Anda di halaman 1dari 15

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR

RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)


Disusun Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Farmakognosi
Dosen Pembimbing : Weka Sidabagawan, S.Farm., Apt

Disusun Oleh :
Baiq Apin Rizki Anjarsari
Fella S. Fahleni
Norfadillah
Isna Maulidyah C.

(201310410311222)
(201310410311)
(201310410311)
(2013104103111)

Alisha Azizah

(201310410311)

Winona Darayani

(201310410311)

Sarah Diba Nahdi

(201310410311)

Eka Mahandika

(201310410311)

PROGRAM STUDY FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM AMILASE DARI AKAR


RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica)
Oleh : Mufti Mutia, Seniwati Dali, Rugaiyah Arfah, dan Firdaus Zenta
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar
------------------------------------------------------------------------------------------------ABSTRAK
Enzim amilase bias didapatkan dari sumber seperti tanaman, hewan, dan
mikroorganisme. Alang-alang adalah salah satu tanaman yang tumbuh liar dan
menyebar di Indonesia. Karbohidrat merupakan komponen kimia terbesar kedua
dari rimpang Alang-alang ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, karakterisasi dan
amobilisasi enzim amilase dari rimpang Alang-alang, oleh karena itu akan
didapatkan alternatif baru dari enzim amilase. Pemeriksaan aktivitas enzim
amilase ini dilakukan dengan metode Nelson-somogyi, dan protein diukur dengan
metode Lowry.
Perbandingan antara unit aktivitas enzim dan konsentrasi protein total
adalah aktivitas spesifiknya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa enzim amilase
dapat diisolasi dari rimpang Alang-alang dengan kandungan enzim 1,36% (b / b)
dan aktivitas spesifik yang lebih tinggi dalam kondisi yang F 4 (20 - 40%), dengan
aktivitas enzim 0,0156 Unit/mL dan aktivitas spesifik adalah 0,0006 U/mg.
Karakterisasi mengakibatkan kondisi optimum enzim amilase dari rimpang
Alang-alang dengan konsentrasi substrat pati 3,0 mg / mL pada suhu 35 C,
dengan waktu inkubasi 60 menit, dan pH = 6,2 dan kondisi optimum aktivitas
enzim didapatkan 0.119 U / mL.
Kata kunci : amilase,Alang-alang, Nelson-somogyi, Lowry

I.

PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu kelas protein yang berfungsi sebagai katalis,

agen kimiawi yang mempercepat laju suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
(Campbell, 2002). Enzim terdapat pada sel-sel tumbuhan, fungi, bakteri, dan
hewan (Herdyastuti dan Nuniek, 2009). Enzim banyak digunakan pada
berbagai bidang industri, produk pertanian, kimia, dan medis.

Enzim

memiliki sifat-sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, dapat


diprediksi, reaksi tanpa produk samping, dan ramah

lingkungan.

Sifat-sifat

tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun ke


tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 1015% per tahun (Rahayu, 2004).

Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalisis reaksi


biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu dapat
berlangsung lebih cepat (Sianturi, 2008).

Menurut Sutiamiharja (2008)

kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimia yang khas
dapat meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses industri. Salah
satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase (-amilase, amilase, dan -amilase atau glukoamilase). .
Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari
industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk
industri farmasi (Aiyer, 2005). Kebutuhan amilase di dunia industri sangat tinggi,
pada tahun 2004 saja sudah mencapai penjualan sekitar US $2 milyar, sedangkan
amilase yang digunakan untuk industri makanan dan minuman pada tahun 2004
bernilai sekitar US $11 juta (Sivaramakrishnan dkk., 2006).

Seiring dengan

meningkatnya penggunaan enzim amilase, maka perlu dicari sumber enzim


amilase dari bahan baku yang mudah didapatkan. Salah satu bahan yang memiliki
potensi untuk dieksplorasi sebagai sumber enzim amilase adalah tumbuhan alangalang (Imperata cylindrica).
Alang-alang adalah rumput tahunan (Donald dkk., 2002 dalam Pudjiharta
dkk., 2008) berakar rimpang yang tumbuh menyebar mendatar di bawah
permukaan tanah, sedangkan daun alang-alang mudah terbakar. Walaupun
berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari akar rimpangnya
akan tumbuh tunas baru.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Struktur Enzim
Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi oleh

