Anda di halaman 1dari 5

D.

Memanusiakan manusia
konsep "Memanusiakan Manusia" merupakan bagian dari humanisme. Humanisme berasal
dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti
sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi,
2011:71). Dalam situasi bangsa saat ini, terutama masa pandemi ini akar kemanusiaan yang
muncul dalam hati dan pikir kita haruslah diwujudkan dalam mengedepankan membantu sesama
manusia dengan lebih humanisme dengan tidak memandang perbedaan bangsa, agama, daerah,
suku dan warna kulit serta lainnya.

Kata "Memanusiakan Manusia" yang lebih mendasar yakni memanusiakan manusia yang memiliki
cita-cita sama ingin selalu dihormati dan dihargai. Itu adalah keinginan mendasar dari seorang
manusia, terutama ingin dihargai. Terlebih dalam interaksi dengan sesama manusia termasuk
orang per orangan.Dihargai yang dimaksud dalam konteks ini adalah memberikan apresiasi
kepada hasil karya seseorang terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya.

Menyalakan Kemanusiaan

Unika Soegijapranata salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah


melangsungkan pergantian tampuk kepemimpinan Rektor pada 31 Agustus 2021
untuk periode 2021-2025. Yang menarik untuk diperhatikan dan diikuti bukan hanya
upacara pelantikan dan serah terima jabatan Rektor, namun yang sangat menarik
penulis adalah kalimat dalam backdrop dan sambutan rektor baru yang selalu
diucapkan berkali kali yaitu “ Inflamare Humanitatem” yang berarti menyalakan
kemanusiaan

. Penulis tidak akan membahas permasalahan pergantian rektor Unika


Soegijapranata, tetapi ingin mendalami tentang konsep yang akan dikembangkan
dengan mengedepankan Inflamare Humanitatem. Kalimat ini sangatlah bermakna
mendalam karena unsur manusia diangkat dan ditempatkan sebagai ciptaan Allah
yang sempurna. Artinya, sebagai ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama
adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia lebih terdidik, lebih
bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik hidupnya.

Hal yang paling mendasar dalam menerapkan memanusiakan manusia adalah adanya
kecintaan dan kasih dalam diri kita kepada sesama manusia. Kecintaan dan kasih
adalah pernyataan diri dan mempersatukan diri sendiri untuk menjadi satu dengan
yang dikasihi, siapapun, apapun bagaimanapun yang dikasihinya. Ini melebihi dari
arti Humanisme. Kasih kepada sesama berarti kita harus mampu menghargai,
menghormati sesama sesuai dengan martabatnya.

Kemanusiaan itu Satu


Seorang tokoh pahlawan nasional Mgr Alb. Soegijapranata, SJ dalam masa
perjuangan melawan tantara Jepang. Mgr Soegija, seorang nasionalis kemanusiaan
yang mempunyai semboyan hidupnya yang terkenal 100% katolik 100% Indonesia.
Mgr. Soegija pernah berucap: “Kemanusiaan itu satu, bangsa manusia itu satu. Kendati
berbeda bangsa, asal-usul dan ragamnya, berlainan bahasa dan adat istiadatnya, kemajuan dan
cara hidupnya, semua merupakan satu keluarga besar (umat manusia); demikian juga kendati
tampak dalam kodrat laki-laki dan perempuan. Malahan, menurut kehidupan di dunia ini, seluruh
umat manusia dan bangsa-bangsa saling membutuhkan satu sama lain; kalau tidak saling bekerja
sama dan saling menolong pasti tak akan lepas dari bahaya, tidak akan terjelam kesejahteraan, tak
akan ada kemajuan, tak akan ada tata susila, tak ada ketentraman dan keselamatan. (Surat
Kegembalaan September 1940)”. Karena manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling
sempurna diharapkan mampu berdaya ubah dalam memandang unsusr kemanusiaan
yang hakiki, sehingga akan membawa kesejahteraan dan kerukunan bagi manusia di
Indonesia. Ucapan Mgr Soegija tersebut membukakan hati dan pikir kita bahwa
kemanusiaan itu adalah hal yang bisa menyatukan segala perbedaan dari berbagai
usul dan harapan kita semua.

Gagasan ini menempatkan manusia dalam kehidupannya yang harus memanusiakan


manusia lainnya dan menjadi manusia yang membudaya dalam konteks "homo
homini socius" (manusia sebagai kawan bagi sesamanya).

