Geofisika GPR
Geofisika GPR
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan
gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar menggunakan gelombang
elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi seperti pada
metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi
benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang
tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran
refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity Sounding
disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman, dan
transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai pendeteksi
gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang tidak
terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode konfigurasi antena
transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik
yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan moded bistatik bila
kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai dengan
karaketristik antena tersebut (10 MHz 4 GHz). Receiver diset untuk melakukan scan yang
secara normal mancapaii 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor
(real-time) sebagai fungsi waktu two-way travel time, yaitu waktu yang dibutuhkan gelombang
EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut radargram.
Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell. Persamaan ini terdiri
dari 4 persamaan medan dan untuk tiap-tiap persamaan merupakan hubungan antara medan
dengan distribusi sumber yang bersangkutan.
Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang timbul pada medium
tersebut dapat dinyatakan dengan :
Keterangan :
H = intensitas medan magnet (ampere/m)
D = perpindahan listrik (coulomb/m2)
= permitivitas listrik (farad/m)
= konduktivitas (1/ohm-m)
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi terhadap
waktu dan posisi (homogen isotropi). Maka persamaan Maxwell dapat ditulis sebagai berikut :
Persamaan Maxwel ini adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang elektromagnet.
Pada material dielektrik murni suseptibilitas magnetik () dan permitivitas listrik () adalah
konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak sama halnya jika
berhadapan dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material tersebut.
Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi gelombang
elektromagnet.
Keberhasilan dari metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan disebut
koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnet
dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari media yang
berdekatan. Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :
Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 2 , dan V1 < V2
1 dan 2 = konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan lapisan 2
Dalam semua kasus, besarnya R terletak antara -1 dan 1. bagian dari energi yang ditransmisikan
sama dengan 1-R. Persamaan diatas daplikasikan untuk keadaan normal pada permukaan bidang
datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang sehubungan dengan amplitudo sinyal.
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien refleksi dan
impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :
Keterangan :
r(t) = koefisien refleksi
A(t) = amplitudo rekaman georadar
F(t) = impulse radar
n(t) = noise radar
Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman georadar berupa
variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan menyebabkan energi hilang. Jika
kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi yang sama dengan panjang gelombang dari
sinyal gelombang elektromagnet maka benda ini menyebabkan penyebaran energi secara acak.
Absorbsi ( mengubah energi elektromagnet menjadi energi panas ) dapat menyebabkan energi
hilang. Penyebab yang paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat
listrik dan dielektrik media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi () tergantung dari konduktifitas
(), peermeabilitas magnetik (), dan permitivity () dari media yang dilalui oleh sinyal dan
frekuensi dari sinyal itu sendir (2f). Sifat bulk dari material ditentukan oleh sifat fisik dari unsur
pokok yang ada dan komposisinya.
Prinsip kerja georadar
GPR adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan
berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio yang mempunyai
rentang frekuensi antara 1-1000 MHz dan dapat mendeteksi parameter permitivitas listrik (),
konduktivitas () dan permeabilitas magnetik (). GPR dapat disebut juga dengan metode
refleksi elektromagnetik karena memanfaatkan sifat radiasi elektromagnetik yang
memperliahtkan refleksi separti pada metode gelombang seismik. GPR digunakan dalam
berbagai aplikasi, termasuk stratigrafi tanah, studi air tanah, pemetaan fracture bedrock dan
penentuan kedalaman dari permukaan air tanah (Annan dan Davis, 1989).
1. Prinsip Kerja GPR
Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio Detection and
Ranging) ke dalam medium target dan selanjutnya gelombang tersebut dipantulkan kembali ke
permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver), dari hasil refleksi itulah barbagai
macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram. Mekanisme kerja GPR dan contoh
rekaman radargram ditunjukan oleh gambar
Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari medium yang
dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara lain permitivitas listrik,
konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air didalamnya,
dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan gelombang radar dan
atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Reynold dalam bukunya An Introduction to
Applied and Evironmental Geophysics, menyatakan bahwa kecepatan gelombang radar dalam
suatu medium tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta
dielektrik relatif medium (r) dan permeabilitas magnetic relatif (r).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat menyebabkan
gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang ditimbulkan oleh radiasi
gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan antara konstanta dielektrik relatif
antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R) yang ditentukan oleh
perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan
dari konstanta dielektrik relatif dari medium yang berdekatan.
Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan karena adanya energi yang
hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di tiap batas medium dan terjadi setiap kali
gelombang radar melewati batas antar medium. Faktor kehilangan energi disebabkan oleh
perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar terjadinya atenuasi merupakan
fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik medium yang dilewati oleh sinyal radar.
Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas, permitivitas, dan permeabilitas magnetic
medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta frekuensi sinyal itu sendiri.
Skin depth ( adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (yaitu Hubungan
antara konstanta dielektrik dan cepat rambat gelombang radar dapat dilihat pada tabel dibawah
ini. Untuk material geologi, berada pada rage 1-30, sehingga range jarak cepat rambat
gelombang menjadi besar yaitu sekitar 0.03 sampai 0.175 m/ns (Reynolds, 1997).
Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang elektromagnetik untuk material
geologi (McCann et al, 1988)
Material
V (m/
Air
300
Water (fresh)
81
33
Water (sea)
81
33
Sand
36
120 170
Clay soil
173
Sand (wet)
25 30
55 60
Sand (dry)
36
120 170
Agricultural land
15
77
Average soil
16
75
Granite
58
106 120
Limestone
78
100 113
Dolomite
6,8 8
106 115
Basalt
106
Metode GPR
1 August 2012
Metode GPR merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah
permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio dengan
frekuensi antara 1-1000 Mhz.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi
benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang
tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran
refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity Sounding
disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman, dan
transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai pendeteksi
gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang tidak
terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode konfigurasi antena
transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik
yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan moded bistatik bila
kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai dengan
karaketristik antena tersebut (10 MHz 4 GHz). Receiver diset untuk melakukan scan yang
secara normal mancapi 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor
(real-time) sebagai fungsi waktu two-way traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan gelombang
EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut radargram.
Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell. Persamaan ini terdiri
dari 4 persamaan medan dan untuk tiap-tiap persamaan merupakan hubungan antara medan
dengan distribusi sumber yang bersangkutan.
Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang timbul pada medium
tersebut dapat dinyatakan dengan :
Keterangan :
H = intensitas medan magnet (ampere/m)
D = perpindahan listrik (coulomb/m2)
= permitivitas listrik (farad/m)
= konduktivitas (1/ohm-m)
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi terhadap
waktu dan posisi (homogen isotropi). Maka persamaan Maxwell dapat ditulis sebagai berikut :
Persamaan Maxwel ini adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang elektromagnet.
Pada material dielektrik murni suseptibilitas magnetik () dan permitivitas listrik () adalah
konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak sama halnya jika
berhadapan dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material tersebut.
Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi gelombang
elektromagnet.
Keberhasilan dari metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan disebut
koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnet
dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari media yang
berdekatan. Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :
Keterangan :
V1 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 1
V2 = cepat rambat geombang elektromagnet pada lapisan 2 , dan V1 < V2
1 dan 2 = konstanta dielektrik relatif lapisan 1 dan lapisan 2
Dalam semua kasus, besarnya R terletak antara -1 dan 1. bagian dari energi yang ditransmisikan
sama dengan 1-R. Persamaan diatas daplikasikan untuk keadaan normal pada permukaan bidang
datar. Dengan asumsi tidak ada sinyal yang hilang sehubungan dengan amplitudo sinyal.
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien refleksi dan
impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :
Keterangan :
r(t) = koefisien refleksi
A(t) = amplitudo rekaman georadar
F(t) = impulse radar
n(t) = noise radar
Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman georadar berupa
variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan menyebabkan energi hilang. Jika
kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi yang sama dengan panjang gelombang dari
sinyal gelombang elektromagnet maka benda ini menyebabkan penyebaran energi secara acak.
Absorbsi ( mengubah energi elektromagnet menjadi energi panas ) dapat menyebabkan energi
hilang. Penyebab yang paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat
lstrik dan dielektrika media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi () tergantung dari konduktifitas
(), peermeabilitas magnetik (), dan permitivity () dari media yang dilalui oleh sinyal dan
frekuensi dari sinyal itu sendir (2f). Sifat bulk dari material ditentukan oleh sifat fisik dari unsur
pokok yang ada dan komposisinya.
Untuk alatnya sendiri saya pernah menggunakan GPR dari italy untuk survey kemiringan tower
PLN di Ungaran Semarang
Dalam sistem GPR, peralatan yang digunakan terdiri dari control unit ( control unit) antena
pengirim (transmitter), antenna penerima (receiver), penyimpanan data yang sesuai dan peralatan
display.
Sistem GPR terdiri atas pengirim transmitter) yaitu antenna yang terhubung ke sumber pulsa dan
sebagain penerima (receiver) yaitu antenna yang terhubung ke unit pengolahan sinyal(control
unit) dan citra(display). GPR memiliki cara kerja yang sama dengan radar konvensional. GPR
mengirim pulsa energi antara 10 sampai 2000 MHz kedalam tanah dari suatu antena dan
kemuadian merekam pemantulannya dalam waktu yang sangat singkat.
2 ) RIS family
terdiri atas
* RIS one yaitu sistem georadar dengan satu antena( single antenna) dimana unit kontrolny
hanya satu saluran. sehingga hanya bisa digunakan hanya satu antenna saja. Unit kontrol RIS one
ini digunakan dalam semua jenis antena baik antena frekuensi rendah maupun antenna dengan
frekuensi tinggi. tetapi hanya satu anttena yang bisa dipakai.
* RIS MF Hi- MOD yakni sistem Georadar yang terdiri dari multi antenna dan multi frekuensi
dimana unit kontrol yang dimiliki oleh unit RIS MF merupakan multi saluran dan multi channel.
artinya antrnna yang digunakan bisa kombinasi dari beberapa antenna. misalnya kombinasi
antara antena rendah dan antena tinggi sehingga kedalaman target dapat dicapai secara
bersamaan tanpa harus mengganti antenna.
* Aladdin dan RIS Hi -BrigHT kedua jenis alat ini menggunakan antena dengan frekuensi yang
sangat tinggi ( 1- 2 Ghz) untuk mengahsilkan resolusi yang sangat tinggi.
ini merupakan tipe GPR RIS one. tipe GPR ini sendiri sangat banyak itu tergantung dari antenna
nya masing masing
Antenna 40 MHz ( )
Separated transmitter and receiver
antennas
(TX-RX spaced up to 1 meter).
Antenna Type: Unshielded Dipole
Nominal Frequency: 40 MHz
Configuration: Bi-static
Single box size (LxWxH): 200x30x15 cm
Weight: 18 Kg
Relat ive humidi ty: <90% (noncondensing)
Rain Proof (IP 65 on request)
Antenna 2.0 GHz , Antenna 900 MHz dan banyak anttena lainnya
Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan metode geofisika dengan menggunakan teknik
elektromagnetik yang dirancang untuk mendeteksi objek yang terkubur di dalam tanah dan
mengevaluasi kedalaman objek tersebut. GPR juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
dan karakteristik permukaan bawah tanah tanpa mengebor ataupun menggali tanah. Sistem GPR
terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke sumber pulsa (generator
pulsa) dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena
yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke unit pengolahan (data
processing) serta display sebagai tampilan outputnya.
Berdasarkan blok diagram di atas, masing masing blok mempunyai fungsi yang cukup penting
dan saling ketergantungan. Hal ini dikarenakan GPR merupakan suatu sistem mulai dari
penghasilan pulsa pada pulse generator lalu melewati blok-blok yang ada kemudian sampai pada
blok display dimana kita dapat melihat bentuk dan kedalaman objek yang dideteksi. Namun
dalam hal ini antena memegang peranan yang sangat penting karena menentukan unjuk kerja
dari sistem GPR itu sendiri. Adapun faktor yang berpengaruh dalam menentukan tipe antena
yang digunakan, sinyal yang ditransmisikan, dan metode pengolahan sinyal yaitu :
1. Jenis objek yang akan dideteksi
2. Kedalaman objek
3. Karakteristik elektrik medium tanah atau properti elektrik.
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra dari letak dan bentuk
objek yang terletak di bawah tanah atau dipermukaan tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian
yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:
1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang dideteksi.
4. Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.
Prinsip Kerja GPR
Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti
memiliki rangkaian pemancar (transmitter), yaitu system antena yang terhubung ke sumber
pulsa, dan rangkaian penerima (receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan
sinyal. Rangkaian pemancar akan menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk, prf (pulse repetition
frequency), energi, dan durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke dalam tanah.
Pulsa ini akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah. Jika
tanah bersifat homogen, maka sinyal yang dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa menabrak
suatu inhomogenitas di dalam tanah, maka akan ada sinyal yang dipantulkan ke antena penerima.
Sinyal ini kemudian diproses oleh rangkaian penerima. Kedalaman objek dapat diketahui dengan
mengukur selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini, pulsa
akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika selang waktu dinyatakan
dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman
objek yang dinyatakan dalam h adalah
Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan perambatan dari gelombang
elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan
cahaya di udara, konstanta dielektrik relative medium perambatan
ini. Jika H besar, maka daya yang harus digunakan juga harus besar agar sinyal pantul tetap
terdeteksi.
Parameter Antena GPR
Peranan antena dalam aplikasi GPR sangat penting dalam menentukan performansi sistem. Pada
prinsipnya, kriteria umum untuk sistem antena impuls GPR harus mempertimbangkan kopling
yang baik antara antena dengan tanah. Antena GPR biasanya beroperasi dekat dengan tanah
(permukaan tanah) maka harus dapat mengirimkan medan elektromagnetik melalui interface
antena-tanah secara efektif. Akan tetapi, ketika antena di letakan dekat dengan tanah, interaksi
antena-tanah akan berpengaruh besar terhadap impedansi input antena, bergantung jenis tanah
dan elevasi antenanya [Turner,1993]. Karena property elektrik tanah sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca, dalam survey GPR biasanya sangat sulit untuk menjaga kestabilan impedansi
input karena jenis tanah yang benar-benar berbeda untuk setiap tempat dan kondisi cuaca yang
berbeda. Ini mengakibatkan sulitnya mempertahankan kondisi match, antara antena dan feed line
untuk memperkecil mismatch loss. Pemilihan jenis antena GPR yang dipakai didasarkan juga
pada objek apa yang akan dideteksi. Apabila target objek mempunyai objek yang panjang maka
sebaiknya menggunakan antena yang dengan footprint yang lebih panjang. Footprint antena
adalah pengumpulan nilai tertinggi dari bentuk gelombang yang dipancarkan oleh antena pada
bidang horizontal di dalam tanah atau permukaan tanah di bawah antena. Ukuran footprint
antena menentukan resolusi cakupan melintang dari sistem GPR. Secara umum, unjuk kerja
optimal GPR dimana footprint antenna harus dapat diperbandingkan dengan penampang
melintang horizontal dari target. Berdasarkan keterangan di atas, antena untuk aplikasi GPR
harus memperhatikan beberapa hal yaitu :
Late time ringing
Antena GPR harus mampu meminimalkan late time ringing yang disebabkan oleh refleksi
internal terhadap bendabenda (clutter) disekitar target yang mengakibatkan efek masking
terhadap objek yang dideteksi. Ada berbagai cara untuk mengurangi late time ringing khususnya
dari penggunaan antena dipole yaitu dengan penggunaan lumped resistor. Hal ini sesuai dengan
metode Wu King. Namun, penggunaan metode ini sesuai untuk antena dipole yang dibuat pada
PCB ( Printed Circuit Board ). Untuk antena wire dipole, hal ini bisa diatasi dengan meletakkan
antena tepat di atas permukaan tanah karena sifat lossy dielektrik tanah tersebut mampu
meredam sifat ringging dari antena wire dipole, sehingga sinyal tersebut dapat dianalisa dengan
cukup akurat.
Cross-Coupling
Pada konfigurasi antena yang terpisah, tentunya akan menimbulkan crosscoupling. Crosscoupling merupakan sinyal yang dikirimkan secara langsung oleh antena pengirim ke penerima.
Untuk memaksimalkan pada target yang dideteksi maka antara antena pengirim dan penerima
harus dipisahkan dengan jarak berdasrkan rumus berikut ini:
Keterangan :
S = Jarak antar antenna pemancar dengan penerima
K = Konstanta propagasi (r )
Depth = kedalaman penetrasi antenna