makhluk hidup untuk mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting
dalam tubuh makhluk hidup tersebut. Berbeda dengan katalisator biasa, enzim
mempunyai spesifisitas katalitik yang tinggi yang ditentukan oleh gugus fungsi
pada situs aktifnya. Enzim hanya mengkatalisis reaksi secara termodinamika,
yaitu berdasarkan pelepasan energi bebas. Katalisator ini terlibat dalam reaksi,
tetapi kemudian kembali ke struktur asalnya (Trevor, 1985).
Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein
enzim yang disebut apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim.
Bagian ini akan rusak pada suhu terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian
non protein dari enzim disebut kofaktor atau gugus prostetik, yang dapat berupa
senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti ion-ion logam.
Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan
enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk
haloenzim, yaitu bentuk enzim yang sempurna dan aktif (Bergmeyer, 1984).
2. Sifat Sifat Enzim
Beberapa sifat umum yang dimiliki oleh enzim (Praweda, 2000) yaitu:
1) Enzim merupakan biokatalisator yang dalam konsentrasi kecil dapat
memacu laju reaksi, tanpa merubah keseimbangan reaksi.
2) Enzim bersifat termolabil, hidrofil dan memiliki permukaan yang lebar.
3) Reaksi yang dikatalisis enzim dapat berlangsung sangat cepat. Setiap
molekul enzim dapat digunakan berulang-ulang.
4) Enzim dapat bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim).
5) Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada
enzim yang mengkatalisis reaksi dua arah, seperti enzim lipase yang
mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak.
6) Enzim bekerja secara spesifik, karena sisi aktifnya (permukaan tempat
melekatnya substrat) hanya cocok dengan permukaan substrat tertentu.
7) Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi
protein, seperti suhu dan pH.
8) Enzim dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion.

9) Umumnya enzim tidak dapat bekerja tanpa adanya kofaktor. Aktivitas


katalitik enzim juga dipengaruhi oleh zat yang berfungsi sebagai aktivator
dan inhibitor.
3. Karakterisasi Enzim
Perubahan suhu dan pH berpengaruh besar terhadap kerja enzim. Aktivitas
enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh
aktivator, inhibitor dan kofaktor dalam beberapa keadaan juga merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi aktivitas enzim (Indah, 2004).
1) Efek suhu terhadap aktivitas enzim
Aktivitas enzim akan bertambah dengan naiknya suhu sampai tercapainya
aktivitas optimum. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengakibatkan
menurunnya aktivitas enzim dan pada akhirnya merusak enzim (Pelczar,
1986).
2) Efek pH terhadap aktivitas enzim
Perubahan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena
berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Untuk
kebanyakan enzim, terdapat rentang pH optimum dimana aktivitas enzim
berlangsung secara optimum dan mempunyai stabilitas yang tinggi.
Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum yang mendekati netral,
sebagian kecil lainnya mempunyai pH optimum yang sangat rendah
(sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0) (Yulinah dkk, 1990).
3) Efek konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pada enzim-enzim dengan derajat kemurniannya tinggi, terdapat suatu
hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas pada batas-batas
tertentu.

Konsentrasi

enzim

pada

umumnya

sangat

kecil,

bila

dibandingkan dengan konsentrasi substrat. Saat konsentrasi enzim


meningkat, maka aktivitas enzim juga bertambah (Pelczar, 1986).
4) Efek konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat yang sangat rendah,
kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim juga sangat rendah. Sebaliknya,
kecepatan reaksi akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
substrat sampai tercapai titik tertentu, yaitu titik batas kecepatan reaksi
maksimum. Setelah titik batas, enzim menjadi jenuh oleh substratnya,
sehingga tidak dapat berfungsi lebih cepat. Pembatas kecepatan enzimatis

ini adalah kecepatan penguraian kompleks enzim-substrat menjadi produk


dan enzim bebas (Lehningher, 1995)
5) Efek aktivator, inhibitor dan kofaktor terhadap aktivitas enzim
Aktifitas katalitik enzim dapat dipengaruhi oleh aktivator (bahanbahan yang meningkatkan aktivitas enzim) dan inhibitor (bahan-bahan
yang menurunkan aktivitas enzim). Berdasarkan kinetikanya, inhibitor
dapat dibedakan menjadi inhibitor ireversibel dan reversibel (Palmer,
1995).
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor, yaitu komponen
non protein dari enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor
ini dapat berupa senyawa organik yang disebut koenzim atau senyawa non
organik seperti ion logam Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+ (Lehningher, 1995).
Ion-ion logam ini umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya
ion Ca2+ dalam bentuk garam klorida. Kation-kation lain yang telah
diketahui dapat mengaktifkan enzim adalah Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg2+, Zn2+,
Cu2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Al3+ (Palmer, 1995).
4. Penggolongan Enzim
Kebanyakan enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran
-ase- pada nama substratnya, seperti urease yang mengkatalisis hidrolisis
urea. Tetapi beberapa enzim yang dinamakan tanpa menerangkan
substratnya, seperti tripsin. (Lehningher, 1995).
Berdasarkan sistem penamaan enzim internasional dari IUB
(International Union of Biochemistry), enzim dapat digolongkan dalam
enam golongan berdasarkan reaksi yang dikatalisisnya (Lehningher, 1995),
yaitu:
a) Oksidoreduktase
Oksidoreduktase (dehidrogenase atau oksidase) mengkatalisis
reaksi oksidasi reduksi, seperti glukosa oksidase, alkohol
dehidrogenase dan piruvat hidrogenase.
b) Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus tertentu,
seperti transmetilase, transaldolase, dan transketolase.
c) Hidrolase
Hidrolase berperan dalam reaksi hidrolisis, seperti protease,
amilase, selulase, pektinase, dan maltase.
d) Liase

