Inhalasi Steroid Pada Penatalaksanaan Asma Anak
Inhalasi Steroid Pada Penatalaksanaan Asma Anak
ABSTRAK
Proses inflamasi merupakan dasar patogenesa asma yang utama, sehingga steroid
direkomendasikan untuk diberikan sedini mungkin pada asma persisten sebagai obat
pengendali (controller). Obat pengendali asma ditujukan untuk pencegahan, untuk
mencegah terjadinya akibat inflamasi kronik. Dengan demikian pemakaian obat ini
dalam waktu yang relatif lama, tergantung derajat penyakit asma dan respon terhadap
pengobatan..
Preparat steroid inhalasi mempunyai keuntungan dapat memberikan efek topikal yang
maksimal pada saluran pernapasan dengan efek samping sistemik yang minimal.
Beberapa preparat steroid inhalasi yang pernah dikenal antara lain: Flunisolid,
Triamsinolon Asetonid, Beklometason dipropionat, Budesonid dan Flutikason propionat.
Flutikason propionat merupakan steroid inhalasi yang memiliki afinitas yang tinggi
terhadap reseptor steroid. Oleh karena hanya sebagian kecil saja yang diabsorpsi di
lambung dan mengalami metabolisme sempurna di hepar, maka diharapkan efek sistemik
yang timbul juga sangat minimal.
ABSTRACT
Inflammation process is the major componen of asthmatic pathogenesa, therefore
steroid is highly recommended to be given for persistent asthma in early age as an
asthmatic controller. Asthma controller in preventing chronic inflammation may
be used in long term administration depending on the degree and response to the
treatment.
Steroid inhalation is effectively used with topical effect in respiratoric tract and it
only give minimal systemic effect. Steroid inhalation known such as Flunisolid,
Triamsinolon Asetonid, Beklometason dipropionat, Budesonid and Flutikason
propionat.
Flutikason propionat is one of steroid inhalation with high affinity to the steroid
receptor, which only small amount of it being absorbed in gaster and mostly
metabolized in the liver, therefore systemic effect can be minimized.
a.
PENDAHULUAN
Kortikosteroid atau steroid merupakan obat yang sangat efektif untuk terapi
gangguan pernafasan sebagai anti inflamasi. Pada awalnya steroid inhalasi
dirancang sebagai preparat alternatif untuk menghindari efek sistemik yang terjadi
pada pemberian steroid oral dan parenteral.
(1,2)
proses inflamasi merupakan dasar patogenesa asma yang utama , maka steroid
inhalasi direkomendasikan untuk diberikan sedini mungkin pada asma persisten
untuk mencegah terjadinya airway remodelling. (3, 4)
Preparat steroid inhalasi dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki efek anti
inflamasi topikal yang maksimal dan efek sistemik seminimal mungkin. Termasuk
dalam golongan obat inhalasi steroid antara lain Beclometasone Dipropionate
(BDP), Budesonide (BUD), Triamcinolone Acetonite (TA), Flunisonide, Fluticasone
Dipropionate (FDP). (2,5)
b.
DEFINISI ASMA
Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2002, batasan asma
menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanismenya. Asma didefinisikan
sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini
menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, biasanya bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan. (6)
Batasan diatas memang sangat lengkap namun tidak praktis. Konsensus
Nasional tahun 2000 menggunakan batasan bahwa asma adalah mengi bertulang dan
/ atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut ; timbul secara episodik,
cenderung malam / dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktifitas fisik, serta
adanya riwayat asma atau atopi pada pasien / keluarganya.(7)
III.
PATOGENESIS ASMA
Ada dua faktor utama berperan dalam timbulnya serangan asma. Pertama
faktor genetik dan yang kedua faktor lingkungan. Faktor lingkungan termasuk:
alergen, polusi (indoor polutants maupun outdoor polutans) dan infeksi (virus,
bakteri). Interaksi kedua faktor tersebut akan mengakibatkan proses inflamasi,
PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan tatalaksana asma secara umum adalah untuk menjamin tercapainya
proses tumbuh kembang secara optimal. (7) Penatalaksanaan asma secara global yang
dianjurkan oleh WHO,(6) meliputi pencegahan dan kontrol lingkungan hidup, terapi
farmakologi, pemakaian tes obyektif faal paru untuk menilai dan monitor perjalanan
asma, edukasi asma pada penderita.
