Anda di halaman 1dari 21

Kata pengantar

Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas anugrah-Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga
bisa tersusun dengan baik dan selesai tepat waktu.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh
dari beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang
yang membaca dapat memahaminya.
Akhirnya kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan penerbitan paper ini di masa
mendatang.

Kota Jantho, 28 Oktober 2015

Penulis

PEMBAHASAN

Rumah tradisional suku aceh dinamakan Rumoeh Aceh. Rumah


Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki tinggi beragam
sesuai dengan arsitektur si pembuatnya. Namun pada kebiasaannya
memiliki ketinggian sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah. Terdiri dari
tiga atau lima ruangan didalamnya, untuk ruang utama sering di sebut
dengan rambat. Rumoh Aceh yang bertipe 3 ruang memiliki 16
tiang. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoe keue
(serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah) dan seuramoe
likot (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu
rumoh dapu (dapur). Wujud dari arsitektur rumah aceh merupakan
pengejawantahan dari kearifan dalam menyingkapi alam dan
keyakinan (religiusitas) masyarakat Aceh. Aristektur rumah berbentuk
panggung dengan menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya
merupakan bentuk adaptasi masyarakat Aceh terhadap kondisi
lingkungannya. Secara kolektif pula, struktur rumah tradisi yang
berbentuk panggung memberikan kenyamanan tersendiri kepada
penghuninya. Selain itu, struktur rumah seperti itu memberikan nilai
positif terhadap sistem kawalan sosial untuk menjamin keamanan,
ketertiban, dan keselamatan warga gampong (kampong). Bagi
masyarakat Aceh, membangun rumah bagaikan membangun
kehidupan. Hal itulah mengapa pembangunan yang dilakukan harus
memenuhi beberapa persyaratan dan melalui beberapa tahapan. Dalam
perkembangannya masyarakat Aceh memiliki anggapan bahwa dalam
pembuatan rumoeh Aceh memiliki garis imajiner antara rumah dan
Kabah (motif keagamaan), tetapi sebelum islam masuk ke Aceh, arah
rumah tradisional Aceh memang sudah demikian. Kecenderungan ini
nampaknya merupakan bentuk penyikapan masyarakat Aceh terhadap
arah angin yang bertiup di daerah Aceh, yaitu dari arah timur ke barat
dan sebaliknya. Jika arah rumoeh aceh menghadap kearah angin,
maka bangunan rumah tersebut akan mudah rubuh. Disamping itu,
arah rumah menghadap ke utara-selatan juga dimaksud agar sinar

matahari lebih mudah masuk kekamar-kamar, baik yang berada di sisi


timur ataupun di sisi barat. Setelah islam masuk ke Aceh, arah rumoh
Aceh mendapatkan justifikasi keagamaan. Nilai religiusitas juga dapat
dilihat pada jumlah ruang yang selalu ganjil, jumlah anak tangga yang
selalu ganjil, dan keberadaan gentong air untuk membasuh kaki setiap
kali hendak masuk rumoeh Aceh. Disamping itu, ada hal yang ganjil
dalam arsitektur rumoeh Aceh dimana rumahnya besar, tetapi pintu
dan jendelanya kecil-kecil. Hal ini banyak dipengaruhi oleh etika
(akhlak) pergaulan yang telah mengakar dalam masyarakat Aceh. Sifat
orang Aceh dari luar : kelihatannya sangat tertutup sehingga banyak
anggapan yang menyatakan orang Aceh sangat kejam. Bahkan sifat
tertutupnya itu, rakyat Aceh sangat ditakuti oleh Belanda pada masa
penjajahan, padahal sebenarnya rakyat Aceh sangat terbuka dan
peramah. Namun saat ini, seiring perkembangan zaman yang
menuntut semua hal yang dikerjakan secara efektif serta semakin
mahalnya biaya pembuatan dan perawatan rumoh Aceh, maka lambat
laun semakin sedikit orang Aceh yang membangun rumah tradisional
ini. Akibatnya jumlah rumah Aceh semakin hari semakin sedikit.
Masyarakat lebih memilih untuk membangun rumah modern
berbahan beton yang pembuatan dan pengadaan bahannya yang lebih
mudah dari pada rumoh Aceh yang pembuatannya lebih rumit.
Namun, ada juga orang-orang yang karena kecintaannya terhadap
arsitektur warisan nenek moyang mereka ini membuat rumoh Aceh
yang ditempelkan pada rumah beton mereka.

