Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAULUAN

2.1

Definisi Postmature
Kehamilan lebih bulan didefinisikan sebagai kehamilan lebih dari 294 hari,dari hari

pertama haid terakhir(FIGO,1982).(Myles,2001:519)


Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/pos datisme
atau pascamaturitas, adalah: kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau
lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
rata-rata 28 hari (WHO 1977, FIGO 1986). (Sarwono,2008:686)
Kehamilan serotinus/posterm dimaksudkan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42
minggu lengkap mulai dari hari menstruasi pertama.Untuk kehamilan yang melampaui batas
42 minggu dikemukakan beberapa nama lainnya:
1. Postdate

: menunjukkan kehamilan telah melampaui umur 42 minggu sejak

hari pertama menstruasi.


2. Postterm : menunjukkan kehamilan telah melampaui waktu perkiraan
persalinan menurut hari pertama menstruasinya.
3. Postmature: menunjukkan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menimbulkan beberapa
komplikasi. (Manuaba,2007:450)
2.2

Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan,sampai saat ini sebab terjadinya

kehamilan postterm belum jelas.Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan
bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya
persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh progesterone
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga
beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori oksitosin
Pemakaian okitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi
kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting
1

dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan
memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia
adrenalin adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servilkalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya
diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berikutnya.
(Sarwono,2009:687)
2.3

Patofisiologi

Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak


menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian
dalam Rahim.

(Manuaba, 1998)

2.4 Diagnosis
Diagnosis postdate,postterm,kehamilan serotinus atau postmature tidak sukar asalkan
mengetahui dengan baik tanggal menstruasi terakhir.Sebagian besar pasien,terutama
dinegara berkembang, tanggal menstruasinya tidak diketahui sehingga diagnosis hamil
serotinus dilakukan secara tidak langsung:
1. Mengetahui tanggal haid terakhir,maka perkiraan tanggal lahir dapat ditentukan
dengan rumus naegle
2. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim,(yang sudah baku)
3. Membandingkan dengan kehamilan orang lain yang sudah bersalin
2

4. Menggunakan

ultrasonografi

untuk

memperkirakan

berat

janin,waktu

persalinan,menentukan biofisik profil janin/kesejahteraan janin intrauteri.


Dengan diagnosis kemungkinan hamil serotinus sehingga pertimbangan
persalinan sebaiknya segera.
(Manuaba,2007:452)
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari riwayat haid,
sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
Riwayat haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana hari pertama
haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti.Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya,diperlukan beberapa kriteria antara lain:
Penderita harus yakin betul dengan HPHT nya
Siklus 28 hari dan teratur
Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya

diagnosis

ditentukan

dengan

menghitung

menurut

rumus

Naegele.Berdasarkan riwayat haid,seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan


postterm kemungkinan adalah sebagai berikut:
Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir
Tangal haid terakhir diketahui jelas,tetapi terjadi kelambatan ovulasi.
Kehamilan memang berlangsung lewat bulan
Riwayat pemeriksaan antenatal
Tes kehamilan.Bila pasien melakukan tes sesudah terlambat 2 minggu,maka

dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.


Gerak Janin.Gerak janin atau quickening umumnya dirasakan ibu pada
umumnya pada usia kehamilan 18-20 minggu. Primi: 18 minggu dan pada
multi: 16 minggu.Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah
quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24 minggu

pada multiparitas.
Denyut jantung janin(DJJ).Dengan stetoskop laennec DJJ dapat didengar
mulai umur kehamilan 18-20 minggu sedangkan dengan Doppler dapat
terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4
kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut.

Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif.


Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler.
Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali.
3

Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop

laennec.
Tinggi fundus uteri
Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter
dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan.Lebih
dari 20 minggu,tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara
kasar.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan ultrasonografi
pada trimester pertama.Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat
mencapai 20 %
Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu,ukuran diameter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat dipakai untuk menentukan berat
janin,keadaan air ketuban,ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan
kehamilan postterm,tetapi sukar untuk memastikan usia kehamilan.
Pemeriksaan radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan.Gambaran epifisis
femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu,epifisis
tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu,dan epifisis kuboid
pada kehamilan 40 minggu.
Pemeriksan Laboratorium
Kadar Lesitin/spingomielin
Bila lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama,maka umur
kehamilan sekitar 22-28 minggu,lesitin 1,2 kali kadar spingomielin:28-32
minggu,pada kehailan genap bulan rasio menjadi 2: 1.Tes ini hanya
digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang untuk
dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah kesalahan dalam tindakan

pengakhiran kehamilan.
Aktivitas tromboplastincairan amnion (ATCA)
Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik,pada
umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45
detik.Bila didapat ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan

berlangsung lewat waktu.


Sitologi cairan amnion
Pengecetan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion.Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10 % maka
kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50 % atau lebih,maka umur
kehamilan 39 minggu atau lebih.
4

Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik> 20 %)mempunyai
sensitivitas 75 %.Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai
untuk menentukan usia gestasi.
(Sarwono,2009:687)

2.5 Permasalahan Kehamilan Postterm


Kehamilan Postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm,terutama
terhadap kematian perinatal (antepartum,intrapartum,dan postpartum)berkaitan dengan
aspirasi mekonium dan asfiksia.Pengaruh kehamilan postterm antara lain sebagai
berikut.
1. Perubahan plasenta
Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada
kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin.Penurunan fungsi plasenta
dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.Perubahan
plasenta sebagai berikut
Penimbunan kalsium.Pada

kehamilan

postterm

terjadi

peningkatan

penimbunan kalsium pada plasenta.Hal ini dapat menyebabkan gawat janin


dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali

lipat.
Selaput vaskulosisisial menjadi tebal dan jumlahnya berkurang.Keadaan ini

dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.


Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema,timbunan

fibrinoid,fibosis,trombosis intervili,dan infark vili.


Perubahan biokimia.Adanya insufisiensi plasentamenyebabkan

protein

plasenta dan kadar DNA dibawah normal sedangkan konsistensi RNA


meningkat. Sehinggadapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterin.
(Sarwono,2009:690)
2. Pengaruh pada janin
Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu.Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan
kadar estriol dan plasental laktogen.Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.Pengaruh kehamilan postterm
terhadap janin antara lain sebagai berikut:
Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta,maka
terjadi penurunan berat janin.Namun seringkali pula plasenta masih dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan
5

bertambahnya umur kehamilan.Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari


4000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari

kehamilan aterm.
Sindroma postmaturitas
Tidak seluruh neonatus

kehamilan

postterm

menunjukkan

tanda

postmaturitas tergantung fungsi plasenta.Berdasarkan derajat insufisiensi


plasenta yang terjadi,tanda postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium:
Stadium I : Kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II: Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
di kulit.
Stadium III

: Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan

pada kuku, kulit, dan tali pusat


Gawat janin atau kematian perinatal
Umumnya disebabkan oleh:
Makrosomia yang dapat menyebabkan

terjadinya

distosiapada

persalinan,fraktur klavikula sampai kematian bayi.


Insufisiensi
plasenta
yang
berakibat
pertumbuhan

janin

terhambat,Oligohidramnion,Hipoksia janin,dan keluarnya mekonium


yang berakibat dapat terjadi aspirasi mekonium pada janin.
Cacat bawaan
Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tak
stabil,hipoglikemi,polisitemi,dan kelainan neurologik.
3. Pengaruh pada Ibu
Morbiditas/mortalitas ibu
Aspek emosi
(Sarwono,2009:691)

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan lebih bulan harus memperhitungkan adanya peningkatan
risiko terhadap janin sejalan dengan bertambah lamanya kehamilan.Dua bentuk asuhan
yang diberikan:penatalaksanaan kehamilan dengan pengawasan janin atau induksi
persalinan elektif sebelum usia gestasi 42 minggu.Keduanya bertujuan mengurangi
bahaya pada janin.
(Myles,2011:521)
Sikap bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu:
6

Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap


rangsangan kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam
melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan:
1.
-

Anamnesa
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
Hasil anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.

2.
3.
-

Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat dijumpai:
Berat badan ibu mendatar atau menurun
Air ketuban terasa berkurang
Gerak janin menurun
Bagaimana sikap bidan
Menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap:
Melaukan konsultasi dengan dokter
Menganjurkan untuk melakukan persalinan di RS
Penderita dirujuk ke RS untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
(Manuaba, 1998: 225)

Pengelolaan Kehamilan postterm :


1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan(postterm)
atau bukan.
2. Mengidentifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin
Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan contraction stress
test dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap gerak janin
atau kontraksi uterus.Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan besar
janin,DJJ,gangguan pertumbuhan janin,keadaan dan derajat kematangan
plasenta,jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban.
Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan estriol.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjectif(normal rata-rata 7 kali/20 menit)
atau secara objektif dengan tokografi (normal 10 kali/20 menit)
Amnioskopi.Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jerih mungkin keadaan
janin masih baik.Sebaliknya,air ketuban sedikit dan mengandung mekonium
akan mengalami risiko 33 % asfiksia.
3. Memeriksa kematangan serviks dengan skor Bishob.Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm.Sebagian besar
kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada
usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
(Sarwono,2009:694)
7

Table 1. Skor Bishop


Faktor

Dilatasi serviks (cm)

1-2

3-4

5+

Penipisan serviks (%)