Liase mengkatalisis penghilangan gugus tertentu dari substrat


dengan atau tanpa melalui proses hidrolisis atau melalui
pemutusan ikatan rangkap. Contoh: piruvat dekarboksilase.
e) Isomerase
Isomerase adalah semua enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi, seperti alanin rasemase.
f) Ligase
Ligase berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia, termasuk
diantaranya enzim-enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan
C-O, C-S, C-N, dan C-C. Contoh: tiokinase.
5. Enzim Amilase
Amilase merupakan enzim yang memecah pati yang diproduksi oleh
berbagai jenis mahluk hidup seperti dari bakteri, jamur, tumbuhan, manusia
(Pandey et al, 2000 in Arunsasi et al 2010). Sebagai diastase, amilase adalah
enzim pertama yang ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun
1833.

III.

PROSEDUR KERJA
Dari jurnal yang di buat oleh Mufti Mutia, Seniwati Dali, Rugaiyah Arfah,

dan Firdaus Zenta dengan judul ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM


AMILASE DARI AKAR RIMPANG ALANG-ALANG (Imperata cylindrica),
dengan tujuan papain dari daun pepaya kalifornia berpotensi digunakan sebagai
biokatalis pelarut metanol. Metode penelitian didukung dengan adanya alat dan
bahan sebagai berikut:
Alat

pH meter (Hanna Instrument)


Timbangan analitik (Ohaus)
Membran selofan (Sigma D 0655)
Magnetic stirer

Bahan
Akar rimpang alang-alang
yang berasal dari bagian
selatan kota Makassar
amilum (soluble starch)

Sentrifuge
Oven (Gallenkamp)
Spektronik 20D+
Ikubator (Memmert)
Dan alat gelas umum yang
digunakan di laboratorium.

BSA (Bovin serum Albumin)


NaH2PO4.H2O
Na2HPO4.12H2O
NaOH
(NH4)2SO4
Glukosa anhidrat
Pereaksi Nelson- somogyi
Pereaksi arsenomolibdat
Pereaksi folinclocalteau
NaHCO3
Na2CO3
CuSO4.5H2O
Natrium kalium tartrat
I2

Prosedur Isolasi enzim amilase dari akar rimpang alang-alang :


1. Akar rimpang alang-alang yang sudah dibersihkan dipotong-potong kecil
dan ditimbang sebanyak 300 g
2. ditambahkan 400 mL buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 kemudian dihancurkan
dengan menggunakan blender pada kondisi dingin.
3. Setelah hancur dibiarkan selama 30 menit sambil kadang kala diaduk,
kemudian disaring dengan kain saring.
4. Residu dibuang dan filtrat diambil kemudian diukur volumenya
selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 30 menit pada
suhu 4 oC
Catatan : Supernatan yang dihasilkan merupakan enzim amilase kasar
(ekstrak enzim amilase). Volume supernatan diukur dan ditempatkan ke
dalam wadah untuk uji aktivitas, fraksinasi dan penentuan kadar protein.
Uji aktivitas enzim amilase secara kualitatif menggunakan larutan I2 :
1. Substrat yang digunakan larutan pati 1%. Soluble starch (Merck)
ditimbang sebanyak 1 g lalu dilarutkan dengan 100 mL akuades,
kemudian diaduk dan dipanaskan hingga larutan kelihatan jernih dan
bercampur
2. Substrat pati 1% diisi

ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing

sebanyak 0,5 mL substrat lalu ditambahkan 1 mL larutan enzim dan 3

tetes larutan iodin 0,01 M kemudian diinkubasi pada suhu 35oC


(Rinawati dkk., 2009). Masing- masing diinkubasi selama 10, 20, 30,
40, 50, 60 menit, setelah itu didinginkan. Pengamatan aktivitas amilase
didasarkan pada terjadinya perubahan warna biru menjadi bening.
3. Sebagai kontrol disiapkan 6 tabung reaksi lalu masing-masing tabung
ditambahkan substrat pati 1% seanyak 0,5 mL lalu ditambahkan 1 mL
akuades dan 3 tetes larutan iodin 0,01 M kemudian diinkubasi pada
suhu 35oC (Rinawati dkk., 2009). Masing- masing diinkubasi selama
10, 20, 30, 40, 50, 60 menit, setelah itu didinginkan

IV. PEMBAHASAN
1. Penentuan Suhu Optimum

Berdasarkan hasil penelitian seperti terlihat pada Gambar 1 dan


didukung dengan analisis ANOVA (Analysis of Variance) diperoleh suhu

optimum papain dari daun pepaya kalifornia 60 oC dengan aktivitas sebesar


340,359 U/mL dan 50 oC untuk daun pepaya bangkok dengan aktivitas sebesar
685,319 U/mL. Analisis ANOVA menunjukkan bahwa aktivitas enzim pada
suhu 60 oC untuk daun pepaya kalifornia dan 50 oC untuk daun pepaya
bangkok

berbeda

nyata

(=0,05) terhadap

aktivitas

enzim

pada

suhu

pengujian lain. Hal ini membuktikan bahwa enzim yang diisolasi dari
sumber yang berbeda dapat memiliki aktivitas yang berbeda pula.
Aktivitas enzim meningkat sebanding dengan kenaikan suhu hingga
mencapai suhu optimumnya. Hal ini dikarenakan energi kinetik molekulmolekul enzim mengalami peningkatan sebelum mencapai optimum.
2. Penentuan pH Optimum

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan


hasil analisis ANOVA, menunjukkan bahwa aktivitas optimum papain daun
pepaya bangkok berada pada kisaran pH 7-8 dengan nilai aktivitas 415,935 U/mL
untuk pH 7 dan 411,541 U/mL untuk pH 8. Aktivitas papain pada pH 7 tidak
berbeda nyata dengan aktivitas papain pada pH 8, sedangkan aktivitas
papain pada pH 7 dan 8 berbeda nyata dengan aktivitas papain pada pH 6 dan
9.

3. Pengaruh Ion Logam dan EDTA

Penambahan EDTA menyebabkan

penurunan aktivitas papain,

baik

pada daun pepaya kalifornia maupun bangkok, dengan nilai aktivitas relatif
sebesar 47,706% untuk daun pepaya kalifornia dan 26,889% untuk daun
pepaya bangkok. Adanya penurunan aktivitas ini menunjukkan bahwa papain
yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia dan bangkok tergolong metaloenzim.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ion Zn 2+ dapat meningkatkan
aktivitas enzim papain, dengan nilai aktivitas relatif sebesar 123,200% untuk
daun pepaya kalifornia dan 131,673% untuk daun pepaya bangkok, sedangkan
ion Ca2+, Mg2+, dan Cu2+ mampu menurunkan aktivitas enzim papain baik yang
diisolasi dari daun pepaya kalifornia maupun bangkok. Hal ini menunjukkan
bahwa ion Zn2+ bertindak sebagai kofaktor sedangkan ion Ca 2+, Mg2+, dan
Cu2+ bertindak sebagai inhibitor bagi enzim papain dari daun pepaya kalifornia
dan bangkok.

10

4. Pengaruh Pelarut Organik

Analisis ANOVA, memperlihatkan bahwa aktivitas papain daun


pepaya kalifornia tanpa penambahan
menunjukkan kestabilan

yang cukup

pelarut organik (kontrol)


baik

dan

baru

mengalami

penurunan yang signifikan pada jam ke-9. Aktivitas papain daun

11

pepaya kalifornia dengan penambahan pelarut metanol relatif stabil


hingga jam ke-6, sedangkan penambahan pelarut aseton dan toluena
mengakibatkan aktivitas papain telah mengalami penurunan pada jam
ke-3. Hasil tersebut berbeda dengan papain yang diisolasi dari daun
pepaya bangkok. Aktivitas papain daun pepaya bangkok relatif tidak
stabil dan telah mengalami penurunan setelah jam ke-3 untuk ketiga
pelarut organik yang diujikan (metanol, aseton, toluena). Hal ini
menunjukkan bahwa enzim yang diisolasi dari sumber yang berbeda dapat
memiliki aktivitas yang berbeda.
V.

KESIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

telah dilakukan, dapat

disimpulkan :
1. Ekstrak kasar papain yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia
optimum pada suhu 60 oC dan pH 7, sedangkan papain daun pepaya
bangkok optimum pada suhu 50 oC dan pada kisaran pH 7-8. Ion Zn2+
dapat meningkatkan aktivitas enzim papain daun pepaya kalifornia dan
bangkok dan menurun dengan adanya ion Ca2+, ion Mg2+, Cu2+ serta
EDTA. Aktivitas papain daun pepaya kalifornia relatif stabil hingga jam
ke-6 dengan penambahan pelarut metanol dan menurun setelah jam ke3 dengan penambahan pelarut aseton dan toluena, sedangkan papain
daun pepaya bangkok dengan penambahan pelarut metanol, aseton,
ataupun toluena aktivitasnya hanya dapat stabil hingga jam ke-3.
2. Aktivitas papain dari daun pepaya kalifornia relatif stabil dengan
penambahan pelarut metanol sehingga berpotensi digunakan sebagai
biokatalis dalam pelarut metanol.

12

DAFTAR PUSTAKA
Dongoran, D. S., 2004, Pengaruh Aktivator Sistein dan Natrium Klorida terhadap
Aktivitas Papain, Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28.
Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja, 2004, Keragaman Pola Pita Beberapa Aksesi
Nenas Berdasarkan Analisis Isozim, Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7,
No.2 (62-70).
Herdyastuti, N., 2006, Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin
dari Batang Nanas (Ananas comusus L.merr), Berk. Penel. Hayati : 12
(75-77).
Kamelia, R., M. Sindumarta, dan D. Natalia, 2005, Isolasi dan Karakterisasi
Protease Intraselular Termostabil dari Bakteri stearothermophilus RPI,
Departemen Kimia ITB, Bandung.
Karadzic, I., A. Masui. N. Fujiwara. 2004. Purification and Characterization of A
Protease From Pseudomonas aeruginosa Grown In Cutiing Oil. Journal of
Bioscience and Bioengineering. 98 ( 3): 145-152.
Kazan, D., A. K. Denizci, N. Mine, . Kerimak, A. Erarslan. 2005. Purification
and characterization of a serine alkaline protease from Bacillus clausii
GMBAE 42. J .Ind Microbiol Biotechnol. 32(8): 335344
Najafi, M. F., D. Deobagkar, D. Deobagkar, 2005, Potential Application of
Protease Isolated from Pseudomonas aeruginosa PD100, Electronic
Journal of Biotechnology ISSN: 0717-3458, Vol.8, No.2.
Nurhasanah dan D. Herasari, 2008, Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal
dan Aplikasinya dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi-II (17-18).
Ogino, H., T. Uchiho, J. Yokoo, R. Kobayashi, R. Ichise, and H. Ishikawa, 2001,
Role of Intermolecular Disulfide Bonds of the Organic Solvent-Stable
PST-01 Protease in Its Organic Solvent Stability, Applied and
Environmetal Microbiology Vol. 67, No.2 (942-947).
Ogino, H. dan H. Ishikawa, 2001, Review Enzymes Which Are Stable in The
Presence of Organic Solvents, Journal of Bioengineering Vol. 91, No.2
(109-116).
Ogino, H., K. Yasui, T.Shiotani, T. Ishihara, dan H. Ishikawa, 1995, Organic
Solvent-Tolerant Bacterium Which Secretes an Organic Solvent-Stable

13

Proteolytic Enzyme, Applied and Environmetal Microbiology, Vol. 61, No.


12 (4258-4262).
Poedjiadi, A. dan F. M. Supriyanti, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI, Jakarta.
Sadikin, M., 2002, Biokimia Enzim, Widya Medika, Jakarta. Sasithorn, N. dan K.
Luepong, 2008, Silk Degumming with Dried Latex of Carica Papaya Linn,
RMUTP Research Journal, Vol. 2, No. 1. Karakterisasi papain dari daun
pepaya... (Zusfahair, dkk.)
Suhartono, M. T., 1989, Enzim dan Bioteknologi, PAU Bioteknologi, Bogor.
Sulistiyowati, E., Sulistiyowati, S. Rustini, S. Sumartini, Abdurrakhman, 2009,
Variasi Genetik Beberapa Spesies Kapas (Gossypium sp.) berdasarkan
Keragaman Pola Pita Isozim, Jurnal Littri Vol 15 No. 4, (174 183).
Warsino, 2003, Budidaya Pepaya, Kanisius, Yogyakarta.
Widowati, S., L. Sukarno dan P. Raharto, 2001, Studi Pengaruh Penambahan
Mineral terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus circulans 9b3, Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

*****

14

Anda mungkin juga menyukai