Anda di halaman 1dari 119

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG

PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG


KANWIL DJP DAN KPP SUMBAGUT I
JALAN SUKA MULIA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas


Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil

oleh:
I. E. SULASTRI SIHOTANG
060424006

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam kepada pemilik pribadi mulia Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang membawa kita dari zaman jahiliyah kepada
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang
Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP dan KPP Sumbagut I ini disusun
guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Program Strata satu (S-1) di
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan saran
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin sampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. M. Sofian Asmirza S.M.Sc, selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini;
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara;
3. Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MS, selaku Koordinator Program Pendidikan Ekstension;
4. Seluruh Dosen dan pegawai Universitas Sumatera Utara khususnya Jurusan Teknik Sipil
yang telah mendidik dan membina penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan;
5. Pimpinan dan seluruh Staff PT. Pembangunan Perumahan, sebagai Pelaksana proyek yang
telah memberi bimbingan kepada penulis dan bersedia memberikan data-data pendukung;
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

6. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta, yang telah
mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta selalu memberikan dukungan baik moral,
material, maupun doa yang tak henti-hentinya mereka mohonkan kepada Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Begitu juga kepada keluarga yang
telah memberikan seni kehidupan dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis
untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini;
7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan teman-teman yang
memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini kemungkinan belum sempurna, untuk itu
penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, sekali lagi penulis sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah banyak
membantu dan semoga atas bimbingan serta bantuan moral dan material yang penulis terima
mendapat imbalan dari Allah SWT.

Medan, Maret 2009


Penulis,

I. E. SULASTRI SIHOTANG
060424006

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK
Pondasi tiang atau disebut juga pondasi dalam dipergunakan untuk konstruksi beban
berat (high rise building). Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang
pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur
bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik
sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya
yaitu beban konstruksi atas.
Tujuan dari studi ini untuk menghitung daya dukung tiang pancang dari hasil sondir,
Standar Penetrasi Test (SPT), dan berdasarkan parameter kuat geser tanah, membandingkan
hasil daya dukung tiang pancang dan menghitung penurunan yang terjadi pada tiang pancang.
Metodologi pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi, pengambilan data
dari pihak proyek serta melakukan studi keperpustakaan. Pada perhitungan daya dukung tiang
pancang dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, untuk data sondir dengan metode
Aoki De Alencar dan metode langsung, untuk data SPT dengan metode Meyerhof dan
berdasarkan parameter kuat geser tanah.
Berdasarkan data sondir, SPT, parameter kuat geser tanah yang diperoleh dan dihitung
dengan beberapa metode diperoleh hasil perhitungan untuk data sondir dengan menggunakan
metode Aoki de Alencar titik-1 Qult = 423.793 ton dan titik-2 Qult = 509.036 ton, dengan
metode langsung titik-1 Qult = 649.980 ton dan titik 2 Qult = 415.563 ton. Untuk data SPT
menggunakan metode Meyerhof diperoleh titik-1 Qult = 350.612 ton dan titik-2 Qult =
385.969 ton. Sedangkam untuk parameter geser tanah titik-1 Qult = 234.572 ton dan titik-2
Qult = 268.259 ton. Untuk penurunan tiang tunggal dihitung menggunakan metode Poulus dan
Davis sebesar 28.27 mm.
Hasil perhitungan daya dukung pondasi terdapat perbedaan nilai, baik dilihat dari
penggunaan metode perhitungan maupun lokasi titik yang ditinjau. Dari hasil perhitungan
dapat disimpulkan daya dukung pondasi yang paling baik digunakan adalah daya dukung tiang
pancang dari data SPT.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
ABSTRAK .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR NOTASI ............................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Umum ............................................................................................ 1
I.2. Latar Belakang .............................................................................. 3
I.3. Tujuan ........................................................................................... 3
I.4. Manfaat ......................................................................................... 3
I.5. Pembatasan masalah ..................................................................... 4
I.6. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pendahuluan ................................................................................. 6
II.2. Defenisi Tanah ............................................................................. 6
II.3. Penyelidikan Lapangan dengan pengeboran ............................... 7
II.4. Penyelidikan Lapangan dengan SPT ........................................... 8
II.5. Penyelidikan Lapangan dengan Sondir ..................................... 10
II.6. Macam-macam Pondasi ............................................................. 14
II.7. Pengertian Pondasi Tiang Pancang ............................................ 17
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

II.8. Pemancangan Tiang Pancang .................................................... 33


II.9. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan
Data Lapangan ........................................................................... 37
II.10.Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan
Data Laboratorium ................................................................... 42
II.10.Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan
hasil loading test dengan metode Davisson .............................. 52
II.11. Tiang Pancang Kelompok......................................................... 54
II.12. Kapasitas Kelompok dan Effisiensi Tiang Pancang ................ 57
II.13. Penuruna Tiang......................................................................... 60
II.14. Penurunan diijinkan ................................................................. 67
II.15. Faktor Keamanan ..................................................................... 67
II.16. Alasan Pemilihan Pondasi Tiang Pancang ............................... 70
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Data Umum ............................................................................... 71
III.2. Metode Pengumpulan Data .................................................... 72
III.3. Kondisi Umum Lokasi Studi .................................................... 75
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pendahuluan .............................................................................. 77
IV.2. Pengumpulan Data dari Lapangan ........................................... 77
IV.2.1 Perhitungan kapaitas daya dukung tiang pancang dengan metode
Aoki dan De Alecander ................................................... 77
IV.2.2 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dengan
metode langsung dari data sondir.................................... 82
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.2.3 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dari


hasil SPT ........................................................................... 87
IV.3. Pengumpulan Data dari Laboratorium .................................... 91
IV.3.1.Perhitungan kapasitas daya dukung tiang
berdasarkan parameter tanah ........................................ 91
IV.4 Menghitungan kapasitas kelompok tiang berdasarkan
effisiensi ...................................................................................... 95
IV.5Menghitung penurunan tiang tunggal dan penurunan
kelompok tiang ............................................................................ 96
IV.6 Diskusi ....................................................................................... 101
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan................................................................................ 103
V.2. Saran.................... ...................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1

Faktor Empiri Fb dan Fs ...................................................................... . 38

II.2

Nilai Faktor empiric untuk tipe tanah yang berbeda ............................ .39

II.3

Faktor Daya Dukung Meyerhof ........................................................... ......... 47

II.4

Nilai Ks untuk tiang pada pasir ............................................................ ......... 48

II.5

Harga sudut gesekan antara beberapa harga bahan pondasi dengan

tanah atau

batuan .................................................................................................. ......... 49


II.6

Perkiraan angka poison ....................................................................... ......... 63

II.7

Faktor aman yang disarankan .............................................................. ......... 66

IV.1 Perhitungan daya dukung pondasi tiang titik S-1 dari sondir ................ ......... 83
IV.2 Perhitungan daya dukung pondasi tiang titik S-2 dari sondir ............... ......... 84
IV.3 Perhitungan tahanan ujung tiang pancang pada titik BH-1
dari data SPT ....................................................................................... ......... 87
IV.4 Perhitungan tahanan ujung tiang pancang pada titik BH-2
dari data SPT ....................................................................................... ......... 88
IV.5 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan parameter kuat
geser tanah pada titik 1 (BH-1) ........................................................... ......... 91
IV.6 Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan parameter kuat
geser tanah pada titik 2 (BH-2) ........................................................... ......... 92
IV.7 Perkiraan penurunan tiang tunggal ....................................................... ......... 97
V.1

Hasil perhitungan daya dukung ............................................................ ......... 99

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

II.1

Dimensi Alat Sondir Mekanis ............................................................. 12

II.2

Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir .......................................................... 13

II.3

Tipe Tipe Pondasi Dangkal ............................................................... 15

II.4

Pondasi Sumuran ................................................................................. 16

II.5

Pondasi Tiang ...................................................................................... 16

II.6

Tiang Pancang kayu ............................................................................ 20

II.7

Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile ................................. 22

II.8

Tiang Pancang Precast Prestressed Concrete Pile ................................. 23

II.9

Tiang Pancang Cast In Place ................................................................ 24

II.10 Tiang pancang baja .............................................................................. 25


II.11 Tiang Pancang Water Proofed steel pipe and wood pile ....................... 27
II.12 Tiang Pancang Composite ungased-concrete and wood pile ................ 29
II.13 Tiang Pancang composite dropped shell and pipe pile ....................... 30
II.14 Tiang Pancang Franki composite pile .................................................. 31
II.15 Pondasi tiang pancang dengan tahanan ujung ...................................... 32
II.16 Pondasi tiang pancang dengan tahanan gesekan ................................... 32
II.17 Proses Pemancangan Tiang Pancang .................................................... 36
II.18 Mekanisme Daya Dukung Tiang ......................................................... 39
II.19 Faktor Nq* ......................................................................................... 42
II.20 Garfik Daya Dukung Tanah Mayerhof ................................................ 44
II.21 Variasi harga berdasarkan kohesi tanah............................................. 47
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

II.22 Grafik harga berdasarkan Cu tanah ................................................... 47


II.23 Grafik hubungan harga dengan kedalaman ........................................ 51
II.24 Kurva beban penurunan untuk tanah tertentu ....................................... 53
II.25 Metode Davidson ................................................................................ 53
II.26 Pola-Pola kelompok tiang pancang khusus........................................... 55
II.27 Pengaruh tiang akibat pemancangan .................................................... 57
II.28 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang ............................................... 58
II.29 Defenisi jarak s dalam hitungan efisiensi tiang ..................................... 60
II.30 Faktor penurunan Io............................................................................. 62
II.31 Koreksi kompersi Rk ........................................................................... 63
II.32 Koreksi kedalaman Rh ......................................................................... 63
II.33 Koreksi angka poison .......................................................................... 63
II.34 Koreksi kekakuan lapisan pendukung Rb ............................................. 64
III.1 Lokasi Proyek ...................................................................................... 73
III.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 74
III.3 Gambar Lokasi sondir, SPT dan pengambilan contoh tanah untuk diuji

di

laboratorium ........................................................................................ 76

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR NOTASI

PK

= Perlawanan Konus

JP

= Jumlah Perlawanan (perlawanan ujung konus + selimut)

= Interval pembacaan = 20 cm

= Faktor alat = luas konus/luas torak = 10 cm

Qb

= Kapasitas tahanan di ujung tiang

Qs

= Kapasitas tahanan kulit

qc

= Tahanan ujung sondir

Ap

= Luas penampang tiang

Kt

= Keliling tiang

JHL = Jumlah hambatan lekat


qp

= Tahanan ujung ultimate

qc

= Harga rata-rata tahanan ujung konus

= Harga SPT lapangan

Li

= Panjang Lapisan tanah

Cu

= kohesi undrained

= koefisien adhesi antara tanah dan tiang

Nc* = faktor daya dukung tanah


Nq* = faktor daya dukung tanah
Qp

= Tahanan ujung persatuan luas

= Satuan tahanan kulit persatuan luas

Ppu = Kapasitas ultimate tahan ujung tiang


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= Tegangan vertikal

Ko

= koefisien tanah

Pps

= Kapasitas ultimate tahanan kulit

= sudut geser efektif

As

= Luas selimut tiang

= Effisiensi alat pancang

Sg

= Penuurunan kelompok tiang

Eg

= Effisiensi kelompok tiang

Sijin = Penurunan yang diijinkan

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Umum
Pembangunan suatu konstruksi, pertama tama sekali yang dilaksanakan dan
dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah) baru kemudian
melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar fungsinya
pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefenisikan sebagai bangunan bawah tanah
yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan beban luar yang
bekerja pada bangunan ke tanah yang ada disekitarnya.
Struktur bawah sebagai pondasi juga secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pemilihan jenis pondasi ini tergantung kepada jenis
struktur atas, apakah termasuk konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga jenis
tanahnya.Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi lapisan tanah permukaan cukup baik,
biasanya jenis pondasi dangkal sudah memadai. Tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya
jenis pondasi dalam adalah menjadi pilihan, dan secara umum permasalahan perencanaan
pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal.
Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini kepada
permasalahan pondasi dalam, yaitu tiang pancang. Pondasi tiang pancang adalah batang yang
relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati
lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas
daya dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang
pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari
daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan ada
tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang pancang kayu.
Dari segi bentang penampang, tiang panang bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat,
pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan
dengan palu jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.
Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang
mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya
dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua
metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang yaitu
dengan menggunakan metode statis dan metode dinamis.
Penyelidikan tanah dengan menggunakan metode statis adalah penyelidikan sondir dan
standart penetrasi test (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan
penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung
lapisan tanah dengan menggunakan rumus empiris.
Penyelidikan standart penetrasi test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan gambaran
lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan secara visual, sifat-sifat
tanah, karakteristik tanah. Data standart penetrasi test (SPT) dapat digunakan untuk
menghitung daya dukung.
Perencanaan pondasi tiang pancang mencakup rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan perencanaan teknis. Semua itu
dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis.
I.2 Latar Belakang
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Adapun latar belakang tugas akhir ini adalah untuk membandingkan hasil penyelidikan
lapangan dari sondir, hasil penyelidikan lapangan dari SPT dan hasil penyelidikan
laboratorium berupa parameter geser tanah dalam menghitung daya dukung pondasi tiang dari
hasil ketiga jenis alat uji tersebut, hasil dari perhitungan tersebut akan dibandingkan, sehingga
akan diperoleh perbedaannya dan juga diharapkan akan diperoleh daya dukung pondasi tiang
yang paling aman serta menguntungkan dari masing masing penyelidikan lapangan tersebut
sehingga dapat diperoleh daya dukung yang baik dimana hasilnya dipakai untuk mendesain
pondasi yang aman dan ekonomis.

