Anda di halaman 1dari 9

STUDI PENDAHULUAN ANALISIS MUTASI PADA PENYINARAN DENGAN

SINAR ULTRAVIOLET (UV) TERHADAP LARVA


Drosophila melanogaster, Meigen
Oleh :
Sri Lestari Utami
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
E-mail : restumi_mindar@yahoo.co.id
ABSTRACT
UV light is a potential mutagen with slightly penetration. This research aims to observe the number of living imago and its mutant ;
the fertility of the adult Drosophila melanogaster, Meigen from which the larva have illuminated with UV light at : 254 nm. The data
was analysed by One Way ANOVA and continued by BNJ test. The results indicated that there are significant differences between the
number of living imago (1885,312>2,87, p<0,05)) and its mutant (403,287>2,87,p<0,05) of irradiating with UV light to the larva
D. melanogaster, Meigen. Meanwhile the fertility of the adult D. melanogaster, Meigen had no significant effect (1,0< 2,87,p<0,05).
BNJ test showed that there were correlation between the duration of UV irradiation and the number of living imago. Meanwhile the
number of mutant D. melanogaster, Meigen showed significantly differences treatment combination, i.e. between 30 minute and 10 minutes,
30 minute and control, 10 minutes and control. The products of D. melanogaster, Meigen mutant were abero and Gull.

Key word : ultraviolet (UV) light, mutation, Drosophila melanogaster, Meigen larvae
ABSTRAK
Sinar UV merupakan mutagen yang potensial dengan daya tembus yang tidak terlalu besar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengamati jumlah imago yang hidup, jumlah mutan dan fertilitas Drosophila melanogaster, Meigen
dewasa dari larva yang disinari dengan sinar UV pada : 254 nm. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA satu
arah dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara jumlah
imago yang hidup (1885,312>2,87,p<0,05) dan jumlah mutan (403,287>2,87,p<0,05) hasil penyinaran sinar UV
terhadap larva D. melanogaster, Meigen. Sedangkan fertilitas dari D. melanogaster, Meigen dewasa tidak menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan (1,0< 2,87,p<0,05). Dari uji BNJ diketahui bahwa semakin lama penyinaran maka
semakin sedikit jumlah imago yang hidup. Sementara untuk jumlah D. melanogaster, Meigen mutan hanya terdapat 3
kombinasi perlakuan yang berbeda nyata, yaitu antara 30 menit dengan 10 menit. 30 menit dengan kontrol dan 10
menit dengan kontrol. D. melanogaster, Meigen mutan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah abero dan Gull.
Kata kunci : sinar ultraviolet (UV), mutasi, larva Drosophila melanogaster, Meigen
PENDAHULUAN
Drosophila melanogaster, Meigen merupakan salah
satu jenis lalat buah dari famili Drosophilidae yang
banyak ditemukan di antara rumput-rumput, semak
atau buah-buah yang masak sebagai tempat
berkembang biak seperti buah mangga, jambu dan
pisang. Mereka meletakkan telur pada buah yang masih
muda dan larvanya akan menghabiskan buah yang
masak sebagai makanannya, sehingga bersifat sangat
merugikan. D. melanogaster, Meigen juga merupakan
obyek studi genetika dasar yang terpenting (termasuk
mutasi) (Metcalf, 1973: Shull, 1948).
Mutasi adalah perubahan materi genetik (ADN
dan ARN) dan proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan tersebut. Sedangkan mutan adalah
organisme yang menunjukkan fenotip baru sebagai
hasil terjadinya mutasi. Mutasi dapat disebut sebagai
mutasi terinduksi jika terjadinya disebabkan perlakuan
organisme dengan agen mutagenik seperti irradiasi
pengionan, sinar ultraviolet (sinar UV) atau berbagai

bahan kimia yang bereaksi dengan ADN atau ARN


(Garder, Simmons and Snustad, 1991).
ADN akan menyerap sinar UV secara maksimum
pada = 254 nm, sehingga mutagenitas maksimum
juga terjadi pada panjang gelombang tersebut. Sinar
UV tidak mampu menimbulkan pengionan dan hanya
sedikit menembus jaringan (umumnya hanya pada selsel lapisan permukaan organisme multiseluler)
dikarenakan memiliki energi yang rendah. Walaupun
demikian sinar UV merupakan mutagen yang potensial
untuk organisme uniseluler (Gardner, Simmons and
Snustad, 1991).
Shull (1948) menyatakan bahwa sinar UV
menyebabkan mutasi pada Drosophila. Demikian juga
dengan Altenburg yang melakukan irradiasi telur
Drosophila. Sinar UV diserap olah substansi ADN
(purin dan pirimidin) yang menyebabkan lebih reaktif
atau dalam keadaan tereksitasi. Penyerapan sinar UV
oleh pirimidin menyebabkan terbentuknya primidin

hidrat dan pirimidin dimer. Beberapa peristiwa


menunjukkan bahwa dimerisasi timin (studi in vitro)
mungkin merupakan akibat mutagenik sinar UV.
(Gardner, Simmons and Snustad, 1991 ; Sinnot et. al.,
1958).
D. melanogaster, Meigen merupakan organisme
eksperimen modern dalam bidang genetika karena
memiliki karakter fenotip yng berbeda dan terlihat
nyata, mudah mendapatkannya, murah (dapat
dibiakkan dalam botol yang hanya berisi media pisang
yang
difermentasi)
dan
mempunyai
waktu
perkembiakan yang tidak terlalu lama (2 minggu
dengan waktu pematangan seksual awal yaitu 7 jam
setelah keluar dari pupa) (Walter, 1938).
Masa dewasa D. melanogaster, Meigen biasanya
mempunyai panjang 2-3 mm dengan betina lebih besar
daripada jantan. D. melanogaster, Meigen yang didapatkan
di alam disebut sebagai lalat buah wild type (jenis/tipe
liar) mempunyai badan berwarna abu-abu dan mata
merah. Lalat jantan dapat dibedakan dari betina
dengan adanya : sisir kelamin pada sepasang kaki
depan (segmen metatarsal pertama), ujung abdomen
membulat dengan pita hitam yang merupakan
penyatuan beberapa segmen dosal dari abdomen dan
akhir bagian ventral terdapat penis dan klaspen (dari
ovipositor) (Herskowitz, 1965 ; Strickberger, 1962 ;
Yasin, 1989). Siklus hidup D. melanogaster, Meigen pada
suhu optimum untuk pekembangannya (250C) adalah :
0 jam (0 hari) telur diletakkan ; 0-22 jam (0-1 hari)
embrio ; 22 jam (1 hari) menetas dari telur
(instar pertama) ; 47 jam (2 hari) instar kedua ; 70
jam (3 hari) instar ketiga ; 118 jam (5 hari)
pembentukan puparium ; 122 jam (5 hari) instar
keempat ; 130 jam (5,5 hari) pupa ; 167 jam (7 hari)
pigmentasi mata pupa ; 214 jam (9 hari) imago
keluar dari puparium dengan sayap yang melekuk dan
berlipat dan merupakan stadium dewasa. Hal ini
menunjukkan bahwa D. melanogaster, Meigen mengalami
metamorfosis sempurna selama siklus hidupnya.
Walapun fertilisasi biasanya dapat terjadi setelah 24
jam dalam stadium dewasa, peletakan telur umumnya
baru dilakukan setelah 2 hari dengan 50-75 telur setiap
hari (kemungkinan maksimum total 400-500 dalam 10
hari, yang merupakan waktu generasi). Lalat dewasa
dapat hidup selama 10 minggu (Herskowitz, 1965 ;
Strickberger, 1962).

Gambar 1. D. melanogaster, Meigen jantan () dan betina


() stadium dewasa (Strickberger, 1962 setelah
Morgan dan Utami, 1996)
Telur D. melanogaster, Meigen berbentuk ovoid
dengan adanya sayap air yang mencegah telur agar
tidak tenggelam dan terbenam dalam medium semicair.
(Bursell, 1970 ; Strickberger, 1962).
Larva D. melanogaster, Meigen berwarna putih,
bersegmen dan bertipe vermiform. Pada segmen
kepala dalam prothoraks dan thorasik tidak terdapat
lengan. Tubuh berubah meruncing dan menajam pada
ujungnya. Kepala berbentuk globular dan mempunyai
warna yang sama dengan dada dan perut, dengan lebar
lebih pendek daripada prothoraks dan perut. Antena
dan ocelli menghilang. Kulitnya pada permulaan
stadium tidak begitu kuat tetapi larva kecil muda secara
periodik akan menambahkan kulit hingga mencapai
ukuran dewasa. Pada beberapa keadaan disebut dengan
belatung. Selama tiap periode di antara belatung
Selama tiap periode di antara belatung, larva disebut
dengan instar. Setiap instar ditunjukkan oleh
perbedaan ukuran larva dan jumlah gigi pada kait
rahang
yang
berwarna
hitam.
Sedangkan
perkembangan larva hingga membentuk pupa meliputi
reorganisasi seluler dalam differensiasi pertama dari sel
epidermal, mulai terjadi differensiasi progresif dari sel
somtik dan jaringan menuju kondisi dewasa,
pembentukan organ-organ dalam atau alat-alat
tambahan untuk dewasa yaitu antena, bagian-bagian
mulut, kaki, sayap dan genitalia eksternal. (Borror,
Triplehorn dan Johnson, 1989 ; Bursell, 1970 ; Metcalf
dan Flint, 1973 ; Strickberger, 1962)
Pada stadium pupa terjadi perubahan organ larva
menjadi organ imago, meskipun beberapa organ larva
masih ada yang terbawa menjadi organ imago.
Organisme terdapat dalam peti seperti biji yang keras
atau puparium (merupakan kulit larva yang kering),
yang menutupi semua alat-alat tambahan sehingga
bertipe koarktat. (Borror, Triplehorn dan Johnson,
1989 ; Bursell, 1970 ; Sastrodihardjo, 1984)
Deskripsi D. melanogaster, Meigen pada stadium
dewasa diantaranya, yaitu tubuh terdiri atas
caput/kepala, thorax/dada dan abdomen/perut. Pada
kepala yang tersusun atas 6 somit menjadi satu
terdapat sepasang antena, mata dan mulut dengan
bagian-bagiannya. Dada terdiri dari 3 somit, yaitu
prothorax/dada depan, mesothorax/dada tengah dan
metathorax/dada belakang serta terdapat 3 pasang kaki
yang beruas-ruas pada tiap somit dan sepasang sayap
pada dada tengah. Pada somit perut terdiri atas 3

bagian, yaitu dorsum/atas, pleura/samping dan


venter/bawah. Garis dorso-pleura terdapat di antara
dorsum dan pleura, sedangkan garis pleura-ventral di antara
pleura dan venter. Sayap pada dada tengah lebar dan
lebih panjang daripada dada serta membulat di bagian
ujung, yang merupakan pertumbuhan daerah tergum
dan pleura. Pada sayap tedapat berbagai cabang tabung
pernapasan (trakea). Tabung ini mengalami penebalan
sehingga dari luar tampak seperti jari-jari sayap. Oleh
karenanya tabung berfungsi ganda sebagai pembawa
oksigen dan penguat sayap. Semua bagian-bagian
tubuh dari D. melanogaster, Meigen dewasa ini juga
terdapat pada imago yang baru keluar dari pupa.
Perbedaanya hanya adanya penyempurnaan bentuk
dan fungsi organ dalam tubuh (Borror, Triplehorn and
Johnson, 1989 ; Bursell, 1970 ; Metcalf and Flint, 1973
; Sastrodihardjo, 1984 ; Yasin, 1989).
Kromosom (sebagai pembawa bahan keturunan)
pada D. melanogaster, Meigen berjumlah 8, yaitu 6
autosom (kromosom somatik) dan 2 gonosom
(kromosom seks). Pada kromosom ini terdapat ADN
(asam deoksiribonukleat) berpilin ganda atau double
helix (tergolong asam nukleat selain ARN), yang
susunan kimianya terdiri atas gula pentoda
(deoksiribosa), asam fosfat dan basa nitrogen. Basa
nitrogen dapat dibedakan atas 2 tipe dasar, yaitu :
pirimidin (yang terbagi atas sitosin/S dan timin/T) dan
purin (yang terbagi atas adenin/A dan guanin/G).
Komposisi basa nitrogen pada D. melanogaster, Meigen
adalah adenin = 30,7% ; guanin = 19,6% ; sitosin =
20,2% dan timin = 29,4% (Gardner, Simmons and
Snustad, 1991 ; Suryo, 1986).
Sebagian besar mutasi yang terjadi bersifat
merugikan organisme dan dijaga pada frekuensi rendah
dalam populasi oleh seleksi alam. Sementara organisme
mutan yang terbentuk karena mutasi biasanya tidak
mampu bersaing sama kuat dengan individu-individu
wild type karena terjadinya penurunan daya tahan hidup
dan/atau kapasitas reproduktif yang lebih rendah
daripada wild type. Diantara hasil mutasi oleh mutagen
adalah mutasi visible (yang terlihat), yang
mempengaruhi perangai morfologi dan mutasi letal.
Mutasi
letal
umumnya
disebabkan
oleh
ketidakmampuan gen untuk menghasilkan bentuk aktif
BAHAN DAN CARA
Obyek atau sampel penelitian yang digunakan
adalah larva D. melanogaster, Meigen yang
dikembangbiakkan dari D. melanogaster, Meigen wild
type strain Canton dengan jenis kelamin jantan dan
betina. Sedangkan sinar UV yang digunakan berasal
dari lampu UV dengan = 254 nm.
Media D. melanogaster, Meigen yang digunakan
adalah media pisang-agar, yaitu dengan mencampurkan
pisang ambon dan agar bubuk serta difermentasi
dengan ragi. Media ini dimasukkan dalam botol-botol
yang diberi sumbat gabus dan kemudia disterilkan
sebelum dipakai.
Jantan dan betina D. melanogaster, Meigen yang

