BBLR Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny M Di Puskesmas Cakra
BBLR Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny M Di Puskesmas Cakra
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 4.000.000 jiwa /tahun. Kematian bayi tersebut terutama di Negara berkembang
sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di Negara Indonesia. Menurut
WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
hampir semua terjadi di negara berkembang (Dinkes, 2009).
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007 angka
kematian bayi diIndonesia adalah 35/1.000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi
meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal dunia perhari.dalam Milenium
Development Goals (MDGS) Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun
menjadi 17/1000 kelahiran hidup. Bebrapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL)
yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma
lahir, kelianan kongenital dan hyperbilirubin.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka
kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2003, ini
memang bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara di bagian Association South of East Asian Nations (ASEAN).
Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dan seluruh
kematian perinatal sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar
459.200-900.000 bayi (Dinkes, 2009).
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah
(BBLR) yang diperoleh berdasarkan survey nasional. Proporsi BBLR ditentukan
berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 - 14% selama
periode 2000-2009. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap
tahun diperkirakan 355.000 - 71 0.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Profil
Kesehatan,2009).
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup
sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Salah satu penyebab terjadinya
BBLR yaitu status gizi ibu yang tidak baik. Latar belakang pendidikan seseorang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka
diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik dan sebaliknya (Anonim, 2008).
Di Lombok Barat memperlihatkan dengan jelas bahwa penyebab kematian bayi
paling besar adalah BBLR (berat bayi lahir rendah) yaitu sebanyak 37 %. BBLR ini
terjadi pada usia bayi 0 sampai 28 hari. Kasus BBLR pada tahun 2011 relatif menurun
yaitu dari 586 di tahun 2010, menjadi 543 di tahun 2011. Dari jumlah kasus sebanyak
543 di tahun 2011 yang lahir dengan BBLR, meninggal 53 bayi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan dengan berat badan lahir rendah
pada bayi Ny. M dengan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data subjektif pada bayi Ny. M dengan berat badan
lahir rendah.
b. Mampu mngumpulkan data objektif pada bayi Ny. M dengan berat badan lahir
rendah.
c. Mampu menganalisa pada bayi Ny. M dengan berat badan lahir rendah.
d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. M dengan berat badan
lahir rendah.
C. Manfaat
1. Bagi Lahan
Mempertahankan mutu pelayanan kebidanan bagi Puskesmas Meninting,
terutama dalam asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien, khususnya untuk
pertolongan dalam persalinan.
2. Bagi Institusi
a.
b.
3. Bagi Masyarakat
a.
b.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tampa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2006).
2. Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, meskipun usia kehamilan cukup /aterm (Manuaba,2005).
3. Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga
cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006).
4. Pada tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Winkjosastro, 2006).
5. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua
bagian: pertama BBLR sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1500 gram, dan
kedua BBLR bila berat lahir antara 1501- 2499 gram (Badriul, 2009).
B. Etiologi
1. Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
BBLR, yaitu antara lain:
a. Faktor Ibu
1) Hipertensi
2) Perokok
3) Gizi buruk
4) Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
5) Pendarahan antepartum
6) Malnutrisi
7) Hidraminon
8) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9) Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
10) Infeksi dan trauma
b. Faktor Janin
1)
Kehamilan ganda
2)
Kelainan kromosom
3)
Cacat bawaan
4)
Infeksi dalam kandungan
5)
Hidramnion
6)
Ketuban pecah dini
2. Menurut Manuaba (2005), faktor - faktor yang dapat yang dapat menyebabkan
terjadinya BBLR adalah :
a. Faktor ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang.
Kekurangan zat gizi yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan.
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan janin
dengan lanjutnya kehamilan. Atau bayi lahir dengan berat badan yang tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.
e. Large for date.
Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tuanya kehamilan.
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan
bidan di desa berat lahir diterima dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2 penyebab kelahiran bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur kehamilan
cukup atau kombinasi keduanya.
3. Menurut Winkjosastro (2005) bayi dengan berat badan lahir rendah di bagi menjadi
dua golongan, yaitu:
a. Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (MKBSMK)
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena bayi mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK)
4. Menurut (Hidayat, 2005) bayi dengan berat badan lahir rendah di bagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan Berat badan:
1) Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang 1.500 gram
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram
b. Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :
1) Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai
37 minggu
2) Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42
minggu.
3) Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42
minggu
sering timbul apnea. Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif, daya isap lemah,
kulit mengkilatdan licin (Winkjosastro, 2006).
Tanda dangejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir Rendah antara lain :
a. Berat Badan Kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera ditangani
maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran bernapas, kesukaran
pemberian
minum,
ikterus
berat,
hipotermi
dan
infeksi
(Saifuddin,
2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindraoma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Pendarahan intraventrikuler
Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi bawaan
H. Diagnosis
Menurut Mochtar (2007), diagnosis BBLR yaitu:
1. Sebelum Bayi Lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
Lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilan sudah angka lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
penurunan
kadar
menunjukkan
anemia
atau
hemoragic
prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran ratarata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.
I. Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi angka
kematian),
afiksia/iskemia
otok,
sindroma
gangguan
pernapasan,
perdarahan
2. Jika ibu dengan riwayat infeksi bakteri, beri dosis pertama antibiotika
a. Gentamisin 4mg/kgBB I.M (atau kananmisin)
b. Ditambah ampisilin 100 mg/kgBB I.M (atau benzil penisilin)
3. Jika bayi sianosis (biru) atau kesukaran bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per
menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
(Winkjosastro, 2006).
1. Mempertahankan Suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg
34C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37C suhu inkubator dapat
diturukan 1C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara
berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu
lingkungan 27C-29C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan
memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006). Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami hipotermi, sebab itu suhu tubuhnya
harus di pertahankan dengan ketat (Sarwono, 2006)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Setelah
lahir
adalah
mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya
hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum
matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga
kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah sering
memeluk dan mengendong bayi.
Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau atau perawatan bayi lekat,
yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi
dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam jam BBLR
(Kosim, 2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat mengalami
hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relativ lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak
coklat (brown fat) ( Koswara, 2009).
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi,
karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah
dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di
dalam indikator sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam
indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 C dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 C. Bila indikator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air panas,
sehingga panas badanya dapat dipertahankan. (Muhammad, 2008).
2. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat
lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang
1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba
menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu
diteruskan (Winkjosastro, 2006).
3. Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di
samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar
berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada
umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air
susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka
pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) reflek menelan belum sempurna oleh
sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cepat (Sarwono, 2006).
Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 5 gram/kg/BB, dan kalori
110 kal/kg/BB. Sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang paling
penting diberikan lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
lambung menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50 sampai 60
cc/kg/BB/hari, dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/hari
(Ahyani, 2006).
Pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan
beratnya. Minuman utama dan pertama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah tidak
diragukan lagi keutungan atau kelebihanya. Disarankan Bayi menyusu ASI ibunya
sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang cocok untuknya, karena
didalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serta elektrolit minimal, Refleks
menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah, untuk itu diperlukan
pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau bila sangat terpaksa dengan
pipa lambung.
Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan
karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus
atau bayi kuning (Badriul, 2009).
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram kurang dari 2500 gram menunjukan
kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi
harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena reflek menelan
BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg BB/
hari. (Muhammad, 2008).
4. Mencegah Infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan demikan
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik
(Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi (Sarwono, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi, ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relativ belum
sanggup membantu antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
yang
benar
adalah
pendokumentasian
yang
dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan pada
seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang sistematis seorang bidan
dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah - langkah dalam proses manajemen
kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7
langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan
melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnese
sebagai langkah I Varney.
O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium
dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah I Varney.
A = Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subyaktif dan
obyektif dalam suatu identifikasi :
a)
Diagnosa/masalah.
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
P = Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi perencanaan (E)
berdasarkan analisa sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
1. Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
a.
b.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY M DENGAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS
CAKRA TANGGAL 7 JANUARI 2013
A. DATA SUBJEKTIF ( S )
Hari/tanggal masuk Puskesmas : Senin, 6 Januari 2013, pukul 20.00 wita
Hari/tanggal pengkajian
1. Identitas Bayi
a. Nama Bayi
: Bayi Ny. M
b. Umur
: 1 hari
c. Anak ke
: 1 (satu)
d. Lahir
Nama Ayah
: Tn. A
b. Umur
: 16 tahun
Umur
: 18 tahun
c. Agama
: Islam
Agama
: Islam
d. Pendidikan : SMP
Pendidikan
: SD
e. Pekerjaan : IRT
Pekerjaan
: Swasta
f. Alamat
Alamat
: Gerung
: Gerung
menderita
penyakit menular.