0-30%

40-50%

60-70%

80%

Konsistensi serviks

Keras

Sedang

Lunak

Posisi serviks

Posterior

Medial

Anterior

Stasi dari verteks

-3

-2

-1, 0

+1, +2

(Taber,1994:527)
4. Bila serviks telah matang (dengan nilai Bishop> 5)dilakukan induksi persalinan dan
dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan
janin.Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko kegagalan
ataupun persalinan tindakan.
5. Bila serviks belum matang,perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan
tidak diakhiri:
NST dan penilaian volume kantong smnion.Bila normal kehamilan dapat
dilanjutkan dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua kali.
Bila ditemukan oligohidramnion,maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif,tes pada kontraksi (CST)
harus dilakukan Bila positif,terjadi deselerasi lambat berulang,variabilitas
abnormal(<5/20 menit) menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin,mendorong
agar janin segera dilahirkan dengan mempertimbangkan bedah sesar. Sementara
itu,itu bila CST negatif kehamilan dapat dibiarkan berlangsung dan penilaian jani
dilakukan lagi 3 hari kemudian.
Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang setisp kunjungan pasien dan
kehamilan dapat diakhiri bila serviks matang.
6. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
(Sarwono,2009:694)
Bagan Penanganan kehamilan Postterm
Kriteria

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur


kehamilannya lebih dari 42 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir

Kategori

Kehamilan postterm tanpa Kehamilan


kelainan

postterm

dengan kelainan

Penilaian
Skor Bishop
Pemantauan janin
Letak janin

Skor > 5
Baik
normal

skor < 5
ada kelainan
ada kelainan
PENANGANAN

Polindes

Puskesmas

Rumah Sakit

- Penilaian umur kehamilan


- Riwayat obstetri yang lalu
- Tinggi fundus uteri
- Faktor risiko
- Kehamilan > 41 minggu

HPHT

- Penilaian umur kehamilan


- Riwayat obstetri yang lalu
- Tinggi fundus uteri
- Faktor risiko
- Kehamilan > 41 minggu

HPHT

(rujuk)

(rujuk)

- Penilaian ulang umur kehamilan


- Penilaian skor Bishop
- Pemeriksaan fetal assessment
- USG
- NST (kalau perlu CST)
Skor Bishop < 5
a. NST normal
- USG oligohidramnion
- Bayi
tidak
makrosomia
b.

->

induksi persalinan
Deselerasi variabel ->
induksi

Skor Bishop > 5


Anak tidak besar
NST reaktif
Penempatan normal
Lakukan induksi (sambil
observasi)

persalinan

dengan observasi
c. -volume amnion normal
- NST non reaktif
- CST baik -> induksi
persalinan
d. Kehamilan lewat dari
42 minggu sebaiknya
diterminasi
Seksio sesarea dilakukan
bila ada konra indikasi
induksi persalinan
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm
sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus dilakukan pengamatan ketat dan
9

sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan


neonatal yang memadai.
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran
kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan
kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score).
Ada beberapa cara untuk penatalaksanaan kehamilan posterm, antara lain:
a. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
b. Induksi dengan oksitosin.
c. Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa
kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian
menyarankan induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan
angka kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain:
1. Kehamilan aterm
2. Ada kemunduran his
3. Ukuran panggul normal
4. Tidak ada disproporsi sefalopelvik
5. Janin presentasi kepala
6. Serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai
membuka).
7. Sudah dilakukan pengukuran pelvik sebelumnya.

Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan

berhasil.
Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian
lakukan pengukuran PS lagi.

Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU. Sebelum
dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat
KTG (Kardiotokografi), serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan
skor pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan
dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai
dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga
timbul his yang adekuat.
Selama pemberian infus,

kesejahteraan

janin

tetap

diperhatikan

karena

dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus
dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat
belum muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
10

yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio


sesaria.
Tindakan operasi seksio cecaria dapat dipertimbangkan pada:
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan
tanda-tanda inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan
dapat diminimalis.
Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:
1. Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5%, banyak digunakan.Teknik induksi dengan infus glukosa lebih
sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal
tercapai.Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi
persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam atau lakukan opersai
seksio sesarea.
2. Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan.
Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi
otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat
diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontrasi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin.
Pemakaian sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador)
dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).Menurut Arief Mansjoer (2001)
Penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan
dengan cara:

11

Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 inggu dengan menilai gerakan janin dan tes

tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
Induksi Persalinan.

12

DAFTAR PUSTAKA
F Hacker,Nevile,dkk.2001.Essensial Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Hipokrates
Manuaba,I.B.G dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:Penerbit Buku KedokteranEGC
Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluatga Berencana.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

13

Anda mungkin juga menyukai