protein yang tak dapat ditiadakan. Mutasi letal pada


diploid memiliki kemampuan membunuh oganisme
secara langsung atau menghalanginya dari berbiak
(kematian genetik). Mutasi letal atau steril dominan
pada organisme diploid tidak dapat dipertahankan
melalui satu generasi, tetapi tidak berlaku untuk letalletal resesif karena selalu bergabung dengan alel
dominan (dapat dipertahankan tanpa batas pada
kondisi heterozigot).
Radiasi mensuplai energi dalam bentuk yang
berbeda, yaitu panas, aktivasi atau eksitasi dan ionisasi.
Sinar UV merupakan radiasi non-ionisasi dengan
kemampuan daya tembus dalam sel yang lebih kecil
dibandingkan dengan gelombang elektromagnetik yang
lebih pendek, seperti sinar X. Walaupun begitu sinar
UV juga menghasilkan mutasi gen dan eberasi
kromosom, karena absorbsi yang besar oleh asam
nukleat. Seperti yang ditunjukkan oleh Noethling dan
Stubbe yang mengirradiasi serbuk sari Antirrhinum
ataupun oleh Stadler dan Uber pada serbuk sari
jagung, bahwa potensi spektum sinar UV sebagai
mutagn paralel dengan tingkat absorbsi panjang
gelombang tertentu dalam asam nukleat (Sinnot et. al.,
1958). Absorbsi yang bsar oleh asam nukleat
diantaranya pirimidin, menyebabkan terjadinya
pirimidin hidrat dan pirimidin dimer. Beberapa
peristiwa menunjukkan bahwa dimerisasi timin (studi
in vitro) mungkin merupakan akibat mutagenik sinar
UV. Adanya kerusakan pada dimerisasi timin akan
merangsang terjadinya proses perbaikan kerusakan
ADN (repair DNA systems), yang meliputi fotoreaktivasi
dan postreplikasi perbaikan rekombinasi..
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penyinaran dengan sinar UV (pada = 254
nm dan perbedaan lama penyinaran) pada larva D.
melanogaster, Meigen terhadap perkembangannya hingga
dewasa dan perubahannya (meliputi jumlah imago
yang hidup, jumlah mutan dan fertilitas saat dewasa).
Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan
jumlah imago yang hidup, jumlah mutan dan fertilitas
D. melanogaster, Meigen dewasa pada larva D. melanogaster,
Meigen yang disinari dengan sinar UV pada lama
penyinaran yang berbeda dan yang tidak disinari.