6.Faktor Genetik : Orang tua tidak pernah menderita penyakit keturunan.
7.Faktor Sosial : Orang tua dari bayi merasa senang dengan kelahiran
anaknya, begitu
: Sudah dilakukan
d.Kontak mata
: Sudah dilakukan
OBJEKTIF ( O )
1. Keadaan umum
: Baik
2. Tanda-tanda vital :
a. Denyut jantung : 120 x/ menit
b. Suhu
: 36,3 C
c. Respirasi
: 40 x/ menit
3. Berat badan
: 1850 gram
4. Panjang badan
: 49 cm
5. Lingkar kepala
: 30 cm
6. Lingkar Dada
: 31 cm
7. Lingkar lengan
: 9 cm
8. Pemeriksaan Fisik
c. Mata
d. Hidung dan mulut : Hidung lunak, kanan dan kiri sama, palatum lunak, refleks
hisap lemah.
e. Leher
f. Dada
4. Memberikan injeksi vitamin K 1 mg secara IM 0,5 cc pada paha kiri 1/3 bagian luar
atas untuk mencegah perdarahan ke otak dan salep mata pada mata kanan dan mata
kiri untuk mencegah terjadinya infeksi diberikan segera setelah bayi lahir. Bayi sudah
diinjeksi dan ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5. Mengajarkan ibu mengenai metode kanguru untuk menjaga agar bayinya tetap selalu
hangat yaitu dengan cara dada bayi menempel dengan dada ibu dalam baju kangguru ,
bayi menggunakan popok yang dilapisi plastic sehingga bayi mendapatkan sumber
panas secara terus menerus dimulai saat setelah lahir, pengganti ibu boleh ayah, tante,
nenek, dan lain-lain. Selain itu juga dengan cara menutup kepala bayi dengan topi
serta menghangatkan di bawah lampu. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
6. Melakukan pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7. Mencegah kehilangan panas badan bayi dengan menyelimuti bayi dan meletakkannya
pada tempat yang hangat serta mengganti selimut bayi bila basah. Bayi sudah
diselimuti dan ditidurkan di tempat yang hangat.
8. Menginformasikan pada ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini agar tercipta
kontak batin antara ibu dan bayi dan rahim ibu dapat berkontraksi dengan baik. Ibu
sudah mengerti tentang manfaat menyusui dini.
9. Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat yang benar
yaitu hanya dibersihkan dengan sabun saat mandi dan dikeringkan. Jangan mengolesi
tali pusat dengan obat atau ramuan tradisional. Biarkan tali pusat kering sendiri. Ibu
dan keluarga sudah mengerti tentang cara perawatan tali pusat.
10. Menginformasikan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi yaitu:
a. Bayi tidak dapat menyusu , sulit minum, malas minum. Kemungkinan bayi
mengalami kelainan pada bibir dan langit langit dan bayi infeksi.
b. Bayi kejang kemungkinan bayi terjadi infeksi misalnya tetanus neonatorum dan
gangguan sistim persyarafan seperti trauma kelahiran.
c. Bayi mengantuk dan tidak sadar ( letargis ) kemingkinan bayi infeksi / sepsis dan
gangguan sistim persyarafan.
d. Apabila nafas bayi kurang dari 40 x/menit atau labih dari 60 x/menit disertai
tarikan dada, ini disebabkan karena gangguan pernafasan.
e. Apabila bayi merintih, lemah, atau kurang aktif, kemungkinan disebabkan karena
infeksi.
f. Warna kulit bayi : sianosis ( warna kulit membiru mulai dari muka sampai
seluruh tubuh), warna kulit sangat kuning mulai dari kepala turu ke kaki.
g. Apabila perut bayi kembung, muntah kemungkinan bayi mengalami saluran
pencernaan bagian atas buntu, sedangkan apabila bayi tidak mengeluarkan
mekonium berarti saluran percernaan bagian bawah buntu.
h. Apabila bagian tali pusat bayi dan dinding perut di sekitar tali pusat berwarna
kemerahan, berbau busuk, terdapat pus / nanah, keluar darah / perdarahan,
kemungkinan tali pusatnya terdapat infeksi tali pusat. Ibu sudah mengerti tentang
tanda tanda bahaya pada bayi.
Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan
9. Menginformasikan pada ibu tentang ASI Ekslusif yaitu ASI eksklusif adalah air susu
ibu yang diberikan kepada bayi sebagai bahan makanan pokok sampai umur 6 bulan
bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya. Serta keuntungan
ASI Ekslusif yaitu Mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi, ASI
mengandung zat penolak (antibody) yang dapat melindung bayi dari berbagai
penyakit infeksi, aman dan dapat diberikan langsung, tidak menimbulkan alergi bagi
bayi, sebagai perantara hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi, membantu
pertumbuhan gizi lebih baik, ekonomis, praktis dan tersedia setiap saat. Ibu sudah
mengrti tentang ASI eksklusif.
10. Menginformasikan pada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari yaitu menjaga
kehangatan bayi, bayi baru boleh dimandikan setelah umurnya 6 jam, bungkus bayi
dengan kain kering, ganti kainnya jika basah. jangan tidurkan bayi di tempat dingin
atau banyak angin, jaga tali pusat selalu bersih, kering, dan biarkan terbuka (jangan di
bungkus). Ibu sudah mengrti tentang perawatan bayi sehari-hari.
11. Menjadwalkan ibu untuk kunjungan dalam 4 hari pasca persalinan yaitu pada tanggal
11 januari 2014. Ibu sepakat untuk kunjungan pada tanggal 11 januari 2014.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang kami lakukan di Puskesmas Cakra, penerapan praktikum
sudah sesuai dengan teori yang di ajarkan pendidikan. Dari praktik yang telah dilakukan tidak
ditemukan kesenjangan antaran teori dan pelaksanaannya. Pada data subjektif antara teori
dengan praktek tidak terjadi kesenjangan, dimana pada data subjektif BBLR merupakan bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Etiologinya bisa di lihat dari factor
bayi, ibu serta placentanya. sedangkan Dari kasus yang di kaji di atas, kita bisa melihat
bahwa factor penyebab dari BBLR adalah factor ibu yaitu umur ibu kurang dari 20 tahun.
Kebutuhan bayi yaitu menjaga agar bayi tetap selalu hangat dengan
menghangatkannya dengan penggunaan metode kanguru, selalu memakaikan topi, serta cara
lain misalnya dengan menggunakan lampu, dan tidak usah dimandikan. Selain itu, ibu
diharuskan untuk selalu mengontrol bayinya ke balai kesehatan terdekat. Hipotermi sering
terjadi pada neunatus terutama pada BBLR karena pusat pengaturan tubuh bayi yang belum
sempurna,permukaan tubuh yang relative luas,kemampuan produksi dan penyimpanan panas
terbatas. Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang
dingin (suhu lingkungan rendah,permukaan dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan
basah atau tidak berpakaian.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah mengumpulkan data subjektif pada bayi Ny. M dengan berat
badan lahir rendah untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat.
2. Mahasiswa telah melakukan pemeriksaan untuk mendapatkan data objektif pada bayi
Ny. M dengan berat badan lahir rendah yang lebih akurat untuk menegakkan
diagnosa.
3. Mahasiswa dapat menganalisa diagnose pada bayi Ny. M dengan berat badan lahir
rendah.
4. Tindakan dan asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny. M dengan berat
badan lahir rendah telah sesuai dengan kebutuhan bayi.
B. SARAN
1.
Bagi Lahan
Agar tetap mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang telah diberikan
sehingga selalu tercapai asuhan sesuai standar khususnya untuk pertolongan dalam
persalinan.
2.
Bagi Institusi
Diharapkan agar ditingkatkan lagi praktek laboratorium sehingga mahasiswa
mampu menerapkan di lahan praktek dengan semaksimal mungkin
3.
Bagi Masyarakat
Bagi keluarga pasien