Anda di halaman 1dari 9

EPIDEMIOLOGI

STUDI CASE CONTROL

Disusun Oleh:
1.

Asni Nurul Aini (P0 7131110001)

2. Dewanti Noritasari (P0 7131110003)


3.

Endri Purwoningsih (P0 7131110008)

4. Wikan Sinung Arief (P0 7131110035)


5.

Yunita Ahadti (P0 7131110039)

6. Zukhruf Faridho (P0 7131110040)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2011/2012

A. PENDAHULUAN

Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai
casecomparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study, merupakan
penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau
kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain penelitian kasus-kontrol dapat
digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-effect
relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan
antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi BCG, atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1
tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu.
Penelitian case control berhubungan erat dengan penelitian prevalensi atau cross sectional.
Namun demikian, karena orang-orang yang dilibatkan umumnya lebih sedikit dan lebih mudah
dikumpulkan, maka penelitian case control lebih sering dilaksanakan. Di antara penelitian-penelitian
analitik, biasanya penelitian case control menjadi pendekatan pertama untuk menentukan apakah
suatu ciri perorangan atau faktor lingkungan tertentu mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit.
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain
eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada studi
kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol
mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan
yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan
sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran klinik, terutama untuk penyakitpenyakit yang jarang ditemukan.
B. DEFINISI STUDI CASE KONTROL

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi
pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok
kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena
efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu
faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan
kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi,
hipotesis yang diajukan adalah : Pasien penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y
dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertanyaan yang perlu dijawab dengan
penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan
variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti.
Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam
studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk

dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol
dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu
yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari.
Ciri-ciri spesifik studi case kontrol
Studi case control mempunyai ciri-ciri antara lain:

Studi berciri lebih menarik (modest)

Mempunyai resiko menimal

Cukup murah

Hasilnya cukup baik

Mempunyai kecenderungan menimbulkan bias.

Bias Dalam Studi Kasus Kontrol


Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan
kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil,
yaitu :
a. Bias seleksi
b. Bias informasi
c. Bias perancu (confounding bias)
Penyebab bias di antaranya adalah sebagai berikut:
Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa

oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)
Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih

sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan

penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen
Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat sukar.

Langkah-langkah studi case control


Langkah-langkah sari studi case contol adalah sebagai berikut
1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai.

Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan diuji validitasnya secara
empiris.

2. Mendiskripsikan variabel penelitian: faktor resiko dan efek.

Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis, frekuensi, atau
lamanya pajanan.
Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :

Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur atau
tidak

Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-kadang,
atau sering terpejan.

Kontinu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur dalam tahun,
paritas, berat lahir

Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :

Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu
berlangsung terus-menerus)

Saat mendapat pajanan pertama

Bilakah terjadi pajanan terakhir

3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, control) dan cara untuk pemilihan subyek

penelitian.
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan
ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok
individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi mempunyai peluang
yang sama dengan kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai
penyebab timbulnya penyakit.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi
yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan karena
penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang yang diagnosisnya
biasanya ditegakkan di rumah sakit.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk
studi kasus-kontrol:
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama)
b. Tempat pengumpulan kasus
c. Saat diagnosis

Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga sangat
terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus dan
didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor risiko yang diteliti.

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik :

a. Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama


b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang

mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti (matching)
c. Memilih lebih dari satu kelompok control

Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan faktor risiko

terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko pada kasus dan control
hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang dipilih. Biasanya

dipilih a=5%, b=10% atau 20% (power=90% atau 80%).


d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih kontrol lebih banyak,

maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c kali, maka jumlah kasus
dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan melakukan

matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.


4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor resiko.

Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal yang
sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan
penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu lampau melalui
anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat responden. Bias yang dapat
mengancam dalam konteks ini adalah recall bias.
5. Menganalisis data.

Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio odds, sampai
yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat. Ini ditentukan oleh apa yang
ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya variabel
yang mengganggu atau tidak.
6. Analisis hasil studi case control.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN STUDI CASE CONTROL

Kelebihan studi case control


Kelebihan studi case control adalah

1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang

jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat dilakukan
karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian

(bila faktor risiko tidak diketahui).


5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
6. Mudah mendapatkan kasus dan control.

Kelemahan studi case control


Kelemahan studi case control adalah sebagai berikut:
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan

medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau
responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada
responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang
sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas
pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya

faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak

mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.


5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan

dengan satu penyakit atau efek.


6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
7. Tidak bersifat mencegah karena setelah kasus terjadi baru dicari penyebabnya.
8. Tidak efisien untuk kasus yang langka.
9. Pada kasus tertentu sulit untuk mencari hubungan antara paparan dan penyakit.
10.

Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan

apakah kasus dan kontrol benar-benar seimbang.


11.

Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak lengkap

dan sering terjadi penyimpangan.


12.

Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika masalah

kesehatan yang sedang diteliti terdapat di masyarakat lebih dari 5%.


13.

berbeda.

Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua populasi yang

D. MANFAAT STUDI CASE CONTROL

Manfaat studi case control adalah:


1. Untuk mengetahui faktor resiko atau masalah kesehatan yang diduga mempunyai hubungan

dengan penyakit di masyarakat.


2. Untuk kasus yang jarang dijumpai dan berkembang laten di masyarakat.

E. CONTOH KASUS

Suatu studi ingin mengetahui besarnya faktor resiko obesitas terhadap terjadinya asam urat,
diilustrasikan pada tabel berikut:
FAKTOR RESIKO

EFEK

100

30

180

250

Hitung OR dan apa maknanya!


Jawab:

FAKTOR RESIKO

EFEK

Total

Kasus Asam urat (+)

Kontrol Asam urat (-)

E+ (obesitas)

100

180

280

E- (tidak obesitas)

30

250

280

Total

130

430

560

OR = (aa+b:ba+b)(cc+d:dc+d)
OR = adbc
= 100 x 25030 x 180
= 250005400
= 4,63

Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/
efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.

FAKTOR RESIKO

EFEK

Total

Kasus Asam urat (+)

Kontrol Asam urat (-)

E+ (obesitas)

100

30

130

E- (tidak obesitas)

180

250

430

Total

280

280

560

OR = (aa+b:ba+b)(cc+d:dc+d)
= (100100+30:30100+30)(180180+250:250180+250)
= 4,63
OR = adbc
= 100 x 25030 x 180
= 250005400
= 4,63
Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/
efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.

DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Gary D. 1993. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
http://uningmarlina.wordpress.com/category/ebm/
http://mardiyantibudirahayu.blogspot.com/2010/11/rancangan-penelitian-1.html
http://lisapratiwi.students-blog.undip.ac.id/2010/11/08/desain-studi-epidemiologi/
http://castanea.students-blog.undip.ac.id/2010/11/04/jenis-desain-penelitian/
http://papadiva.wordpress.com/tugas-mirs/
http://prematuredoctor.blogspot.com/2009/12/studi-kasus-kontrol.html
http://www.scribd.com/doc/43978449/MAKALAH-EPIDEMIOLOGI

Anda mungkin juga menyukai