digunakan untuk menghasilkan obyek penelitian harus


virgin dan baru memasuki masa dewasa. Cara yang
digunakan yaitu dengan mengisolasi individu-individu
imago setiap satu jam sekali pada botol-botol yang
terpisah menurut jenis kelaminnya.
Obyek
penelitian
dipersiapkan
dengan
memasukkan 20 jantan dan 40 betina D. melanogaster,
Meigen virgin yang berusia sama (lebih dari 7 jam)
dalam beberapa botol yang telah diberi media setinggi
0,3 cm. Setelah telur menetas menjadi larva instar
pada hari ketiga maka D. melanogaster, Meigen jantan dan
betina dikeluarkan dan siap untuk diperlakukan.
Terdapat 5 perlakuan yang berbeda dalam

kelompok A E dengan masing-masing kelompok


perlakuan ini dilakukan 5 kali ulangan.
Kelompok A : kelompok kontrol, tidak disinari
dengan sinar UV
Kelompok B : setiap larva disinari dengan sinar
UV selama 10 menit
Kelompok C : setiap larva disinari dengan sinar
UV selama 20 menit
Kelompok D : setiap larva disinari dengan sinar
UV selama 30 menit
Kelompok E : setiap larva disinari dengan sinar
UV selama 40 menit
Setelah disinari dengan sinar UV maka botol sampel
akan ditambah dengan media sebelum ditutup kembali
dengan tutup gabus. Larva dibiarkan berkembang
hingga menjadi imago D. melanogaster, Meigen. Setiap
imago diisolasi dalam botol-botol tersendiri dan
dilakukan setiap 1 jam sekali
Imago yang hidup pada botol-botol isolasi
dihitung jumlahnya dan diamati dengan mikroskop
binokuler untuk mengamati kelainan sifat fenotipnya
HASIL

Jumlah imago yang hidup pada penyinaran


sinar UV dengan = 254 nm terhadap larva D.
melanogaster, Meigen menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan (terdapat beda nyata atau Ho ditolak
dengan nilai Fhitung > Ftabel pada p<0,05), dimana
datanya dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan nilai
Anava yang didapat adalah = Fhitung : 1885,312 > Ftabel :
2,87 pada p<0,05.
Sementara hasil uji BNJ (Tabel 2) sebagai
perbandingan antar kelompok-kelompok perlakuan

(deskripsinya sesuai dengan rumusan Strickberger,


1962 : sifat fenotip pada mutasi D. melanogaster, Meigen).
Setelah itu D. melanogaster, Meigen dewasa yang normal
akan dikawinkan sesamanya (yang perlakuan dan
ulangannya sama). Apabila perkawinan ini tidak
menghasilkan anak maka akan dikawinkan dengan
jantan atau betina D. melanogaster, Meigen wild type virgin
untuk mengetahui fertilitasnya.
Semua perlakuan dan pemeliharaan D.
melanogaster, Meigen dilakukan pada ruangan khusus
yang bersuhu 250C.
Data yang diperoleh berupa data diskrit (jumlah
imago yang hidup dan jumlah mutan) dan data rasio
(fertilitas atau sifat fertil D. melanogaster, Meigen dewasa),
sehingga akan ditransformasi dengan menggunakan
transformasi akar kuadrat. Kemudian akan dianalisa
dengan Analisis Varians (Anava) Satu Arah untuk
Desain Acak Sempurna dengan Model Tetap dan Uji
BNJ (Beda Nyata Jujur) jika Ho ditolak (ada beda
nyata).

(setiap 2 perlakuan) menunjukkan bahwa nilai selisih


rata-rata perlakuan akan linier dengan besar selisih
waktu perlakuan (menit). Hal ini menunjukkan
semakin lama penyinaran maka makin sedikit jumlah
imago yang hidup dari penyinaran dengan sinar UV
pada = 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen
.