Pengobatan asma didasarkan keadaan penderita asma, artinya saat eksaserbasi
atau saat di luar serangan. Pada saat serangan, asma dapat digolongkan dalam
keadaan asma ringan, asma sedang dan asma berat. Diluar serangan pembagian
asma menjadi 3 yaitu asma episodik jarang, asma episodik sering, asma persisten
(asma berat dan asma sangat berat).(6) Pembagian derajat penyakit asma pada anak
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 :Pembagian derajat penyakit asma pada anak. (6)
Parameter klinis,
kebutuhan obat, dan
faal paru
1. Frekuensi serangan
2. Lama serangan
Asma episodik
jarang
(Asma ringan)
<1x / bulan
< 1 minggu
3. Intensitas serangan
4. Di antara serangan
Biasanya ringan
Tanpa gejala
Biasanya sedang
Sering ada gejala
Tidak terganggu
Normal (tidak
ditemukan kelainan)
Tidak perlu
Sering terganggu
Mungkin terganggu
(ditemukan kelainan)
Perlu, non steroid
PEF/FEV1 >80%
PEF/FEV1 60-80%
Variabilitas >15%
Variabilitas >30%
Obat asma dapat dibagi 2 kelompok besar, yaitu obat pereda (Reliever) dan
obat pengendali (Controller). Obat pereda digunakan pada saat eksasertasi atau
saat gejala asma sedang timbul dan apabila serangan sudah teratasi maka obat ini
dihentikan. Termasuk obat pereda asma adalah: inhalasi agonis 2 aksi cepat
(terbutalin, salbutamal, orsiprenalin, fenoterol), steroid sistemik (prednison,
prednisolon, metil prednisolon), inhalasi anti kolinergik (ipratropium bromid,
oksitropium bromid), xantinergik aksi cepat (teofilin), agonis 2 aksi cepat oral
(terbutalin, salbutamol, orsiprenalin, heksoprenalin, trimetokuinol). Obat pengendali
asma digunakan untuk pencegahan, untuk mengatasi masalah inflamasi kronik
saluran nafas. Dengan demikian pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka
waktu relatif lama, tergantung derajat penyakit asma dan respon terhadap
pengobatan. Termasuk obat ini adalah : inhalasi anti inflamasi non steroid
(kromoglikat,
nedokromil),
inhalasi
steroid
(beklometason,
budesonid,
triamsionolon, flunisonid dan flutikason dipropionat), inhalasi atau oral agonis beta
menunjukkan efek samping jangka panjang. Pada anak, dosis yang masih dianggap
aman adalah 400 ug /hari.(2,6,7) Steroid inhalasi sebaiknya diberikan lebih dari 6
minggu walaupun efek klinisnya sudah terlihat, karena apabila langsung dihentikan
maka hiperreaktivitas bronkus akan timbul seperti keadaan sebelum terapi dalam
kurun waktu seminggu sesudah obat dihentikan.
tampak bahwa apabila tatalaksana suatu derajat asma sudah adekuat namun belum
menunjukkan respon dalam 6 - 8 minggu, maka derajatnya berpindah ke derajat
yang lebih berat dan sebaliknya. Jika dengan steroid inhalasi dosis 400 600 ug/hari
asma belum terkendali, perlu dipertimbangkan pemberian beta agonis kerja lambat,
beta agonis lepas terkendali,teofilin lepas lambat atau antileukotrin. Jika asma masih
belum terkendali juga, mungkin perlu diberi steroid oral. (7)
v.
TERAPI INHALASI
Pemberian obat inhalasi pada anak harus disesuaikan dengan umur. Lebih dari
50% anak dengan asma tidak dapat memakai alat hirupan biasa (metered dose
inhaler).Tabel berikut memperlihatkan anjuran pemakaian alat inhalasi disesuaikan
dengan usianya.
Alat Inhalasi
< 2 tahun
2 - 4 tahun
5 - 8 tahun
Nebuliser,
MDI dengan spacer
Alat hirupan bubuk (Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler,
Turbuhaler)
> 8 tahun
Nebuliser,
MDI
Alat hirupan bubuk (DPI)
Autohaler
Alat inhalasi akan berfungsi baik apabila obat yang dikeluarkan cukup, droplet
yang disalurkan berukuran kecil dan waktu nebulasi pendek. Droplet berukuran
lebih besar dari 5 um akan dideposit di orofaring, ukuran kurang dari 5 um akan
sampai pada saluran napas kecil dan alveoli. (5,10)
vi.
STEROID INHALASI
VI.1.
