Pendahuluan
Dewasa ini mobilitas setiap manusia menjadi semakin tinggi. Meningkatnya
mobilitas manusia ini disebabkan karena pengaruh era globalisasi. Guna mendukung
mobilitas yang tinggi tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat transportasi yang cepat
dan tepat. Alat transportasi yang paling banyak digunakan adalah kendaraan roda dua
(sepeda motor). Banyak orang memilih untuk naik sepeda motor karena dianggap lebih
efisien. Efisien dalam arti bahwa sepeda motor dapat melewati jalan kecil karena ukurannya
yang ramping sehingga ketika jalanan sedang macet, kendaraan ini dapat menerobos
diantara barisan mobil. Hal ini tentu sangat menguntungkan dari segi waktu. Selain itu,
harganya juga lebih terjangkau oleh masyarakat.
Sepeda motor sebagai transportasi yang banyak dipilih oleh masyarakat
menyumbang peranan besar terhadap timbulnya pemanasan global. Sumbangan kendaraan
ini adalah gas buangan hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung gas hidrokarbon,
CO, CO2, dan nitrogen oksida. Gas-gas hasil pembakaran bahan bakar ini selain
menimbulkan pemanasan global juga dapat menyebabkan penyakit Infeksi Sistem
Pernapasan Akut (ISPA). Hal ini tentu perlu menjadi perhatian khusus bagi kita untuk
mengurangi gas hasil pembakaran bahan bakar pada sepeda motor. Untuk dapat mengurangi
gas hasil pembakaran tersebut kita perlu mengetahui bagaimana prinsip kerja yang terjadi
pada mesin kendaraan roda dua tersebut. Dengan mengetahui prinsip kerjanya, kita tentu
dapat mengetahui faktor yang menyebabkan dihasilkannya gas hasil pembakaran yang
berlebih, sehingga kita dapat menentukkan solusi yang tepat bagi permasalahan ini.
Berdasarkan proses kerja yang dilakukannya sepeda motor dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sepeda motor 2 takt dan sepeda motor 4 takt. Sepeda motor 2 takt merupakan sepeda
motor generasi pertama. Sebagai suatu sistem pembakaran mesin pada kedua sepeda motor
tersebut selalu mengeluarkan gas dan partikel hasil pembakaran. Dibutuhkan usaha untuk
mengurangi gas dan partikel tersebut agar masalah lingkungan dan kesehatan yang timbul
dapat berkurang. Jumlah gas dan partikel yang dikeluarkan mesin sepeda motor tersebut
terkait dengan efisiensi sepeda motor. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
berbagai lembaga, sepeda motor 2 takt memiliki hasil gas buangan yang lebih pekat
dibandingkan dengan sepeda motor 4 takt.
Masalah yang berusaha dipecahkan dalam artikel ini ada 3: 1) bagaimana langkah
kerja mesin sepeda motor, 2) Apa penyebab pencemaran udara pada mesin sepeda motor
secara teknis, dan 3) Bagaimana cara mengurangi gas dan partikel hasil proses pembakaran
bahan bakar yang diproduksi mesin sepeda motor. Melalui penjelasan ini diharapkan dapat
menambah pemahaman mengenai aplikasi Hukum Termodinamika II pada mesin kendaraan
roda dua.
Melalui penyusunan artikel ini kita diharapkan dapat: 1) mengetahui cara kerja
mesin sepeda motor 4 tak, 2) Mengetahui penyebab timbulnya zat-zat pencemar udara dari
sepeda motor secara teknis, dan 3) Mengetahui cara-cara untuk mengurangi zat-zat
pencemar udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar sepeda motor.
Pembahasan
Energi merupakan komponen penting bagi kita, lingkungan kita dan seluruh sistem
yang ada didalamnya. Energi membuat sebuah sistem dapat berjalan. Bentuk energi sangat
beragam, diantaranya adalah energi panas, kimia, listrik, kinetik dan mekanik.
Termodinamika merupakan ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang berhubungan
dengan energi termasuk bentuk-bentuk energi, perubahan bentuk energi dan hasil dari
perpindahan serta perubahan bentuk energi tersebut. Melalui hasil percobaan yang telah
dilakukan oleh beberapa ahli terbentuklah 2 hukum dasar sebagai prinsip dasar
termodinamika. Hukum tersebut adalah Hukum I dan Hukum II Termodinamika. Hukumhukum ini berkaitan dengan perubahan bentuk energi.