Tabel 1.
Jumlah imago yang hidup pada penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen
Jumlah imago hidup (individu)
Perlakuan

Ulangan

I
II
III
IV
V

Kontrol
(Klp A)
121
120
121
117
115

10 menit
(Klp B)
67
62
66
64
62

20 menit
(Klp C)
53
56
53
54
56

30 menit
(Klp D)
39
41
40
39
41

40 menit
(Klp E)
24
26
24
25
23

Tabel 2.
Hasil uji BNJ pada jumlah imago yang hidup dari larva D. melanogaster, Meigen yang disinari dengan sinar UV pada =
254 nm.
Kombinasi perlakuan
(menit)
10 >< 20
20 >< 30
30 >< 40
10 >< 30
20 >< 40
K >< 10
10 >< 40
K >< 20
K >< 30
K >< 40

Selisih rata-rata
perlakuan
0,636
1,051
1,386
1,687
2,437
2,888
3,073
3,524
4,575
5,961

Nilai BNJ
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14
0,14

Jumlah mutan yang hidup pada penyinaran sinar


UV dengan = 254 nm terhadap telur D. melanogaster,
Meigen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(terdapat beda nyata dengan nilai Anava yang didapat
adalah = Fhitung : 403,287 > Ftabel : 2,87 pada p<0,05),
dimana datanya dapat dilihat pada Tabel 3. Sedang
untuk mutan-mutannya yang diidentifikasi dengan
rumusan Strickberger (1962) akan mempunyai fenotip
seperti yang tampak pada Tabel 6.
Sementara dari hasil uji BNJ (Tabel 4) sebagai
perbandingan antar kelompok perlakuan (setiap 2
kelompok perlakuan) menunjukkan hasil yang berbeda
dengan jumlah imago yang hidup pada penyinaran
dengan sinar UV pada = 254 nm tterhadap larva D.
melanogaster, Meigen. Walaupun terdapat beda nyata

Uji BNJ
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata

Selisih waktu perlakuan


(menit)
10
10
10
20
20
10
30
20
30
40

antar perlakuan tetapi ini hanya terjadi pada 3


kombinasi perlakuan, yaitu antara 30 menit dengan
kontrol, 10 menit dengan kontrol dan 30 menit dengan
10 menit. Sedangkan pada perbandingan antar
kelompok perlakuan yang lain didapatkan nilai yang
tidak signifikan (tidak beda nyata).
Sedangkan jumlah individu yang fertil (fertilitas
dari D. melanogaster, Meigen dewasa) pada penyinaran
dengan sinar UV pada = 254 nm terhadap larva D.
melanogaster, Meigen menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan (tidak ada beda nyata
dengan nilai Anava yang didapat adalah = Fhitung : 1,0 <
Ftabel : 2,87 pada p<0,05), dimana datanya dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 3.
Jumlah mutan pada penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen (mutan a =
abero/abr, g = Gull).
Jumlah mutan (individu)
Perlakuan
Ulangan
Kontrol
I
II
III
IV
V

0
0
0
0
0

10 menit
(Klp B)
Tipe
Jumlah
2a
2
0
0
2a
2
1a
1
2a
2

20 menit
(Klp C)
Tipe
Jumlah
2a
2
3a
3
3a
3
2a
2
0
0

30 menit
(Klp D)
Tipe
Jumlah
1a 2W
1
1a 1g
2
2a
2
0
0
2a
2

40 menit
(Klp E)
Tipe
Jumlah
0
0
1a
1
1a
1
0
0
1a
1

Tabel 4.
Hasil uji BNJ pada jumlah mutan D. melanogaster, Meigen dari larva D. melanogaster, Meigen yang disinari dengan sinar UV
pada = 254 nm
Kombinasi Perlakuan
(menit)
30 >< K
10 >< K
30 >< 10
20 >< 30
20 >< 10
20 >< 40
20 >< K
30 >< 40
10 >< 40
40 >< K

Selisih rata-rataperlakuan
1,049
1,049
1,259
0,21
0,21
0,0
0,659
0,449
0,449
0,6

Nilai BNJ
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7
0,7

Uji BNJ
beda nyata
beda nyata
beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata
tidak beda nyata

Selisih waktu
perlakuan (menit)
30
10
20

Tabel 5.
Sifat fertil dari D. melanogaster, Meigen dewasa pada penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm terhadap larva D.
melanogaster, Meigen.
Sifat fertil (individu)
Perlakuan

Ulangan

I
II
III
IV
V

Kontrol
(Klp A)

10 menit
(Klp B)

20 menit
(Klp C)

30 menit
(Klp D)

40 menit
(Klp E)

121
120
121
117
115

67
62
66
64
62

53
56
53
54
56

39
41
39*
39
41

24
26
24
25
23

* : terdapat satu ekor D. melanogaster, Meigen yang bersifat steril, yaitu mutan abero.

