Anda di halaman 1dari 36

LANGKAH-LANGKAH

MENUJU KAB YANG


LEBIH
EFEKTIF
Modul 8 UT KOREA
Gregorius R. Harvianto

- Masih adanya orang / individu (negara)

yang tak mau paham perbedaan nilai,


kepercayaan, agama, dan gaya hidup orang
lain (negara lain).
Masih adanya sikap etnosentrik (merasa
budaya bangsanya sendiri lebih baik
daripada budaya bangsa lain).
Masih adanya prasangka atau stereotipe
terhadap individu/bangsa lain.

Meskipun ada problem-problem seperti itu, bukan

berarti KAB tidak bisa dilakukan. Asalkan budaya (dari


tiap masyarat) sebagai dasar suatu komunikasi selalu
diingat dan dicoba untuk dimengerti, maka KAB bisa
berlangsung baik.
Untuk itulah, kita perlu (SEKALI LAGI) memahami 3
sifat hakiki budaya:
1) Budaya itu bersifat uiversal.
2) Budaya itu stabil, dinamis, namun terus berubah.
3) Budaya mengisi & menentukan jalan hidup manusia.

1) Budaya itu universal


universal: tiap masyarakat pasti punya budaya.

Walaupun universal, budaya punya ciri khusus


tergantung situasi dan lokasinya. Masyarakat dan
budayanya adalah dwitunggal yang tak terpisahkan.
Tiap negara punya budaya. Inilah yang disebut sifat

universalnya budaya. Bahkan, dalam satu negara


pun tiap suku bangsa juga memiliki budayanya
sendiri.

2) STABIL, Dinamis , Namun Terus Berubah


Hanya kebudayaan yang mati saja yang statis.
Tiap budaya pasti berubah, HANYA saja anggota

masyarakatlah yang terkadang TIDAK langsung


merasakannya.
*Untuk itulah dalam KAB kita harus tahu ada unsur
budaya yang stabil dan ada yang tak stabil
(berubah).
Yang mudah berubah (terus berubah) atau yang
mudah menerima perubahan: teknologi atau
budaya kebendaan.
Yang sulit berubah (cenderung stabil): struktur
keluarga, kode moral, sistem kepercayaan, dls.

3) Mengisi dan Menentukan jalan hidup manusia

Manusia( bisa jadi) tak sadar bahwa budayanya-lah

yang menentukan arah serta perjalanan hidupnya.


Manusia kadang beranggapan bahwa budaya bisa
dipelajari secara terpisah dari hidupnya, padahal
budaya itu sejak lahir sudah menjadi bagian atau
atributnya sebagai manusia.
Memang: mustahil bagi seseorang untuk
mengetahui , meyakini, dan menguasai sampai
sedetil-detilnya unsur-unsur budayanya sendirinya.
Apalagi budaya orang lain.

Maka dari itu, sikap untuk terus memahami budaya lain

harus diasah selalu. Perbedaan ekspektasi/harapan


yang diinginkan dalam komunikasi bisa mengakibatkan:
- komunikasi tidak lancar;
- timbul perasaan tidak nyaman;
- timbul kesalahpahaman.
Bahkan dalam komunikasi, sering kali masih terjadi

kecenderungan seseorang untuk menganggap


budayanya sendiri sebagai suatu kemestian yang tak
perlu dipersoalkan lagi (taken for granted). Yang lebih
parah lagi, seseorang itu, memakai budayanya sendiri
sebagai tolak ukur untuk menilai budaya lain (melihat
orang lain). terperangkap dalam ETNOSENTRISME.

Etnosentrisme
Kecenderungan untuk mengukur, melihat nilai,
kepercayaan, dan perilaku dalam budaya diri-sendiri
sebagai sesuatu yang lebih baik, lebih masuk akal, dan
lebih wajar ketimbang apa yang ada dalam budaya orang
lain.

Lebih lanjut:
Bila kesamaan kita dengan orang lain besar, maka

makin dekatlah mereka dengan kita, begitu sebaliknya.


Bila ketidaksamaan besar, maka semakin jauhlah
mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita,
negeri kita, budaya kita lebih baik atau lebih bermoral,
atau yang lebih parah lagi, paling benar.
* Pandangan ini membuat kita menolak
eksistensi/keberadaan orang lain.

Lebih lanjut lagi:


Etnosentrisme akar rasisme!
Contoh kesalahpahaman yang mengandung

etnosentrisme:
*apakah orang Amerika yang memberikan sesuatu
kepada kita dengan tangan kirinya sealu berarti dia
tidak sopan?
* menyusui anak di depan umum adalah sesuatu
yang primitif?
* sapi-sapi yang berkeliaran di ibukota India, New
Delhi menunjukkan bahwa itu tanda semrawutnya
kota?
# Ingat: bahwa kita dan orang lain itu berbeda,
tetapi setara: tidak ada yang lebih rendah atau
lehin tinggi.