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
a. Menghitung daya dukung tiang pancang dari hasil sondir, standar penetrasi test, dan
parameter kuat geser tanah.
b. Membandingkan hasil daya dukung tiang pancang dari metode penyelidikan.
c. Menghitung kapasitas kelompok ijin tiang.
d. Menghitung penurunan yang terjadi pada tiang pancang.

I.4 Manfaat
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya bagi mahasiswa
yang menghadapi masalah yang sama.
b. Untuk pihak-pihak lain yang membutuhkannya.

I.5 Pembatasan Masalah


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pada pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Kanwil DJP dan KPP Sumagut I Jalan
Suka Mulia Medan terdapat banyak permasalahan yang dapat ditinjau dan dibahas, maka
didalam laporan ini sangatlah perlu kiranya diadakan suatu pembatasan masalah. Yang
bertujuan menghindari kekaburan serta penyimpangan dari masalah yang dikemukakan
sehingga semua sesuatunya yang dipaparkan tidak menyimpang dari tujuan semula. Walaupun
demikian, hal ini tidaklah berarti akan memperkecil arti dari pokok-pokok masalah yang
dibahas disini, melainkan hanya karena keterbatasan belaka. Namun dalam penulisan laporan
ini permasalahan yang ditinjau hanya dibatasi pada :
a. Hanya ditinjau untuk tiang pancang tegak lurus.
b. Hanya ditinjau pada jenis tiang pancang beton pracetak.
c. Tidak meninjau akibat gaya horizontal.
d. Perhitungan penurunan hanya pada tanah pasir.

I.6 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat mengumpulkan
data yang mendukung agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Beberapa cara
yang dilakukan antara lain:
a. Metode observasi
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi tiang pancang
diperoleh dari hasil survey langsung ke lokasi proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP dan
KPP Sumbagut I Medan.
b. Pengambilan data
Pengambilan data yang diperlukan dalam perencanaan diperoleh dari PT. Patron selaku
konsultan manajemen konstruksi berupa data hasil sondir, hasil SPT, data laboratorium.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

c. Melakukan studi keperpustakaan


Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan
Tugas Akhir ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pendahuluan
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pada bab ini akan dibahas mengenai yang umum di pakai dalam penyelidikan di
lapangan dan metode pelaksanaanya. Terutama yang akan dijelaskan disini adalah mengenai
penyelidikan lapangan dengan SPT dan juga dengan Cone Penetration Test (CPT, Sondir).
Pada bab ini juga akan dicoba dibahas mengenai interpretasi secara teoritis, dari hasil
SPT dan Sondir dalam memperkirakan parameter parameter tanah dan korelasi hasil
penyelidikan lapangan tersebut terhadap parameter parameter tanah.

II.2 Defenisi Tanah


Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu
sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik
maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan
material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya
pelapukan batuan tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam teknik sipil
untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau lebih
campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik.
Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan dibelakang material unsur
utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau
dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara dianggap tidak
mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah.
Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila
rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah
tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.

II.3 Penyelidikan Lapangan dengan Pengeboran


Jenis pengeboran yang dilakukan dalam proyek ini adalah jenis pengeboran yang
menggunakan bor mesin. Besar daya mesin yang diperlukan bergantung pasa tipe auger,
ukuran auger dan jenis tanah yang akan dipenetrasi.
Penyelidikan lapangan yang dilaksanakan ini adalah dengan menggunakan jenis
peralatan bor mesin. Pengeboran yang dilakukan dalam proyek ini adalah untuk menentukan
profil lapisan tanah terhadap kedalaman dan juga untuk menentukan sifat sifat fisis tanah
meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas tanah, serta juga untuk pengambilan
sampel tanah dalam tabung untuk dilakukan pengujian di laboratorium. Lebih terperinci
penyelidikan dengan pengeboran ini bertujuan :
o Untuk mengevaluasi keadaan tanah secara visual terperinci
o Untuk mengambil sampel layer demi layer sampai kedalaman yang diinginkan untuk
dideskripsi
o Untuk mengambil sampel tak terganggu (undisturbed) dan sampel terganggu (disturbed)
untuk diselidiki di laboratorium.
o Untuk melaksanakan test penetrasi SPT yang digunakan untuk menduga kedalaman tanah
keras.

II.4 Penyelidikan Lapangan Dengan Standar Penetration Test (SPT)


Metode SPT adalah metode pemancangan batang (yang memiliki ujung pemancangan)
ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan mengukur jumlah pukulan
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

perkedalaman penetrasi. Cara ini telah dibakukan sebagai ASTMD 1586 sejak tahun 1958
dengan revisi revisi secara berkala sampai sekarang.
Pemancangan biasanya dilakukan dengan beban 140 lbs ( 63.5 kg ) yang dijatuhkan
dari ketinggian 30 atau 75 cm.
Pengamatan dan perhitungan dilakukan sebagai berikut :
a. Mula mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm yaitu kedalaman yang
diperkirakan akan terganggu oleh pengeboran.
b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk
memasukkannya.
Jumlah pukulan untuk memasukkan split spoon 15 cm pertama dicata sebagai N1. jumlah
pukulan untuk memasukkan 15 cm kedua adalah N2 dan jumlah pukulan untuk
memasukkan 15 cm ketiga adalah N3. jadi total kedalaman setelah pengujian SPT adalah
45 cm dan menghasilkan N1, N2 dan N3.
c. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan terakhir (N2+N3) pada
setiap interval pengujian dan dicatat pada lembaran Drilling Log.
d. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor kepermukaan tanah untuk
diambil contoh tanahnya dan dimasukkan kedalam kantong plastik untuk diamati di
laboratorium.
Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT kemudian dituangkan dalam lembaran drilling log yang
berisi :

Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas dan

ketebalan

lapisan tanah masing masing.

Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed sample (UDS)

Pengujian Standart Penetration Test (SPT)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Muka air tanah

Tanggal pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.

Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relatif dilapangan khususnya tanah
pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah terhadap penetrasi. Uji ini biasanya digunakan
untuk tanah yang keras.

II.4.1 Tujuan Percobaan SPT


1. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari pengambilan contoh
tanah dengan tabung, dapat diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap tiap lapisan
kedalaman tanah tersebut.
2. Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah dan menetapkan
kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasanya sulit diambil sampelnya.

II.4.2 Kegunaan hasil penyelidikan SPT


1. Menentukan kedalaman dan tebal masing masing lapisan tanah tersebut
2. Alat dan cara operasinya relatif sederhana
3. Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah, sehingga
interpretasi kuat geser dan deformasi tanah dapat diperkirakan dengan baik.
II.5 Penyelidikan lapangan dengan Dutch Cone Penetrometer Test (DCPT, Sondir)
Penyondiran adalah suatu proses memasukkan alat sondir secara tegak lurus kedalam
tanah untuk mengetahui besarnya perlawanan penetrasi tanah terhadap kedalaman lapisan
tanah yang ditembus alat sondir tersebut.
Alat sondir adalah suatu alat yang berbentuk silinder dengan ujungnya berupa suatu konus.
Dimana pada pengujian sondir, alat ini ditekan kedalam tanah untuk mengukur perlawanan
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

tanah pada ujung sondir ( tahanan ujung ) dan gesekan pada selimut sondir ( hambatan lekat
atau gesekan selimut ). Standarisasi alat sondir di Indonesia belum dilakukan hingga saat ini.
Standar alat sondir yang umum digunakan dan telah diterima secara luas tercantum dalam
ASTM D 3441-75T yaitu : sondir yang mempunyai luas proyeksi ujung konus sebesar 10 cm2
dan luas selimutnya sebesar 150 cm2, penetrasi yang dilakukan dengan manual atau hidrolik
dengan kecepatan tidak lebih dari 2 cm/det.
Alat sondir terdiri dari konus atau bikonus yang dihubungkan dengan batang dalam
penyanggah (casing). Kemudian alat sondir ini ditekan kedalam tanah dengan bantuan mesin
sondir hidraulik yang digerakkan secara manual. Ada 2 type ujung konus pada sondir mekanis
yaitu ( lihat Gambar II.1 ) :

Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya digunakan pada
tanah berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil.

Bikonus yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya yang
biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.

Pembacaan tahanan ujung konus dan hambatan lekatnya dilakukan pada setiap kedalaman 20
cm. Cara pembacaan pada sondir secara mekanis adalah secara manual dan bertahap, yaitu
dengan mengukur tahanan ujung dengan alat ukur menometer kemudian baru diukur gesekan
selimaut dan tahanan ujung sehingga hasil laporan adalah pengurangan pengukuran
(pembacaan) kedua terhadap pengukuran (pembacaan) pertama. Cara penetrasi sondir mekanis
(konus dan bikonus). Selanjutnya dilakukan perhitungan bedasarkan rumus sebagai berikut :
-

Hambatan lekat (HL) dihitung dengan rumus :


HL = ( JP PK ) / AB ................................................................................... ( II.1)

Jumlah hambatan lekat (JHL) dihitung dengan rumus :


JHLi = io HL ................................................................................................. ( II.2 )

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Dimana :
PK

= Perlawanan penetrasi konus (qc)

JP

= Jlh perlawanan ( perlawanan ujung konus + selimut )

= Interval pembacaan = 20 cm

= Faktor alat = luas konus/luas torak = 10 cm

= Kedalaman lapisan yang ditinjau

II.5.1 Kegunaan ujin sondir adalah :


1. Untuk menentukan profil dan karakteristik tanah
2. Merupakan pelengkapan bagi informasi dari pengeboran tanah
3. Menentukan daya dukung pondasi
4. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta daya dukung maupun daya lekat
setiap kedalaman
5. Untuk memeberikan gambaran jenis tanah secara kontinu
6. Untuk mengevaluasi (meninjau kembali) karakteristik teknis tanah

II.5.2 Tujuan uji sondir adalah :


1. Tujuan praktis : untuk mengetahui kedalaman dan kekuatan lapisan lapisan tanah
2. Tujuan teoritis :
a. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus ( penetrasi terhadap ujung konus yang
dinyatakan dalam gaya persatuan luas )

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

b.Untuk mengetahui jumlah hamabatan lekat tanah ( perlawanan geser atau friction
tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang )

(a)
(b)
Gambar II.1 Dimensi Alat Sondir Mekanis
a) Konus
b) Bikonus
II.5.3 Cara Pelaporan hasil uji sondir
Cara pelaporan hasil uji sondir biasanya dilakukan dengan menggambarkan variasi
tahanan ujung ( qc ) dengan gesekan selimut ( fs ) terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir
diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang, maka diperlukan harga komulatif gesekan
(jumlah hambatan lekat), yaitu dengan menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

kedalaman, sehingga pada kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat
digunakan untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.
Besaran gesekan komulatif ( total friction ) diadaptasikan dengan sebutan jumlah
hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka cara
pelaporan hasil sondir ang diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung ( qc ), gesekan
selimut ( fs ), dan ratio gesekan ( FR ) terhadap kedalaman tanah. Data sondir tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi dari profil tanah terhadap kedalaman.

Gambar II. 2 Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir


Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, jilid I
II.6 Macam-macam Pondasi
Pondasi adalah bagian paling bawah dari suatu bangunan yang meneruskan beban
bangunan bagian atas kelapisan tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifikasi
pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung seperti :
a. Pondasi setempat
Biasanya digunakan pada tanah yang mempunyai nilai daya dukung berbeda beda
di satu tempat pada suatu lokasi bangunan yang akan dibangun. Untuk mentransfer beban
yang dipikul oleh pondasi ini, agar dapat merata didistribusikan pada semua tempat
biasanya dibuat beberapa pondasi setempat kemudian dihubungkan dengan plat balok.
Untuk pemakaian pondasi seperti ini biasanya dijumpai pada pondasi rumah tinggal
gedung bertingkat, ataupun gudang gudang tempat penimbunan barang dimana untuk
setiap titik pondasi setempat diteruskan oleh kolom balok ke atasnya ataupun rangka baja
(Gambar II.3.a).
b. Pondasi Menerus
Digunakan pada tanah yang mempunyai nilai daya dukung yang seragam pada satu
lokasi pekerjaan yang akan dibangun. Pemakaian pondasi ini sangat ekonomis dari segi
pelaksanaannya, dan dapat dipakai pasangan batu kali untuk pasangan pondasi bentuk
trapesiumnya dan plat beton untuk dasar pondasi tersebut. Kemampuan pondasi ini dalam
mentransfer beban kebawah pondasi (tanah) dianggap bisa merata akibat kemampuan daya
dukung tanah yang homogen dalam meredam beban yang dipikul oleh pondasi (Gambar
II.3.b).

c. Pondasi Tikar
Jenis pondasi ini umumnya berlaku untuk tanah yang mempunyai nilai daya
dukung tanah yang sangat kecil, dimana jenis tanah tersebut termasuk jenis tanah CH
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

menurut USCS (Unified Soil Classification System). Nilai daya dukung tanah yang sangat
kecil, mengakibatkan kemampuan tanah dalam memberikan daya dukung sangat kecil.
Untuk mendapatkan nilai daya dukung yang maksimum, biasanya digunakan pondasi
seperti ini dengan mengandalkan luasan plat untuk memberikan daya dukung yang
maksimum dan dikombinasikan dengan pondasi tiang ke atas, sehingga nilai friksi
tambahan dapat diharapkan sepanjang tiang untuk menambah nilai friction file antara tiang
dan tanah juga nilai daya dukung ujung (end bearing file) dari luasan pondasi. Mengingat
konstruksi tersebut tidak ekonomis dari segi pelaksanaanya untuk gedung yang sederhana,
maka konstruksi tersebut banyak dipakai pada gedung bertingkat (Gambar II.3.c).
Plat Balok
Beban

Beban

M.T

Pondasi Setempat

Pondasi Setempat

(a)
Pasangan Batu
Kali

Plat Beton

(b)
Beban

Beban

Beban

M.T
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

(c)
Gambar II.3 Tipe tipe pondasi dangkal
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:
a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara
pondasi dangkal dan pondsi tiang (Gambar II.5), digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman
(Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal Df/B 1.
b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang
normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak pada
kedalaman yang sangat dalam (Gambar II.4). Pondasi tiang umumnya berdiameter
lebih kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles, 1991).