Tabel 6.
Kelainan fenotip akibat penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen dan
gambarnya.
Mutan

Fenotip

abero (abr)

pita-pitanya abdomen (a) dan tepi sayap (b) yang tidak teratur (irregular), dengan mata kasar, bulu
jarang, fertilitas dan viabilitas rendah. Sedangkan gambarnya adalah :

Gull (G)

sayap menyimpang keluar dari sisi-sisi tubuh pada sudut 450 sampai 900 dan membengkok ke
bawah. Bulu-bulu kepala vertical dan thorasik umumnya terduplikasi. Homozigot letal. Barangkali
defisiensi atau merupakan suatu alel pada fat.

PEMBAHASAN
Adanya penurunan jumlah imago yang hidup
akibat penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm
terhadap larva D. melanogaster, Meigen yang linier dengan
lama penyinaran diasumsikan sebagai adanya mutasi
letal karena kerusakan ADN yang bertambah banyak
seiring dengan lamanya penyinaran. Hal ini juga
berlaku pada jumlah mutan D. melanogaster, Meigen,
walapun pada uji antar kelompok-kelompok perlakuan
hanya ada 3 kombinasi antara 2 perlakuan yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signikans. Dari 3
kombinasi perlakuan tersebut mempunyai selisih
waktu perlakuan 10 menit, 20 menit dan 30 menit,
tetapi hal ini tidak terlihat pada lama penyinaran 40
menit. Hal ini mungkin disebabkan oleh lama
penyinaran yang lama sehingga adanya kesalahan pada
proses perbaikan ADN yang dilakukan sangat sedikit.
Mutasi dapat terjadi walaupun sudah terdapat
proses perbaikan pada kerusakan ADN karena
bertambahnya frekuensi basa-basa yang tidak
berpasangan, yang lolos dari proses perbaikan yang
mengakibatkan perubahan pita asli dari ADN (Schleif,
1985). Selain itu Watson et. al. (1987), Elseth dan
Baumgadner (1984) dan Bainbridge (1987)
menyebutkan bahwa yang paling bertanggung jawab
pada keadaan ini adalah proses perbaikan ADN
SOS, karena prosesnya yang dapat menyebabkan
mutasi akibat induksi UV ketika menyampaikan basa
ADN yang salah.
Sementara mutan-mutan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa perubahan fenotip yang terjadi
terkait dengan lapisan embrional ektoderm yang
terkena langsung sinar UV yang menembus lapisan
permukaan larva D. melanogaster, Meigen. Hal ini
disebabkan adanya pembentukan pirimidin hidrat dan
timin dimer pada absorbsi sinar UV pada = 254 nm
oleh asam nukleat. Timin dimer dan pirimidin hidrat
KESIMPULAN
3. Penyinaran dengan sinar UV pada = 254 nm
terhadap larva D. melanogaster, Meigen menyebabkan
adanya perbedaan nyata (efek yang signifikans)
pada jumlah imago yang hidup dan jumlah mutan
D. melanogaster, Meigen, tetapi tidak menunjukkan
adanya efek yang signifikans pada pengamatan
fertilitas pada D. melanogaster, Meigen dewasa.
4. Semakin lama penyinaran dengan sinar UV pada
= 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen
menunjukkan semakin sedikit jumlah imago yang
hidup. Sedangkan pada jumlah mutannya hanya ada
3 kombinasi perlakuan, yaitu antara 10 menit
dengan kontrol (selisih waktu 10 menit), 30 menit
dengan 10 menit (selisih waktu 20 menit) dan 30
menit dengan kontrol (selisih waktu 30 menit) yang
menunjukkan adanya nilai yang signifikans (beda
nyata). Sementara yang selisih waktu 40 menit tidak
menunjukkan adanya perbedaan nyata.

