Bab IV-Hakikat Dan Dasar Mengikatnya Hukum Internasional
Bab IV-Hakikat Dan Dasar Mengikatnya Hukum Internasional
lembaga-lembaga
yang
disangkutpautkan
dengan
hukum
dan
pelaksanaannya:
-
keadaan
yang
demikianlah
sehingga
beberapa
pihak
hal
ini,
dengan
menjelaskan
bahwa
konsep
hidup
bermasyarakat
Ada beberapa mazhab yang termasuk ke dalam kelompok Mazhab atau Ajaran
Hukum Positif, yaitu:
a. Mazhab atau Teori Kehendak Negara atau Teori Kedaulatan Negara;
b. Mazhab atau Teori Kehendak Bersama Negara-negara;
c. Mazhab Wina (Vienna School of Thought).
a. Mazhab/Teori Kehendak Negara.
Ajaran atau mazhab ini bertolak dari teori kedaulatan negara. Secara umum
inti dari ajaran atau mazhab ini adalah sebagai berikut: oleh karena negara adalah
pemegang kedaulatan, maka negara adalah juga sumber dari segala hukum. Hukum
internasional itu mengikat negara-negara karena negara-negara itu atas kehendak
atau kemauannya sendirilah tunduk atau mengikatkan diri kepada hukum
internasional.
Bagi mazhab ini, hukum internasional itu bukanlah sesuatu yang lebih tinggi
dari kemauan negara (hukum nasional) tetapi merupakan bagian dari hukum
nasional (c.q. hukum tata negara) yang mengatur hubungan luar suatu negara
(auszeres Staatsrecht). Para pemuka mazhab ini, antara lain, Georg Jellinek, Zorn,
dll.
Kritik dan sekaligus kelemahan dari ajaran ini adalah bahwa ajaran ini tidak
mampu menjelaskan bagaimana jika negara-negara itu secara sepihak menyatakan
tidak hendak lagi terikat kepada hukum internasional, apakah dengan demikian
hukum internasional tersebut tidak lagi mengikat?
Ajaran ini juga tidak mampu menjelaskan negara-negara yang baru lahir sudah
langsung terikat oleh hukum internasional terlepas dari mereka setuju atau tidak?
b. Mazhab atau Teori Kehendak Bersama Negara-negara.
Mazhab ini berusahan untuk menutup kelemahan Mazhab/Teori Kehendak
Negara sebagaimana telah dikemukan di atas. Menurut mazhab ini, hukum
internasional itu mengikat bukan karena bukan karena kehendak negara-negara
secara sendiri-sendiri melainkan karena kehendak bersama negara-negara itu di
mana kehendak bersama ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan kehendak
3
negara secara sendiri-sendiri. Dikatakan pula oleh mazhab ini bahwa, berbeda
halnya dengan kehendak negara secara sendiri-sendiri, kehendak bersama ini tidak
perlu dinyatakan secara tegas atau spesifik.
Inilah inti dari ajaran Vereinbarungstheorie yang dikemukakan oleh Triepel.
Melalui ajarannya itu Triepel sesungguhnya berusaha untuk mendasarkan teorinya
pada cara mengikat hukum kebiasaan internasional.
Maksudnya, dengan
telah
berusaha
menjawab
kritik
terhadap
kelemahan
hanya
menganggap hukum
melainkan pada adanya norma atau kaidah hukum yang telah ada terlebih dahulu
yang terlepas dari dikehendaki atau tidak oleh negara-negara (aliran pemikiran ini
kerap disebut sebagai aliran objektivist). Tokoh terkenal dari aliran ini adalah Hans
Kelsen yang mazhabnya dikenal dengan sebutan Mazhab Wina (Vienna School of
Thought).
Menurut Kelsen, ada dan mengikatnya kaidah hukum internasional didasarkan
oleh ada dan mengikatnya kaidah hukum lain yang lebih tinggi. Ada dan mengikatnya
kaidah hukum yang lebih tinggi itu didasarkan oleh ada dan mengikatnya kaidah
hukum yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya hingga sampai pada suatu puncak
piramida
tidak lagi dapat dijelaskan secara hukum melainkan harus diterima adanya sebagai
hipotesa asal (ursprungshypothese).
ini
tidak dapat