Gambar II.4 Pondasi Tiang


Tiang Pendukung Beban
Muka Tanah

Muka Tanah

Muka Tanah

Tanah keras
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
Perletakan Pondasi Sumuran Pada tanah lempung
Perletakan Pondasi SumuranPada Tanah Keras
USU Repository 2009

(Sistem Kombinasi)

Muka Tanah

Gambar II.5 Pondasi Sumuran


II.7 Pengertian Pondasi Tiang Pancang
Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu,
beton dan baja yang berbentuk langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah pada
kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan atau mentransmisikan beban dari struktur
atas melewati tanah lunak ke lapisan tanah yang keras. Hal ini merupakan distribusi vertikal
dari beban sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap
lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang. Distribusi muatan vertical dibuat
dengan menggunakan gesekan, atau tiang pancang apung. Kebanyakan tiang pancang
dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang dicor setempat dengan cara
dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah.
Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila
diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancang
miring. Sudut kemiringan yang dicapai oleh tiang pancang tergantung dari pada alat pncang
yang digunakan serta disesuaikan dengan perencanaannya.
Tiang pancang pada konstruksi pondasi mempunyai bebrapa jenis, baik dari segi jenis
tiangnya maupun dalam pelaksanaan ( pembuatan ) pondasi tiang tersebut.
Pada perencanaan pondasi tiang pancang, kekuatan pondasi antara lain ditentukan oleh
kapasitas daya dukung sebuah tiang, dan kapasitas daya dukung tiang pancang tersebut
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

umumnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah dalam mendukung tiang yang dibebani dan
pada kekuatan tiang itu sendiri dalam menahan serta menyalurkan beban diatasnya.
II. 7. 1 Penggolongan pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang
meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu perstu
II. 7. 1. 1 Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan
Pembagian tiang pancang menurut pamakaian bahan terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
A. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong
dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil
sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksudmaksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak
kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu
pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau
tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang
sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu
tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari
kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu
berganti-ganti.
Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan
menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat
melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diijinkan
untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana
sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh
balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk di gunakan
sebagai tiang pancang.
a. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :

Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan;

Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast;

Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam
tanah;

Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing pile karena
tekanannya relatif kecil.

b. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :

Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah
agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam,
hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.

Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relative kecil di
bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton, terutama pada
daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.

Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ( gravel ) ujung tiang pancang kayu
dapat dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut merenyuk.
Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan
menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.

Gambar II.6 Tiang Pancang Kayu


B. Tiang Pancang Beton
1. Precast Renforced Concrete Pile
Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton ( bekisting ), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
dan di pancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton
ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah
besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa
kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar ( >50 ton untuk setiap tiang ), hal
ini tergantung dari dimensinya. Dalam prencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari
pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang
terpaksa harus di lakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
a. Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini
tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti
tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk
poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air
maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk
melindungi tulangannya.
b. Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile

Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast
reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.

Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan
waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.

Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung
dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan
panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.7 Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile


2. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang
menngunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya
a. Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile

Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.

Tiang pancang tahan terhadap karat.

Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi

b. Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile

Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.

Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.

Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

Gambar II.8 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile


Sumber : Bowles, 1991
3. Cast in Place Pile
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan
dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada
pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan
dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton,
sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
a. Keuntungan pemakaian Cast in Place

Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.

Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.

Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

b. Kerugian pemakaian Cast in Place

Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat
tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.

Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.

Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gamabar II.9 Tiang Pancang Cast In Place Franki Pile

C. Tiang pancang baja


Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat dari baja maka
kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak
menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang
pancang ini sangat bermanfaat jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar. Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap
texture

(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan

keadaan kelembaban tanah (moisture content).


Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir mendekati
keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya sirkulasi air dalam tanah. Pada
tanah liat (clay) yang kurang mengandung oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati
keadaan seperti karat yang terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya
dan terletak di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen, maka
lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
a. Keuntungan pemakaian tiang pancang baja :

Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan;

Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi;

Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.

b. Kerugian pemakaian tiang pancang baja :

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi;

Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras dan
yang mengandung batuan, sehingga diperlukan penguatan ujung.

Gambar II.10 Tiang Pancang Baja

D. Tiang Pancang Komposit.


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi
tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa
perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan
sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
1. Water Proofed Steel and Wood Pile.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air
tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan
lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang
mana selalu terletak dibawah air tanah.
Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Casing dan core dipancang bersamaan ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang
telah ditentukan untuk meletakkan tiang pancang kayu tersebut dan harus terletak di
bawah muka air tanah yang terendah;
b. Kemudian core di tarik ke atas dan tiang pancang kayu dimasukkan ke dalam casing dan
terus dipancang hingga mencapai lapisan tanah keras;
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras, pemancangan dihentikan dan core ditarik keluar
dari casing. Kemudian beton dicor ke dalam casing sampai penuh terus dipadatkan
dengan menumbukkan core ke dalam casing.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.11 Tiang Pancang Water proofed steel pipe and wood pile

2. Composite Dropped in Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai shell yang
terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat pelaksanaanya
sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang telah
ditentukan di bawah muka air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan tiang
pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisn tanah
keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar
kepala tiang tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing. Pada
ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan ini
dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu
tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing
ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan
dengan cara meletakkan core diujung atas shell.
3. Composite ungased concrete and wood pile
Dasar pemilihan tiang ini adalah :

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk
menggunakan cast in place concrete pile. Sedangkan kalau menggunakan precast
concrete pile akan terlalu panjang sehingga akan sulit dalam pengangkutan dan
biayanya juga akan lebih besar;
b. Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga apabila kita menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang sangat besar agar tiang pancang tersebut
selalu di bawah muka air tanah terendah.
Cara pelaksanaan tiang ini adalah sebagai berikut :
1) Casing baja dan core dipancang ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang telah
ditentukan di bawah muka air tanah;
2) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing
terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras;
3) Setelah sampai pada tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton dicor sebagian
ke dalam casing, kemudian core dimasukkan lagi ke dalam casing;
4) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu sehingga
terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola di atas tiang pancang kayu tersebut;
5) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat setinggi
beberapa cm di atas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali
sedangkan casing ditarik ke atas sampai keluar dari tanah.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.12 Tiang Pancang Composite ungased concrete and wood pile

4. Composite dropped shell and pipe pile


Dasar pemilihan tiang ini adalah :

Lapisan tanah keras terlalu dalam letaknya bila digunakan cast in place concrete pile;

Letak muka air tanah terendah sangat dalam apabila kita menggunakan tiang composite
yang bawahnya dari tiang pancang kayu.

Cara pelaksanaan tiang ini adalah sebagai berikut :


a. Casing dan core dipancang bersamaan sehingga casing hampir seluruhnya masuk ke
dalam tanah. Kemudian core ditarik keluar dari casing;
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing
terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras;
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali;
d. Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga
bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan
pembesian maka besi tulangan dapat dimasukkan dalam shell dan kemudian beton
dicor sampai padat;
e. Shell yang terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik keluar dari
tanah.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.13 Tiang Pancang Composite dropped shell and pipe pile

5. Franki composite pile


Prinsip kerjanya hampir sama dengan tiang Franki biasa, hanya saja pada Franki
composite pile ini pada bagian atasnya dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang
profil H dari baja.
Cara pelaksanaan tiang ini adalah :
a. Pipa dengan sumbat beton yang dicor lebih dahulu pada ujung pipa baja dipancang dalam
tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras;
b. Setelah pemancangan mencapai kedalaman yang telah direncanakan pipa diisi lagi
dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas
sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola;
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada
bola beton pipa ditarik keluar dari tanah;
d. Rongga di sekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.14 Tiang Pancang Franki composite pile

II.7.1.2 Berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah
Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu :
1. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile)
Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah
pendukung.

tanah
lunak
tiang

tanah keras
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.15 Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung (End Bearing Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
2. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)
Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara tiang
dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak menyebabkan tanah di
antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara
tiang akan semakin padat.

tiang

tanah
berbutir
kasar

Gambar II.16 Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan (Friction Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
3. Tiang pancang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile)
Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi,
maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah disekitar dan
permukaan tiang.

tiang

tanah
berkohesif
tinggi

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.17 Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I

II.8 Pemancangan tiang pancang


Pemancangan tiang pancang adalah usaha yang dilakukan untuk menempatkan tiang
pancang di dalam tanah sehingga berfungsi sesuai perencanaan. Pada umumnya pelakasanan
pemancangan dapat dibagi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah pengaturan posisi tiang
pancang, yang meliputi kegiatan mengangkat dan mendirikan tiang pada pemandu rangka
pancang, membawa tiang pada titik pemancangan, mengatur arah dan kemiringan tiang dan
kemudian percobaan pemancangan.
Setelah selesai, tahap kedua adalah pemancangan tiang hingga mencapai kedalaman
yang direncanakan. Pada tahap ini didalam pencatatan data pemancangan, yaitu jumlah
pukulan pada tiap penurunan tiang sebesar 0, 25 m atau 0, 5 m. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkirakan apakah tiang telah mencapai tanah keras seperti yang telah direncanakan.
Tahap terakhir biasa dikenal dengan setting, yaitu pengukuran penurunan tiang pancang per pukulan pada akhir pemancangan. Harga penurunan ini kemudian digunakan untuk
menentukan kapasitas dukung tiang tersebut.

II.8.1 Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)


Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat pancang. Pada
dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Single - acting hammer


3. Double - acting hammer
Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul (hammer),
leader, tali atau kabel dan mesin uap.

II.8.2 Hal - Hal yang Menyangkut Masalah Pemancangan


Ada beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan. Pada
umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan tanah pondasi
hingga pada masalah pemilihan peralatan.
1. Pemilihan peralatan
Alat utama yang digunakan untuk memancangkan tiang-tiang pracetak adalah
penumbuk (hammer) dan mesin derek (tower). Untuk memancangkan tiang pada posisi
yang tepat, cepat dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan dereknya harus dipilih
dengan teliti agar sesuai dengan keadaan di sekitarnya, jenis dan ukuran tiang, tanah
pondasi dan perancahnya. Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan alat penumbuk
adalah kemungkinan pemancangannya dan manfaatnya secara ekonomis. Karena dewasa ini
masalah-masalah lingkungan seperti suara bising atau getaran tidak boleh diabaikan, maka
pekerjaan seperti ini perlu digabungkan dengan teknik-teknik pembantu lainnya walaupun
sebelumnya telah ditetapkan salah satu cara pemancangan.

2. Pergerakan tanah pondasi


Pemancangan tiang akan mengakibatkan tanah pondasi dapat bergerak karena sebagian
tanah yang digantikan oleh tiang akan bergeser dan mengakibatkan bangunan - bangunan
yang berada di dekatnya akan mengalami pergeseran juga.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

3. Kerusakan tiang
Pemilihan ukuran dan mutu tiang didasarkan pada kegunaannya dalam perencanaan,
tetapi setidaknya tiang tersebut harus dapat dipancangkan sampai ke pondasi. Jika tanah
pondasi cukup keras dan tiang tersebut cukup panjang, tiang tersebut harus dipancangkan
dengan penumbuk (hammer) dan tiang harus dijaga terhadap kerusakan akibat gaya
tumbukan dari hammer.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.17 Proses Pemancangan Tiang Pancang

II.9 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang berdasarkan Data Lapangan


1. Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil sondir
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali
sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terusmenerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi
lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam
perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dar tiang pancang sebelum pembangunan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung
ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As........................................................... ..............(II.3)
dimana :
Qu

Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.

Qb

Kapasitas tahanan di ujung tiang.

Qs

Kapasitas tahanan kulit.

qb

Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.

Ab

Luas di ujung tiang.

Satuan tahanan kulit persatuan luas.

As

Luas kulit tiang pancang.

Perencanaan pondasi tiang pancang dengan Sondir diklasifikasikan atas


beberapa metode diantaranya :

a. Metode Aoki dan De Alencar

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data
Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
qb =

qca (base)
............................................................................. ...............(II.4)
Fb

dimana :
qca (base)

= Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung
tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan ujung tiang tergantung pada
tipe tiang.

Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :


F = qc (side)

s
Fs

.................................................................................... ..............(II.5)

dimana :
qc (side)

= Perlawanan konus rata-rata pada masinglapisan sepanjang tiang.

Fs

= Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang.

Fb

= Faktor empirik tahan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang.

Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel II.1 dan nilai-nilai faktor empirik s diberikan pada
Tabel II.2.
Tabel II.1 Faktor empirik Fb dan Fs
Fb

Fs

Tiang Bor

3,5

7,0

Baja

1,75

3,5

Beton Pratekan

1,75

3,5

Tipe Tiang Pancang

Sumber : Titi & Farsakh, 1999

Tabel II.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tipe Tanah

Tipe Tanah

s (%)

Pasir berlanau

2,2

Tipe Tanah

s (%)

(%)
Pasir

1,4

Pasir kelanauan

2,0

Pasir berlanau
dengan lempung

berpasir

2,4

Lempung
2,8

berpasir

2,8

dengan lanau

Pasir kelanauan
dengan

Lempung

Lempung
2,4

Lanau

3,0

lempung

berlanau

3,0

dengan pasir

Pasir

Lanau

berlempung

2,8

berlempung

dengan lanau
Pasir
berlempung

3,0

dengan pasir
Lanau

3,0

berlempung

3,4

Lempung
berlanau

Lempung

4,0

6,0

Sumber : Titi & Farsakh, 1999


Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0 persen dan nilai s
untuk lempung = 1,4 persen.
b. Metode Langsung
Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya : Meyerhoff,
Tomlinson, Begemann.
Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :.
Qu = q c x A

+ JHL x K t ................................................. ..(II.6)

Dimana :
Qu = Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang.
q c =Tahanan ujung Sondir (Perlawanan penetrasi Konus pada kedalaman yang ditinjau).
Dapat digunakan faktor koreksi Meyerhoff :
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

q c 1 = Rata-rata PPK (q c ) 8D diatas ujung tiang


q c 2 = Rata-rata PPK (q c ) 4D diatas ujung tiang
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K t = Keliling tiang.
A

= Luas penampang tiang.

- Daya dukung ijin pondasi tiang dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
Q u Ijin =

q c xA p
3

JHLxK t
........................................................... (II.7)
5

Dimana :
Q u Ijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang pancang.
qc

= Tahanan ujung sondir dengan memakai faktor koreksi Begemann.

JHL

= Jumlah hambatan lekat ( total friction ).

Kt

= Keleling tiang.

Ap

= Luas penampang tiang.

= Faktor keamanan untuk daya dukung tiang.

= Faktor keamanan untuk gesekan pada selimut tiang.


Dari hasil uji sondir ditunjukkan bahwa tahanan ujung sondir ( harga tekan konus )

bervariasi terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan harga q c untuk daya dukung
diujung tiang kurang tepat. Suatu rentang disekitar ujung tiang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan daya dukungnya.
Menurut Meyerhoff :
q p = q c Untuk keperluan praktis.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

q p = ( 2/3 3/2 ) q c ................................................................................ .............(II.8)


Dimana :
q p = Tahanan ujung ultimate.
q c = Harga rata rata tahanan ujung konus dalam daerah 2D dibawah ujung tiang.

2. Kapasitas daya dukung tiang pancang dari hasil SPT


2.1 Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif dan non-kohesif
dengan data SPT
a. Daya dukung ujunga tanah pada tanah non-kohesif
Qp = 40*N-SPT*Lb/D*Ap 400* N-SPT* Ap
dimana : Qp
Ap

= Tahanan ujung ultimate ( kN )


= Luas penampang tiang pancang ( m2 )

b. Tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah non - kohesif


Qs = 2* N-SPT*p*Li ................................................................... ..(II.9)
dimana: Li = Panjang lapisan tanah (m)
p = Keliling tiang (m)
c. Daya dukung ujung tiang pada tanah kohesif cu
- Untuk tiang pancang dan tiang bor
Qp = 9* cu* Ap ......................................................................... ...(II.10)
dimana : Ap = Luas penampang tiang (m2)
cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10
d. Tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif cu
Qs = * cu*p* Li...(II.11)
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

dimana:
= Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
cu = Kohesi undrained (kN/ m2)
= N-SPT*2/3*10
p = Keliling tiang (m)
Li = Kanjang lapisan tanah (m)

II.10 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Data Laboratorium


II.10.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Parameter Kuat Geser
Tanah
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanah melalui beberapa percobaan akan didapatkan nilai
berat isi tanah (), nilai kohesif tanah (c) serta nilai sudut geser tanah ().
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada tanah pasir dan silt
didasarkan pada data parameter kuat geser tanah, ditentukan dengan perumusan sebagai
berikut :
1.

Daya dukung ujung pondasi tiang pancang (end bearing).


Untuk tanah kohesif :
Qp

= Ap . cu . Nc* ......................................................................... .........(II.12)

dimana :
Qp = Tahanan ujung per satuan luas, ton.
Ap = Luas penampang tiang pancang , m2.
cu

= Undrained cohesion, ton/m2.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nc* = Faktor daya dukung tanah, untuk pondasi tiang pancang nilai Nc* = 9 (Whitaker
and Cooke, 1966).
Untuk mencari nilai cu (Undrained cohesion), dapat digunakan persamaan di bawah ini
:
*

p
= 0,21 + 0,25 a
cu

< 1......................................................... ..........(II.13)

dimana :
*

= Faktor adhesi = 0,4

pa

= Tekanan atmosfir = 1,058 ton/ft2 = 101,3 kN/m2

Untuk tanah non kohesif :


Qp

= Ap . q' (Nq* - 1) .................................................................. ...........(II.14)

dimana :
Qp = Tahanan ujung per satuan luas, ton.
Ap = Luas penampang tiang pancang , m2.
q'

= Tekanan vertikal efektif, ton/m2.

Nq* = Faktor daya dukung tanah.


Vesic (1967) mengusulkan korelasi antara dan Nq* seperti terlihat pada Gambar II.19
berikut ini :

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.19 Faktor Nq* (Vesic, 1967)


2.

Daya dukung selimut tiang pancang (skin friction).


Qs = f i. Li . p ............................................................................. .............(II.15)
dimana :
fi

= Tahanan satuan skin friction, ton/m2.

Li

= Panjang lapisan tanah, m.

= Keliling tiang, m.

Qs = Daya dukung selimut tiang, ton.


Pada tanah kohesif :
f

= i* . cu................................................................................ ............(II.16)

dimana :
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

i* = Faktor adhesi, 0,55 (Reese & Wright, 1977).


cu

= Undrained cohesion, ton/m2.

Pada tanah non-kohesif :


f

= K0 . v . tan ..................................................................... ............(II.17)

dimana :
K0 = Koefisien tekanan tanah
K0 = 1 sin
v = Tegangan vertikal efektif tanah, ton/m2.
v = . L
L = 15D
D = Diameter

= 0,8 .

II.10.2 Tahanan Ujung Ultimate


Kapasitas maksimum tahanan ujung dari sebuah tiang pancang dapat dihitung
dengan menggunakan data pengujian laboratorium maupun data pengujian penetrasi. Jika
menggunakan data laboratorium maka perhitungan kapasitas ultimate tahanan ujung
berdasarkan Meyerhof sebagai berikut :
Ppu = Ap (C.Nc + .q.Nq) . (II.18)
Dimana :
Ppu = Kapasitas ultimate tahan ujung tiang (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
C

= Kohesi tanah (kg/cm2)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nc = Faktor kapasitas daya dukung, tergantung pada sudut geser tanah ()


Nq = Faktor kapasitas daya dukung, tergantung pada harga L/B > 1
dan bergantung sudut geser tanah ()
q = Tegangan vertikal efektip pada titik tiang pancang (kg/cm2)

= 1 untuk semua kecuali faktor-faktor vesic (1975) dimana

1 + 2K 0
3

Ko = Koefisien tanah dalam keadaan diam


Ko = (1-sin)OCR
Faktor faktor kapasitas daya dukung ( Nc dan Nq ) dapat dihitung berdasarkan grafik II.20.

Grafik II.20 Grafik daya dukung tanah Meyerhof


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Harga faktor daya dukung sesuai dengan grafik diatas dapat juga dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.3 Faktor daya dukung Meyerhof

II.10.3 Tahanan Kulit ( Skin Resistance )


Perhitungan kapasitas ultimate tahanan kulit (skin resistance) dengan menggunakan
kombinasi tegangan total dan tegangan efektif. Ada tiga metode yang digunakan untuk
menghitung tahanan kulit pada tiang pancang dalam tanah kohesif. Metode metode ini
disebut metode , metode dan metode . Metode metode ini digunakan juga untuk tiang
pancang di dalam tanah tak berkohesif, semua kasus secara umum, kapasitas tahanan kulit
dihitung sebagai :
Pps = As. f s (L).......................................................................................( II .19)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Dimana :
Pps = Kapasitas ultimate tahanan kulit (kg/cm2)
As = Luas permukaan efektif pada fs bekerja dan biasanya dihitung sebagai keliling x
pertambahan penanaman L (cm 2)
L

= Pertambahan panjang yang tertanam untuk setiap lapisan tanah (cm)

fs

= Tahanan kulit yang akan dihitung dengan menggunakan salah satu metode tersebut
diatas

= Penjumlahan kontribusi dari beberapa segmen tiang pancang

II.10.3.1 Metode
Metode diusulkan oleh Tomlinson (1977) tahan kulit dibagi menjadi dua jenis yaitu
lempung dan pasir dihitung sebagai berikut :
Untuk tanah lempung
fs = .cu .. ( II.20)
Untuk tanah pasir
fs =

1
q ' K s tan ( II.21)
2

Dimana :
fs = Tahanan kulit
= Koefisien yang harganya dapat dihitung pada grafik II.21
cu = Kohesi rata-rata setiap lapisan tanah yang ditinjau
q = Tegangan vertical efektif pada elemenL
Ks = Koefisien rata-rata tekanan tanah pada seluruh panajang yang tertanam dipengaruhi oleh
jenis tiang dan kondisi tanah

= Sudut geser efektif diantara tanah dengan tiang pancang atau nilai pada tabel 2.2

Tabel II.4 Nilai Ks untuk tiang pada pasir (Brom 1965)


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pile Type

Ks for
Low relative density

High relative density

Steel

20

0.5

1.0

Concrete

0.75

1.0

2.0

Wood

0.67

1.5

4.0

Grafik II.21 Variasi harga berdasarkan kohesi tanah

Grafik II.22 Grafik harga berdasarkan Cu tanah


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel II.5 Harga sudut gesekan antara beberapa bahan pondasi dengan tanah atau batuan
No Bahan bahan yang mempunyai permukaan antara (interface)

Susut gesek
( 0)

Beton Massa atau Batuan pada Benda Benda berikut :


1

Batuan asli yang bersih

35

Kerikil bersih, campuran pasir kerikil, pasir kasar

29 - 31

Pasir halus yang bersih dengan pasir sedang, medium endapan

24 29

dengan pasir kasar, endapan kerikil yang bersifat pekat


4

Endapan pasir halus, endapan tak bersifat plastic

19 24

22 26

Bahan residu yang sangat kaku dengan bahan residu yang sangat
keras atau tanah liat yang terkonsolidasi sebelumnya
Tanah liat kaku sedang dengan tanah liat kaku dan tanah liat
endapan
Tiang Pancang Lempengan Baja terhadap :

Kerikil bersih, campuran pasir kerikil, batuan yang telah diolah

22

17 19

dengan baik dan disisip dengan batu serpih


2

Pasir bersih, campuran pasir kerikil yang mengendap,batuan keras

17

isian yang berukuran sejenis


3

Pasir endapan, kerikil atau pasir yang bercampur endapan atau tanah

14

liat
4

Endapan yang berbentuk pasir halus, endapan yang tak bersifat

11

plastic
Beton Bebentuk atau Tiang pancang baja beton terhadap :
1

Kerikil bersih,campuran pasir kerikil,batuan yang telah diolah dan

22 26

diisi dengan batuan serpih


2

Pasir bersih, campuran pasir kerikil yang mengendap, batuan keras

17 22

berukuran semacam
3

Pasir endapan, kerikil atau pasir yang bercampur dengan endapan

17

atau tanah liat


4

Endapan pasir halus, endapan yang tak bersifat plastik

14

Berbagai Bahan Bangunan :


Batuan pada batu api atau batu metamorf :
1

Batuan lembek yang dilapis dengan batuan lembek yang dilapis

35

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Batuan keras yang dilapis pada batuan halus yang dilapis

33

Batuan keras yang dilapis dengan batuan keras yang dilapis

29

Batu bangunan pada kayu (serat bersilang)

26

Baja pada baja titik temu tiang pancang baja

17

Kayu pada tanah

14 - 16

Catatan : untuk harga tunggal dapat diberikan toleransi 2.


Sumber : Analisis dan desain Pondasi, Bowles, E, Joseph,1993

II.10.2.2 Metode

Vijayvergia dan Focht (1972) menyajikan sebuah metode alternative untuk mendapatkan
tahanan kulit fs untuk sebuah tiang pancang didalam lempung sebagai berikut:
fs = ( q + 2cu ) (II.22)
dimana :
q, cu = Nilai nilai yang didefenisikan didalam persamaan II.21

= Koefisien yang dapat diperoleh dari grafik II.23

Koefisien didapatkan dari sebuah analisa regresi grafik dari sebuah diagram dengan sejumlah
besar pengujian beban tiang pancang. Tiang pancang yang lebih pendek kebanyakan berada
didalam lempung yang lebih kaku atau lempung yang mempunyai kerak yang kaku yang dapat
menerangkan nilai yang lebih besar untuk tiang pancang pendek. Ditempat dimana tiang
pancang yang panjang menembus lampung yang pendek maka nilai nilai merefleksikan
pengambilan nilai rata rata untuk sebuah nilai tunggal dan perkembangan tahanan kulit batas
karena kapasitas tiang pancang tidak dapat bertambah dengan q tanpa batas. Korelasi tersebut
dilaporkan untuk metode ini besarnya kira kira 10%.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Grafik II.23 Grafik hubungan harga dengan kedalaman


II.10.2.3 Metode
Sejumlah organisasi telah menganalisa kembali data data yang ada dan dilengkapi
dengan pengujian pengujian paling akhir, mengusulkan bahwa korelasi pengujian beban dan
kapasitas tiang pancang, hasil perhitungan lebih baik dapat ditentukan dengan menggunakan
parameter parameter tegangan efektif. Persamaan berikut dapat ditetapkan untuk semua
tanah normal konsolidasi adalah :
fs = Kqtan . ..(II.23)
dapat dituliskan kembali
fs = .q ..(II.24)
dimana :
q

= Tekanan efektif rata rata yang bekerja pada L

= K.tan; dimana tan ad alah k oefisien g esek an efek tif diantara tiang p ancang d eng an
tanah, K adalah koefisien tanah lateral yang biasanya digunakan harga Ko.