Hukum I Termodinamika merupakan hasil turunan dari Hukum Kekekalan Energi
yang telah diungkapkan sebelum ditemukannya struktur atom. Secara umum hukum I
Termodinamika dinyatakan sebagai berikut: Bila energi diubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya, banyaknya energi yang diubah adalah tetap (Ginting, 1989). Contohnya pada
mesin sepeda motor, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi kinetik. Energi kimia
berupa bahan bakar diubah menjadi energi kinetik berupa pergerakan sepeda motor. Hukum
I Termodinamika hanya menyatakan hubungan yang terjadi antara banyaknya energi dan
perubahan yang terjadi. Hukum ini tidak menjelaskan mengenai arah perubahan tersebut
berjalan serta proses yang terjadi apakah reversible ataukah irreversible.
Hukum II Termodinamika selanjutnya menjelaskan mengenai hal-hal yang belum
terpecahkan pada Hukum I Termodinamika. Tidak terdapat bunyi hukum secara umum pada
hukum ini, namun dikenal 2 pernyataan ahli yang sering digunakan yaitu, pernyataan
Clausius dan pernyataan Kelvin-Planck. Pernyataan yang diungkapkan Clausius berbunyi:
Tidak mungkin suatu sistem bekerja dalam satu siklus dengan hanya melulu perpindahan
panas dari benda yang dingin ke benda yang lebih panas. Singkatnya, panas tidak mengalir
dengan sendirinya dari benda yang dingin ke benda yang lebih panas. Dalam pernyataan
tersebut tersurat bahwa terdapat faktor-faktor lain dari dalam sistem yang mempengaruhi
perpindahan panas.
Ginting (1989: 182-183) dalam bukunya menuliskan pernyataan Kelvin-Planck
dengan bunyi: Tidak mungkin suatu sistem bekerja dalam satu siklus untuk merubah panas
dengan hanya satu reservoir dan menghasilkan sejumlah kerja positif yang ekuivalen.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa tidak semua panas dapat diubah menjadi kerja
secara terus menerus. Sebagian panas tersebut harus dikeluarkan ke reservoir lain yang
memiliki temperatur yang lebih rendah. Sehingga tidak mungkin terdapat mesin termal yang
mempunyai efisiensi termis 100%.
Hukum II Termodinamika dapat digunakan menentukan kemampuan maksimal
secara teori dari sebuah sistem yaitu dengan membandingkan kemampuan sebenarnya
terhadap kemampuan teoritis. Kemampuan maksimal sebuah sistem dilihat dari prosesproses yang terjadi pada sistem tersebut. Terdapat 2 proses yang mungkin terjadi pada
sistem yaitu proses reversible dan proses irreversible.
Proses reversible adalah proses yang sistem dan lingkungannya dapat kembali
seperti keadaan semula setelah menjalankan suatu proses. Menurut Kelvin-Planck terdapat
panas yang dikeluarkan ke reservoir lain dengan temperatur yang lebih rendah. Dua
reservoir yang memiliki selisih temperatur yang mendekati nol, maka perpindahan panas
akan mendekati reversible. Pada proses ini tidak ada entropi yang diproduksi. Pada siklus
Carnot terjadi proses reversible.
Proses irreversible adalah proses yang sistem dan lingkungannya tidak dapat
kembali seperti keadaan semula setelah menjalankan suatu proses. Pada proses ini
diproduksi entropi. Pencampuran dua gas dan perpindahan panas dari benda dengan
temperatur tinggi menuju benda dengan temperatur yang lebih rendah merupakan contoh
proses irreversible (Reynolds dan Perkins: 1994).
Siklus Carnot
Siklus ini diungkapkan oleh Nicholas Leonard Sadi Carnot. Proses yang terjadi
pada siklus Carnot adalah proses reversible. Sebagai sebuah siklus, tahapan yang terjadi
pada siklus Carnot terdiri dari 4 tahap; 2 tahap isotermis dan 2 tahap adiabatis. Seperti
pernyataan yang telah diungkapkan oleh Kelvin-Planck bahwa dalam suatu sistem bahwa
terdapat panas yang harus dikeluarkan atau dibuang dari sistem. Hal ini menyebabkan tidak
ada mesin termal yang memiliki efisiensi sebesar 100%. Mesin termal adalah alat yang
bekerja pada siklus Carnot sehingga seringkali disebut Mesin Carnot. Mesin Carnot
diaplikasikan penggunaanya pada mesin sepeda motor.
Pada siklus Carnot terjadi 2 proses adiabatik dan 2 proses isotermis.
Sepeda motor 4 takt mengeluarkan emisi yang lebih sedikit daripada sepeda motor 2
takt. Hal ini sebagai akibat dari langkah pembakaran yang ditempuh oleh sepeda motor 4
tak dilakukan sebanyak 4 langkah. Proses pambakaran pun menjadi lebih sempurna.
Kelemahan yang dimiliki oleh sepeda motor 4 takt adalah kecepatan yang dihasilkan tidak
setinggi sepeda motor 2 takt.
