Anda di halaman 1dari 6

Kepuasan Kerja Perawat pada Aplikasi Metode Tim Primer

Kepuasan Kerja Perawat pada Aplikasi Metode Tim Primer dalam


Pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan
(Studi Kuantitatif di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)
Lembah andriani
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang
Armanu
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi
Kuswantoro
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Brawijaya Malang

Abstract: Comprehensive nursing care that requires the professional nurse executive and nurse manager,
one method that is able to provide nursing care to its full potential is the method of the primary team. This
study was to determine whether there are differences in satisfaction before and after the intervention
methods of the primary team. To determine whether there is a primary method of application effect on job
satisfaction of nurses satisfaction, the work itself, promotion, supervision, group work and working conditions. Respondents consisted of a nurse executive, who was given a closed questionnaire on nurse job
satisfaction, then do the application of methods of primary team for 4 weeks, the conclusion of this study is
that working conditions affect job satisfaction, it is evident from the results of the study pre and post
implementation of the method the primary team, the indicator of working conditions scored an average
satisfaction (9.5 to 11) with job satisfaction (64.3%), while the lowest satisfaction indicators contained in
the work itself (8.8 to 10) with a value of 57.1% job satisfaction.
.
Keywords: application of the primary methods, the level of job satisfaction
Abstrak: Pelayanan keperawatan yang komprehensif menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana
maupun perawat pengelola, salah satu metode yang mampu memberikan Pelayanan keperawatan secara
maksimal adalah metode tim primer. Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan
sebelum dan sesudah pemberian intervensi metode tim primer. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
aplikasi metode primer terhadap kepuasan kerja perawat yang terdiri dari kepuasan, pekerjaan sendiri, promosi
, supervisi, kelompok kerja dan kondisi kerja. Responden terdiri dari perawat pelaksana, yang diberi kuisioner
tertutup tentang kepuasan kerja perawat, kemudian dilakukan penerapan metode tim primer selama 4 minggu.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi kepuasan kerja, hal ini terbukti dari
hasil penelitian pre dan post penerapan metode tim primer, indikator kondisi kerja mendapat nilai rata-rata
kepuasan tertinggi(9,5-11) dengan kepuasan kerja (64,3%), sedangkan kepuasan terendah terdapat pada
indikator pekerjaan sendiri(8,8-10) dengan nilai kepuasan kerja 57,1%.
Kata Kunci: aplikasi metode tim primer, tingkat kepuasan kerja

Alamat Korespondensi:
Lembah Andriani, STIKES KEN-DEDES Malang. JL.Panji
Suroso No 06, Malang (0341) 488762. Lembah_ andriani@
yahoo.com
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
419

ISSN: 1693-5241

419

Lembah andriani, Armanu, Kuswantoro

Pelayanan keperawatan perlu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui upaya peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan, dan profesionalisme
perawat dalam memberikan dan mengatur kegiatan
asuhan keperawatan kepada pasien. Tugas perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain
mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, berperan serta dalam melakukan penyuluhan, yang terangkum dalam sistem
pengorganisasian, salah satu sistem pengorganisasian
tersebut adalah Model Praktik Keperawatan
Profesional ( Ali, 2002).
MPKP merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan komprehensif dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Asuhan ini memberikan rasa
tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga
terjadi kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien,
Gito, (2002), kepuasan kerja dipengaruhi beberapa
faktor antara lain: upah, pekerjaan sendiri, promosi,
supervisi/pengawasan, kelompok kerja, dan kondisi
kerja, Luthans (2003), berbeda dengan Kuswadi
(2004) yang mengatakan bahwa Baik buruknya pelayanan kesehatan dipengaruhi tingkat kepuasan kerja
karyawan rumah sakit, karyawan yang puas cenderung bekerja dengan kualitas yang lebih tinggi, lebih
produktif, bertahan lebih lama dan mampu menciptakan pelanggan yang puas.. Dari penelitian Iswanti
(2005) mengatakan bahwa suasana kerja yang nyaman dan konduktif, merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi kepuasan kerja perawat diatas
pendapatan.
Sejak tahun 2006 beberapa ruangan di rumah
sakit Dr. Saiful Anwar Malang, telah diterapkan
bentuk Model Praktik Keperawatan Profesional, akan
tetapi penerapanya belum pernah dinilai sesuai atau
tidak dengan standar normatif MPKP yang ada,
terutama kepuasan kerja terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan, maka peneliti bermaksud meneliti

Variabel
Pekerjaan sendiri
promosi
supervisi
Kelompok kerja
Kondisi kerja
420

pre
8,8
9,2
9,1
9,0
9,9

Mean
post
10
9,9
10
10
11

aplikasi metode praktik keperawatan model primer


terhadap kepuasan kerja perawat.

