Disusun Oleh :
Baiq Apin Rizki Anjarsari
Fella S. Fahleni
Norfadillah
Isna Maulidyah C.
(201310410311222)
(201310410311)
(201310410311)
(2013104103111)
Alisha Azizah
(201310410311)
Winona Darayani
(201310410311)
(201310410311)
Eka Mahandika
(201310410311)
I.
PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu kelas protein yang berfungsi sebagai katalis,
agen kimiawi yang mempercepat laju suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
(Campbell, 2002). Enzim terdapat pada sel-sel tumbuhan, fungi, bakteri, dan
hewan (Herdyastuti dan Nuniek, 2009). Enzim banyak digunakan pada
berbagai bidang industri, produk pertanian, kimia, dan medis.
Enzim
lingkungan.
Sifat-sifat
kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimia yang khas
dapat meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses industri. Salah
satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase (-amilase, amilase, dan -amilase atau glukoamilase). .
Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari
industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk
industri farmasi (Aiyer, 2005). Kebutuhan amilase di dunia industri sangat tinggi,
pada tahun 2004 saja sudah mencapai penjualan sekitar US $2 milyar, sedangkan
amilase yang digunakan untuk industri makanan dan minuman pada tahun 2004
bernilai sekitar US $11 juta (Sivaramakrishnan dkk., 2006).
Seiring dengan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Struktur Enzim
Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi oleh
makhluk hidup untuk mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting
dalam tubuh makhluk hidup tersebut. Berbeda dengan katalisator biasa, enzim
mempunyai spesifisitas katalitik yang tinggi yang ditentukan oleh gugus fungsi
pada situs aktifnya. Enzim hanya mengkatalisis reaksi secara termodinamika,
yaitu berdasarkan pelepasan energi bebas. Katalisator ini terlibat dalam reaksi,
tetapi kemudian kembali ke struktur asalnya (Trevor, 1985).
Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein
enzim yang disebut apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim.
Bagian ini akan rusak pada suhu terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian
non protein dari enzim disebut kofaktor atau gugus prostetik, yang dapat berupa
senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti ion-ion logam.
Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan
enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk
haloenzim, yaitu bentuk enzim yang sempurna dan aktif (Bergmeyer, 1984).
2. Sifat Sifat Enzim
Beberapa sifat umum yang dimiliki oleh enzim (Praweda, 2000) yaitu:
1) Enzim merupakan biokatalisator yang dalam konsentrasi kecil dapat
memacu laju reaksi, tanpa merubah keseimbangan reaksi.
2) Enzim bersifat termolabil, hidrofil dan memiliki permukaan yang lebar.
3) Reaksi yang dikatalisis enzim dapat berlangsung sangat cepat. Setiap
molekul enzim dapat digunakan berulang-ulang.
4) Enzim dapat bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim).
5) Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada
enzim yang mengkatalisis reaksi dua arah, seperti enzim lipase yang
mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak.
6) Enzim bekerja secara spesifik, karena sisi aktifnya (permukaan tempat
melekatnya substrat) hanya cocok dengan permukaan substrat tertentu.
7) Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi
protein, seperti suhu dan pH.
8) Enzim dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion.
Konsentrasi
enzim
pada
umumnya
sangat
kecil,
bila
III.
PROSEDUR KERJA
Dari jurnal yang di buat oleh Mufti Mutia, Seniwati Dali, Rugaiyah Arfah,
Bahan
Akar rimpang alang-alang
yang berasal dari bagian
selatan kota Makassar
amilum (soluble starch)
Sentrifuge
Oven (Gallenkamp)
Spektronik 20D+
Ikubator (Memmert)
Dan alat gelas umum yang
digunakan di laboratorium.
IV. PEMBAHASAN
1. Penentuan Suhu Optimum
berbeda
nyata
(=0,05) terhadap
aktivitas
enzim
pada
suhu
pengujian lain. Hal ini membuktikan bahwa enzim yang diisolasi dari
sumber yang berbeda dapat memiliki aktivitas yang berbeda pula.
Aktivitas enzim meningkat sebanding dengan kenaikan suhu hingga
mencapai suhu optimumnya. Hal ini dikarenakan energi kinetik molekulmolekul enzim mengalami peningkatan sebelum mencapai optimum.