(9, 11)
menambahkan fluoro 6 alfa, metil 6 alfa atau fluoro 9 alfa akan diperoleh efek
antiinflamasi yang lebih tinggi, namun ternyata efek mineralokortikoidnya juga
meningkat. Selanjutnya ditemukan bahwa dengan esterifikasi pada gugus 16 alfa,
17 alfa atau 21 alfa, akan diperoleh efek antiinflamasi yang tinggi dan efek
sistemik yang rendah, misalnya pada betametason 17-valerat, triamsinolon 16,17
asetonid, beklometason 17,21 dipropionat. (2,11,12)
% Dose Deposited
in the Lungs
Lung/Systemic
Bioavailability
Ratio
5.5
56.1
15
30
12
7.7
5.3
0.6
0.66
0.85
0.95
0.27
0.92
dan
Budesonide
Flunisolide
Fluticasone
Triamicinolone
Dipropionate
600
980
330
Propionate
1,200
Acetonide
390
blanching test
Receptor binding
0.4
9.4
1.8
18.0
3.6
affinity
Receptor binding
Not known
5.1
3.5
10.5
3.9
MacKenzie
skin
half-life (hours)
Penggunaan preparat steroid inhalasi yang diinaktivasi sempurna di hepar,
misalnya flutikason dan mometason, akan mengurangi efek supresi terhadap
pertumbuhan. Suatu penelitian yang membandingkan pemberian flutikason 100
ug dan placebo membuktikan adanye efek supresi pertumbuhan, tetapi sangat
minimal dan hanya seperempat kali efek beklometason (Allen 2002). (16)
Budesonid juga mengalami inaktivasi sempurna di hepar. Efek sistemik baru
10
muncul bila menggunakan flutikason atau budesonid diatas dosis 400 ug perhari.
(13)
Recommended
adult daily dose
Recommended
pediatric daily
dose
Beclomethasone
Dipropionate
Beclovent (Glaxo
welcome) Vanceril
and Vanceril DS
(Schering Plough)
MDI, 42g/puff
ex-actuator
(84g/puff for the
double-strength
product)
252-840g ,
2 puffs tid-10
puffs bid (half th
enumber of puffs
for the doublestrength product)
Age 6-12,
132-420g
1 puffs tid-5 puffs
bid
Budesonide
Flunisolide
Fluticasone
Propionate
Flovent
(Glaxo
welcome)
Fluticasone
Propionate
Flovent
Rotadisk
(Glaxo
welcome)
DPI 50, 100,
or 250
g/dose
Triamcinolone
Acetonide
Azmacort
(Rhone-Paulenc
Rorer)
Pulmicort
Turbuhaler
(Astra
Zeneca)
DPI
200g/dose
Aerobid and
Aerobid-M
(Forest)
MDI
250g/puff
ex-actuator
MDI 44,10,
or 220
g/puff exactuator
400-1,600g
1 dose bid-4
doses bid
(stable
patient can
be
maintained
in 1 dose of
200 g/d
Age 6-12,
400-800g 1
dose bid-2
doses bid
(stable
patient can
be
maintained
on 1 dose of
200g/d)
1,0002,000g,
2 puffs bid-4
puffs bid
176-1,760g
2 puffs bid
(44)-4 puffs
bid (220)
200-2,000g
2 doses bid
(50)-4 doses
bid (250)
600-1,6000g,
2 puffs tid-8
puffs bid
Age 6-15
1,000 g
2 puffs bid
Not
approved for
this age
group
Age 4-11,
100-200 g
1 dose bid
(50)-2 doses
bid (50)
Age 6-12,
300-1,200 g
1 puff tid-6 puffs
bid
Low dose
Medium dose
11
High dose
Beclomethasone
dipropionate
Budesonide
Flunisolide
Fluticasone
Triamcinolone
acetonide
Children
Drug
Beclomethasone
dipropionate
Budesonide
Flunisolide
Fluticasone
Triamcinolone
acetonide
200-500 g
500-1,000 g
>1,000 g
200-400 g
500-1,000 g
100-250 g
400-1,000 g
400-800 g
1,000-2,000 g
250-500 g
1,000-2,000 g
>800 g
>2,000 g
>500 g
>2,000 g
Low dose
100-400 g
Medium dose
400-800 g
High dose
>800 g
100-200 g
500-750 g
100-200 g
400-800 g
200-400 g
1,000-2,250 g
200-500 g
800-1,200 g
>400 g
>1,250 g
>500 g
>1,200 g
(1,11,15)
tertinggi adalah Budesonid, namun suatu preparat baru BDP yang diformulasikan
tanpa propelan chlorofluorocarbon (CFC) atau dikenal dengan BDP dengan
propelan hydrofluoroalkene (HFA) terdeposisi 55-60% di jaringan paru. (15)
12
FP dosis 200
ug/hari dibandingkan dengan BUD dosis 400 ug/hari melalui MDI dengan
spacer. Ada 397 anak berusia 4 19 tahun dengan asma ringan dan asma
sedang yang mengikuti penelitian selama 6 minggu.Hasil penelitian menujukkan
bahwa FP 200 ug/hari secara bermakna lebih efektif apabila dibandingkan
dengan BUD 400 ug/hari. Pada kelompok dengan FP ternyata lebih sedikit yang
terkena serangan asma akut selama penelitian berlangsung. (17) Hasil yang serupa
juga didapatkan pada penelitian oleh Hoekx dkk 1996 (18) dan Ferguson dkk(19).
Hoekx dkk melakukan penelitian terhadap 229 anak berusia 4 13 tahun dengan
asma ringan dan sedang. Penelitian dilaksanakanselama 8 minggu, 110 anak
mendapat BUD dosis 400 ug/ hari melalui turbuhaler dan 119 anak mendapat FP
dosis 400 ug/ hari melalui diskhaler (18). Ferguson dkk melakukan penelitian
terhadap 303 anak berusia 4 12 tahun dengan asma sedang dan asma berat.
Dosis steroid yang dipakai lebih tinggi yaitu 800 ug/ hari pada kelompok BUD
dan 400 ug/ hari pada FP. (19)
13
Efek samping lokal pemberian steroid inhalasi yang pernah dilaporkan adalah
disfonia dan kandidiasis oral. Disfonia diduga terjadi karena miopati pada otot
laring, namun efek samping ini bersifat reversibel. Kandidiasis oral dapat dicegah
dengan cara berkumur atau cuci mulut setelah pemakaian steroid inhalasi. (13,16,17)
Beberapa efek samping sistemik akibat steroid inhalasi yang pernah dilaporkan
adalah efek pengurangan masa tulang, hambatan pertumbuhan melalui penekanan
aksis Hypothalamic-pituitary-adrenal(HPA) dan katarak. Masih terjadi
kontroversi tentang hambatan pertumbuhan akibat steroid inhalasi, mengingat
asma sendiri juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
Ada bukti
bahwa efek supresi pertumbuhan pada masa anak akibat pemberian steroid tidak
bersifat permanen.(2,6,17,18)
DAFTAR PUSTAKA
1. Spahn JD, Covar RA, Gleason MC, Tinkelman DG, Szefler SJ. Pharmacologic
management of asthma in infants and small children. In: Naspitz CK, Szefler
SJ, Tinkelman DG, Warner JO. Eds.Textbook of Pediatric Asthma,1 st ed,Lon
don :Martin Dunitz Ltd,2001, 121-47.
2. Toogood JH, Jennings BH, Baskerville JC, Lefcoe NM. Aerosol Corticosteroid
In : Weiss EB, Stein M. Eds. Bronchial Asthma, 3 rd ed, Boston, Little Brown
and Co, 1993,818-41.
3. Kabat.Konsep baru imunopatogenese asma bronkhiale dan penatalaksanaannya.
Perkembangan Alergi di tahun 2000. Surabaya, 2000.
4. Boediman HI. Peranan inflamasi pada asma dan implikasinya pada pengobat
an. Simposium respirologi anak masa kini. Bandung, 1998,0 1-9.
5. Winariani K. Terapi inhalasi. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V, Sura
Baya, 2002, 126-32.
6. National Heart, Lung and Blood Institute, World Health Organization. Global
Initiative For Asthma : Global Strategy for asthma management and preventi
on. Maryland, 2002.
7. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi. Konsensus Nasional Penanganan Asma
pada Anak, Jakarta, 2000.
8. Fraenkel DJ, Holgate ST. Etiology of Asthma: Pathology and mediators. In:
Bierman CW,Pearlman DS, Shapiro GG, Busse WW. Eds. Allergy, Asthma and
Immunology From Infancy to Adulthood, 3rd ed, Philadelphia, WB Saunders
Co,1996,443-68.
9. Kabat.Penatalaksanaan Asma Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan V, Surabaya, 2002, 99-109.
10. Muer MF. The rational use of nebulizer in clinical practice. Eur Respir Rev
1997; 44: 189-97.
11. Price JF. Corticosteroid and other antiinflammatory agent in the treatment of
Children. Eur Respir Rev 1994; 17: 27-32.
12. Johnson M. Development of fluticasone propionate and comparison with other
14
15
3x
Persistent Asthma
(severe asthma)
>3x
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
16
(+)