Harus diperhatikan bahwa didalam jangkauan nilai praktis daripada Ko dan tan
Maka hasil perkalian (yakni ) mempunyai nilai rata rata sebesar 0.25 sampai ke 0.40 dengan
nilai rata rata sebesar 0.32.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

II.11 Kapasitas Daya Dukung Tiang Bor Dari Hasil Loading Test Dengan Metode
Davisson
Jika kurva beban penurunan telah diperoleh dari uji beban tiang, maka dapat diestimasi
beban ultimit yang menyebabkan runtuhnya tiang. Bila tiang pada lempung lunak penentuan
beban ultimit relatif mudah karena kurvanya akan berbentuk seperti kurva A (Gambar II.24),
di mana beban yang menyebabkan keruntuhan tiang adalah pada beban yang konstan namun
penurunan yang terjadi berlebihan. Akan tetapi, bila tiang pada pasir, tanah-tanah campuran
atau lempung kaku, untuk menentukan titik keruntuhan tiang pada kurva beban penurunan
menjadi sulit kurva B (Gambar II.24). (H. C. Hardiyatmo, 2002)

Gambar II.24 Kurva beban penurunan untuk tanah tertentu

Davisson (1973), mengusulkan cara yang telah banyak dipakai pada saat ini. Cara
mendefenisikan kapasitas ultimit tiang pada penurunan tiang sebesar (Gambar 2.15) :
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.25 Metode Davisson (1973)

0,012 dr + 0,1d/dr + QD/(AE)........................................................................(II.25)


dengan,
d = Diameter/lebar tiang
dr = Lebar referensi = 1 ft =300 mm
Q = Beban yang bekerja pada tiang
D = Kedalaman tiang
A = Luas tampang tiang
E = Modulus elastis tiang
r = 0,1 Mpa

II.12 Tiang Pancang Kelompok (Pile Group)


Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang berdiri sendiri
(Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk
kelompok (Pile Group) seperti dalam Gambar II.26.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok tiang


biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer dianggap/dibuat
kaku sempurna, sehingga :
1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan,
maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

(a)

(b)
Gambar II.26 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki tunggal,
Untuk dinding pondasi
Sumber : Bowles, 1991

(b)

II.12.1 Jarak antar tiang dalam kelompok


Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga
Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :

S 2,5 D
S3D

dimana :
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= Jarak masing-masing.

= Diameter tiang.

Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan
maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut
:
1. Bila S < 2,5 D
Pada pemancangan tiang no. 3 (Gambar II.25) akan menyebabkan :
a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan karena
terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.
b.

Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.

2. Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar ukuran/dimensi dari poer
(footing).
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan
jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka kita dapat menentukan
luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah luas
bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka
biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-tiang pancang.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.27 Pengaruh tiang akibat pemancangan


Sumber : Sardjono Hs, 1988

II.13 Kapasitas Kelompok dan Efisiensi Tiang Pancang


Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau
timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka kelompok tiang tersebut
tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberikan faktor
aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan
kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung
lunak.
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor
aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang
dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak
sama sekali ketika tiang bergerak kebawah oleh akibat beban yang bekerja (Gambar II.28.a).
Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara
tiang-tiang juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai
satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang
mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya
disebut keruntuhan blok (Gambar II.28.b). Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak
diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang
demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang maupun tiang bor.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

(a)

(b)

Gambar II.28 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : (a) Tiang tunggal,
(b) Kelompok tiang
Sumber : Hardiyatmo, 2002
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter (S/D)
sekitar kurang dari 2 (dua).

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang


dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Qg = Eg . n . Qa ............................................................................ .............(II.26)
dimana :
Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan.

= Efisiensi kelompok tiang.

= Jumlah tiang dalam kelompok.

Qa = Beban maksimum tiang tunggal.


Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung kapasitas
kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan. Persamaan-persamaan yang
diusulkan didasarkan pada susunan tiang, dengan mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah.
Adapun persamaan-persamaan efisiensi tiang tersebut yang disarankan oleh Converse-Labare,
sebagai berikut :
Eg = 1

(n'1).m + (m 1).n'
..(II.27)
90.m.n'

dimana :
Eg

= Efisiensi kelompok tiang.

= Jumlah baris tiang.

= Jumlah tiang dalam satu baris.

= Arc tg D/S, dalam derajat.

= Jarak pusat ke pusat tiang (lihat Gambar II.27)

D=

Diameter tiang.

Gambar II.29 Definisi jarak s dalam hitungan efisiensi tiang


Sumber : Hardiyatmo, 2002

II.14 Penurunan Tiang


Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan, yaitu :
a. Besarnya penurunan yang akan terjadi.
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

b. Kecepatan penurunan.
Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada
bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan yang tidak seragam lebih
membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya. Contoh-contoh bentuk penurunan
dapat dilihat pada Gambar II.29.

Gambar II.29 Contoh kerusakan bangunan akibat penurunan

a. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih besar dari bagian
tengahnya, bangunan diperkirakan akan retak-retak pada bagian tengahnya.
b. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas bangunan
dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang terjadi sangat besar,
tegangan tarik yang berkembang dibawah bangunan dapat mengakibatkan retakan-retakan.
c. Pada gambar (c), penurunan satu tepi/sisi dapat berakibat keretakan pada bagian c.
d. Pada gambar (d), penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi bangunan, yang
berakibat miringnya bangunan tanpa terjadi keretakan pada bagian bangunan.
Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada setiap proses
penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan didalam tanah. Perubahan

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk, pada umumnya hal ini yang
menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo, 1996).

II.14.1 Perkiraan penurunan tiang tunggal


Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi tiang
tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah relatif kecil.
Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat dukung ujung dan kuat
dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya (Hardiyatmo, 2002).
Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :
a. Untuk tiang apung atau tiang friksi
S=

Q.I
........................................................................................ .........(II.28)
Es.D

dimana : I = Io . Rk . Rh . R
b. Untuk tiang dukung ujung
S=

Q.I
........................................................................................ .........(II.29)
Es.D

dimana : I = Io . Rk . Rb . R
dengan :
S

= Penurunan untuk tiang tunggal.

= Beban yang bekerja

Io

= Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat (Gambar
II.30).

Rk

= Faktor koreksi kemudah mampatan tiang (Gambar II.31).

Rh

= Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras (Gambar
II.32).

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

R = Faktor koreksi angka Poisson (Gambar II.33).


Rb

= Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung (Gambar II.34).

= Kedalaman total lapisan tanah dari ujung tiang ke muka tanah.

= Diameter tiang.

Gambar II.30 Faktor penurunan Io (Poulos dan Davis)

Gambar II.31 Koreksi kompresi, Rk (Poulos dan Davis)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.32 Koreksi kedalaman, Rh (Poulos dan Davis)

Gambar II.33 Koreksi angka Poisson, R (Poulus dan Davis)


( Hardiyatmo, 2002)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar II.34 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb (Poulos dan Davis)


Pada Gambar II.30, II.31, dan II.32, K adalah suatu ukuran kompresibilitas relatif dari
tiang dan tanah yang dinyatakan oleh persamaan :
K=

E p .RA
Es

................................................................................... ...........(II.30)

dimana : RA =

Ap
1 .d 2
4

dengan :
K

= Faktor kekakuan tiang.

Ep

= Modulus elastisitas dari bahan tiang.

Es

= Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.

Eb

= Modulus elastisitas tanah didasar tiang.

Perkiraan angka Poisson () dapat dilihat pada Tabel berikut ini.


Tabel II.6 Perkiraan angka poisson ( )
Macam Tanah

Lempung jenuh

0,4 0,5

Lempung tak jenuh

0,1 0,3

Lempung berpasir

0,2 0,3

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Lanau

0,3 0,35

Pasir padat

0,2 0,4

Pasir kasar

0,15

Pasir halus

0,25

( Hardiyatmo, 1996)
Berbagai metode tersedia untuk menentukan nilai modulus elastisitas tanah (Es), antara
lain dengan percobaan langsung ditempat yaitu dengan menggunakan data hasil pengujian
krucut statis (sondir). Karena nilai laboratorium dari Es tidak sangat baik dan mahal untuk
mendapatkan (Bowles, 1977). Bowles memberikan persamaan yang dihasilkan dari
pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), sevagai berikut :
Es = 3qc

(untuk pasir)............................................... (II.30a)

Es = 2 sampai 8q c

(untuk lempung) ......................................... (II.30b)

qc (side)

= Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.

Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh meyerhof, untuk nilai modulus elastisitas
tanah dibawah ujung tiang (Eb) kira-kira 5-10 kali harga modulus elastisitas tanah di sepanjang
tiang (Es).

Rumus untuk penurunan tiang elastis adalah :


S

(Q + Qs ) L
......................................................................... ..........(II.32)
A.Ep

dimana :
Q

= Beban yang bekerja

Qs

= Tahanan gesek

= Koefisien dari skin friction

Ep

= Modulus elastisitas dari bahan tiang

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

II.14.2 Pekiraan penurunan kelompok tiang (pile group)


Pada hitungan pondasi tiang, kapasitas izin tiang sering lebih didasarkan pada
persyaratan penurunan. Penurunan tiang terutama bergantung pada nilai banding tahanan ujung
dengan beban tiang. Jika beban yang didukung pertiang lebih kecil atau sama dengan tahanan
ujung tiang, penurunan yang terjadi mungkin sangat kecil. Rumus penurunan kelompok tiang
adalah :
Sg =

q.Bg .I
2.qc

................................................................................. .............(II.33)

dimana :
Q
Lg Bg

= Faktor pengaruh = 1 -

L
0,5
8 Bg

Lg dan Bg = Lebar poor tiang kelompok.


qC

= Kapasitas tahanan ujung tiang.

II.15 Penurunan Diizinkan


Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan bergantung pada beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi, kekakuan, dan fungsi bangunan, serta besar dan
kecepatan penurunan serta distribusinya. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar
kemungkinan struktur untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Oleh karena itu, dengan alasan tersebut,
kriteria penurunan pondasi pada tanah pasir dan pada tanah lempung berbeda.
Karena penurunan maksimum dapat diprediksi dengan ketetapan yang memadai,
umumnya dapat diadakan hubungan antara penurunan diizinkan dengan penurunan
maksimum. Dimana syarat perbandingan penurunan yang aman yaitu :
Stotal Sizin
Sizin = 10 % . D ............................................................................. ...........(II.34)
dimana :
D

Diameter tiang.

II.16 Faktor Keamanan


Untuk memperoleh kapasitas ujung tiang, maka diperlukan suatu angka pembagi
kapasitas ultimate yang disebut dengan faktor aman (keamanan) tertentu. Faktor keamanan ini
perlu diberikan dengan maksud :
1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan;
2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah;
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja;
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok
tiang masih dalam batas batas toleransi;
5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batasbatas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d) dari hasil banyak pengujian - pengujian beban
tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm),

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

penurunan akibat beban kerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor
aman yang tidak kurang dari 2, 5.
Reese dan ONeill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk perancangan
pondasi tiang (Tabel II.5), yang dipertimbangkan faktor - faktor sebagai berikut :
1. Tipe dan kepentingan dari struktur;
2. Variabilitas tanah (tanah tidak uniform);
3. Ketelitian penyelidikan tanah ;
4. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan;
5. Ketersediaan tanah ditempat (uji beban tiang);
6. Pengawasan/kontrol kualitas di lapangan;
7. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layanan struktur.
Tabel II. 7. Faktor Aman Yang Disarankan (Reese & ONeill, 1989)
Klasifikasi
struktur
Monumental
Permanen
Sementara

Faktor keamanan ( F )
Kontrol
baik
2,3
2
1.4

Kontrol
normal
3
2,5
2

Kontrol
jelek
3,5
2,8
2,3

Kontrol sangat
jelek
4
3,4
2,8

Sumber : Teknik Pondasi 2,Hary Christady Hardiyatmo


Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang izin dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimate (Qu) dibagi
dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak
digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada jenis tiang dan tanah berdasarkan
data laboratorium sebagai berikut:
1. Tiang pancang
Qa =

Qu
............................................................................................... (II.35)
2, 5

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Beberapa peneliti menyarankan faktor keamanan yang tidak sama untuk tahanan gesek
dinding dan tahanan ujung. Kapasitas izin dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Qa =

Qb Qs
...................................................................................... (II.36)
+
3 1, 5

Penggunaan faktor keamanan 1, 5 untuk tahanan gesek dinding (Qs) yang harganya lebih
kecil dari faktor keamanan tahanan ujung yang besarnya 3, karena nilai puncak tahanan
gesek dinding dicapai bila tiang mengalami penurunan 2 sampai 7 mm, sedang tahanan
ujung (Qb) membutuhkan penurunan yang lebih besar agar tahanan ujungnya bekerja secara
penuh. Jadi maksud penggunaan faktor keamanan tersebut adalah untuk meyakinkan
keamanan tiang terhadap keruntuhan dengan mempertimbangkan penurunan tiang pada
beban kerja yang diterapkan.
2. Tiang bor
Kapasitas ijin tiang bor, diperoleh dari jumlah tahanan ujung dan tahanan gesek dinding
yang dibagi faktor keamanan tertentu.
a. Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter d< 2 m

Qa =

Qu
........................................................................................... (II.37)
2, 5

b. Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawah


Qa =

Qu
............................................................................................ (II.38)
2

Untuk tiang dengan diameter lebih dari 2 m, kapasitas tiang izin perlu dievaluasi
dengan pertimbangan terhadap penurunan tiang.