BAGIAN-BAGIAN DARI DALAM RUMAH ACEH

I.I. Tangga

Gambar : 1.1. Tangga ( Reunyeun ). Dok, Nadia Maisarah, Siti, Lusi.

Keberadaan tangga (reunyeun) untuk memasuki rumoh Aceh


bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk naik ke dalam rumah, tetapi
juga berfungsi sebagai titik batas yang hanya boleh di datangi oleh
tamu yang bukan anggota keluarga atau saudara dekat. Apabila rumah
tidak ada anggota yang laki-laki, maka (pantang dan tabu) bagi tamu
yang bukan keluarga dekat (muhrim) untuk naik ke rumah. Dengan
demikian, reunyeun jugan memiliki fungsi sebagai alat control sosial
dalam melakukan interaksi sehari-hari antar masyarakat. Tangga yang
terdapat pada rumoh Aceh memiliki jumlah anak tangga ganjil yaitu
antara 7 sampai 9 buah anak tangga. Ketentuan tersebut berdasarkan
4

kepercayaan orang Aceh bahwa setiap jumlah hitungan selalu ada


hubungan dan pengaruhnya dengan ketentuan langkah, rezeki,
pertemuan dan maut. Jadi jika anak tangga dibuat ganjil antara 7
sampai 9, maka anak tangga yang terakhir jatuh pada hitungan
pertemuan dan langkah ini menurut orang Aceh sangat berpengaruh
dan menguntungkan dalam kehidupan.

I.II. Pintu ( Pintoe )

Gambar : I.II Pintu ( pintoe ) naik ke rumah dok. Nadia, Siti, Lusi

Biasanya tinggi pintu sekitar 120-150cm dan membuat siapapun


yang masuk harus sedikit merunduk. Makna dari merunduk ini
menurut orang-orang tua adalah sebuah penghormatan kepada tuan
rumah saat memasuki rumahnya, siapapun dia tanpa peduli derajat dan

kedudukannya. Selain itu juga, ada yang menganggap pintu rumoh


Aceh sebagai hati orang Aceh. Hal ini terlihat dari bentuk fisik pintu
tersebut yang memang sulit untuk memasukinya, namun begitu kita
masuk akan begitu lapang dada disambut oleh tuan rumah.

I.III. Serambi Depan ( Seuramo keu )

Gambar : Serambi Depan ( seuramoe keu ) Dok. (Nadia, Siti, Lusi).

Saat berada di ruang depan ini atau disebut juga dengan akan
kita dapati ruangan yang begitu luas dan lapang, tanpa ada kursi dan
meja. Jadi setiap tamu yang datang akan dipersilahkan duduk secara
lesehan di atas tikar. Ruangan depan atau disebut dengan seuramoe
reungeun merupakan ruangan yang tidak berbilik (berkamar-kamar).
Dalam sehari-hari ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu, tempat
tidur-tiduran anak laki-laki, dan tempat anak-anak belajar mengaji saat

malam ataupun siang hari. Disaat-saat tertentu, seperti ada acara


perkawinan atau upacara kenduri, maka ruangan inilah yang menjadi
tempat penjamuan tamu untuk makan bersama.

