiva dan mukosa faring.
Penyakit ini dapat unilateral atau bilateral. Injeksi dan lakrimasi sering terjadi, dan dapat
terjadi keratitis epitel superficial transien dan kadang-kadang opasitas subepitelial.
Limfadenopati preaurikular yang tidak lunak merupakan karakteristiknya. Sindrom ini dapat
tidak lengkap, hanya satu atau dua dari tanda kardinal. (demam, faringitis, dan
konjungtivitis).
2) Keratokonjungtivitis epidemik
Keratokonjungtivitis epidemik biasanya bilateral. Onsetnya sering dimulai hanya pada satu
mata, dan mata yang pertama akan lebih parah. Terdapat injeksi konjungtiva, nyeri moderat,
lakrimasi, diikuti 5-14 hari fotofobia, keratitis epithelial, dan opasitas subepitel. Sensasi
kornea normal. Limfadenopati preaurikular yang lunak merupakan karakteristiknya. Edema
palpebra, kemosis, hiperemia konjungtiva menandai fase akut, dengan folikel dan perdarahan
subkonjungtiva sering terjadi dalam 48 jam. Pseudomembran (dan kadang-kadang membran)
dapat muncul dan diikuti oleh scar yang rata atau pembentukan simblefaron.
Konjungtivitisnya akan bertahan sampai 3-4 minggu seringkali. Opasitas subepitelial
difokuskan di kornea sentral, dan dapat bertahan beberapa bulan tapi dapat sembuh tanpa
scar. Keratokonjungtivitis epidemik pada orang dewasa terbatas hanya pada mata eksternal,
tapi pada anak-anak mungkin terjadi gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare.
14
Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya simptomatik.
a) Medikamentosa
Untuk demam dapat diberikan parasetamol oral (tablet atau sirup) dengan dosis untuk
anak usia 6-12 tahun yaitu 150-300 mg/kali dengan maksimum 1.2 g/hari, diberikan 3
kali sehari selama 3 hari. Pengobatan antibiotika spektrum luas, sulfasetamid dapat
dipergunakan untuk mencegah infeksi sekunder. Sulfasetamid dapat diberikan dalam
bentuk tetes mata 10% (atau salep mata 10%), diberikan 4 kali sehari 1-2 tetes pada
masing-masing mata. Jika memberikan golongan sulfonamide, pastikan tidak ada
alergi terhadap sulfa. Bila ada alergi sulfa, dapat digunakan tetes mata gentamisin
0.3% (atau salep mata 0.3%) setiap delapan jam. 11 Prednisolon 0.5% empat kali sehari
diperlukan
untuk
konjungtivitis
adenovirus
yang
terdapat
membran
atau
pseudomembran. 1,4
b) Non-medikamentosa
Dapat diberikan kompres untuk demam. 4
Komplikasi
Komplikasi meliputi keratitis punctata dengan infiltrat subepitelial, superinfeksi
bakteri, ulserasi kornea dengan keratokonjungtivitis dan infeksi kronik. Keratitis epitelial
dapat menyertai konjungtivitis viral. Erosi epitelial punctata yang diwarnai dengan fluoresein
umumnya diasosiasikan dengan keratitis viral. Pada kasus infeksi adenoviral, Kelainan pada
stromal dapat sampai bulanan hingga tahunan. Pada kasus seperti ini, infiltrat di subepitelial
dapat menyebabkan reaksi antigen antibodi. Jika mengenai axis visual dapat menyebabkan
penurunan penglihatan dan atau penglihatan kabur/buram.
Prognosis
Kebanyakan kasus konjungtivitis viral adalah akut, benign, dan self-limited, walaupun
infeksi kronik pernah dilaporkan. Sekuele jangka panjang pada mata tidak lazim. Infeksi
biasanya sembuh spontan dalam 2-4 minggu. Infiltrat subepitelial dapat berlangsung sampai
beberapa bulan, dan jika mengenai axis visual dapat menyebabkan penurunan penglihatan
dan atau penglihatan kabur/buram. 6
Preventif
15
Tindakan preventif yang penting adalah menjaga kebersihan untuk mencegah penularan
penyakit ini, antara lain:
Jangan pernah menggunakan obat mata yang diresepkan untuk orang lain.
Kesimpulan
Konjungtivitis viral akut merupakan suatu self-limited disease yang menular, yang
ditandai dengan mata merasa seperti ada benda asing, hiperemi konjungtiva bulbi, lakrimasi,
pseudoptosis, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran dan pseudomembran, granulasi,
flikten, adenopati preaurikular. Penyakit ini dapat dicegah penularannya dengan menjaga
kebersihan dan menghindari kontak tangan dengan mata.
Daftar Pustaka
1. Ilyas, S., Yulianti, S.R. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Cetakan ke-1. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2006.h.35-6, 109-48.
2. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8.
Jakarta; EGC; 2009.h.147-57.
3. Riordan-Eva, P., Whitches, J.P. [editor]. Vaughan & asburys oftalmologi umum
[terjemahan]. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2009.h.97-124.
4. Kanski, J.J., Bowling, B. Clinical ophthalmology: a systematic approach [e-book].
Edisi ke-7. China: Elsevier Saunders; 2011.
5. Ilyas, S., Mailangkay, H.H.B.,Taim, H., Saman, R.R., Simarmata, K, Widodo, P.S.
[editor]. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta:
CV Sagung Seto; 2002.h.91-106.
6. Scott, I.U. Viral conjunctivitis. Edisi 20 September 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall, 9 Maret 2012
7. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke- 18.
USA: Elsevier Saunders; 2007.h.1115-6, 1458-9.
16
17