METODE
Metode penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan quasi experimental design, dengan
menggunakan Static group Comparison. Proses
penelitian ini berupa pengumpulan data dalam pengamatan awal, melakukan pre test, pemberian intervensi, melakukan pos test, penyusunan data, serta
analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian ini
untuk membandingkan antara kepuasan kerja perawat
sebelum dan sesudah diberikan penerapan metode
tim primer. (Ismawan, 2008)
Partisipan pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana diruang 21 sebanyak 14 orang Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur variabel kepuasan kerja
perawat yang terdiri dari pekerjaan sendiri, promosi,
supervisi, kelompok kerja dan kondisi kerja adalah
kuisioner baku MSQ (Minnesota Satisfacation
Questionare), yang dikategorikan menggunakan skala
likert ( 1-5)
Untuk menganalisa pengaruh aplikasi metode
primer terhadap variabel- variabel kepuasan kerja
perawat di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang,
maka dilakukan analisa uji T-tes, yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi. (Notoatmodjo, 2005)

HASIL
Hasil analisa uji T-tes, menunjukkan terjadi
perbedaan sebelum dan sesudah pemberian intervensi
metode tim primer dengan nilai kepuasan tertinggi
terdapat pada indikator kondisi kerja, kemudian disusl
oleh indikator kelompok kerja, pekerjaan sendiri dan
supervisi, pada indikator kepuasan promosi
mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu 9,9. Yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

T
-4,505
-2,219
-4,505
-6,734
-4,837

P-value
,001
,045
,002
,000
,000

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012

N
13
13
13
13
13

Kepuasan Kerja Perawat pada Aplikasi Metode Tim Primer

PEMBAHASAN
Kepuasan kerja perawat pada indikator
Pekerjaan Sendiri
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kepuasan terhadap pekerjaan sendiri,
sebelum dan sesudah dilakukan penerapan metode
tim primer, hal ini bisa dilihat dari perbedaan hasil
renata, yang sebelumnya bernilai 8,8 naik menjadi 10,
dengan nilai thitung sebesar -4,50 dan p-value 0,00
(<0,05) yang artinya metode tim primer mempengaruhi kepuasan perawat terhadap hasil pekerjaannya
sendiri, sehingga mampu meningkatkan produktivitas
kerja. Nursalam (2008) mengatakan bahwa penerapan MPKP metode tim primer mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional, hal ini sesuai dengan
pendapat Martoyo(2003) yang mengatakan bahwa
bila kepuasan terjadi, maka akan diwujudkan dalam
sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan
segala sesuatu yang ditugaskan kepadanya di lingkungan kerja. Hal ini disebabkan pada metode tim
primer mempunyai kemandirian dan tanggung jawab
yang lebih besar terhadap tugas yang diberikan,
sehingga perawat berusaha melaksanakan tugas
dengan bertanggung jawab dan mengembangkan
kegiatan yang cenderung membosankan karena
rutinitas pekerjaan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bowers(1994) bahwa pekerjaan, berkaitan erat
dengan kepuasan, dimana hasil kerja yang baik akan
memberikan pengalaman bagi pelaku dan selanjutnya
akan membuat mereka untuk mengembangkan
pekerjaannya. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Luthan (2003) yang mengatakan bahwa beberapa
bagian penting yang memberikan kepuasan kerja yang
mencakup pekerjaan menarik dan menantang,
pekerjaan yang tidak membosankan, dan kerja yang
memberikan status.

Kepuasan kerja perawat pada indikator


promosi
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kepuasan terhadap promosi, hal ini terlihat
dari hasil p-value 0,04(<0,05) Artinya dengan
diterapkan metode tim primer, perawat mempunyai
kesempatan kenaikan pangkat secara profesional,
menduduki jabatan yang lebih tinggi, walaupun pihak
manajemen rumah sakit bersifat adil bagi semua