I.IV. Serambi Tengoeh ( Seuramoe Teungoh )

Gambar : I.IV. Serambi Tengoeh ( Seuramoe Teungoh )

Ruangan tengah yang disebut dengan seuramoe teungoh


merupakan bagian inti dari rumoh Aceh, maka dari itu banyak pula
disebut sebagai rumoh inong (rumah induk). Sedikit perbedaan
dengan ruangan lain, dibagian ruang ini terlihat lebih tinggi dari
ruangan lainnya, karena tempat tersebut dianggap suci, dan bersifat
sangat pribadi. Diruangan ini terdapat dua buah bilik atau kamar tidur
yang terletak dikanan-kiri, posisinya menghadap ke utara atau selatan.
7

Rumoh inoeng biasanya sebagai tempat tidur kepala keluarga. Bila


anak perempuan baru saja kawin, maka dia akan menempati ruang
inong ini. Sementara orang tuanya akan pindah ke anjong. Bila ada
anak perempuannya yang kawin dua orang, orang tua akan pindah ke
seuramoe likot, selama belum dapat membuat rumah baru atau
merombak rumahnya. Disaat upacara perkawinan, mempelai akan
dipersandingkan dibagian rumoh inong. Begitu juga saat ada
kematian rumoh inong akan digunakan sebagai tempat untuk
memandikan mayat.

I.V. Kamar

Gambar : I.V. Kamar tidur yang terdapat di seuramoe tengoeh. Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

kamar (kama) biasanya terletak antara seuramoe keu dan


seuramoe likot (di seuramoe tengoh). Isi kamar dari rumoh Aceh
biasanya ialah :
Peratah (tempat tidur), Lemari, Peralatan hidangan, karena kalau
dulu, orang yang baru menikah itu, masih belajar melayani suami, dan
masih segan bila makan bersama mertua. Jadi biasanya selama
seminggu pasangan tersebut kalau makan hanya berdua saja di dalam
kamar.

I.VI. Seuramoe Likot

Gambar : I. Serambi belakang, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Gambar : II. Serambi belakang, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Ruangan belakang disebut seuramoe likot yang memiliki


tinggi lantai yang sama dengan seuramoe reungeun, serta tidak
mempunyai bilik atau sekat-sekat kamar. Sebagai ruang keluarga ,
baik untuk berbincang-bincang atau untuk melakukan kegiatan seharihari perempuan seperti menenun dan menyulam.

10

I.VII. Dapur

Gambar : I.VII. Dapur yang terdapat di seuramoe likot, dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Dapu (dapur) sering juga dipisah dan malah berada di bagian


belakang seuramoe likot. Sehingga ruang tersebut dengan rumoh dapu
(dapur) sedikit lebih rendah lagi dibanding lantai seuramoe likot. Di
dapur terdapat tempat menyimpan barang seperti, beulangong,
ringkan, dll.
Isi dari dapu (dapur)

Gambar : I. Bagian dapur, Dok. (Nadia, Siti, Lusi )

11

Gambar : II. Bagian dapur, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

I.VIII. Alee (alas lantai)

Gambar : I.VIII. Alee (alas lantai) Dok. (Nadia, Siti, Lusi )

12

Gambar : I.VIII. Alee (alas lantai) Dok. (Nadia, Siti, Lusi )

Lantai rumoh Aceh dibuat dari pohon nibung atau bambu yang
dibelah kecil-kecil biasanya disusun tidak rapat. Ada juga lantai
rumoh Aceh terbuat dari papan. Jarak celah antara sebelah pohon
nibung (bambu) dengan lainnya mencapai 1 cm. pada lantai itu
berfungsi untuk mempermudah pembuangan kotoran pada waktu
menyapu sehingga rumah selalu kelihatan bersih dari kotoran dan
debu.

13

I.IX. Ubong (atap)

Gambar : I.IX. Atap sebelah dapur, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Lembaran atap yang telah dip roses dari daun rumbia (on
meuria) disusun dan diikat mulai dari bawah sebelah kiri sampai
kekanan atas. Atap susun sangat rapat, dimana jarak antara tulang
daun berikatannya rata-rata hanya 1,5 sampai 2 cm, sehingga atap
rumah adat tradisional Aceh kelihatannya sangat tebal. Susunan atap
diikat dengan rotan panjang yang dibelah empat atau delapan mulai
dari lembaran atap paling bawah sampai ke atas tanpa terpisah. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah cara penyelamatan rumah dan
bencana kebakaran, sebab apabila terjadi kebakaran cukup hanya
dengan menurunkan ikatan di atas secara keseluruhan atap akan
terseret jatuh kebawah. Tapi sekarang sebagian sudah dirombak,
atapnya sebagian sudah menggunakan seng.