Mesin pada sepeda motor ini menggunakan mesin 4 takt. Mesin ini melakukan 4
langkah kerja dalam satu siklus pembakaran. Empat langkah tersebut meliputi langkah
pemasukkan (isap), kompresi, ekspansi, dan langkah buang. Secara keseluruhan langkahlangkah tersebut memerlukan dua putaran poros engkol (crankshaft) per satu siklus.
Campuran udara dan bahan bakar yang telah terbakar secara berurutan
menimbulkan tekanan yang semakin lama semakin maksimal. Tekanan
maksimal ini berikutnya menekan piston ke bawah baik tekanan maupun suhu
dari gas pembakaran mulai berkurang. Gaya gerak yang yang timbul dari
gerakan pada piston ini diteruskan pada poros engkol melalui tangkai piston dan
engko dan dengan demikian poros engkol dipaksa berputar mengatasi tahanan
geseran.
d. Langkah Buang.
Katup buang (KB) terbuka dan gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh piston
yang bergerak ke atas dan dengan demikian selanjutnya dimulai lagi langkah
pemasukan untuk siklus yang selanjutnya. Daya yang dihasilkan motor
pembakaran ini tergantung dari isi silinder antara TMA dan TMB. Hali ini
dikarenakan jumlah panas yang dihasilkan dari proses pembakaran campuran
udara dan bahan bakar mengalir dari silinder tersebut pada tiap siklusnya
(Soenarta & Furuhama: 1995)
Proses pembakaran bensin sebagai bahan bakar sepeda motor tidak pernah
berlangsung sempurna sebagaimana telah diungkapkan oleh Kevin-Planck. Selalu ada
energi yang terbuang dalam proses perubahan energi kimia menjadi energi kinetik pada
sepeda motor. Salah satu bentuknya dapat berupa zat-zat sisa pembakaran. Zat-zat sisa
pembakaran ini yang menjadi polutan di udara. Hidrokarbon, karbonmonoksida,
karbondioksida, dan nitrogen oksida merupakan zat-zat yang termasuk zat sisa pembakaran.
Jumlah zat-zat sisa pembakaran ini terkait dengan efisiensi mesin. Efisiensi perubahan
energi pada mesin termal diartikan sebagai perbandingan antara energi yang dikeluarkan
terhadap energi yang dipasok (Kamil dan Ir. Pawito: 1983)
Efisiensi dirumuskan dengan:
=
=1
Pada sepeda motor, pembakaran yang tidak sempurna umumya disebabkan oleh
1. Campuran bahan bakar dan udara yang gemuk dan bekerja pada daya yang rendah
juga karena mendekati daya maksimum.
2. Mesin tidak dapat menghisap campuran udara dan bahan bakar dalam jumlah
banyak karena perbandingan ekspansinya kecil. Perbandingan ekspansi mempunyai
arti sama dengan perbandingan kompresi.
3. katup masuk yang tempat masuknya udara dan bahan bakar dan lubang buang
tempat keluarnya hasil proses pembakaran tidak dilengkapi dengan katup. Sehingga
gas murni yang belum terbakar pun ikut terbawa melewati lubang. Produksi gas
buangan sisa pembakaran yang berlebih juga disebabkan oleh oli yang turut
terbakar.
4. Terjadinya proses pembilasan pada proses pembakaran bahan bakar.
5. Rendahnya kualitas bahan bakar yang digunakan. Jika bahan bakar yang digunakan
memiliki nilai oktan rendah, maka akan terjadi knocking.
6. Adanya sisa karbon yang berada di ruang pembakaran. Karbon sulit mengalirkan
panas, sehingga banyak karbon yang tertinggal. Hal ini membuat suhu pada ruang
pembakaran menjadi tinggi. Campuran yang masuk ke ruang pembakaran pun
menjadi bersuhu tinggi.
Hasil dari proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna menghasilkan
karbonmonoksida yang berbahaya bagi sistem peredaran darah manusia dan partikel lain
yang juga berbahaya bagi tubuh manusia. Karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogen
oksida dan partikel lain diproduksi akibat proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna. Zat-zat tersebut dikeluarkan dalam bentuk gas dari knalpot sepeda motor.
Untuk mencegah masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh zat sisa hasil
pembakaran, kita dapat melakukan langkah represif atau langkah penanggulangan. Langkah
represif yang dapat kita lakukan diantaranya:
1. Melakukan penanaman sejumlah tanaman penyerap karbon dan hidrokarbon
disekitar jalan raya, sehingga ketika sepeda motor mengeluarkan zat-zat sisa
pembakarannya, zat-zat tersebut dapat terserap. Penanaman ini diharapkan dapat
mengurangi zat polutan dari kendaraan roda dua.
2. Menggunakan masker ketika berada disekitar jalan raya, sehingga dapat megurangi
zat-zat polutan yang masuk ke dalam sistem pernapasan kita.