menyebabkan mutasi tidak langsung dalam dua cara,


yaitu :
1. mengacaukan double helix ADN dan
mencampuri keakuratan replikasi ADN,
2. mengadakan perbaikan ADN (DNA repair systems)
yang telah rusak yang bahkan akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah gen
esensial, tempat sisi mutasi letal terjadi.
Keadaan tersebut merupakan kegagalan dan
kesalah fungsi ADN (Garder, Simmons and Snustad,
1991 ; Shull, 1948 ; Sinnot et. al. 1958).
Sifat mutan yang terjadi pada abero dan Gull
adalah kelainan pada sayap, pita-pita abdomen dan
bulu-bulu thorasik. Hal ini menunjukkan bahwa
lapisan yang terkena adalah lapisan ektoderm. Sinar
UV tidak dapat menembus lapisan mesoderm karena
sifat steril sebagai akibat dari penyinaran UV tidak
terjadi. Lapisan mesoderm akan berkembang menjadi
kelenjar-kelenjar kelamin pada proses differensiasi dan
spesialisasi.
Walapun begitu ada D. melanogaster, Meigen mutan
yang bersifat steril, yaitu abero. Hal ini disebabkan
karena adanya pita-pita abdomen dengan kerusakan
yang sangat parah sehingga lubang vaginal pada betina
atau arkus genital pada jantan tidak teratur dan sulit
untuk mengadakan perkawinan.
Mutasi yang terjadi pada penyinaran dengan sinar
UV terhadap larva D. melanogaster, Meigen menghasilkan
mutan abero lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh
besarnya daerah permukaan pada lapisan sel yang
membentuk abdomen yang disinari oleh siner UV,
sehingga sinar UV yang diserap lebih banyak.
Akibatnya kemungkinan untuk mengalami kerusakan
lebih besar dan lebih mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Bainbridge, BW., 1987. Genetics of Microbes, edisi
2, Chapman : Hall dan Methuen Inc., hal.
168-180.

Strickberger, MW., 1962. Experiments in Genetics


with Drosophila, John Wiley and Sons Inc.,
New York, hal. 4-18.

Borror, DJ., ; Triplehorn, CA. and Johnson,


NF., 1982. Pengenalan Pelajaran Serangga,
edisi 6, Gadjah Mada University Press.,
Yogyakarta, hal. 79-91 dan 617-710.

Suryo, 1986. Genetika Manusia, Gadjah Mada


University Press., Yogyakarta.

Bursell, E., 1970. An Introduction to Insect


Physiology, Academic Press Inc. Ltd.,
London, hal. 185-189 dan 203.
Elseth, GD., dan Baumgardner, KD., 1991.
Principles of Genetics, edisi 7, John Wiley and
Sons Inc., USA, hal. 292-297.
Gardner, EJ. And Snustad, DP., 1984. Principles
of Genetics, 7th edition, John Wiley and
Sons Inc., USA, hal. 292-297.
Herskowitz, IH., 1965. Genetics, 2nd edition, Little
Brown Company, Boston and Toronto
(USA), hal. 23-25.
Metcalf, CL and Flint, WP., 1973. Destructive and
Useful Insect : Their Habits and Control, 4th
edition, Tata McGraw-Hill Publishing
Company Ltd., New Delhi, hal. 193-199
dan 293-309.
Sastrodihardjo, 1984. Pengantar Entomologi
Terapan, Penerbit Sinar Wijaya, hal. 36 dan
19-21.
Schleif, R., 1985. Genetics and Molecular Biology,
The Benjamin/Cummings Publishing
Company Inc., hal. 192.
Shull, AF., 1948. Heredity, 4th edition, McGrawHill Book Company Ltd., New York
(USA), hal. 153 dan 183.
Sinnot, et. al., 1958. Principles of Genetics, 5th
edition, McGraw-Hill Book Company
Inc., hal. 169 dan 237-239.

Walter, HE., 1938. Genetics. 4th edition, The


MacMillan Company, New York.
Watson, JD. ; Hopkins, NH. ; Roberts, JW. ;
Steitz, JA. dan Weiner, AM., 1987.
Molecular Biology of the Genes, The
Benjamin/Cummings
Publishing
Company Inc., hal. 354.
Yasin, M., 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata
dan Vertebrata) untuk Universitas, Penerbit
Sinar Wijaya, hal 161-165 dan 187-189.

Anda mungkin juga menyukai