Stereotipe
citra yang dimiliki sekelompok orang tentang
sekelompok orang lainnya.
* Biasanya dianggap overgeneralisasi atau
misrepresententasi.
* Biasanya negatif
Contoh: ada sekelompok orang asing yang
meanggap rata-rata orang Indonesia itu ramah,
sopan, tetapi lamban, tidak efisien, dan tak dapat
diandalkan. Sebaliknya, sekelompok orang
Indonesia menganggap orang Barat (misalnya),
kaya, kasar, sering tak ramah, tidak bermoral!!
* Stereotipe: sesuatu yang tidak menyenangkan,
bukan?

Lebih lanjut:
Stereotipe itu BENAR, sejauh stereotipe itu mengacu

pada perbedaan budaya sebenarnya yang ada dalam


pola khas perilaku suatu masyarakat YANG DIPERSEPSI
dengan benar.
Stereotipe itu SALAH, hanya dalam cara kita
MEMPERSEPSIKAN perilaku orang lain.
* Masalahnya: kapan kita tahu bahwa persepsi kita itu
benar? (diskusi!)

Lebih lanjut lagi:


Stereotipe itu ada dalam pemikiran kita saja.
Kecenderungannya bersifat negatif dan biasanya

berdasar pada ras, seks, agama, TANPA dasar yang


objektif.
Stereotipe bukanlah tentang perilaku, tetepi tentang

kepercayaan dan sikap yang ada dalam pikiran


seseorang.

CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA)


Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan yang

diderita orang yang secara tiba-tiba berpindah ke luar


negeri.
Reaksi psikologis yang dialami seseorang karena berada
di tengah-tengah kultur yang sangat berbeda dengan
kulturnya sendiri.
#TAPI gegar budaya itu NORMAL. Walaupun tidak

menyenangkan dan bisa menyebabkan rasa frustrasi.

Contoh kecil tapi mendasar tentang gegar


budaya di negeri asing:
1. Bagaimana minta tolong pada seseorang.
2. Bagaimana menerima/menolak ajakan.
3. Seberapa lambat/dini untuk datang menepati janji.
4. Bagaimana membedakan kesungguhan/senda gurau;
sopan santun/sikap cuek.
5. Bagaimana berpaikan formal, informal di negeri orang.
6. Bagaimana memanggil pelayan di restoran.
7. Kapan berjabat tangan. Apa yang diucapkan saat itu.
8. Kapan memberi hadiah, tip, dls. Berapa jumlah uang
yagn pas dalam amplop undangan pernikahan, dls.
***Kita bagaikan ikan yang keluar dari airnya.

Lebih lanjut:
Biasanya orang yang mengalami gegar budaya

mengalami frustrasi dengan cara yang hampir sama.


lewat beberapa tahap!
PERTAMA: mereka menolak lingkungan yang tidak
nyaman itu.
Adat orang sini kog gini, ya? Kenapa sih , kog orang sini

selalu begitu? dll.

Lebih jauh lagi:


*Bila orang-orang asing di suatu negeri

berkumpul bersama dan mengomeli negeri


dan penduduk tempat mereka tinggal
sekarang, maka mereka menderia kejutan
budaya.
* KEDUA: ada fase penyesalan diri.
lingkungan kampung halaman terasa penting
dan menenangkan. Semua masalah
terlupakan, dan hanya kampung halaman-lah
yang diingat. Bahkan, kembali ke kampung
halaman-lah yang bisa membawanya ke
realitas.

Lebih lanjut lagi & lagi:


Derajat gegar budaya tiap orang bebeda, fase

bulan madu: (fase orang bisa menyesuaikan


diri dengan budaya baru biasanya beberapa
hari atau minggu hingga 6 bulan; tergantung
situasi.
* Namun, bila lebih lama, bisa-bisa orang itu
mulai bersikap memusuhi dan agresif
terhadap penduduk negeri setempat.
AKHIRNYA dia bergerombol dengan orang
senegaranya dan mengkritik, mengomeli
negeri itu, adatnya, orang-orangnya.
TETAPI kritik ini bukanlah suatu penilaian
yang objektif.

Lebih jauh dan lanjut:


Setelah berlindung dengan sekelompok

orang dari negerinya sendiri, individu itu mulai


menuduh secara emosional. DI SINILAH
muncul stereotipe-stereotipe .
Stereotipe mengkarikaturkan penduduk
setempat dengan cara negatif.
Di sini pulalah muncul tahap yang penting:
*bila individu itu bisa keluar dari krisisnya, dia
bisa terus tinggal, bila tidak, dia harus segera
pergi dari engeri itu sebelum dia mengalami
KERUSAKAN SYARAF (nervous breakdown)

Lebih jauh, lanjut, lagi:


KETIGA: Bila individu itu akhirnya bisa sedikit-sedikit

belajar bahsa dan mulai menerima dirinya berada di


negeri asing, dia mulai membuka diri ke budaya baru. Dia
mulai bersikap positif dan rasa humornya muncul.
Ketimbang mengkritik, ia membuat lelucon tentang orangorang sekitarnya bahkan tentang dirinya sendiri.
DI SINILAH Ia menuju KESEMBUHAN!!!

Masih lebih lanjut lagi:


KEEMPAT: dia mulai menerima adat budaya baru

sebagai cara hidup yang lain. Dia bergaul tanpa cemas,


walaupun terkadang ada sedikit ketegangan sosial. Dia
mulai terbiasa dengan kebiasan-kebiasaan penduduk
setempat, dan ia pun mulai bisa menikmatinya.
Yang menarik:
menarik bila dia pulang sebentar ke kampung
halamannya, dia mungkin membawa hal-hal kecil dari
negeri barunya. Bila ia pulang selamanya, ia mungkin
akan merasa kehilangan negeri itu dan teman-teman
baru yang dia kenal.

6 Hambatan KAB
1) Mengabaikan perbedaan anara individu dan kelompok

yang secara kultural memang berbeda.


Maksudnya adalah: kita tidak boleh melulu memandang
bahwa kita pasti punya kesamaan dengan mengabaikan
perbedaan dengan orang lain. Karena bila kita
mementingkan kesamaan saja, maka secara implisit kita
mengatakan pada lawan bicara bahwa cara kitalah yang
benar da cara mereka tidak penting bagi kita.
(p.8.15)

2) Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang


berbeda
* Setiap orang dan budaya dari sananya memang berbeda,
maka bila kita mengabaikan perbedaan, kita terjebak
dalam stereotipe. Kita cenderung untuk mengasumsikan
bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang
sama adalah sama.
P. 8.15
Ingatlah bahwa setiap budaya memiliki subbudaya yang jauh
berbeda satu sama lainnya dan berbeda ppula dari budaya
mayoritasnya.
*e.g. Apakah orang Islam dari negara yang sama
memandang kejadian di Syria, Mesir dengan cara pandang
yang sama?

3) Mengabaikan Perbedaan dalam Makna (Arti)


Ingat: Makan tidak terletak pada kata-kata yang digunakan,
melainkan pada orang yang menggunakan kata-kata itu.
Jadi: kita tak boleh mengabaikan makna suatu kata yang kita
dengar. Apalagi makna bahasa nonverbal.
Contoh: apa jadinya bila kita mengabaikan perbedaan hal ini:
1.Makna makan malam bagi petani miskin dan eksekutif
puncak perusahaan PMA.
2.Makna agama bagi orang ateis dan orang beragama.
3.Makna makan dengan tangan kiri buat orang Indonesia dan
oran Amerika, misalnya.
4.Makna bertepuk tangan di atas kepala buat orang Rusia dan
AS.

4). Melanggar Adat Kebiasaan Kultural


Perhatikan:
a) Basa-basi persahabatan:Datang, ya ke rumah!
Buat budaya berbeda ini bisa berarti hanya basa-basi, bisa
pula benar-benar undangan. Apa jadinya bila kita tidak
mengetahui perbedaan kebiasaan ini.
b) Kontak mata saat berbicara dengan lawan bicara.
Bisa jadi dalam budaya lain, kontak mata harus dilakukan
dan malah di budaya lain harus dihindari.
* Apa jadinya bila kita tidak menyadari hal ini

5. Menilai Perbedaan secara Negatif


Kita tidak boleh menilai beda budaya sebagai hal yang
negatif.
Contoh: meludah
Meludah buat suku Masai di Afrika= tanda sayang.
Meludah buat suku Indian di AS = isyarat keramahan.
Meludah buat sebagian orang Barat = tanda penghinaan.
Mari kita uraikan:
Secara objektif, meludah BUKANLAh tindakah yang negatif
ataupun positif. Kita tak boleh melihatnya dalam dua dikotomi
ini. Namun, itu HANYALAH perilaku yang dipelari, bukan
perilaku kodrati atau perilaku yang dibawa sejak lahir. OLEH
KARENA ITU, kita harus memandang perilaku kutural TANPA
menilainya! Kita hanya perlu menganggapnya BERBEDA tapi
SETARA.