ruangan, walaupun tidak diterapkan metode tim primer, semua perawat berhak naik pangkat berdasarkan
lama kerja dan memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi, hal ini disebabkan pihak manajemen rumah
sakit memberikan kebijakan promosi yang adil, bagi
perawat yang berprestasi dengan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab
yang lebih banyak dan peningkatan status sosial,
sehingga keputusan promosi yang adil kemungkinan
besar akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Promosi dapat ditempuh melalui pendidikan, kenaikan
pangkat dan menduduki jabatan yang lebih tinggi. Pada
penerapan metode tim primer jabatan perawat primer
diberikan pada perawat yang mempunyai pendidikan
minimal D3 keperawatan, dengan masa kerja lebih
dari 5 tahun, dan pernah dinas di ruangan bedah lebih
dari 3 tahun. Sehingga tidak semua perawat bisa
mengisi jabatan perawat yang ada. Ada kesenjangan
mengenai pendidikan dan pelatihan, yang diberikan
pihak manajemen rumah sakit bagi para karyawannya. Seperti yang dituturkan Iswanti (2004) yang
menyimpulkan bahwa faktor luar karyawan yang
berperan dalam kepuasan kerja adalah pihak manajemen RS. Pihak menejemen memberi kesempatan
karyawan yang berprestasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan perencanaan ke
depan RS dan ada kesempatan promosi serta jenjang
karier bagi karyawan itu sendiri untuk memotivasi agar
mereka dapat lebih mengembangkan prestasi. Pada
metode tim primer, pengawasan selalu dilakukan baik
secara langsung maupun melalui laporan serta catatan
keperawatan untuk memperbaiki mutu perawatan,
sehingga akan tampak akuntabilitas hasil kerja pada
perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penerapan metode tim primer terhadap
indikator promosi perawat di RSSA Malang.

Kepuasan kerja perawat pada indikator


Supervisi
Pada hasil penelitian didapatkan ada perbedaan
kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah dilakukan penerapan metode tim primer pada indikator
supervisi (p-value 0,00<0,05). Hal ini disebabkan pada
penerapan metode tim primer, supervisi selalu dilakukan oleh atasan, baik disela-sela kegiatan operan dinas,
sebelum melaksanakan dinas (preconfrens), pertengahan waktu dinas (midle confrens)dan setelah

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

421

Lembah andriani, Armanu, Kuswantoro

dinas (post confrens), yaitu dengan memberikan dukungan (reinforcement) dan petunjuk, serta melaksanakan diskusi untuk memberikan penguatan kepada
perawat yang telah melaksanakan kegiatan, serta
untuk memperbaiki kesalahan bagi perawat yang
masih belum sesuai dengan pedoman. Supervisi juga
dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu melalui
laporan yang diberikan dari perawat primer maupun
perawat assosiet, baik berupa lisan maupun tertulis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
kepuasan kerja perawat pada indikator supervisi pada
penerapan metode primer. Hal ini sesuai dengan
Herawati (2006) yang mengatakan bahwa adanya
supervisi tiap unit, kemudian ditindak lanjuti dan ada
feedback pembinaan bagi karyawan yang bermasalah, serta dilakukan rapat berkala & rutin, dengan
dibuat protap tertulis hubungan antar unit dan pihak
manajemen, akan membuat karyawan melaksanakan
program dan tugas yang diserahkan kepadanya dengan
baik, serta mengetahui & mendukung kebijakan
manajemen dan rumah sakit tersebut. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Sujono (2007) yang mengatakan
bahwa supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif.

Kepuasan kerja perawat pada indikator


kelompok kerja
Pada hasil penelitian didapatkan ada perbedaan
kepuasan kerja perawat pada indikator kelompok
kerja hal ini bisa dilihat dari perbedaan hasil renata,
yang sebelumnya bernilai 9 naik menjadi 11, dengan
nilai thitung sebesar -6,73 dan p-value 0,00(<0,05) yang
artinya metode tim primer mempengaruhi kepuasan
kerja perawat terhadap indikator kelompok kerja. Hal
ini disebabkan pada penerapan metode tim primer, di
mana telah terbagi menjadi 2 kelompok yang dipimpin oleh perawat primer, dengan rasio perawat dan
pasien 1:3, mempunyai penghitungan beban kerja
perawat lebih akurat, hal ini dikarenakan pada metode
primer telah menggunakan sistem klasifikasi pasien
yang dikelompokkan sesuai tingkat ketergantungan
pasien atau sesuai dengan waktu, tingkat kesulitan
serta kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan, sehingga beban kerja perawat tidak
422