II.17 Alasan Pemilihan Pondasi Tiang Pancang


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pondasi tiang pancang dapat memikul beban struktur atas pada kedalaman tanah keras
yang dalam dengan memikul beban menggunakan gaya gesekan selimut tiang dan terhadap
tanah keras. Apabila kondisi tanah cukup labil dan tanah keras berada pada kedalaman tertentu
dimana tidak memungkinkan untuk dibuat pondasi dangkal, selain itu pemakaian tiang
pancang lebih ekonomis dan tidak memakan banyak waktu dalam pelaksanaannya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Data umum


Data umum dari proyek Pembanguna Gedung Kanwil DJP dan KPP Sumbagut I adalah
sebagai berikut:
1. Nama Proyek

: Gedung Kanwil DJP dan KPP Sumbagut I

2. Lokasi Proyek

: Jln. Sukamulia Medan, Sumatera Utara.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

3. Sumber Dana

: Pemerintah Pusat Republik Indonesia dengan Anggaran


Pendapatan Belanja Nasional (APBN) tahun anggaran
2006,2007,2008,2009

4. Sifat Kontrak

: Unit Price.

5. Konsultan

: PT. Patron.

6. Kontraktor Utama

: PT. Pembangunan Perumahan (PP)

7. Waktu Pelaksanaan

: Lumpsump.

8. Gambar lokasi proyek : Dapat dilihat pada Gambar III. 1

III. 1. 1 Data Teknis


Data ini diperoleh dari lapangan menurut perhitungan dari pihak konsultan, dengan data
sebagai berikut:
1. Panjang Tiang Pancang

: 26 m

2. Diameter Tiang Pancang

: 600 mm

3. Mutu Beton Tiang Pancang

: K - 500

III. 2 Metode Pengumpulan Data


Untuk mencapai maksud dan tujuan studi ini, dilakukan beberapa tahapan yang
dianggap perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
Tahapan pertama adalah melakukan review dan studi kepustakaan terhadap text book dan
jurnal-jurnal terkait dengan pondasi tiang, permasalahan pada pondasi tiang, dengan disain dan
pelaksanaan pemancangan tiang.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tahapan kedua adalah meninjau langsung ke lokasi proyek dan menentukan lokasi
pengambilan data yang dianggap perlu.
Tahapan ketiga adalah Pelaksanaan pengumpulan data data dari pihak kontraktor yaitu PT.
Pembangunan Perumahan (PP).
Data yang diperoleh adalah :
1. Data hasil sondir pada dua titik yang ditinjau.
2. Data hasil SPT
3. Data Laboratorium
Tahap keempat adalah mengadakan analisis data dengan menggunakan data-data diatas
berdasarkan formula yang ada.
Tahapan kelima adalah mengadakan analisis terhadap hasil perhitungan yang dilakukan dan
membuat kesimpulan.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gedung Kanwil DJP dan


KPP Sumbagut I Medan

Gambar III.1 Lokasi Proyek

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Skema pelaksanaan studi ini dapat dilihat pada Gambar III.2 berikut.

Review dan studi kepustakaan serta


pembahasan teori-teori yang berkaitan
dengan pemancangan

Peninjauan langsung ke lokasi pengambilan


data ( lokasi proyek )

Pengumpulan data-data
laboratorium dari lokasi
proyek

Pengumpulan data-data
lapangan dari lokasi

Analisa data berdasarkan

Analisa data berdasarkan

formula yang ada

formula yang ada

Diskusi

Kesimpulan dan saran

Selesai

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar III.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


III. 3 Kondisi Umum Lokasi Studi
Lokasi studi adalah jalan Sukamulia Medan. Propinsi Sumatera Utara.
Data yang diperoleh pada lokasi ini adalah sebagai berikut :
1. Data sondir tanah asli sebanyak 2 titik.
2. Data SPT tanah timbunan sebanyak 2 titik.
3. Data laboratorium

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar III.3 Gambar lokasi sondir, SPT dan pengambilan contoh tanah untuk
laboratorium

diuji di

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pendahuluan
Pada bab ini, penulis akan mengaplikasikan metode perhitungan daya dukung yang
telah disampaikan pada bab II. Daya dukung tiang akan dihitung dengan menggunakan data
hasil sondir yaitu tahanan ujung (qc) dan gesekan selimut tiang (fs) dan juga dengan data
Standard Penetration Test (SPT) yaitu jumlah pukulan palu (N Value) serta perhitungan
daya dukung dengan menggunakan data laboratorium.

IV.2 Pengumpulan Data dari Lapangan


IV.2.1 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang dengan metode Aoki dan De
Alencer pada titik S-1 dan S-2
A. Perhitungan di titik S-1 diperoleh data sondir yaitu :
Data tiang pancang :
Diameter tiang (D)

= 60 cm

Keliling tiang pancang (As)

= x 60 cm
= 188.4 cm

Luas tiang pancang (Ab)

1
x x D2
4

1
x x 602
4

= 2826 cm2

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tiang pancang

a. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (qb)


Kedalaman
(meter)

Perlawanan konus
(kg/cm2)

12.10

95

12.20

100

12.40

208

12.60

229

12.80

241

13.00

260

13.20

260

13.40

260

13.60

260

13.80

260

13.90

260

Gambar IV.1 Perkiraan nilai qca (base)


Nilai qca diambil rata-rata seperti dalam gambar IV.1
qca =

95 + 100 + 208 + 229 + 241 + 260 + 260 + 260 + 260 + 260 + 260
11

= 221.181 kg/cm2
Dari persamaan (II.4), kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) :
qb =

qca (base)
(Nilai Fb dari Tabel II.1, beton precast = 1.75)
Fb

qb =

221.181
= 126.389 kg/cm2
1.75

Kapasitas dukung ujung tiang pancang (Qb) :


Qb= qb x Ap

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Qb = 126.389 x 2826
= 357175.314 kg = 357.175 ton
b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

13.00 Meter

0,00 Meter

Pasir (SW)
qc (side) = 67.815 kg/cm2

- 13.0 Meter

Gambar IV.2 Nilai qc (side) pada titik S-1


Dari persamaan (II.5), kapasitas dukung kulit persatuan luas (f) :
f = qc (side)

f = 67.815 .

s
Fs

(Nilai s dan Fs dari Tabel II.1 dan Tabel II.2)

0,014
= 0.272 kg/cm2
3,5

Kapasitas dukung kulit (Qs) :


Qs = f . As
= 0,272 . 188.4 . 1300
= 66618.24 kg
= 66.618 ton
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Dari persamaan (II.3), Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang (Qu) :
Qu

= Qb + Qs
= 357.175 + 66.618 = 423.793 ton

Kapasitas ijin tiang (Qa) :


Qa

Qu
SF

423.793
2,5

= 169.517 ton
B. Perhitungan di titik S-2 diperoleh data sondir yaitu :
Data tiang pancang :
Diameter tiang (D)

= 60 cm

Keliling tiang pancang

= x 60 cm
= 188.4 cm

Luas tiang pancang (Ab) =

1
x x D2
4

1
x x 602
4

= 2826 cm2

Tiang pancang

a. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (qb)


Kedalaman
(meter)

Perlawanan konus
(kg/cm2)

15.90

180

16.00

193

16.20

208

16.40

225

16.60

250

16.80

265

17.00

265

17.20

265

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

17.40

265

17.60

265

17.70

265

Gambar IV.3 Perkiraan nilai qca (base)


Nilai qca diambil rata-rata seperti dalam gambar IV.1
qca =

180 + 193 + 208 + 225 + 250 + 265 + 265 + 265 + 265 + 265 + 265
11

= 240.545 kg/cm2
Dari persamaan (II.4), kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) :
qb =

qca (base)
(Nilai Fb dari Tabel II.1, beton precast = 1.75)
Fb

qb =

240.545
= 137.454 kg/cm2
1.75

Kapasitas dukung ujung tiang pancang (Qb) :


Qb = qb x Ap
Qb = 137.454 x 2826
= 388445.004 kg = 388.445 ton
b. Perhitungan kapasitas dukung kulit (Qs)

16.80 Meter

0,00 Meter

Pasir (SW)
qc (side) = 95.321 kg/cm2

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

- 16.8 Meter

Gambar IV.4 Nilai qc (side) pada titik S-2


Dari persamaan (II.5), kapasitas dukung kulit persatuan luas (f) :
f = qc (side)

f = 95,321 .

s
Fs

(Nilai s dan Fs dari Tabel II.1 dan Tabel II.2)

0,014
= 0.381 kg/cm2
3,5

Kapasitas dukung kulit (Qs) :


Qs = f . As
= 0,381 . 188.4 . 1680
= 120591.072 kg
= 120.591 ton
Dari persamaan (II.3), Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang (Qu) :
Qu

= Qb + Qs
= 388.445 + 120.591
= 509.036 ton

Dari persamaan (2.6), kapasitas ijin tiang (Qa) :


Qa

Qu
SF

509.036
2,5

= 203.614 ton
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.2.2 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dengan metode langsung


Sebagai ilustrasi atau contoh perhitungan diambil data sondir S-1 :
-

Kedalaman 1,0 meter : Perlawanan Penetrasi Konus (PPK) (q c ) = 6 kg/cm

Kedalaman 2,0 meter : Perlawanan Penetrasi Konus (PPK) (q c ) = 10 kg/cm.

Kedalaman 1,0 meter : Jumlah Hambatan Lekat (JHL) = 80 kg/cm.

Kedalaman 2,0 meter : Jumlah Hambatan Lekat (JHL) = 250 kg/cm.

Asumsi : Diameter Tiang Pancang Rencana (D) = 60 cm (Bulat).

q c 1 = Rata-rata PPK (q c ) 8D diatas ujung tiang

q c 1 kedalaman 1,0 meter = ( 0 + 6 ) / 2 = 3 kg/cm

q c 1 kedalaman 2,0 meter = ( 0 + 6 + 10 ) / 3 = 5.333 kg/cm

q c 2 = Rata-rata PPK (q c ) 4D dibawah ujung tiang


o

q c 2 kedalaman 1,0 meter = ( 6 + 10 ) / 2 = 8 kg/cm

q c 2 kedalaman 2,0 meter = ( 10 + 20 ) / 2 = 15 kg/cm

q p = Tahanan Ultimate Ujung Tiang = (q c 1 + q c 2 ) / 2


o

q p kedalaman 1,0 meter = ( 3 + 8 ) /2 = 5.5 kg/cm

q p kedalaman 2,0 meter = ( 5.333 + 15 ) / 2 = 10.167 kg/cm

Q Ultimate = Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal


o

Q Ultimate (Q Ult ) = q p x A p + JHL x K

A p = Luas Penampang Ujung Tiang.

A p = () x 3,14 x 60 = 2826 cm

K = Keliling tiang = x D = 3,14 x 60 = 188.4 cm

Pada kedalaman 1,0 meter :

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Q Ult = q p x A p + JHL x K

Q Ult = 5.5 x 2826 + 80 x 188.4 = 30.615 ton.

Q Ijin = q p x A p / 3 + JHL x K / 5

Q Ijin = 5.5 x 2826 / 3 + 80 x 188.4 / 5 = 8.195 ton

Pada kedalaman 2,0 meter :


o

Q Ult = q p x A p + JHL x K

Q Ult = 10.167 x 2826 + 250 x 188.4 = 75.832 ton.

Q Ijin = q p x A p / 3 + JHL x K / 5

Q Ijin = 10.167 x 2826 / 3 + 250 x 188.4 / 5 = 18.997 ton

Selanjutnya perhitungan data sondir S-2 dibuat dalam tabel (seperti tertera dihalaman
berikutnya).

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel IV.1 Perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data
sondir pada S-1
Kedalaman
(m)

PPk (qc)
(kg/cm)

Ap
(cm)

qc1
(kg/cm2)

qc2
(kg/cm2)

qp
(kg/cm2)

JHL
(kg/cm)

K
(cm)

Qult
(ton)

0.00

2826

1.5

188.4

4.239

1.00

2826

3.00

5.5

80

188.4

30.615

2.00

10

2826

5.33

15

10.1665

250

188.4

75.831

3.00

20

2826

9.00

56

32.5

354

188.4

158.539

4.00

92

2826

25.60

116

70.8

538

188.4

301.440

5.00

140

2826

53.60

85

69.3

766

188.4

340.156

6.00

30

2826

58.40

40.5

49.45

890

188.4

307.422

7.00

51

2826

66.60

53

59.8

974

188.4

352.496

8.00

55

2826

73.60

72.5

73.05

1076

188.4

409.158

9.00

90

2826

73.20

52.5

62.85

1252

188.4

413.491

10.00

15

2826

48.20

38

43.1

1352

188.4

376.517

11.00

61

2826

54.40

80.5

67.45

1424

188.4

458.895

12.00

100

2826

64.20

180

122.1

1566

188.4

640.089

13.00

260

2826

105.20

130

117.6

1686

188.4

649.980

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel IV.2 Perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data sondir
pada S-2
Kedalaman
(m)

PPk (qc)
(kg/cm)

Ap
(cm)

qc1
(kg/cm2)

qc2
(kg/cm2)

qp
(kg/cm2)

JHL
(kg/cm)

K
(cm)

Qult
(ton)

0.00

2826

188.4

42.390

1.00

60

2826

30

40.5

35.25

104

188.4

119.210

2.00

21

2826

40.5

33

36.75

214

188.4

125.098

3.00

45

2826

33

47.5

40.25

310

188.4

184.868

4.00

50

2826

47.5

67.5

57.5

400

188.4

225.374

5.00

85

2826

67.5

104

85.75

488

188.4

323.671

6.00

123

2826

104

128.5

116.25

586

188.4

413.491

7.00

134

2826

128.5

142.5

135.5

680

188.4

490.547

8.00

151

2826

142.5

121.5

132

816

188.4

517.582

9.00

92

2826

121.5

105

113.25

924

188.4

500.014

10.00

118

2826

105

127

116

1058

188.4

548.809

11.00

136

2826

127

83

105

1138

188.4

494.644

12.00

30

2826

83

25.5

54.25

1228

188.4

401.151

13.00

21

2826

25.5

55.5

40.5

1322

188.4

415.563

14.00

90

2826

55.5

102

78.75

1414

188.4

476.935

15.00

114

2826

102

153.5

127.75

1506

188.4

606.601

16.00

193

2826

153.5

229

191.25

1598

188.4

811.627

16.80

265

2826

229

132.5

180.75

1680

188.4

773.147

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.2.3 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dari hasil Standard Penetration Test (
SPT )
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang per lapisan dari data SPT memakai
metode Meyerhoff dan data diambil pada BH-1 dan BH-2.
A. Perhitungan pada titik 1 (BH-1)
Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non kohesif adalah :
Qp = 40.N SPT .

