Anda di halaman 1dari 36

ETIKA MEDIS

Dr. Elizeus Hanindito dr. SpAn KIC KAP


Etika
Bagian dari ilmu filsafat , mempelajari tentang :
• Baik & buruk
• Benar & salah
• Pantas atau tidak pantas ,dalam kehidupan manusia.
Etika ~ ethos (Greek) : adat kebiasaan baik/pantas
Moral ~ mores (Latin) : idem

Bertens (1994)
• Etika adalah nilai2 moral yang menjadi pegangan individu/kelompok
untuk mengatur perilakunya
• Kumpulan azas/nilai moral  KODE ETIK
Aliran moral
• Aliran pertama adalah “Kantianism”
• Deontologi-Kant : Right or wrong regardless of consequences
• Aliran kedua adalah “Utilitarianism”
• Utilitarianism: Right or wrong depending on consequences
• Pada umumnya masyarakat bisa menerima kedua posisi tersebut,
sesuai dengan kondisi ‘prima facie duty’
Learning scope of ethics
• Non-normative approach
• descriptive ethics
• meta ethics
• Normative approach
• general normative ethics
• applied ethics

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian


Professional ethics integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi
Profesi
• Latin : “professio” = pernyataan kepada publik dengan upaya dan
janji
• Kelompok yang mengumumkan kepada publik bahwa anggotanya
akan bertindak / berperilaku dengan cara tertentu dan bahwa mereka
bersama masyarakat dapat mendisiplinkan anggotanya yang gagal
memenuhi janjinya.
• Profesi hadir di masyarakat dengan manfaat yang diberikannya, dan
masyarakat menerima profesi tersebut untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan secara PROFESIONAL
Medical Profesionalism
Prinsip-prinsip profesionalisme
• Excellence :
• Dokter harus selalu belajar – update, evidence based practice, standar
tertinggi
• Accountability :
• Tindakan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan,
beserta konsekwensinya
• Altruisme :
• Dokter hendaknya mendahulukan kepentingan pasien diatas kepentingan
pribadi
• Humanisme :
• Rasa perikemanusiaan , meliputi rasa hormat (respect), rasa kasih
(compassion), empati.
Profesionalisme medis merupakan seperangkat
nilai-nilai, perilaku, dan berhubungan dengan
dasar kepercayaan publik pada tenaga medis.

Profesional
Integritas
Kredibilitas

TRUST
Prinsip utama dalam etika medis
Thomas Beauchamp & James Childress

• Autonomy
• Beneficence
• Non-maleficence
• Justice
Autonomy
• Prinsip kemandirian individu
• Respek terhadap pasien sebagai manusia bermartabat
• Kapasitas untuk memikir & menentukan berdasarkan pemahaman
yang independent
• Dokter harus menghormati kesimpulan/keputusan pasien
• Pasien akan memberikan persetujuan (‘informed consent’)
Penjelasan untuk mendapat persetujuan
(information for consent)
• Maksud dan tujuan terapi/tindakan
• Risiko yang melekat pada terapi/tindakan
• Kemungkinan timbulnya efek samping
• Alternatif lain untuk tujuan terapi/tindakan
• Kemungkinan (sebagai konsekuensi) yang terjadi bila tidak dilakukan
terapi/tindakan tersebut
Yang perlu diperhatikan dari penjelasan
• Penjelasan harus diberikan, diminta atau tidak
• Penjelasan tidak memakai istilah2 kedokteran, harus bahasa awam
• Penjelasan disesuaikan tingkat pendidikan, kondisi dan situasi
• Penjelasan harus lengkap , jujur kecuali bisa merugikan kondisi pasien
atau pasien menolak
• Jika pasien menolak, penjelasan diberikan pada walinya seizin pasien
dan didampingi saksi (perawat)
• Informasi boleh oleh dokter lain sepengetahuan/ditunjuk dokter
utama
Jenis persetujuan tindakan kedokteran
• Expressed consent :
• Persetujuan yang dinyatakan baik secara lisan maupun tertulis
• Implied atau Tocit consent :
• Persetujuan yang tersirat atau dianggap akan menyetujui
Tindakan dengan risiko kecil
Beneficence
• Tindakan harus memberikan manfaat
• Prinsip ini didasari penilaian obyektif dokter dan apakah tindakan
yang terbaik untuk pasien
• Keputusan terbaik yang ditawarkan pada pasien mungkin
bertentangan dengan kemauan pasien
• Jika dokter memaksakan keputusannya maka kita kembali ke era
‘paternalisme’ dalam dunia medis, dimana prinsip autonomy
diabaikan
Beneficence kadang bertentangan dengan autonomy :
• Contohnya :
• Pasien menolak tindakan/terapi yang pasti bermanfaat
• Pasien kanker ganas ingin tahu diagnosisnya
• Bagaimana sikap dokter terhadap situasi ini ?
• Prinsip ‘Prima Facie Duty’

Prima facie principle :


• Suatu kewajiban harus dilakukan jika tidak bertentangan dengan kewajiban
lain yang lebih fundamental
• Kalau bertentangan dengan kewajiban lain yang lebih penting, kewajiban
pertama menjadi tidak wajib dilakukan.
• Konsep ‘therapeutic privilege’
Prima facie duty

• Duty of beneficence (benefiting or helping others)


• Duty of non-maleficence (not harming others)
• Duty of justice (being fair)
• Duty of fidelity (promise keeping)

Actual duty :
Ross’s theory says that in any situation our actual duty is the prima facie
duty that is most “stringent.”
Non-maleficence
• ‘Primum non nocere’ (First of all do no harm)
• Tindakan terhadap pasien tidak menimbulkan bahaya
• Manfaat terapi harus lebih besar dibanding risiko  pertimbangkan
beneficence terhadap non-maleficence
• Dasar dari ‘patient safety’  standar diagnostik & terapi
Justice
Justice : konsep tentang perawatan/pengobatan yang setara dan adil
terhadap setiap individu
• Procedural Justice :
saat pasien menunggu ditangani, apakah dimungkinkan pasien lain
mendahului tanpa alasan yang jelas ?
• Distributive Justice :
menyangkut alokasi sumber daya yang adil dan merata (fair access & distribution)
Confidentiality
• Kerahasiaan pasien harus dihormati (dignity & autonomy)
• Cornerstone of ‘TRUST’ between doctor & patient
• Kerahasiaan tidak absolut :
• Atas persetujuan pasien – asuransi medis, konsultasi dokter lain
• Public interest – mengancam fihak lain, kebebasan press, riset/teaching/audit
• Proses hukum
• Pasien dengan ‘swab test’ positif Covid19 – ingin dirahasiakan (autonomy)
• Beneficence (masyarakat) – semua kasus positif harus jelas untuk mencegah
transmisi
• Prinsip etik utilitarian (yang utama adalah manfaat yang sebesar2nya)

• Pada keadaan pandemic Covid19, penelusuran kasus diperlukan untuk


penyelamatan masyarakat
• Beneficence dan autonomy bertentangan (prima facie duty)
• Pembatalan prinsip confidentiality karena ada kepentingan yang lebih besar dan
fundamental
• Tidak seorangpun boleh membahayakan hidup individu lain
Masalah Etika Penderita Gawat & Kondisi Terminal

• Keputusan untuk tidak melakukan resusitasi (DNAR Order) – withold


resuscitation
• Keputusan menghentikan resusitasi (penderita dinyatakan sudah
mati-brain death) – withdraw resuscitation
• Keputusan untuk tidak melanjutkan terapi yang tidak bermanfaat –
futile (sia-sia)
• Keputusan memakai terapi ‘high-tech’ & tindakan invasif – mahal ,
tdk terjangkau
• Diagnosa mati (MBO vs status vegetatif)
Kapan CPR dilakukan/dimulai ?

• Henti jantung-paru
• Tidak ada kondisi terminal
• Tidak ada perintah untuk DNAR
• Tidak ada risiko untuk penolong
• Pada keadaan ragu  lakukan CPR
Do Not Attempt Resuscitate (DNAR)
DNAR Order :
• Perintah yang ditujukan kepada semua tenaga medis
• Dituliskan oleh dokter untuk pasien
• Untuk tidak melakukan resusitasi bila nafas dan jantung pasien
berhenti
• Harus tertulis di rekam medik & catatan pasien sendiri
• Menghormati keinginan pasien &/atau keluarga (wali) ,setelah
dijelaskan dokter
Perintah DNAR
• Diagnosis dan alasan untuk melakukan perintah DNAR
• Kemampuan pasien/wali untuk membuat keputusan
• Dokumentasi bahwa status DNAR telah ditetapkan dan oleh siapa

(Perintah DNAR dapat dibatalkan oleh pasien sendiri/wali yang sah


atau oleh dokter)
Alasan Do-Not-Attempt-Resuscitation

• Resusitasi merupakan tindakan yang sia2 (futile)


• Kwalitas hidup jelek (kanker stadium lanjut, penyakit
terminal)
• ‘Do not resuscitate’ does not mean ‘do not treat’
Tidak melakukan resusitasi pada BBL
• Usia gestasi kurang dari 23 minggu atau BB kurang dari 400 gram
• Kelainan bawaan berat (tidak kompatibel dengan kehidupan):
• Anencephaly
• Trisomy 13 atau 18
Tujuan Terapi Kedokteran
Curative (“beating it”)
• Penyakit bisa disembuhkan secara total.
• Prognosis: bertahun2 sehat kembali.
Palliative (“living with disease, anticipating death”)
• Penyakit tidak bisa sembuh & progresif (memberat)
• Prognosis: mati dalam minggu, bulan (kadang2 tahun)
• Terapi : Comfort , Pain free , Stress free.
• Menghadapi kematian yang bermartabat & tenang
Contoh Kasus 1
• Wanita usia 58 tahun , kanker ovarium metastase luas. Telah dilakukan
pembedahan 5 tahun yang lalu. Saat ini nyeri hebat , telah diberi obat
anti nyeri (morphin 20 mg/jam) , tetapi tetap menderita sakit.
Hipotensi dan nafasnya terganggu (cepat dan dangkal).
• Apa yang anda lakukan?
A. Bolus intravena 100 mg morphin ?
B. Lanjutkan morphin tanpa perubahan ?
C. Berikan naloxone ?
D. Bolus intravena 2-4 mg morphin dan naikkan morphin drip secara
titrasi 10% dosis/jam ?
Alasan pilihan terapi

A. Efek yang kita inginkan disertai efek yang tidak diinginkan (pain
control could be achieved by shooting the person, too)
B. Dengan dosis sekarang tidak menolong
C. Nyeri akan semakin hebat, pilihan yang sangat tidak manusiawi.
D. Jika tujuan kita murni untuk menghilangkan rasa nyeri , mungkin ini
pilihan yang paling baik.
Contoh kasus 2
• Bayi kembar siam lahir dengan SC
• Pada perkembangannya bayi A baik, bayi B sepsis karena ada
omphalocele pecah.
• Jika dipisah, risiko bayi B meninggal.

The Roman Catholic moral of ‘double effect’ :


• Tujuan utama apa ?
• Jika tujuan baik, meskipun ada potensi terjadi hal tidak baik yang bukan
merupakan tujuan, bisa dibenarkan secara moral.
Double Effect Principle
• Pemberian morphin untuk mengurangi penderitaan nyeri (terapi
paliatif) , mempunyai efek samping depresi nafas.
• Namun tujuan pemberian morphin tidak untuk menyebabkan
kematian. Sehingga dipandang secara moral berbeda.
• Prinsip ini berasal dari filsafat moral Immanuel Kant (1724-1804) dan
dipopulerkan oleh Gereja Katolik.

Etika Deontologi Kant :


Suatu tindakan dianggap benar/salah (etis/tidak etis) , bukan
berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, tetapi berdasarkan niat dalam
melakukan tindakan tersebut.
Bagaimana sikap kita sesuai etik medik pada kasus
darurat ?

Apakah pernah
dihadapkan masalah ini
dan punya ‘action’ nya ?

Tidak pernah
Apakah ada waktu Ya, pernah
untuk konsultasi ?

Ya Lakukan
Tidak ada
waktu Lakukan sesuai
konsultasi pengalaman
Keputusan harus segera

Impartiality test

Universality test

Interpersonal justify test

Anda mungkin juga menyukai