Chapter II 8
Chapter II 8
2. 1
saraf ini. Persarafan mandibula terdiri dari saraf sensorik yang paling banyak dijumpai dan
motorik. Saraf motorik terdiri dari saraf pterigoid eksterna, maseter dan temporalis.3
Nervus trigeminus muncul dipertengahan bagian lateral pons sebagai akar sensoris dan
akar motorik.
1. Somato sensoris umum
a. Eksteroseptif
Neuron sensoris pertama terdapat didalam
rangsang dari kulit dan selaput lender muka. Akson-aksonnya masuk sebagai akar sensorik ke
nukleus sensibilis pontis N. V dan ke nucleus spinalis N. V. Dari kedua nukleus ini, impuls
kemudian diteruskan ke thalamus.
Cabang pertama dan cabang kedua akar sensoris, yaitu N. Optalmikus dan N. maksilaris,
juga melalui dinding lateralis sinus kavernosus.
b. Proprioseptif
Nukleus sensoris pertama terletak dalam nukleus mesensepalon nervus trigeminus.
Menerima rangsang melalui cabang-cabang N. V dan juga dari N. III, IV, VI, dan VII. Serabutserabut eferen dari nucleus mesensepalikus berhubungan dengan cerebellum dan juga dengan
nukleus motorik N. V untuk refleks mengunyah.
2. Brakio motoris
Nukleus mastikatorius atau nukleus motoris N. V terdapat dibagian rostral pons, medial
terhadap nukleus sensibilia pontis N. V. Aksonnya muncul dipermukaan pons sebagai akar
motorik dan kemudian bersama N. mandibularis melalui foramen ovale di basis kranii menuju ke
otot-otot pengunyah. 4
Bersama dengan saraf motorik, saraf sensorik bukal bercabang untuk menginervasi kulit
dan membran mukosa pipi, mukosa dan gingiva pada daerah bukal molar dan mukosa pada
daerah trigonum retromolar. Saraf bukal yang panjang melintasi ramus anterior kira-kira pada
level dataran oklusal gigi molar. Sampai pada level tersebut saraf ini kemudian menurun ke arah
anterior dan lateral di antara otot-otot pterigoid eksternal dan bergerak di bawah tepi anterior otot
maseter menyilang ke posisi lateral ke tepi anterior ramus, syaraf ini menjadi aksesibel untuk
blok intra oral.
Persarafan mandibula, memiliki kelompok percabangan yang mensarafi divisi posterior
yaitu saraf aurikulotemporal dan saraf lingual. Saraf aurikulotemporal adalah saraf sensorik dan
memiliki ujung cabang yang menginervasi kelenjar parotis, sendi temporomandibula, bagian
anterior telinga, meatus auditorius eksternus, membran timpani dan kulit kepala pada daerah
temporal.
Teknik blok intraoral tidak dapat menganestesi saraf ini dan hanya dapat dicapai dengan
blok ekstraoral. Sebaliknya, cabang saraf lingual pada umumnya dianestesi dengan jalur
intraoral. Saraf lingual berjalan ke bawah medial menuju otot pterigoid eksternal dan lateral
menuju otot pterigoid internal tetapi diantara kduanya dan ramus mandibula ada suatu daerah
yang dinamakan ruang pterigomandibular. Hal ini berarti daerah tersebut paling aksesibel untuk
blok anestesi lokal. Dari ruang pterigomandibular, saraf bergerak lebih dalam ke posisi di
samping dasar lidah (di bawah dan belakang molar ketiga), dimana saraf melintas di anterior dan
medial. Distribusinya adalah sensorik pada 2/3 anterior lidah, mukosa dasar mulut serta mukosa
dan gingiva permukaan lingual mandibula.
Selanjutnya saraf mandibula bergerak dalam arah menurun, mencapai ruang
pterigomandibular dimana saraf ini terletak di antara ligamen spenomandibular dan permukaan
medial ramus. Pada titik ini, saraf memasuki foramen mandibula ke kanalis mandibula, dan saraf
ini menjadi nervus alveolaris inferior. Sebelum memasuki saluran ini, saraf melepaskan cabang
motorik yang menginervasi otot milohioid.3
Saraf mandibula merupakan cabang terbesar dari N. trigeminal, saraf ini berjalan dari
kepala keluar melalui foramen ovale dan menginervasi regio mandibula, faring, 2/3 anterior lidah
dan regio posterior aurikula. Nervus mandibularis terbagi atas cabang yang kecil anterior dan
cabang yang besar posterior. Cabang anterior adalah saraf motoris utama. Kedalamnya hampir
seluruh bagian yang asli yaitu N. maseterikus, N. temporalis profundi, dan N. pterigoideus
eksternus, yang mengandung hanya beberapa serabut yang tidak motoris, yaitu saraf sensori
sejati N. bukinatorius.2, 5
b.
N. Temporalis profundi, biasanya 3 buah yaitu posterior, intermedius dan anterior yang
kadang-kadang timbul bersama dengan N. maseterikus. Nervus ini mula-mula berjalan
horizontal lateral seperti N. masentrikus dan kemudian membelok vertikal keatas dan
akhirnya terpencar beranastomose dengan yang lain dalam m. temporalis.
c.
N. Bukinatorius berjalan kebawah, ke depan dan ke lateral. Nervus ini berada diantara kedua
kepala M. pterigoideus atau diantara kedua mm. pterigoideus tiba diatas permukaan lateral
m. bukinator dan disana ia beranastomose dengan cabang bukalis N. fasialis. nervus ini
memberikan cabang-cabangnya melalui m. bukinator kepada membrana mukosa daripada
pipi, kekulit sudut mulut dan kulit yang menutupi m. bukinator. ini adalah saraf sensoris
yang asli.
2.
N. Lingualis, berjalan pada sisi medial dari M. pterigoideus eksternus dan arteri maksilaris
interna, kemudian diantara M. pterigoideus internus dan ramus mandibularis, sedikit
membelok, ke bawah dan ke depan melalui bagian bawah M. miloparingeus dan di bawah
membrana mukosa dasar mulut, berjalan ke depan diatas M. milohioideus dan kelenjar
submaksilaris, mengelilingi duktus submaksilaris (Wartoni) sebelah lateral dan kebawah,
kemudian berpencar menjadi cabang-cabang terminalnya. Diatas M. Pterigoideus bergabung
dengan khorda timpani yang menghampiri nervus ini dengan membuat sudut yang tajam dari
belakang dan atas. Nervus lingualis merupakan serabut-serabut sensoris yang asli dan
serabut-serabut perasa dari 2/3 anterior lidah dan juga menginervasi bagian lingual
mandibula.
3.
b.
Rami dentalis inferior dan rami ginggivalis inferior, yang berjalan didalam kanalis
mandibula dan masuk ke tiap-tiap akar gigi yang akhirnya ke alveolus dan masuk ke
gingiva, mereka membentuk pleksus diatas N. mandibularis.
c.
N. mentalis, adalah cabang yang terbesar meninggalkan kanalis mandibula melalui foramen
mentalis, ditutupi M. triangularis. Nervus ini membelah menjadi rami mentalis, yang
menerobos otot-otot tersebut pergi kekulit dagu dan rami labialis inferior yang berjalan
kebagian atas untuk kulit dan membrana mukosa bibir bawah.2
Panjang akson bervariasi, mulai dari yang kurang dari 1mm pada neuron-neuron yang
hanya berhubungan dengan sel-sel tetangganya sampai lebih dari 1m pada neuron-neuron yang
berhubungan dengan bagian-bagian sistem saraf yang jauh atau dengan organ perifer. 6
2.3 Proses penghantaran impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan
sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
2. 3. 1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut
saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada
indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan
potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung
pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh
impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk
dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam
sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan
impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka
impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah
impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. 3. 2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis.
Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan
sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran
ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls
sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis.
Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter
adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke postsinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh
tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat
di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor
yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan
impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan
diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran prasinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot.
Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.7
Gambar
4.
Daerah anestesi
yang
dilumpuhkan<http://www.scribd.com/doc/6
616415/14-Techniques-of-MandibularAnesthesia>(20 Agustus 2009)
2.5.Komplikasi
Beberapa komplikasi dari anestesi blok pada mandibula adalah:
1. Cedera saraf
a. Sakit selama dan setelah penyuntikan
Tidak diragukan lagi bahwa ada beberapa pasien yang takut terhadap suntikan. Walaupun
pada beberapa kasus ketakutan ini hanya merupakan salah satu aspek dari sikap hidup pasien
umumnya dan terhadap perawatan gigi khususnya, sungguh disayangkan bahwa pada beberapa
kasus lainnya ketakutan disebabkan karena pengalaman suntikan yang sakit di masa lalu. Dokter
gigi berkewajiban untuk memastikan bahwa metode pengontrolan rasa sakit yang digunakannya
benar-benar tidak menimbulkan rasa kurang enak dan bahwa metode tersebut dapat digunakan
senyaman mungkin.
Tajamnya jarum merupakan faktor penting dan karena itulah, perlu dipastikan bahwa
dokter gigi hanya menggunakan jarum disposibel berkualitas tinggi yang dipasarkan oleh
industri farmasi yang sudah ternama. Bila jaringan tegang dan ujung yang tajam dari jarum
diinsersikan tegak lurus terhadap mukosa, penetrasi dapat terjadi segera. Tindakan lain yang
dapat memperkecil rasa tidak enak yaitu menghangatkan larutan dan menyuntikannya perlahanlahan.
Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan yang sudah
terkontaminasi. Penggunaan catridge yang tepat akan dapat menghilangkan kemungkinan ini.
Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan pasien mengalami sakit
neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf tersebut. Simtom ini merupakan
indikator bahwa jarum sudah menembus selubung saraf dan harus segera ditarik keluar. Bila
dokter gigi tetap bersikeras untuk mendepositkan larutan anestesi pada situasi seperti ini, akan
terjadi gangguan sensasi labial yang berlangsung cukup lama. Digunakannya tekanan yang
cukup besar untuk mendepositkan larutan pada jaringan resisten juga akan menimbulkan rasa
sakit, dan karena itu harus dihindari sebisa mungkin.25
b. Parestesi
Parestesia didefenisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari
kulit tanpa adanya stimulus yang jelas. Parestesi dapat disebabkan oleh trauma, tumor, penyakit
jaringan kolagen, infeksi dan penyakit-penyakit idiopatik. 12, 13
2. Sinkope (kolaps)
Sinkope atau kolaps merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dari penggunaan
anestesi lokal di kedokteran gigi. Kolaps merupakan bentuk dari syok neurogenik yang
disebabkan oleh iskeminya jaringan serebral sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer
disertai penurunan tekanan darah.14
3. Efek toksik
Pada umumnya semakin potensialnya suatu anestetikum semakin besar pula memberikan
efek toksik. Dosis toksik bagi kebanyakan anestetikum yang digunakan dalam bedah mulut yaitu
berkisar 300-500mg.
15
4. Trismus
Trismus merupakan hal biasa terjadi pada pasie, dan pasien merasa sulit untuk membuka
mulutnya setelah pemberian anestesi blok mandibula. Trismus biasanya disebabkan oleh trauma
tusukan jarum pada serabut otot pterigoideus medial.16
5. Hematoma
Biasanya hematoma disebabkan oleh injeksi yang menembus pembuluh arteri dan vena
pada saat injeksi blok saraf alveolar inferior atau saraf alveolar posterior superior.8