Lb
. Ap < 400.N SPT . Ap
D

= 40 x 13 x 1/0.6 x 0.2826
= 244.92 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif adalah :
Qs = 2. N-SPT . p . Li
= 2 . 13 . 1,884 . 1
= 48.984 kN
Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif adalah :
Qp = 9 . cu . Ap
= 9 . 26,667 . 0.2826
= 67,824 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif adalah :
Qs = . cu . p . Li
= 1 . 26,667 . 1,884 . 1
= 50,240 kN
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= 4 . 2/3 . 10
= 26.667 kN/m2
Tabel IV.3 Perhitungan Tahanan Ujung Tiang Pancang pada titik BH - 1 dari
SPT
Depth
(m)
0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
20.0
21.0
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0
30.0

Soil
Layer
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5

N
0
4
8
9
10
10
9
9
13
12
20
20
21
22
24
25
26
24
23
22
23

Cu
(kN/m)

6
6
6
6
6
6

23
24
25
27
29
28
27
26
33

0
26.667
53.333
60
66.667
66.667
60
60
-

1
1
0.85
0.85
0.75
0.75
0.85
0.85
-

40

Skin Friction
(kN)
Local
0
50.240
85.408
96.084
94.200
94.200
96.084
96.084
48.984
45.216
75.360
75.360
79.128
82.896
90.432
94.200
97.968
90.432
86.664
82.896
86.664
86.664
90.432
94.200
101.736
109.272
105.504
101.736
97.968
124.344
150.720

Cumm
0
50.240
135.648
231.732
325.932
420.132
516.216
612.300
661.284
706.500
781.860
857.220
936.348
1019.244
1109.676
1203.876
1301.844
1392.276
1478.940
1561.836
1648.500
1735.164
1825.596
1919.796
2021.532
2130.804
2236.308
2338.044
2436.012
2560.356
2711.076

End
Bearing
(kN)

Qult
(kN)

Qult
(ton)

0
67.824
135.648
152.604
169.56
169.560
152.604
152.604
244.920
452.160
1130.400
1507.200
1978.200
2486.880
2712.960
2826.000
2939.040
2712.960
2599.920
2486.880
2599.920
2599.920
2712.960
2826.000
3052.080
3278.160
3165.120
3052.080
2939.040
3730.320
4521.600

0
118.064
271.296
384.336
495.492
589.692
668.820
764.904
906.204
1158.660
1912.260
2364.420
2914.548
3506.124
3822.636
4029.876
4240.884
4105.236
4078.860
4048.716
4248.420
4335.084
4538.556
4745.796
5073.612
5408.964
5401.428
5390.124
5375.052
6290.676
7232.676

0
11.806
27.130
38.434
49.549
58.969
66.882
76.490
90.620
115.866
191.226
236.442
291.455
350.612
382.264
402.988
424.088
410.524
407.886
404.872
424.842
433.508
453.856
474.580
507.361
540.896
540.143
539.012
537.505
629.068
723.268

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

B. Perhitungan pada titik 2 (BH-2)


Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non kohesif adalah :
Qp = 40.N SPT .

Lb
. Ap < 400.N SPT . Ap
D

= 40 x 8 x 1/0.6 x 0.2826
= 150.720 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif adalah :
Qs = 2. N-SPT . p . Li
= 2 . 8 . 1,884 . 1
= 30.144 kN
Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif adalah :
Qp = 9 . cu . Ap
= 9 . 26,667 . 0.2826
= 67,824 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif adalah :
Qs = . cu . p . Li
= 1 . 26,667 . 1,884 . 1
= 50,240 kN
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
= 4 . 2/3 . 10
= 26.667 kN/m2

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel IV.4 Perhitungan Tahanan Ujung Tiang Pancang pada titik BH - 2 dari
SPT
Depth
(m)

Soil
Layer

0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
20.0
21.0
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0
30.0

1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5

Skin Friction
(kN)
Local
Cumm

Cu
(kN/m)

6
6
6
6
6
6

0
4
8
10
12
10
7
5
10
15
18
22
26
28
27
26
26
25
26
27
24
23
22
27
30
33
35
36
37
39

0
26.667
-

1
1
-

0
50.240
30.144
37.680
45.216
37.680
26.376
18.840
37.680
56.520
67.824
82.896
97.968
105.504
101.736
97.968
97.968
94.200
97.968
101.736
90.432
86.664
82.896
101.736
113.040
124.344
131.880
135.648
139.416
146.952

40

150.720

End
Bearing
(kN)

Qult
(kN)

Qult
(ton)

0
50.240
80.384
118.064
163.280
200.960
227.336
246.176
283.856
340.376
408.200
491.096
589.064
694.568
796.304
894.272
992.240
1086.440
1184.408
1286.144
1376.576
1463.240
1546.136
1647.872
1760.912
1885.256
2017.136
2152.784
2292.200
2439.152

0
67.824
150.720
376.800
678.240
753.600
659.400
565.200
1130.400
1695.600
2034.720
2486.880
2939.040
3165.120
3052.080
2939.040
2939.040
2826.000
2939.040
3052.080
2712.960
2599.920
2486.880
3052.080
3391.200
3730.320
3956.400
4069.440
4182.480
4408.560

0
118.064
231.104
494.864
841.520
954.560
886.736
811.376
1414.256
2035.976
2442.920
2977.976
3528.104
3859.688
3848.384
3833.312
3931.280
3912.440
4123.448
4338.224
4089.536
4063.160
4033.016
4699.952
5152.112
5615.576
5973.536
6222.224
6474.680
6847.712

0
11.806
23.110
49.486
84.152
95.456
88.674
81.138
141.426
203.598
244.292
297.798
352.810
385.969
384.838
383.331
393.128
391.244
412.345
433.822
408.954
406.316
403.302
469.995
515.211
561.558
597.354
622.222
647.468
684.771

2589.872

4521.600

7111.472

711.147

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.3 Pengumpulan Data dari Laboratorium


IV.3.1 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan parameter kuat
geser tanah
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang per lapisan dari data laboratorium
pemeriksaan tanah dan data diambil pada titik 1 (BH.1) dan titik 2 (BH.2).
A.

Perhitungan pada titik 1 (BH.1) :


Data tiang pancang :
Diameter tiang (D)

= 60 cm

Keliling tiang pancang (p)

= x 60 cm
= 188,4 cm

Luas tiang pancang (AP)

1
x x D2
4

= 2826 cm2
Dari persamaan (II.14) daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah non
kohesif adalah (kedalaman 12 m) :
Qp

= Ap . q' (Nq* - 1)

q'

= . Li
= 2.027 . 1 = 2.027 ton/m2

Dengan nilai = 30.1690 maka berdasarkan grafik korelasi antara dan Nq* didapat
nilai Nq* = 34
Qp

= Ap . q' (Nq* - 1)
= 2,826 . 2.027 . (36 1)

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= 200.491 ton

Dari persamaan (II.15) daya dukung selimut tiang pancang adalah :


Qs

= f i. Li . p

Dengan nilai tahanan satuan skin friction pada tanah non kohesif :
f

= K0 . o . tan

K0

= 1 sin
= 1 sin 30.1690 = 0.497

= . L

L = 15D = 15 . 0.6 = 9 m
o

= 2.027 . 9 = 18.243 ton/m2

= 0,8 .
= 0,8 . 30,169 = 24.135

= K0 . o . tan
= 0,497 . 18.243 . 0.448 = 4,062 ton/m2

Qs

= f i. Li . p
= 4,062 . 1 . 1,884 = 7.653 ton

Dari persamaan (II2) daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif
adalah (kedalaman 6 m) :
Qp

= Ap . cu . Nc*
= 2,826 . 30 . 9 = 152,604 ton

Dari persamaan (II.13) nilai tahanan satuan skin friction pada tanah kohesif:
f

= i* . cu
= 0,55 . 3 = 1.65 ton/m2

Qs

= 1.65 . 1 . 1,884 = 3.109 ton

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Perhitungan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan parameter kuat
geser tanah pada titik 1 (BH-1) pada lapisan tanah lainnya dapat dilihat pada tabel IV.5 dan
titik 2 (BH-2) dapat dilihat pada tabel IV.6.
Tabel IV.5 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan parameter kuat geser
tanah pada BH.1
Depth

Soil

Cu

(m)

Layer

KN/m2

Ko

tan

ton/m3

q'

0'

ton/m2

ton/m2

ton/m2

Nq*

Skin Friction

End

Qult

(ton)

Bearing

(ton)

Local

Cumm

(ton)

0,000

0,000

67.825
135.647

70.588
143.937

152.604

167.111

169.561

190.975

169.561

197.883

152.604

187.144

152.604

193.361

200.491

248.900

200.491

256.553

200.491

264.206

200.491

271.858

200.491

279.511

140.192

226.870

140.192

234.527

140.192

242.184

140.192

249.841

140.192

257.498

140.192

265.156

239.263

372.053

239.263

379.878

239.263

387.704

239.263

395.530

239.263

403.356

239.263

411.182

286.364

466.215

286.364

474.148

286.364

482.081

286.364

490.014

286.364

497.947

286.364

505.880

0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
20.0
21.0
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0

1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6

0,00
26.667
53.333
60
66.667
66.667
60
60
-

0,00
0.55
0.55
0.55
0.55
0.55
0.55
0.55
-

0,00
1.657
1.657
1.657
1.657
1.657
1.657
1.657
2.027
2.027
2.027
2.027
2.027
2.067
2.067
2.067
2.067
2.067
2.067
2.065
2.065
2.065
2.065
2.065
2.065
2.068
2.068
2.068
2.068
2.068

0,00
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497
0.529
0.529
0.529
0.529
0.529
0.529
0.488
0.488
0.488
0.488
0.488
0.488
0.448
0.448
0.448
0.448
0.448

0,00
0.448
0.448
0.448
0.448
0.448
0.413
0.413
0.413
0.413
0.413
0.413
0.458
0.458
0.458
0.458
0.458
0.458
0.505
0.505
0.505
0.505
0.505

0,00
2.027
2.027
2.027
2.027
2.027
2.067
2.067
2.067
2.067
2.067
2.067
2.065
2.065
2.065
2.065
2.065
2.065
2.068
2.068
2.068
2.068
2.068

0,000
18.243
18.243
18.243
18.243
18.243
18.603
18.603
18.603
18.603
18.603
18.603
18.585
18.585
18.585
18.585
18.585
18.585
18.612
18.612
18.612
18.612
18.612

0,000
1.467
2.933
3.300
3.667
3.667
3.300
3.300
4.062
4.062
4.062
4.062
4.062
4.064
4.064
4.064
4.064
4.064
4.064
4.154
4.154
4.154
4.154
4.154
4.154
4.211
4.211
4.211
4.211
4.211

0
36
36
36
36
36
25
25
25
25
25
25
42
42
42
42
42
42
50
50
50
50
50

0,000
2.763
5.526
6.217
6.908
6.908
6.217
6.217
7.653
7.653
7.653
7.653
7.653
7.657
7.657
7.657
7.657
7.657
7.657
7.826
7.826
7.826
7.826
7.826
7.826
7.933
7.933
7.933
7.933
7.933

0,000
2.763
8.289
14.507
21.415
28.323
34.540
40.757
48.410
56.062
63.715
71.368
79.020
86.677
94.335
101.992
109.649
117.306
124.963
132.789
140.615
148.441
156.267
164.092
171.918
179.851
187.784
195.717
203.650
211.583

30.0

2.068

0.448

0.505

2.068

18.612

4.211

50

7.933

219.516

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel IV.6 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang berdasarkan


parameter kuat geser tanah pada BH.2
Depth
(m)

0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
20.0
21.0
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0
30.0

Soil

Cu

Layer KN/m2

1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6

Ko

tan

ton/m

0,00 0,00 0,00


13.333 0.55 1.822
1.822
1.822
1.822
1.822
1.822
1.969
1.969
1.969
1.969
1.969
1.969
2.075
2.075
2.075
2.075
2.075
2.075
2.072
- 2.072
- 2.072
- 2.072
- 2.072
- 2.072
- 2.090
- 2.090
- 2.090
- 2.090
- 2.090
- 2.090

0'

q'
ton/m

0,00
0.740
0.740
0.740
0.740
0.740
0.487
0.487
0.487
0.487
0.487
0.487
0.542
0.542
0.542
0.542
0.542
0.542
0.486
0.486
0.486
0.486
0.486
0.486
0.455
0.455
0.455
0.455
0.455
0.455

0,00
0.213
0.213
0.213
0.213
0.213
0.459
0.459
0.459
0.459
0.459
0.459
0.399
0.399
0.399
0.399
0.399
0.399
0.461
0.461
0.461
0.461
0.461
0.461
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497
0.497

0,00
1.822
1.822
1.822
1.822
1.822
1.969
1.969
1.969
1.969
1.969
1.969
2.075
2.075
2.075
2.075
2.075
2.075
2.072
2.072
2.072
2.072
2.072
2.072
2.090
2.090
2.090
2.090
2.090
2.090