berlebih. Beban kerja yang berlebihan sangat berpengaruh pada motivasi perawat untuk melaksanakan
pendidikan kesehatan pada pasien. Pelaksanan tindakan keperawatan secara tim juga meningkatkan
keakraban dan kerja sama kelompok dengan saling
memberikan dukungan, kenyamanan, nasihat dan
bantuan terhadap pekerjaan, serta perasaan saling
memiliki, percaya dan menghargai diantara karyawan,
sehingga hasil pekerjaan kelompok bisa lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamsyah (2004)
yang menyatakan bahwa dalam suatu kelompok kerja
yang berinteraksi, mereka akan berbagi informasi dan
mengambil keputusan yang dapat membantu anggota
kelompok lainnya. Bagi seorang perawat, hubungan
yang baik dengan rekan kerja sangatlah penting,
Karena penyebab timbulnya ketidakpuasan perawat
dalam bekerja adalah ketidakharmonisan hubungan
dengan sesama rekan kerja. Apabila hubungan sosial
yang baik bisa tercipta maka akan memperkecil
terjadinya konflik kerja. Berbeda dengan sebelum
dilakukan penerapan metode tim primer, tidak menutup
kemungkinan terjadi beban kerja perawat yang
berlebihan, hal ini disebabkan karena perawat harus
melakukan 3 tugas sekaligus,yaitu: tugas untuk
melakukan asuhan keperawatan, melaksanakan tugas
pelimpahan dari dokter dan melengkapi tugas administrasi. Kurangnya kemampuan teknis perawat juga
dirasakan karena kurangnya pelatihan untuk pengembangan diri dan keilmuannya sehingga sering mengalami permasalahan dalam menghadapi pasien. Situasi
rutinitas mampu menimbulkan kejenuhan kerja, kondisi
ini diperparah dengan jarangnya perpindahan perawat
dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain, serta tidak
diberi kesempatan mengambil keputusan sesuai tugas
dan wewenangnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kepuasan kerja perawat pada
aplikasi metode tim primer terhadap indikator kelompok kerja. Hal ini sesuai dengan Radiani (2006), yang
mengatakan bahwa kepuasan kerja perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan berhubungan
dengan karakteristik perawat, sikap, beban kerja, dan
ketersediaan fasilitas, yang semuanya diperlukan
dalam kelompok kerja.

Kepuasan kerja perawat pada indikator


Kondisi Kerja
Pada hasil penelitian, didapatkan terdapat perbedaan kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012

Kepuasan Kerja Perawat pada Aplikasi Metode Tim Primer

dilakukan penerapan metode tim primer, hal ini bisa


dilihat dari perbedaan hasil renata, yang sebelumnya
bernilai 9,5 naik menjadi 11, dengan nilai thitung sebesar
-4,83 dan p-value 0,00(<0,05) yang artinya metode
tim primer mempengaruhi kepuasan kerja perawat
pada indikator kondisi kerja. Hal ini disebabkan
penerapan metode tim primer menggunakan rasio
perawat dan pasien 1:23 orang, sehingga memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang sesuai
rasio pasien, hal ini dimaksudkan untuk menunjang
terlaksananya tindakan keperawatan secara komprehensif dan maksimal. Menurut Mattenson (2006)
kondisi kerja tidak terbatas hanya pada nyamannya
tempat kerja, ventilasi yang cukup, penerangan lampu
yang memadai, lingkungan yang nyaman, aman, bersih
dan tenang serta kertersediaan sarana dan prasarana,
tetapi juga dikaitkan dengan tempat tinggal seseorang,
kondisi kerja menjadi tanggung jawab pihak manajemen untuk memberikan suasana kerja yang konduksif
bagi karyawan dalam melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan dan menunjang karyawan untuk
berprestasi secara individu maupun secara kelompok.
Walau demikian faktor lingkungan kerja tetap harus
diperhatikan, terutama pihak menejemen, karena
merupakan salah satu faktor lain yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Seperti dalam
penelitian Hamsyah (2004) dalam analisisnya
mengatakan bahwa suasana kerja yang kondusif,
dimana sarana dan prasarana yang mendukung,
lingkungan yang nyaman, hubungan antar karyawan,
atasan dan bawahan yang harmonis, akan sangat
mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Sedangkan
kondisi lingkungan kerja, umumnya adalah lingkungan
yang mendukung pelayanan, kerjasama antara
karyawan dan pihak manajemen. Ketersediaan alat
dan sarana penunjang, sangat penting dalam kegiatan
pelayanan pasien, jumlah peralatan dan kurangnya
pemeliharaan alat yang ada serta kesenjangan pada
ketersediaan dan fungsi peralatan penunjang di rumah
sakit.
Oleh karena itu pihak manajemen perlu mempertimbangkan pengadaan sarana dan prasarana agar
tidak menggangu jalannya tindakan perawatan. Dari
pengamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa faktor
lingkungan kerja dalam kepuasan kerja menjadi
tanggung jawab pihak manajemen untuk memberikan
lingkungan kerja konduksif bagi karyawan dalam

melaksanakan tugas, yaitu meliputi keamanan, kenyamanan, kebersihan dan ketenangan. Lingkungan kerja
yang baik dalam arti sempit adalah tempat atau lokasi
kerja yang aman, nyaman, bersih dan tenang dan
peralatan yang baik. Demikian pula kondisi kerja yang
nyaman, aman dan menarik merupakan keingingan
karyawan untuk dipenuhi pihak manajemen RSSA dan
stake holders.

KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini penerapan metode tim primer
tidak bisa diaplikasikan ke semua ruangan rawat inap
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang, hal ini
disebabkan keterbatasan jumlah tenaga perawat di
hampir semua ruangan rawat inap, sehingga peneliti
hanya menggunakan satu ruangan yang memenuhi
salah satu syarat metode tim primer, yaitu rasio
perawat dan pasien 1:23 orang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil penelitian penerapan metode tim primer
di ruang 21 Rumah sakit Dr. Saiful Anwar Malang,
diperoleh hasil bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi kepuasan kerja, hal ini terbukti dari hasil
penelitian pre dan post penerapan metode tim primer,
indikator kondisi kerja mendapat nilai rata-rata
kepuasan teringgi (9,511) dengan kepuasan kerja
(64,3%), sedangkan kepuasan terendah terdapat pada
indikator pekerjaan sendiri(8,810) dengan niali
kepuasan kerja 57,1%.

Saran
Dari hasil penelitian akibat kurangnya jumlah
partisipan dari tiap unit, aplikasi metode primer belum
bisa digunakan, mungkin bisa dilakukan di rumah sakit
yang lain.

DAFTAR RUJUKAN
Ali, Z. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional,
Jakarta: Widya Medika.
Bowers, L.G., Deal, T.1994. Leading with soul: An uncommon journey of spirit. San Francisco: Jossey-Bass.
David .1999. Organizations Rational, Natural and Open
Systems, Journal of Advanced Nursing, vol 47(2):
551560.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011

ISSN: 1693-5241

423

Lembah andriani, Armanu, Kuswantoro

Gito, S. 2002. Perilaku Keorganisasian. In BPFE (Ed.)


Yogyakarta .
Hamsyah, A. 2004. Analisis pengaruh suasana kerja
terhadap tingkat kepuasan kerja perawat di
bangsal rawat inap RSU Ungaran. Program Magister IKM. UNDIP, Semarang.
Herawati. 2006. Analisis faktor2 manajemen yang
berpengaruh terhadap kepuasan kerja dokter di
RSUD Kota Semarang. Program Magister IKM, Program Pascasarjana, UNDIP, Semarang.
Iswanti. 2005. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kepuasan kerja tenaga medis poliklinik
rawat jalan RSUD Tugurejo Semarang. Program
Magister IKM Program Pascasarjana. UNDIP,
Semarang.
Ismawan, N. 2008. Analisis kepuasan dan hubungannya
dengan loyalitas Pasien Rawat Inap di RS Ded Jaya
Kabupaten Brebes. FKM- UNDIP, Semarang.
Kuswadi. 2004. Cara Mengukur kepuasan Karyawan. In
Komputindo, P. E. M. (Ed.) Jakarta.
Luthans. 2003. Organizational behavior. In Mcgraw-Hill
(Ed.) Singapore.
Martoyo. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. In
BPFE. (Ed.) Yogyakarta.
Mattenson, J.M.I.R.K.M.T. 2006. Perilaku dan Manajemen
Organisasi, Erlangga.

424

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu


Perilaku Kesehatan, Yogyakarta.
Nursalam. (Ed.) 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta.
Ostroff. 1995. Emotional Intelligence And Leadership
Success. Doctoral Dissertation, University of Nebraska, Purchased from Proquest.
Radiani, E. 2006. Hubungan Karakteristik Perawat, Sikap,
Beban Kerja, Ketersediaan Fasilitas Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rawat
Inap BPRSUD Kota Salatiga. Ilmu Kesehatan
Masyaraka, Universitas Dipoonegoro, Semarang.
Sitorus, R. 2000. Model Praktik Keperawatan Profesional
di Rumah Sakit, Diktat Bahan Ajar Manajemen
Asuhan Keperawatan. In Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (Ed.) Jakarta.
Sujono, R.H.K. 2007. Motivasi Kerja dan Karakteristik
Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep
Madura. Program Magister Kebijakan dan
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Syahyuni, R. 2009.Hubungan antara Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja sertaKinerja Tim Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUP Dr Sarjito Yogyakarta, Program
Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.

JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012

Anda mungkin juga menyukai