2. Penentuan pH Optimum
baik
pada daun pepaya kalifornia maupun bangkok, dengan nilai aktivitas relatif
sebesar 47,706% untuk daun pepaya kalifornia dan 26,889% untuk daun
pepaya bangkok. Adanya penurunan aktivitas ini menunjukkan bahwa papain
yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia dan bangkok tergolong metaloenzim.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ion Zn 2+ dapat meningkatkan
aktivitas enzim papain, dengan nilai aktivitas relatif sebesar 123,200% untuk
daun pepaya kalifornia dan 131,673% untuk daun pepaya bangkok, sedangkan
ion Ca2+, Mg2+, dan Cu2+ mampu menurunkan aktivitas enzim papain baik yang
diisolasi dari daun pepaya kalifornia maupun bangkok. Hal ini menunjukkan
bahwa ion Zn2+ bertindak sebagai kofaktor sedangkan ion Ca 2+, Mg2+, dan
Cu2+ bertindak sebagai inhibitor bagi enzim papain dari daun pepaya kalifornia
dan bangkok.
10
yang cukup
dan
baru
mengalami
11
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
disimpulkan :
1. Ekstrak kasar papain yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia
optimum pada suhu 60 oC dan pH 7, sedangkan papain daun pepaya
bangkok optimum pada suhu 50 oC dan pada kisaran pH 7-8. Ion Zn2+
dapat meningkatkan aktivitas enzim papain daun pepaya kalifornia dan
bangkok dan menurun dengan adanya ion Ca2+, ion Mg2+, Cu2+ serta
EDTA. Aktivitas papain daun pepaya kalifornia relatif stabil hingga jam
ke-6 dengan penambahan pelarut metanol dan menurun setelah jam ke3 dengan penambahan pelarut aseton dan toluena, sedangkan papain
daun pepaya bangkok dengan penambahan pelarut metanol, aseton,
ataupun toluena aktivitasnya hanya dapat stabil hingga jam ke-3.
2. Aktivitas papain dari daun pepaya kalifornia relatif stabil dengan
penambahan pelarut metanol sehingga berpotensi digunakan sebagai
biokatalis dalam pelarut metanol.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dongoran, D. S., 2004, Pengaruh Aktivator Sistein dan Natrium Klorida terhadap
Aktivitas Papain, Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28.
Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja, 2004, Keragaman Pola Pita Beberapa Aksesi
Nenas Berdasarkan Analisis Isozim, Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7,
No.2 (62-70).
Herdyastuti, N., 2006, Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin
dari Batang Nanas (Ananas comusus L.merr), Berk. Penel. Hayati : 12
(75-77).
Kamelia, R., M. Sindumarta, dan D. Natalia, 2005, Isolasi dan Karakterisasi
Protease Intraselular Termostabil dari Bakteri stearothermophilus RPI,
Departemen Kimia ITB, Bandung.
Karadzic, I., A. Masui. N. Fujiwara. 2004. Purification and Characterization of A
Protease From Pseudomonas aeruginosa Grown In Cutiing Oil. Journal of
Bioscience and Bioengineering. 98 ( 3): 145-152.
Kazan, D., A. K. Denizci, N. Mine, . Kerimak, A. Erarslan. 2005. Purification
and characterization of a serine alkaline protease from Bacillus clausii
GMBAE 42. J .Ind Microbiol Biotechnol. 32(8): 335344
Najafi, M. F., D. Deobagkar, D. Deobagkar, 2005, Potential Application of
Protease Isolated from Pseudomonas aeruginosa PD100, Electronic
Journal of Biotechnology ISSN: 0717-3458, Vol.8, No.2.
Nurhasanah dan D. Herasari, 2008, Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal
dan Aplikasinya dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi-II (17-18).
Ogino, H., T. Uchiho, J. Yokoo, R. Kobayashi, R. Ichise, and H. Ishikawa, 2001,
Role of Intermolecular Disulfide Bonds of the Organic Solvent-Stable
PST-01 Protease in Its Organic Solvent Stability, Applied and
Environmetal Microbiology Vol. 67, No.2 (942-947).
Ogino, H. dan H. Ishikawa, 2001, Review Enzymes Which Are Stable in The
Presence of Organic Solvents, Journal of Bioengineering Vol. 91, No.2
(109-116).
Ogino, H., K. Yasui, T.Shiotani, T. Ishihara, dan H. Ishikawa, 1995, Organic
Solvent-Tolerant Bacterium Which Secretes an Organic Solvent-Stable
13
*****
14