Specific beneficence
Menolong orang cacat, menyelamatkan dari bahaya, mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/ keluarga/ sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter/ rumah sakit/ pihak
lain
Maksimalisasi akibat baik
Menjamin nilai pokok: apa saja yang ada, pantas kita bersikap baik terhadapnya (apalagi ada yang
hidup)
Prinsip tindakan
Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
janji atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
Contoh tindakan
Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity); menghormati pasien, peduli
pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan teknisnya
Memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom (kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat
Non-Maleficence
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi akibat
buruk
Primum non nocere: First do no harm
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting
dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
Norma tunggal, isinya larangan
Contoh tindakan:
Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai komoditi
Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu pengobatan
yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran amat banyak, nyeri
berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia, sengaja
malpraktik etis
Justice
Justice (Keadilan)
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness), yaitu:
Memberi sumbangan dan menuntut pengorbanan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari
kebutuhan dan kemampuan pasien
Jenis keadilan:
Komparatif (perbandingan antarkebutuhan penerima)
Distributif (membagi sumber): sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani ; secara
material kepada:
Setiap
Setiap
Setiap
Setiap
orang
orang
orang
orang
Hukum (umum)
Tukar-menukar: kebajikan memberkan atau mengembalikan hak-hak kepada yang berhak
Pembagian sesuai denan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum
Autonomy
Autonomy
Pandangan Kant
Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu kebesan
bertindak, memutuskan atau memilih dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur
tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
Altruism
Doktrin etik yang memegang prinsip bahwa
individu memegang tugas moral untuk menolong,
melayani, dan mengutamakan orang lain dan bila
perlu mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Tanatologi
Tanda tidak pasti
kematian
Nafas Berhenti
Sirkulasi darah berhenti
Kulit pucat
Tonus otot hilang dan
relaksasi (fase relaksasi
primer)
Segmentasi pembuluh
darah retina
Kornea mengering
DECOMPOSITION:
Affecting Factors
EXTERNAL:
germs
temperature
air
water
medium
INTERNAL:
age
condition
cause
sex
EXAMINATIONS OF:
corpse;
witnesses;
location
anaerobic
metab
in
somati
c
death
gluc
other cycle
metab
in a living
person
O2
lactic + E
ADP
ATP
primary
relaxation
no gluc
other
cycle
s
aerobic
metab
lactic +
E
glu
c
no metab
in
celulla
r
death
decompositi
on
Accumulatio
n ADP &
lactic
ADP
ATP
E
RIGIDITY/RIGOR MORTIS
relaxatio
n
contracti
on
secondary
relaxation
Visum et Repertum
VeR : Keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau
mati untuk kepentingan peradilan.
Pasal 133 KUHAP:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Visum et
Repertum
Antemorte
m
Visum
sementara
Postmortem
Pemeriksaa
n luar
Pemeriksaa
n dalam
(Otopsi)
Visum
definitif
Otopsi
anatomis
Visum
lanjutan
Otopsi klinis
Otopsi
forensik
Rahasia VeR
Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966
tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
Penggunaan keterangan ahli, atau VeR
hanya untuk keperluan peradilan
Berkas VeR hanya boleh diserahkan
kepada penyidik yang memintanya.
Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain
harus melalui aparat peradilan,
termasuk keluarga korban
Kejahatan Susila
Persetubuhan yang diancam di KUHP meliputi pemerkosaan,
persetubuhan dengan wanita tidak berdaya, persetubuhan
dengan wanita yang belum cukup umur.
Dokter wajib membuktikan:
Adanya persetubuhan (deflorasi hymen, laserasi vulva atau vagina,
sperma dalam vagina paling sering terdapat pada fornix posterior)
Adanya tindak kekerasan (memberikan racun/obat/zat agar menjadi
tidak berdaya)
Usia korban
Adanya penyakit menular seksual, kehamilan, kelainan pskiatrik
atau kejiwaan
Pada institusi yang memiliki dokter spesialis kandungan,
pemeriksaan untuk kasus kejahatan susila dilakukan oleh spesialis
tersebut, bila tidak ada dilakukan oleh dokter umum
Identifikasi Forensik
Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang/korban, terutama pada jenazah tidak
dikenal, membusuk, rusak, terbakar, kecelakaan
masal, ataupun bencana alam
Metode identifikasi yang dapat digunakan adalah:
Identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologik, metode eksklusi
dan metode identifikasi DNA
Identitas seseorang dapat dipastikan bila paling
sedikit dua metode yang digunakan memberikan
hasil positif
Metode Identifikasi
Metode Identifikasi
Identifikasi Medik
Menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut,
warna mata, kelainan/cacat khusus. Termasuk pemeriksaan
radiologis (sinar X)
Pemeriksaan Gigi
Pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang dengan
pemeriksaan manual, sinar-X, dan pencetakan gigi. Data
dibandingkan dengan data ante-mortem
Pemeriksaan Serologis
Menentukan golongan darah jenazah. Tidak khas untuk
masing-masing individu
Metode Eksklusi
Terutama pada kecelakaan masal
Identifikasi DNA
Diperlukan DNA pembanding. Mahal dan hanya dapat dilakukan oleh
ahli forensik molekular
Metode identifikasi
Identifikasi kerangka
Membutikan kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur
dan tinggi badan, ciri khusus, dan deformitas, serta rekonstruksi
wajah. Mencari tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan
sebab kematian. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan
memperhatikan kekeringan tulang.
Pemeriksaan anatomik
Dilakukan dengan pemeriksaan serologik dan histologik
Penentuan ras
Dapat dilakukan denan antropologik pada tengkorak, gigi geligi,
tulang panggul.
Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk
seperti sekop memberi petunjuk ke ras Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan dari tulang panggul, tulang tengkorak,
sternum, tulang panjang, skapula, metakarpal.
Tinggi badan diperkirakan dari panjang tulang tertentu.
Rekam Medis
Administrative
Value
Legal Value
Financial Value
Research Value
Education Value
Documentation
Value
Rekam medis
hanya dibuka
Untuk kepentingan
peradilan
Untuk pengetahuan
& penelitian
Untuk
kemaslahatan
orang banyak, misal
pada kasus flu
burung
Luka Tembak
Gambaran pada sasaran/luka tembak masuk
(dari luar ke dalam):
Kelim tatoo : Butir mesiu yang tidak habis terbakar
dan tertanam pada kulit
Kelim jelaga : Akibat jelaga yang keluar dari ujung
laras
Kelim api : Hiperemi atau jaringan yang terbakar
(jarak sangat dekat)
Kelim lecet : Bagian yang kehilangan kulit ari akibat
peluru yang menembus kulit
Kelim kesat : Zat pada anak peluru (minyak pelumas,
jelaga, mesiu) yang terusap pada tepi lubang
Luka Tembak
Luka Tembak Masuk
(LTM) :
LTM Jarak jauh : Hanya
komponen anak peluru
LTM Jarak dekat :
Komponen anak peluru
dan mesiu
LTM Jarak sangan
dekat : Anak peluru,
mesiu, jelaga
LTM Tempel/kontak :
Seluruh komponen dan
jejak laras
Malpraktek
Dikatakan malpraktek medik jika:
Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah
berlaku umum.
Memberikan pelayanan di bawah standar profesi (tidak lege
artis)
Melakukan kelalaian yang berat atau pelayanan dengan tidak
hati-hati
Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.