Nq*

f
2

ton/m

0,000
16.398
16.398
16.398
16.398
16.398
17.721
17.721
17.721
17.721
17.721
17.721
18.675
18.675
18.675
18.675
18.675
18.675
18.648
18.648
18.648
18.648
18.648
18.648
18.810
18.810
18.810
18.810
18.810
18.810

ton/m

0,000
0.733
2.585
2.585
2.585
2.585
2.585
3.961
3.961
3.961
3.961
3.961
3.961
4.039
4.039
4.039
4.039
4.039
4.039
4.178
4.178
4.178
4.178
4.178
4.178
4.254
4.254
4.254
4.254
4.254
4.254

Skin Friction
(ton)

0
10
10
10
10
10
36
36
36
36
36
36
28
28
28
28
28
28
34
34
34
34
34
34
48
48
48
48
48
48

End

Qult

Bearing

(ton)

Local

Cumm

(ton)

0,000
2.763
4.869
4.869
4.869
4.869
4.869
7.463
7.463
7.463
7.463
7.463
7.463
7.609
7.609
7.609
7.609
7.609
7.609
7.871
7.871
7.871
7.871
7.871
7.871
8.014
8.014
8.014
8.014
8.014
8.014

0,000
2.763
7.632
12.502
17.371
22.241
27.110
34.573
42.036
49.499
56.962
64.425
71.888
79.497
87.106
94.714
102.323
109.932
117.541
125.412
133.283
141.155
149.026
156.898
164.769
172.783
180.797
188.811
196.825
204.839
212.853

0,000
67.625
46.341
46.341
46.341
46.341
46.341
194.754
194.754
194.754
194.754
194.754
194.754
158.327
158.327
158.327
158.327
158.327
158.327
193.231
193.231
193.231
193.231
193.231
193.231
277.598
277.598
277.598
277.598
277.598
277.598

0,000
70.388
53.973
58.843
63.712
68.582
73.451
229.327
236.790
244.253
251.716
259.179
266.642
237.824
245.432
253.041
260.650
268.259
275.867
318.643
326.514
334.385
342.257
350.128
357.999
442.509
450.523
458.537
466.551
474.564
482.578

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.4 Menghitung kapasitas kelompok tiang berdasarkan effisiensi


Perhitungan effisiensi group

n = 2

m =3

Dari persamaan (II.27), Efisiensi kelompok tiang (Eg) :


Eg = 1

(n'1).m + (m 1).n'
90.m.n'

= Arc tg d/s = Arc tg (60/100) = 30.964

n = 2 ; m = 3
Eg = 1 30.964 .

(2 1).3 + (3 1).2
90.3.2

= 0.599
Dari persamaan (II.26), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :
Dari data sondir dengan metode Aoki De Alencar didapat nilai Qa = 169,517 ton
Qg = Eg . n . Qa
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= 0,599 . (5) . 169,517


= 507,703 ton

IV.5 Menghitung penurunan tiang tunggal (single pile), penurunan kelompok tiang
(pile group), dan penurunan ijin
Penurunan tiang tunggal (single pile)

13,00 Meter

0,00 Meter

Pasir (SW)
qc (side) = 67.815 kg/cm2

- 13.0 Meter

Nilai qc (side) pada titik sondir 1 (S-1)

Dari persamaan (II.31a), Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (Es) :


Es = 3 . qc
= 3 . 67.815 kg/cm2
= 203.445 kg/cm2
= 20.345 Mpa
Menentukan modulus elastisitas tanah didasar tiang :
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Eb = 10 . Es
= 10 . 20.345 Mpa
= 203.45 Mpa
Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang :
Dengan K-beton K-500 maka fc = 500 kg/cm2 = 50 MPa
Ep = 4700 .

fc'

= 4700 .

50

= 33.234,0187 MPa
RA =

Ap
1 .d
4

2826
1 .60 2
4

= 1,00
Menentukan faktor kekakuan tiang :
K =

E p .RA
Es
33.234,0187 1
= 1.633,523
20.345

Untuk

60
db
=
= 1, diameter ujung dan atas sama
d
60

Untuk

L 1300
=
= 21.667
60
d

Dari masing-masing grafik didapat :


Io

= 0,082 (untuk

db
L
= 21.667,
= 1) Gambar II.30
d
d

Rk

= 1.120 (untuk

L
= 21.667, K = 1633.523) Gambar II.31
d

R = 0.960 (untuk s = 0,3 , K = 1633.523) Gambar II.33


I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Rh

= 0.20

(untuk

h
L
= 21.667,
= 1) Gambar II.32
d
L

Rb

= 0.65

(untuk

Eb
L
= 21.667,
= 10) Gambar II.34
d
Es

a. Untuk tiang apung atau tiang tiang friksi


I = Io . Rk . Rh . R
= 0,082 . 1,12 . 0,20 . 0,960
= 0.018
S =

Q.I
Es.D

458200 kg . 0,018
203.45 kg / cm 2 . 60 cm

= 0.676 cm
= 6.76 mm
b. Untuk tiang dukung ujung
I = Io . Rk . Rb . R
= 0.082 . 1.12 . 0.65 . 0,96
= 0.0573
S =

Q.I
Es.D

458200 kg . 0,0573
203.45 kg / cm 2 . 60 cm

= 2.151 cm = 21.51 mm
c. Untuk penurunan tiang elastis
S =

(Q + Qs ) L
A.Ep

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

(458200 + (0,67 .1686)) .1300


2826 . 332340,187

= 0.636 cm = 6.36 mm
Hasil perhitungan perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dilihat pada Tabel IV.7.
Tabel IV.7 Perkiraan penurunan tiang tunggal
No.

Bentuk penurunan

Penurunan tiang (S)

Untuk tiang apung atau tiang friksi

6.76 mm

Untuk tiang dukung ujung

21.51 mm

Perkiraan penurunan total

28.27 mm

B. Penurunan yang diijinkan (Sijin)


Dari persamaan (II.34), Penurunan yang diijinkan (Sijin) :
Sizin = 25 mm
Penurunan total tiang tunggal < Penurunan ijin
28.27 mm > 25 mm
Maka, perkiraan total tiang tunggal tidak memenuhi syarat aman.

C. Penurunan kelompok tiang (Sg)


Sg =

q.Bg .I
2.qc

dimana :
qc =

Q
Lg Bg

458200
225 . 300

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

= 6.788 kg/cm2
I

=1-

L
0,5
8 Bg

=1-

2600
0,5
8 . 300

= 0.083 < 0,5


maka :
Sg =

Sg =

q.Bg .I
2.qc

6.788 . 300 . 0,5


2 . 260

= 1.958 cm = 19.58 mm < 25 mm (penurunan ijin)............. aman

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

IV.6 Diskusi
Analisa daya dukung pondasi tiang pancang pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwi
KJP dan KPP Sumbagut I di Jalan Suka Mulia Medan ini, yaitu untuk mengtahui daya dukung
tiang pancang terhadap beban yang dipikulnya.
Besarnya daya dukung tiang pancang dapat diperoleh berdasarka analisa yang
dilakukan dengan menggunakan data hasil Drilling Log yang telah dilakukan dilapangan.
Analisa daya dukung berdasarkan SPT dapat dihitung berdasarkan nilai konus pada ujung
tiang. Jika tanah memiliki nilai SPT yang kecil, maka nilai tahanan ujung kecil pula, demikian
sebaliknya.
Untuk menganalisa daya dukung tiang pancang digunakan beberapa metode
diantaranya metode Aoki dan De Alencar, metode langsung dan metode Mayerhof. Dari hasil
perhitungan dapat dilihat perbandingan daya dukung berdasarkan data sondir, SPT dan
parameter geser tanah. Perbedaan daya dukung tesebut bisa disebabkan karena jenis dan
kedalaman tanah yang berbeda bahkan pada jarak terdekat sekalipun dan juga karena
pelaksanaan pengujian yang bergantung pada ketelitian operator yang melaksanakannya.
Apabila daya dukung yang diijinkan satu tiang sudah diketahui, maka daya dukung
kelompok tiang dapat ditentukan dengan menggandakannya terhadap effisiensi kelompok tiang
pancang. Dalam hal ini menggunakan metode Converse-Labare.
A. Berdasarkan data sondir :
Dengan metode Aoki De Alencar
1. Sondir S-1 pada kedalaman 13.00 m, Qult = 423.793 ton;
I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Sondir S-2 pada kedalaman 16.80 m, Qult = 509.036 ton.

Dengan metode langsung


1. Sondir S-1 pada kedalaman 13.00 m dengan nilai PPK = 260 kg/cm2 dan JHL =
1686 kg/cm2, Qult = 649.980 ton;
2. Sondir S-2 pada kedalaman 13.00 m dengan nilai PPK = 265 kg/cm2 dan JHL =
1680 kg/cm2, Qult = 415.563 ton.
B. Berdasarkan data SPT
1. SPT BH-1 pada kedalaman 30.00 m dengan nilai N = 40 pukulan, Qult = 723.268 ton;
2. SPT BH-2 pada kedalaman 30.00 m dengan nilai N = 40 pukulan, Qult = 711.147 ton;
C. Berdasarkan parameter geser tanah
1. HB-1 pada kedalaman 30.00 m, Qult = 505.881 ton
2. HB-2 pada kedalaman 30.00 m, Qult = 482.578 ton
Besar kapasitas kelompok tiang berdasarkan effisiensi, Qg = 507.703 ton. Pada bab ini
penulis juga menghitung penurunan tiang tunggal

sebesar 28.27 mm jika dibandingkan

dengan penurunan ijin sebesar 25 mm maka penurunan tiang tunggal tidak aman dan tidak
memenuhi syarat. Kemudian didapat penurunan kelompok tiang sebesar 19.58 mm lebih kecil
jika dibandingkan dengan penurunan ijin sebesar 25 mm maka penurunan tersebut aman.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Hasil perhitungan daya dukung tiang tunggal berdasarkan data sondir, SPT dan parameter
kuat geser tanah pada saat pemancangan adalah sebagai berikut:
Tabel V.1 Hasil perhiungan daya dukung ultimit tiang pancang
Data Sondir
Aoki dan De
Titik

Alencar
(ton)

2.

Data Sondir

Data SPT

Parameter

Metode Langsung

Metode Mayerhof

Geser tanah

(ton)

(ton)

(ton)

423.793

649.980

350.612

234.572

509.036

415.563

385.969

268.259

Dari hasil perhitungan didapat kapasitas kelompok ijin tiang sebesar 507.703 ton.
Perhitungan ini didapat berdasarkan data sondir dengan metode Aoki De Alencar.

3. Hasil perhitungan penurunan tiang tunggal dan kelompok tiang (pile group) adalah sebagai
berikut :
Tabel V.2 Hasil perhitungan penurunan pada tiang pancang
Penurunan
Tiang Tunggal (mm)

Penurunan

Penurunan ijin

Kelompok Tiang (mm)

(mm)

28.27

19.58

25

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Dari hasil perhitungan penurunan diatas untuk penurunan tiang tunggal lebih besar dari
penurunan ijin sehingga dapat disimpulakan penurunan tersebut tidak aman dan tidak
memenuhi syarat.
4.

Dari data sondir, SPT dan parameter geser tanah daya dukung tiang pancang yang
sebaiknya digunakan adalah berdasarkan data SPT.

5. Perbedaan daya dukung dapat disebabkan karena jenis dan sifat tanah yang berbeda pada
jarak yang terdekat sekalipun pada lokasi penelitian bisa yang menyebabkan perbedaan
kepadatan tanah sehinggah mempengaruhi daya dukung tiang.

V.2 Saran
1. Sebelum melakukan perhitungan hendaknya kita memperoleh data teknis yang
lengkap, karena data tersebut sangat menunjang dalam membuat rencana analisa
perhitungan, sesuai dengan standar dan syarat-syaratnya.
2. Lebih teliti dalam melaksanakan pengujian baik dalam penggunaan peralatan ataupun
pembacaan hasil yang tertera pada sebagian alat uji hingga pada pengolahan data;
3.

Oleh hal tersebut diatas, penyelidikan di lapangan dengan sondir dan SPT untuk
perencanaan daya dukung pondasi tiang masih kurang akurat, sehingga masih perlu
digunakan alat uji yang lain seperti : Uji pembebanan tiang dan uji yang lainnya.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA

Bowlesh, J. E., 1991, Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Das, M. B., 1941, Principles of Foundation Engineering Fourth Edition, Library of Congress
Cataloging in Publication Data.
Hardiyatmo, H. C., 1996, Teknik Pondasi 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hardiyatmo, H. C., 2002, Teknik Pondasi 2, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah.
Poulus, H.G & Davis, E.H.1968, The Settlement Behaviour of Single Axially Loaded
Incompressible Piles and Pierss, Geothechnique, Hardiyatmo, H.C
Sardjono, H.S, 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 1, penerbit Sinar Jaya Wijaya, Surabaya.
Sardjono, H.S, 1988, Pondasi tiang pancang, jilid 2, penerbit Sinar Jaya Wijaya, Surabaya.
Titi, H. H. and Farsakh, M. A. Y., 1999, Evaluation of Bearing Capacity of Piles from Cone
Penetration Test, Lousiana Transportation Research Center.
W.C.Vis Kusuma, Gideon, 1991, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang/CUR, Erlangga,
Jakarta.
Wahyu Hidayat, 2008, Tugas Akhir Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada
Proyek Pembangunan Islamic Center Kabupaten Kampar-Riau, Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Sipil, Program Ekstension, Universitas Sumatera Utara, Medan.

I. E. Sulastri Sihotang : Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Gedung Kanwil DJP Dan
KPP Sumbagut I Jalan Suka Mulia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai