Anda di halaman 1dari 5

Transplantasi Jantung Dalam sebuah film yang berlatar belakang kehidupan pengacara, dalam salah satu episodenya di bahas

bahwa ada seorang pasien yang sedang sekarat membutuhkan donor jantung, tapi ketika itu donor jantungnya belum ada, karena keadaan darurat maka dokter bedahnya memutuskan untuk menganti jantung pasien tersebut dengan jantung babi, karena mendesak maka dokter tersebut tidak sempat melakukan inform consent kepada pasien, setalah dilakukan operasi pasien selamat, dan sampai pada akhirnya jantung pasien tersebut diganti dengan jantung donor dari manusia. Pasien tersebut selamat, dan dapat menjalankan aktifitasnya secara normal seperti sebelum dia sakit. Masalahnya sekarang adalah pasien tersebut menuntut rumah sakit, karena dia merasa bahwa jantung babi tersebut haram, menurut agamanya. Pertanyaan 1. Klarifikasi Istilah ? Transplantasi : rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK). www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/.../Transplantasi%20organ%20(15).pdf Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan tubuhnyakepada orang lain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat merupakan organ hidupataupun telah meninggal . Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerimaj a r i n g a n a t a u o r g a n d a r i o r a n g l a i n a t a u d a r i b a g i a n l a i n d a r i t u b u h n y a s e n d i r i .Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life saving sedangkan transplantasi jaringan dikategorikan sebagai life enhancing http://www.scribd.com/doc/52674769/45812505-Transplantasi-Organ 2. Apakah etis menerima donor dari tubuh orang lain baik donor yang masih hidup atau sudah mati?

Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup, (b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana lain, dan (f) masyarakat.

Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah .

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

Adalah orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar benar mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan datang. http://www.slideshare.net/SynysterBryandt/trasplantasi-organ-6633417

Sedangkan pandangan yang mendukung pencangkokan organ memiliki beberapa dasar, sebagai berikut

Kesejahteraan publik (maslahah) : pada dasarnya manipulasi organ memang tak diperkenankan, meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan hidup manusia, yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan:

Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa; derajat keberhasilannya cukup tinggi ada persetujuan dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya); penerima organ sudah tahu persis segala implikasi pencangkokan ( informed consent ) Altruisme : ada kewajiban yang amat kuat bagi Muslim untuk membantu manusia lain, khususnya sesama Muslim; pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima uang untuk tindakannya), dan karenanya dianjurkan. Sekali lagi, untu k ini pun ada beberapa syarat: ada persetujuan dari donor; nyawa donor tak terancam dengan pengambilan organ dari tubuhnya; pencangkokan yang akan dilakukan berpeluang berhasil amat tinggi. http://www.crcs.ugm.ac.id/staffile/zab/persoalan_persoalan_etis_di_sekitar_pencangk okan_organ_dengan_ilustrasi_perspektif_islam.htm 3. Apakah hanya orang yang mampu yang dapat memanfaatkan teknologi ini mengingat teknologi ini memakan dana yang basar?
Isu keadilan distributif

Jika berbicara mengenai keadilan distributif, isu utamanya adalah mengupayakan agar semua orang mendapatkan hak yang sama atas sumberdaya yang terbatas, atau bagaimana membagi sumberdaya terbatas itu secara adil ( fair ). Dalam contoh di atas, isu ini pertama kali muncul dalam pengertiannya yang sempit sebagai isu mengenai bagaimana membagikan organ yang terbatas pada penderita yang membutuhkannya yang jumlahnya lebih banyak. Namun dalam konteks yang lebih luas, konteks sumberdaya medis secara lebih luas, ada isu lain. Hingga kini pencangkokan organ adalah prosedur yang amat mahal, yang hanya bisa diperoleh orang yang cukup kaya. Bagi sebagian besar orang, pencangkokan organ bukanlah pilihan sama sekaliartinya, jika tak ada alternatif lain selain pencangkokan, ia akan merosot kesehatannya atau bahkan mati. Di sini penting diperhatikan bahwa warga Amerika Serikat termasuk yang paling banyak menerima organjauh lebih banyak dari yang mereka sumbangkansehingga seakan-akan prosedur cankok organ sudah seperti prosedur yang biasa, meskipun sesungguhnya tidak. Sementara itu, penjualan organ amat marak di negara-negara berkembang karena himpitan ekonomi. Jurang sosial antara kaya-miskin jelas tercermin dalam teknologi pencangkokan organ. Teknologi ini jelas tidak berpihak kepada orang miskin, bahkan secara tidak langsung justru amat merugikan banyak orang miskin karena membuka pasar yang luas bagi orang miskin untuk menjual organnya. Kecuali jika alternatif sumber organ ditemukan (misalnya memalui teknologi peminakan sel atau sel tunas, yang masih perlu waktu cukup lama untuk bisa menjadi alternatif yang berarti), sampai kapan pun teknologi ini akan tetap memiliki sifat itu.

http://www.crcs.ugm.ac.id/staffile/zab/persoalan_persoalan_etis_di_sekitar_pencangk okan_organ_dengan_ilustrasi_perspektif_islam.htm

4. Bagaimana pendistribusian organ untuk transplantasi, dan siapa yang berhak mendapatkan donor organ ini, mengingat banyak sekali permintaannya, sedangkan organ yang tersedia sedikit? Secara garis besar, ada dua cara memperoleh organ: melalui donor hidup dan donor mati. Di Inggris, misalnya, ada prinsip presumed consentbahwa jika tak ada permintaan/wasiat khusus dari orang yang mati, berarti ia menyetujui organ-organ tertentu dalam tubuhnya diambil untuk dicangkokkan pada orang lain (atas dasar pandangan bahwa adalah tugas kewarganegaraan untuk mendonorkan organ tubuhnya setelah tak dipakai). Namun di AS, berlaku prinsip kebalikan yaitu pengambilan organ dari orang mati hanya bisa dilakukan jika ada permintaan/wasiat yang mengijinkannya. (Saat ini sedang diusulkan cara lain yang disebut mandated choice, dimana setiap orang wajib memberitahu apakah ia akan mendonorkan organnya atau tidak setelah meningal.) Persoalan-persoalan di atas muncul karena desakan kekurangan organ yang luar biasa, dibandingkan dengan yang membutuhkannya, sehingga siapa yang berhak mendapatkan organ, atau mendapatkan prioritas untuk itu, menjadi persoalan yang amat mendesak. Masalah-masalah seperti ini biasanya dibahas dalam konteks keadilan distributif (secara sempit). Yaitu, dalam suatu masyarakat, apakah semua anggota masyarakat punya hak yang sama ( equal access ) atas organ? Ada beberapa kriteria lain yang biasa dipakaimisalnya berdasarkan asas kebutuhan (siapa yang paling membutuhkan), kontribusi pada masyarakat, atau pasar-bebas (siapa yang dapat membayar, dia akan mendapatkan)namun tak ada yang bersifat mutlak keberlakuannya. http://www.crcs.ugm.ac.id/staffile/zab/persoalan_persoalan_etis_di_sekitar_pencang kokan_organ_dengan_ilustrasi_perspektif_islam.htm

5. Bagaimana bila kalian ada diposisi dokter tersebut? Selain itu, Isu-isu etis dari donor organ hidup harus mempertimbangkan dalamempat dasar prinsip etika biomedis: a. Prinsip Beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang kekebaikan pasien. Prinsip ini menentukan seorang dokter untuk melakukan yangbaik bagi orang lain terutama bila tidak ada resiko yang terlibat bagi pendonor.Dalam konteks donasi organ hidup tujuan kebaikan dapat mengesampingkanprinsip non-malleficence jika kemungkinan manfaatnya lebih besar dari resikonya

b. Prinsip Non-malleficence, yaitu dalam operasi pengambilan organ untuk transplantasi sebenarnya kerugian secara fisik akan dialami oleh donor yang sehatdan baik. Donor akan mengalami resiko kematian dan morbidilitas baik secarafisik maupun psikologis. Tindakan donor organ hidup dengan demikian harusdipertimbangkan keseimbangan antara resiko dan manfaat. Beberapa anggapanbahwa donor mungkin tidak akan mendapar keuntungan secara langsung dengantindakannya, tetapi pendonor akan merasa puas bahwa mereka telah melakukansesuatu yang besar atau terpuji terhadap orang yang mereka cintai. c. Pinsip Autonomis (otonomis), yaitu merupakan prinsip moral yang menghormatihak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien. Dalam transplantasi organ dokter menekankan altruisme (sikap mementingkan kepentingan orang lain) sebagaidasar untuk donasi organ. Proses memberikan persetujuan tanpa paksaan(informed consent) merupakan tindakan altruisme. Donor hidup akan membuatkeputusan untuk menyumbangkan organ nya tanpa paksaan jika prinsip otonomiditegakkan. Salah satu pembenaran dalam donor organ hidup adalah dilaksanakan secara otonomi individu. Kebanyakan donor telah membuat keputusan sesuaikehendak mereka sendiri. Meskipun dalam faktanya masih terdapat unsur paksaansecara halus dalam mendonorkan organ, seperti keluarga yang secara ekonomitergantung terhadap salah satu keluarga yang membutuhkan organ, denganmelihat keadaan seperti itu, merasa memiliki kewajiban untuk melakukan donasiorgan. Seorang dokter membantu calon donor dalam membuat keputusannyasendiri dengan independen dan objektif termasuk resiko jangka panjang danpendek. d. Prinsip Keadilan, yaitu pada prinsip ini donasi organ hidup dilakukan secara adiltanpa dipengaruhi oleh faktor lain seperti untuk kepentingan suatu lembagatertentu untuk status sosial atau lainnya, namun hanya untuk pasien yang memangbenar-benar membutuhkan karena masalah kesehatannya, sehingga dalam alokasiorgan benar-benar terjaga

Jika tidak ditemukan organ lain, bolehkah tranplantasi menggunakan organ babi? Menanggapi masalah ini, kalangan syafiiyah berpendapat bahwa seseorang boleh menyambung tulangnya dengan benda najis, jika memang tidak ada benda lain yang sama atau lebih efektif. Jadi, organ babi baru diperbolehkan jika tidak ada organ lain yang menyamainya. Menurut kalangan hanafiyah, berobat dengan barang haram, tidak dibolehkan. Memang ada dhahir hadis yang melarangnya, yaitu: Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagi kalian didalam sesuatu yang haram. Akan tetapi menurut mereka jika diyakini di dalamnya mengandung obat dan tidak ada obat lain, maka hal itu dibolehkan. Dari kedua pendapat diatas, transplantasi dengan menggunakan organ babi, boleh- boleh saja. Kebolehan ini, bisa diberikan selama tidak ada benda lain yang sama atau lebih efektif. Masalah pertama menyangkut penggunaan organ tubuh hewan untuk ditransplantasikan ke manusia, seperti mempergunakan katup jantung babi untuk menggantikan katup jantung manusia. Transplantasi macam ini disebut xenotransplant. Pertama kali disampaikan oleh Paus Pius XII pada tahun 1956, Gereja memaklumkan bahwa transplantasi yang demikian secara moral dapat diterima dengan tiga prasyarat: (1) transplantasi organ tubuh tidak merusakkan keutuhan genetik atau identitas psikologis penerima; (2) transplantasi tersebut memiliki catatan biologis yang teruji dalam kemungkinan berhasilnya, dan (3) transplantasi tidak mendatangkan banyak resiko bagi si penerima. (bdk. Paus Pius XII, Amanat kepada Asosiasi Donor Kornea Italia dan kepada Dokter Ahli Mata Klinik dan Para Pelaksana Hukum Medis, 14 Mei 1956). http://yesaya.indocell.net/id1229.htm

Anda mungkin juga menyukai