14

I.X. Tameh (tiang)

Gambar : I.X. Tiang dan keunaleung, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Banyak tiang rumoh Aceh rata-rata berjumlah 16,20,24 dan ada


yang sampai 28 buah tiang dan lebih. Tergantung pada besar dan
kecilnya rumah itu dibuat. Diantara sekian banyak jumlah tiang itu,
terdapat 20 buah tiang utama yang dinamakan tiang raja atau tameh
raja dan tiang putrid atau tameh putroe. Bentuk tiang-tiang itu
ada yang bulat empat persegi dan ada pula yang delapan persegi.
Apabila kita menghadap kedepan rumah, maka akan kita dapati tiang
raja letaknya ditengah sebelah kanan, sedangkan tiang putrid ditengah
sebelah kiri dari rumah tersebut, jadi tameh putroe terletak persis
disebelah kiri tameh raja. Peletakan posisi tiang raja dan tiang putrid
ini dipengaruhi oleh prinsip-prinsip ajaran islam yang
mengungkapkan rusuk sebelah kiri kaum adam (pria). Jadi dengan
adanya penempatam letak posisi tameh raja disebelah kanan tameh
15

putroe diharapkan dapat mempengaruhi suasana keharmonisan


hubungan antara suamiistri dalam rumah itu. Disamping itu untuk
menciptakan keseimbangan bahwa orang tua (ayah dan ibu)
merupakan penguasa dan pelindung bagi anggota keluarga yang lain,
terutama terhadap anak-anaknya.

I.XI. Yup moh/Miyup moh ( Di bawah rumah )

Gambar : I.XI. Miyub rumoh, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Bagian rumah ini akarab disebut dengan yup moh/miyup moh,


yakni bagian antara tanah dan lantai rumah. Lazimnya dibagian bawah
ini bisa kita dapati berbagai benda, seperti jeungki(penumbuk padi).
Tidak hanya itu bagian yup moh juga sering difungsikan sebagai
tempat bermain anak-anak, membuat kain songket Aceh yang dilakoni
oleh kaum.

16

Gambar : berandang kayeu ( tempam penyimpanan kayu )

I.XII. Gambar-gambar lain dari rumoh Aceh

Gambar : 1.1. Toei yang berada di tiang rumah, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

17

Gambar : 1.2. Reung uboeng, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

Gambar : 1.3. Rak buboeng, Dok. ( Nadia, Siti, Lusi )

18

I.XIII. Pemilik Rumah

Gambar : I.XIII. Pemilik Rumah Ibu Rusnah, Dok. ( Nadia Maisarah )

19

NAMA-NAMA ELEMEN

NO
1
2
3
4
5

NAMA ELEMEN
Tameeh
Tameeh raja
Tameeh putroe
Gakie tameeh
roek

toei

7
8

Aleue
Rante aleue

9
10
11
12
13
14
15

Lhue
Neudhuek lhue
Binteh
Binteih catoe
Boeh pisang
Tingkap
Kap / Rungka

16
17
18

Gaseu
Oen rumbia
Reunyeun

ARTI
Tiang
Tiang raja
Tiang putri
Bagian bawah tiang
Mengunci, pasang, Balok
pengunci
Balok pengunci yang arahnya
tegak lurus dengan roek.
Lantai
Pengikat lantai yang biasanya
terbuat dari rotan atau tali.
Balok rangka untuk lantai
Tempat bertumpunya lhue.
Dinding
Dinding catur
Papan kecil di atas kindang.
Jendela
Rangka Atap (yang berbentuk
segitiga).
Kaso
Daun rumbia
Tangga

20

Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan dalam makalah dari hasil


survey kami, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya,karena terbatasnya pengetahuan dan hasil survei.
Penulis berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.

21

Anda mungkin juga menyukai