6) Kesadaran dan Ketidaksadaran


Kita tidak sebaiknya melihat budaya lain dalam keadaan diri
kita tidak sadar (mindless) ; sebaliknya, kita harus
melihatnya daam sadar penuh (mindful).
Contoh:
Kita tahu bahwa kanker tak bisa menular, tapi kita secara
tidak sadar akan takut atau tak mau bersentuhan dengan
pasien kanker. Bila kita disadarkan bahwa kanker tidak
menular, barulah kita bisa berpikir logis bahwa ketakutan
kita itu tidak berdasar.
* Kita menyadari orang lain dan sistem budaya lain memang
berbeda, tetapi tidak lebih buruk atau lebih baik daripada
sistem kita.

Teknik & Kiat Tercapainya KAB


Tidak pernah ada komunikasi yang 100% efektif, karena

tidak ada manusia yang mempunyai pengalaman yang


persis sama. Efektivitas berada dalam suatu continuum,
antara 0% hingga 100%.
Komunikasi yang efektif haruslah menimbulkan 5 hal:
1) pengertian; 2) kesenangan; 3) pengaruh pada sikap;
4) hubungan yang makin baik; dan 5) tindakan.

1) Pengertian
Pengertian penerimaan yang cermat dari isi

stimuli seperti yang dimaksudkan oleh


komunikator. Di sini, penerima pesan punya
pemahaman yang akurat tentang pesan yang
dikemukakan oleh komunikator.
Jangan sampai komunikasi gagal hanya garagara apa yang disebut dengan kegagalan
komunikasi primer (primary breakdown in
communication).
Contoh: Perang VOC dan Penduduk Madura
terjadi hanya karena kesalahan
menangkap/membaca pesan saat pertemuan
pertama antara pangeran Madura dan
pimpinan pasukan VOC. Apakah itu?

2) Kesenangan
Tidak semua komunikasi dimaksudkan untuk memberi

informasi dan membentuk pengertian. Ada juga yang


dimaksudkan untuk menciptakan kesenangan atau
memelihara kontak antarmanusia, agar hubungan
tetap hangat, akrab, dan menyenangkan.
Contoh:
Selamat pagi; Annyonghaseyo?;
Apa Kabar? dls.

3) Mempengaruhi Sikap
Komunikasi sering dipakai untuk mempengaruhi

orang lain. Paling tidak, lawan bicara kita mengerti


apa yang kita ucapkan.
Mungkin kita gagal mempengaruhi atau mengubah
sikap seseorang, tapi apabila lawan bicara kita
sudah paham atas apa yang kita sampaikan, itu pun
sudah bisa dianggap sebagai KEMENANGAN.
Jadi: kegagalan untuk mengubah pandangan
seseorang TIDAK dapat dianggap bahwa kita gagal
meningkatkan pemahaman.

4) Hubungan sosial yang baik


Kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang

lain, kita ingin mencintai dan dicintai. Inilah kebutuhan


sosial yang hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi
yang efektif.
Kegagalan komunikasi primer dapat berakibat salah
pengertian dalam hubungan manusiasi, atau yang biasa
disebut sebagai kegagalan komunikasi sekunder
(secondary breakdown in communication).
Bila ini terjadi akan ada rasa frustasi, marah, atau
bingung.

5) Tindakan
Komunikasi untuk mempengaruhi sikap memang sukar,

tapi jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk


bertindak. Beberapa orang menganggap, bila kita tak
mampun menghasilkan tindakan, maka komunikasi kita
tidak berguna.
Apakah benar dan harus demikian?

Prinsip-prinsip KAB yang efektif


A) Relativitas Bahasa
B) Bahasa sebagai Cermin Budaya
C) Mengurangi Ketidakpastian
D) Kesadaran Diri dan Perbedaan

Antarbudaya
E) Interaksi Awal dan Perbedaan
Antarbudaya

Pedoman dalam ber-KAB


1. Sadarilah perbedaan Anda dan orang yang kulturnya

berbeda. Bila ragu, bertanyalah. Jangan membuat asumsi


bahwa kita sama.
2. Jangan ber-stereotipe. Sadari bahwa selalu ada perbedaan
dalam kelompok apa pun.
3. Ingatlah bahwa makna ada pada orang, bukan pada katakata atau gerak-gerik.
4. Ingatlah adat budaya yang berlaku dalam konteks KAB.
Hati-hati agar jangan sampai menganggap adat Anda yang
benar.
5. Hindari menilai negatif terhadap perbedaan kultur, baik
verbal maupun nonverbal.
6. Hindari gegar budaya dengan belajar sebanyak mungkin
tentang budaya yang Anda masuki.

Ciri-ciri KAB yang efektif


1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sikap mendukung
4. Sikap positif
5. Kesetaraan
6. Rasa percaya diri
7. Kedekatan (immediacy)
8. Manajemen interaksi, e.g. Tidak menyerobot pembicaraan
9. Daya ekspresi
10. berorientasi kepada lawan bicara

Anda mungkin juga menyukai