Semoga arti kemanusiaan yang sebenarnya selalu merasuk dalam hati setiap insan
manusia Indonesia sehingga akan tercipta kesatuan dan persatuan serta saling
menghargai antar sesama yang saling memiliki perbedaan.

E.Problematika Kebudayaan

Problematika Kebudayaan

Problematika kebudayaan adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan yang


merupakan harta yang turun temurun dari nenek moyang kita, dapat kita pertahankan
kelestariannya. Tapi perkembangan jaman tidak dapat dibendung, seiring dengan berjalanya
waktu, maka kelestarian kebudayaan tersebut harus dijaga karena kebudayaan hanyalah
identitas diri dan merupakan identitas bangsa. Bangsa yang memiliki identitas akan menjadi
bangsa yang kuat dan menjadi bangsa yang tidak mudah untuk dijajah oleh bangsa lain.
Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati
diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan dijajah
oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus mempertahankan
identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan mencintai kebudayaan daerah, dan
serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.

Unsur-Unsur Kebudayaan
Kebudayaan mengandung unsur antara lain; Kenyakinan, Mata pencarian, Bahasa,
pengetahuan, Teknologi, Sistem sosial,Kekerabatan,penanggalan,Tata pemukiman.
Berkembangnya kebudanyaan dikarenakan adanya kesadarn manusia, kondisi masyarakat
dan hubungan dan kebudaan lain.

Aktivitas Kebudayaan
Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi, asimilasi,
difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia hidup yang dinamis dan
tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun dapat terkena kematian. Kematian
kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu hidup di dalam sebuah kebudayaan,
meninggalkan – baik secara sadar atau tidak – kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan
kepada kebudayaan lain.Manusia adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan
kebudayaan yang telah melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.

Keunggulan kebudayaan Indonesia;


Ø  Kekayaan akan keragaman kebudayaan daerah Indonesia
Ø  Sumber daya alam yang melimpah dan berkualitas
Ø  Wilayah yang strategis
Problematika;
Ø  Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
Ø  Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
Ø  Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
Ø  Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
Ø  Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
Ø  Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.

Jenis- Jenis Problematika Kebudayaan


Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan
hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau
menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik
daripada pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau
meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup
mereka umumnya miskin.
2.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah
yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena
masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa
ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka
ditempat yang lama.
4.      Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan
masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah
tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
5.      Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
6.      Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka
ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap
etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.
7.      Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh manusia,
sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam
penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.
8.      Pewarisan kebudayaan.
Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya
budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi
sesuai dengan budaya warisan. Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak
budaya yang hendak diwariskan oleh pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai
dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan
nilai-nilai budaya yang baru diterima sekarang ini.
9.      Perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress
(kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui
revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
10.  Penyebaran kebudayaan.
Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah, masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh
globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah
masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku
sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan
induvidualistik. Akibatnya nilai-nilai asli kebudayaan bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.

Pengaruh Budaya Tehadap Lingkungan


Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berpengaruh terhadap lingkungan
dimana tempat kebudayaan itu berkembang. Dengan menganalisis pengaruh budaya terhadap
lingkungan, kita dapat mengetahui mengapa setiap daerah itu mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda yang akan menghasilkan keragaman kebudayaan.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan,
diantaranya adalah:
a.       Physical Environment
Physical Environment adalah permasalahan kebudayaan yang terkait dengan lingkungan
natural seperti temperature, curah hujan, iklim wilayah, geografis, flora, dan fauna.
b.      Cultural Social Environment
Cultural Social Environment adalan permasalahan kebudayaan yang meliputi aspek-aspek
kebudayaan beserta proses sosialisasi seperti norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
c.       Environmental Orientation and Representation
Environmental Orientation and Representation adalah permasalahan kebudayaan yang
mengacu pada presepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda pada setiap masyarakat
mengenai lingkungannya.
d.      Environmental Behavior and Proses
Environmental Behavior and Proses adalah permasalahan kebudayaan yang meliputi
bagaimana cara cara masyarakat menggunakan lingkingan dalan hubungan sosial.
e.       Out Carries Product
Out Carries Product adalah permasalahan kebudayaan yang meliputi hasil tindakan manusia
pada presepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat dalam
hubungan social.

Dengan menganalisis permasalahan kebudayaan dengan lingkungan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan yang berkembang pada suatu wilayah tertentu akan mempunyai pengaruh yang cukup besar
pada perubahan pola tata laku, norma-norma, nilai-nilai, dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi
cirri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai