Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR

PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL


TPA KOTA BLITAR

BAB 4
ANALISIS

PERSAMPAHAN

KOTA

BLITAR

(TPA)

4.1. Wilayah Layanan dan Penanganan Persampahan


4.1.1.

Wilayah Layanan dan Kependudukan

Wilayah layanan persampahan Kota Blitar seluas 32 km 2 dan


dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2013 mencapai
0,9 persen. Wilayah layanan persampahan Kota Blitar meliputi
Kecamatan Sukorejo, Kepanjenkidul, Sananwetan. Sedangkan
jumlah penduduk Kota Blitar menurut Kelurahan tahun 20092013 pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Blitar Menurut Kelurahan
Tahun 2009-2014
Kelurahan

Jumlah Penduduk
2009
47.38
7
3.315
5.265
3.011
4.257
14.08
1

2010
47.75
0
3.367
5.326
3.052
4.281
14.10
9

2011
48.45
7
3.408
5.375
3.056
4.348
14.24
1

6. Pakunden

9.734

9.772

9.957

7. Tanjungsari

7.724
39.99
7
8.146
5.828
6.002
5.030
4.793

7.843
40.08
2
8.027
5.771
5.977
5.128
4.847

8.072
40.94
4
8.131
5.821
6.067
5.271
5.056

010. Sukorejo
1.
2.
3.
4.

Tlumpu
Karangsari
Turi
Blitar

5. Sukorejo

020. Kepanjenkidul
1.
2.
3.
4.
5.

Kepanjenkidul
Kepanjenlor
Kauman
Bendo
Tanggung

2012
49.28
3
3.498
5.430
3.083
4.419
14.42
6
10.13
1
8.296
41.45
4
8.190
5.803
6.127
5.374
5.140

2013
49.71
2
3.561
5.461
3.139
4.457
14.49
9
10.18
3
8.412
41.94
5
8.239
5.840
6.163
5.454
5.234

IV-1

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Kelurahan
6. Sentul
7. Ngadirejo
030. Sananwetan
1.Rembang
2.Klampok
3. Plosokerep
4.Karangtengah
5.Sananwetan
6.Bendogerit
7. Gedog
Kota Blitar

4.1.2.
A.

Jumlah Penduduk
2009
7.112
3.086
52.08
7
2.771
4.068
4.354
7.121
13.53
0
10.35
8
9.885
139.4
71

2010
7.126
3.206
52.74
2
2.795
4.144
4.403
7.096
13.66
8
10.54
1
10.09
5
140.5
74

2011
7.281
3.317
53.81
7
2.883
4.314
4.495
7.201
13.78
4
10.72
8
10.41
2
143.2
18

2012
7.424
3.396
54.56
3
2.948
4.396
4.529
7.269
13.93
1
10.83
1
10.65
9
145.3
00

2013
7.533
3.482
54.94
5
2.960
4.477
4.546
7.323
13.93
4
10.90
4
10.80
1
146.6
02

Penanganan Persampahan Kota Blitar

Permasalahan penanganan sampah


Permasalahan sampah yang sama setiap tahun yang dimiliki

Kota Blitar yaitu bertambahnya volume sampah sehingga dalam


pengelolaan dan pengolahan sampah diperlukan lahan tambahan
TPA dan dengan dilengkapi instalasi pengolahan air lindi (IPL).
Secara detail area pelayanan persampahan Kota Blitar meliputi 3
kecamatan yang terdiri 22 desa/kelurahan. Tingkat pelayanan
persampahan pada sebesar 55% dengan jumlah penduduk yang
terlayani adalah sebesar 80.631 jiwa. Jumlah sampah yang
terangkut sebesar 36 ton/hari = 12.960 ton/tahun. Pada Tabel 4.2
ditampilkan tentang tingkat pelayanan sampah Kota Blitar untuk
setiap

Kecamatan

yang

telah

mendapatkan

pelayanan

persampahan.
Tabel 4.2 Area Pelayanan Sampah di Kota Blitar

IV-2

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Kecamatan

Keluraha
n

Sukorejo

Tlumpu
Karangsari
Turi
Blitar
Sukorejo
Pakunden
Tanjungsar
i
Kepanjen
Kepanjen
Kidul
Kidul
Kepanjenlo
r
Kauman
Bendo
Tanggung
Sentul
Ngadirejo
Sananwetan Rembang
Klampok
Plosokerep
Karangten
gah
Sananweta
n
Bendogerit
Gedog
TOTAL

Tingkat
Pelayana
n
(%)
3
3
3
2
-

Jumlah Sampah
Terangkut
(M3/Hari)

8
8
7
2
1
2
5
3
3
50

218

B. Timbulan dan komposisi sampah


Timbulan

sampah

merupakan

dasar

dari

perencanaan,

perancangan, dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan.


Apabila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk
menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut (E. Damanhuri, 2004):

IV-3

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
1). Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5
L/orang/hari, atau 0,4 0,5 Kg/orang/hari.
2). Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 2
L/orang/hari, atau 0,3 0,4 Kg/orang/hari.
Berdasarkan kriteria pada SNI 19-3964-1994, ukuran kota di
klasifikasikan atas ukuran kecil, sedang dan besar. Kota kecil
adalah kota dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa, kota
sedang dengan penduduk lebih besar dari 100.000 jiwa dan
kurang dari 500.000 jiwa dan kota besar adalah Kota dengan
penduduk lebih dari 500.000 jiwa. Dengan acuan kriteria ini
maka Kota Blitar masuk Kota Besar. Untuk itu sebagai Kota Blitar
termasuk dalam kategori kota sedang dengan jumlah penduduk
lebih dari 100.000 jiwa, sehingga angka timbulan sampah
berkisar 1,5-2 L/orang/hari atau 0,3-0,4 kg/orang/hari.
Bagi sebuah kota, seperti Kota Blitar sampah merupakan
persoalan

yang

tiada

habisnya

dan

setiap

tahun

selalu

bertambah baik secara kuantitatif dan kualitas. Volume sampah


yang dihasilkan penduduk Kota Blitar tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.3 Beban Sampah Kota Blitar
No

Uraian

Satuan

Volume Sampah

.
1.
2.
3.
4.

TPA Sampah
Ditimbun
Diangkut petugas
Dibuang
ke

Lokasi
m3/tahun
m3/tahun
m3/tahun

1
121.910 m3/tahun
79.570 m3/tahun
121,91 m3/tahun

5.

sungai
Lainnya

m3/tahun

12.069,1
m3/tahun

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Blitar, RPJMD Kota


Blitar 2011-2015

IV-4

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Untuk komposisi sampah Kota Bliar Tahun 2009, didominasi


oleh sampah organik 66,55% dan sampah anorganik sekitar
33,45%. Berikut ini tabel 4.4 mengenai komposisi fisik sampah
Kota Blitar.
Tabel 4.4 Komposisi Fisik Sampah Kota Blitar
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jenis Material
Sampah
Sisa Makanan
Kayu, ranting dan
daun
Kertas
Plastik
Logam
Kain dan Tekstil

Jumlah
(%)

Jumlah (m3/hari)

25%
5%

11.250
2.250

20%
20%
10%
5%

9.000
9.000
4.500
2.250

Karet dan Kulit


5%
2.250
Kaca
5%
2.250
Lain - lain
5%
2.250
100,00
45.000
Jumlah
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Blitar

C. Sub Sistem Penampungan Sementara (TPS)


Pada umumnya TPS berupa transfer depo (bangunan semen)
dan kontainer. TPS memiliki satu atau dua kontainer bahkan 3
kontainer tergantung volume sampah pada daerah yang dilayani.
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Blitar, saat ini terdapat 18 TPS, 20 kontainer dengan kapasitas 6
m3 (kapasitas total 150 m3) yang tersebar di beberapa wilayah di
Kota Blitar. Kontainer dan transfer depo yang ada pada saat ini
belum mencakup seluruh wilayah kota Blitar, sehingga perlu
peningkatan jumlah dan modifikasi TPS agar mencukupi. Selain
itu,

belum

ada

pembagian

secara

jelas

tentang

cakupan

pelayanan wilayah TPS, sehingga terdapat TPS yang dengan

IV-5

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
beban volume tinggi melebihi kapasitasnya dan sebaliknya.
Keberadaan lokasi TPS Kota Blitar dibagi menjadi 4 zona (Zona 1,
Zona 2, Zona 3 dan Zona 4). Pembagian zona didasarkan pada
pembagian tugas pengangkut sampah ke TPA. Pada Zona 1, 2, 3,
dan 4 sampah yang terangkut berkisar 77,6 m 3/hari, 55,2
m3/hari, 60,2 m3/hari, 39,8 m3/hari.
4.2. Perencanaan Pengolahan TPA
Perencanaan pengolahan TPA ditetapkan menggunakan
sanitary landfill dilengkapi dengan sistem penyaluran lindi,
sistem ventilasi gas, sistem drainase, jalan, dan instalasi
pengolahan

air

lindi

(IPL).

Perencanaan

sanitary

landfill

mempunyai persyaratan sebagai berikut:


4.2.1.

Parameter Perencanaan TPA

Terdapat dua parameter yang harus lebih dulu diketahui


dalam merencanakan pembuatan TPA, yaitu besarnya timbulan
sampah dan kebutuhan luas lahan yang akan digunakan sebagai
TPA. Pada bagian ini akan dibahas dan diperhitungkan besar
timbulan sampah dan kebutuhan luas lahan.
A. Timbulan Sampah
Timbulan sampah merupakan jumlah sampah yang dihasilkan
dari suatu wilayah yang umumnya dinyatakan dalam satuan
volume yaitu m3/hari atau satuan berat yaitu ton/hari. Besarnya
timbulan sampah rata-rata per penduduk disebut dengan laju
timbulan sampah yang dinyatakan dengan liter/orang/hari atau
kg/orang/hari

yang

merupakan

hasil

pembagian

timbulan

sampah total kota dengan total penduduk yang mendiami kota


tersebut.
Dalam menghitung timbulan tersebut diperlukan jumlah
penduduk yang telah diproyeksi. Berikut ini adalah beberapa
metode proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara lain
IV-6

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
metode least square, geometrik, aritmatik, dan eksponensial,
dimana pemilihan metode yang digunakan sangat tergantung
kecenderungan pertumbuhan penduduk dan arekteristik kota
perencanaan. Metode tersebut adalah:
1. Metode Aritmatik
Metode yang terutama digunakan untuk memproyeksikan
penduduk

pada

suatu

daerah

dimana

pertambahan

penduduknya terjadi secara linier. Persamaan matematis


yang digunakan adalah:
Pn = Po + r (dn)
Dimana:
Pn : Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po : Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r

: Rata-rata pertambahana penduduk tiap tahun

dn : Kurun waktu proyeksi


2. Metode Geometrik
Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk
pada suatu daerah dimana pertambahan penduduknya
terjadi secara eksponensial. Persamaan matematis yang
digunakan adalah:
Pn = Po (1+r) dn
Dimana:
Pn : Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po : Jumlah penduduk pada awal proyeksi
r

: rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun

dn : kurun waktu proyeksi


3. Metode Least Square
Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah:

IV-7

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
Pn = a + (b.t)

dimana,
t : tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
Penentukan metoda yang dipakai untuk proyeksi penduduk,
terlebih dahulu kita mencari nilai korelasi (r) untuk tiap-tiap
metoda. Pada metoda yang mempunyai nilai korelasi paling
mendekati nilai 1, itulah yang akan dipakai. Rumus nilai korelasi
(r) adalah sebagai berikut:

Berikut ini adalah tabel perhitungan nilai korelasi:


Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Korelasi dengan Metode
Aritmatika

Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Korelasi dengan Metode

Geometrik

IV-8

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Tabel 4.7 Perhitungan Nilai Korelasi dengan Metode


Leasst Square

Tabel

4.8 Nilai Koefisien Korelasi


Geometrik, dan Least Square

dari

Aritmatika,

Dari hasil pada tabel di atas menyebutkan bahwa nilai


koefisien korelasi dari aritmatika, geomatrik, dan least square
yang terpakai mendekati nilai 1, maka metode least square
dipakai untuk perhitungan proyeksi sebagai berikut:

Pn

= a + (b x t)

P2014 = 143147,2 + (1899,8 x 6)


P2014 = 1545546 jiwa
Berikut adalah hasil proyeksi penduduk dari tahun 2014 hingga
2030
Tabel 4.9 Hasil Proyeksi Penduduk Kota Blitar Tahun 20142030

IV-9

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Lanjutan Tabel 4.9

IV-10

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
Telah diketahui timbulan sampah di wilayah Kota Blitar yaitu 45
ton/hari dengan jumlah sampah yang masuk TPA/hari 36 ton.
Maka timbulan sampah perhari, sebagai berikut :
Timbulan sampah

=
= 180 m3/hari

B. Kebutuhan Luas Lahan


Dalam kondisi sederhana semua sampah yang dihasilkan
akan dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke TPA. Namun, saat
ini telah banyak kota mengembangkan sistem pengelolaan
dengan menerapkan prinsip pengurangan, pemanfaatan kembali,
pendaurulangan sampah dan kegiatan lainnya yang secara
langsung berakibat pada menurunnya jumlah sampah yang
harus dibuang. Hal ini terutama disebabkan ooleh semakin
sulitnya mendapatkan lahan pembuangan sampah.
Besarnya lahan TPA yang diperlukan akan tergantung pada
bearnya sampah yang akan dibuang. Semakin besar sampah
yang dihasilkan satu kota, semakin luas pula TPA yang diperlukan
untuk

menampungnya. Maka

kebutuhan luas

lahan dapat

diketahui dari data timbulan sampah yang masuk TPA. Berikut ini
adalah perhitungan kebutuhan luas lahan:
1. Laju timbulan sampah per orang per tahun (kg/orang/tahun)

2. Volume sampah padat dan tanah penutup per orang per


tahun
(m3/orang/tahun)

IV-11

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

V = Volume sampah padat dan tanah penutup per orang per


tahun (m3/orang/tahun)
R = Laju timbulan sampah per orang per tahun (kg/orang/tahun)
D = Density ( kepadatan) sampah sebelum dipadatkan yang tiba
di TPS/
TPA (kg/m3)
P = Prosentase pengurangan volume karena pemadatan dengan
alat (3 x lintasan) kurang lebih ( 50% s/d 75%)
Selanjutnya perhitungan timbulan yang masuk TPA ( 80%),
sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk tahun 2015 : 156.446 jiwa
2. Total timbulan
: V x Jumlah penduduk
tahun 2015

: 0,21 m3/orang/tahun x 156.446

jiwa

: 32.850 m3/tahun
3. Timbulan yang masuk TPA (80%) : 80% x total timbulan
: 26.280 m3/tahun
Untuk

akumulasi

kebutuhan

luas

lahan

TPA

dengan

kedalaman rencana 4 meter dan tinggi timbunan 8 meter,


sehingga totalnya adalah 12 m, dapat dilihat pada tabel berikut.
Jika ketersediaan lahan seluas 1,55 Ha, maka diperkirakan hanya
digunakan sampai pada tahun ke kedua (tahun 2017). Jika
diasumsikan TPA dibangun pada tahun 2015 dan dioperasikan
pada tahun 2016, maka pada tahun 2017 TPA tersebut akan
penuh dengan total lahan yang dipakai untuk TPA adalah 0,50
Ha,

dan

0,10

Ha

sisanya

dimanfaatkan

untuk

Instalasi

Pengolahan Air Lindi (IPL) dan sarana prasarana lainnya.


Tabel 4.10 Kebutuhan Lahan dan Timbulan Sampah per
hari

IV-12

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Tahu
n

Jumlah
Pendudu
k

Timbula
n
sampah
per hari

Jumlah
timbulan
per orang

Blitar

(m3/hari
)

(m3/org/tah
un)

2014

154.546

2015

156.446

180,00

0,21

2016

158.346

182,19

0,21

2017

160.246

184,37

0,21

2018

162.146

186,56

0,21

188,74

0,21

190,93

0,21

193,12

0,21

195,30

0,21

197,49

0,21

199,67

0,21

201,86

0,21

204,04

0,21

206,23

0,21

208,42

0,21

206,23

0,21

208,42

0,21

Sampa
h
masuk
ke TPA

Akumulasi
kebutuhan
lahan (Ha)

/tahun

80%

(total
tinggi
12m)

32.850,0
0
33.248,9
6
33.647,9
1
34.046,8
7

26.280,
00
26.599,
16
26.918,
33
27.237,
49

34.445,6
1
34.844,5
7
35.243,5
2
35.642,4
8
36.041,4
3
36.440,1
8
36.839,1
4
37.238,0
9
37.637,0
5
38.036,0
0
37.637,0
5
38.036,0
0

27.556,
49
27.875,
65
28.194,
82
28.513,
98
28.833,
15
29.152,
14
29.471,
31
29.790,
47
30.109,
64
30.428,
80
30.109,
64
30.428,
80

Jumlah
Timbula
n

0,22
0,50
0,79

Lanjutan Tabel 4.10


2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030

164.0
45
165
.945
1
67.845
1
69.745
1
71.645
1
73.544
1
75.444
1
77.344
1
79.244
1
81.144
1
79.244
1
81.144

IV-13

1,07
1,36
1,66
1,95
2,25
2,56
2,86
3,18
3,49
3,81
4,12
4,44

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

4.2.2.

Perencanaan Sanitary Landfill

Fasilitas perlindungan lingkungan yang dibutuhkan TPA


adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan Tanggul
Perencanaan tanggul dibagi menjadi 4 tahap. Pada setiap
tahap perhitungan stabilitas tanggul dapat dilihat uraian
berikut.
1. Tahap I
Urutan analisa perhitungan stabilitas tanggul pada tahap I
adalah sebagai berikut:
a. Berat Tanggul dan Sampah
Fr

= 0.6

Bronjong = 1850 kg/m3


Sampah
-

= 600 kg/m3

Berat tanggul

(Wt) = p x l x t x Bronjong
= 357.108 x 12 x 3 x 1850
= 23783392.8 kg

Berat Sampah

= Asampah x t x Sampah
= 5977.050 x 3 x 600
= 10758690 kg

b. Gaya yang bekerja


-

Tekanan Sampah F1
Ka

= tan2 (45 /2)


= tan2 (45 15/2)
= tan2 37.5 = 0.59

F1

= 0.5 x Sampah x h2 x Ka
= 0.5 x 600 x 32 x 0.59
= 1593 kg

Akibat Gempa (Ga)


Ga

= Wt x f

IV-14

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
= 23783392.8 x 0.01
= 237833.928 kg
c. Tinjauan Geser (Fs)
Fs= (( Wt x Fr)/ H)
= ((23783392.8 x 0.6)/(1593 + 237833.928))
= 59.6 1.5

1.5
1.5

OK!!

IV-15

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
d. Gambar detail

3m

Tanggul TPA
(Bronjong_)

Saluran

Jalan

Saluran

12m

Gambar Detail Tanggul Tahap I


2. Tahap 2
Urutan analisa perhitungan stabilitas tanggul pada tahap II
adalah sebagai berikut:
a. Berat Tanggul dan Sampah
Fr

= 0.6

Bronjong = 1850 kg/m3


Sampah
-

= 600 kg/m3

Berat tanggul

(Wt) = Luas x p x Bronjong


= 63 x 357.108 x 1850
= 41620937.4 kg

Berat Sampah

= Asampah x t x Sampah
= 5977.050 x 6 x 600
= 21517380 kg

b. Gaya yang bekerja


-

Tekanan Sampah F1
Ka

= tan2 (45 /2)


= tan2 (45 15/2)
= tan2 37.5 = 0.59

F1

= 0.5 x Sampah x h2 x Ka
= 0.5 x 600 x 32 x 0.59
= 1593 kg

IV-16

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
-

Akibat Gempa (Ga)


Ga

= Wt x f
= 41620937.4 x 0.01
= 416209.374 kg

c. Tinjauan Geser (Fs)


Fs= (( Wt x Fr)/ H)

1.5

= ((41620937.4x 0.6)/(1593 + 416209.374))


= 59.7 1.5

1.5

OK!!

d. Gambar detail

Tanggul TPA
(Bronjong_)

9m

3m

3m

3m

Saluran

Jalan

Saluran

12m

Gambar Detail Tanggul Tahap II


3. Tahap 3
Urutan analisa perhitungan stabilitas tanggul pada tahap
III adalah sebagai berikut:
a. Berat Tanggul dan Sampah
Fr

= 0.6

Bronjong = 1850 kg/m3


Sampah
-

= 600 kg/m3

Berat tanggul

(Wt) = Luas x p x Bronjong


= 81 x 357.108 x 1850
= 53512633.8 kg

IV-17

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
-

Berat Sampah

= Asampah x t x Sampah
= 5977.050 x 9 x 600
= 32384070 kg

b. Gaya yang bekerja


-

Tekanan Sampah F1
Ka

= tan2 (45 /2)


= tan2 (45 15/2)
= tan2 37.5 = 0.59

F1

= 0.5 x Sampah x h2 x Ka
= 0.5 x 600 x 32 x 0.59
= 1593 kg

Akibat Gempa (Ga)


Ga

= Wt x f
= 53512633.8 x 0.01
= 535126.338 kg

c. Tinjauan Geser (Fs)


Fs= (( Wt x Fr)/ H)

1.5

= ((53512633.8 x 0.6)/(1593 + 535126.338))


= 59.82 1.5

1.5

OK!!

d. Gambar detail

3m

6m

Tanggul TPA
(Bronjong_)

3
m

3
m

3
m

3m

Saluran

Jalan

Saluran

12m
DETAIL TANGGUL TPA TAHAP
III
Skala 1:50

Gambar Detail Tanggul Tahap III

IV-18

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

4. Tahap 4
Urutan analisa perhitungan stabilitas tanggul pada tahap
III adalah sebagai berikut:
a. Berat Tanggul dan Sampah
Fr

= 0.6

Bronjong = 1850 kg/m3


Sampah
-

= 600 kg/m3

Berat tanggul

(Wt) = Luas x p x Bronjong


= 90 x 357.108 x 1850
= 59458482 kg

Berat Sampah

= Asampah x t x Sampah
= 5977.050 x 12 x 600
= 43034760 kg

b. Gaya yang bekerja


-

Tekanan Sampah F1
Ka

= tan2 (45 /2)


= tan2 (45 15/2)
= tan2 37.5 = 0.59

F1

= 0.5 x Sampah x h2 x Ka
= 0.5 x 600 x 32 x 0.59
= 1593 kg

Akibat Gempa (Ga)


Ga

= Wt x f
= 59458482 x 0.01
= 594584.82 kg

c. Tinjauan Geser (Fs)


Fs= (( Wt x Fr)/ H)

1.5

IV-19

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
= ((59458482 x 0.6)/(1593 + 594584.82))
1.5
= 59.84 1.5

OK!!

d. Gambar detail
Tanggul TPA
(Bronjong_)
3m

3m

3m

3m

3m

3m

3m

3m

Saluran

Jalan

Saluran

Gambar Detail Tanggul Tahap IV


B. Pembentukan Dasar TPA
Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga leachate
terhambat meresap kedalam tanahdan tidak mencemari air
tanah. Koefisien pearmeabilitas lapisan dasar TPA harus lebih
kecil dari 10-6 cm/det. Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan
dengan cara melapisi dasar TPA dengan tanah lempung yang
dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembrane setebal 1,5-2 mm,
tergantung pada kondisi tanah. Dasar TPA harus dilengkapi
saluran pipa pengumpul leachate dan kemiringan minimal 2%
kearah saluran pengumpul maupun penampung leachate. Bila
menurut

desain

perlu

digunakan

geosintetis

seperti

geomembran, geotekstil, nonwoven, geonet, dan sebagainya.


C. Saluran Pengumpul Leachate
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air
eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas

IV-20

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses
dekomposisi
kuantitas

biologis.

dan

Dari

kualitas

sana

lindi

dapat

akan

diramalkan

sangat

bahwa

bervariasi

dan

berfluktuasi (Lihat gambar 4.1). Dapat dikatakan bahwa kuantitas


lindi yang dihasilkan akan banyak tergantung pada masuknya air
dari luar, sebagian besar dari air hujan, disamping dipengaruhi
oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah
penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya.
Kemampuan tanah dan sampah untuk menahan uap air dan
kemudian menguapkannya bila memungkinkan, menyebabkan
perhitungan timbulan lindi agak rumit untuk diprakirakan. Dalam
kaitannya dengan perancangan prasarana sebuah landfill, paling
tidak terdapat dua besaran debit lindi yang dibutuhkan dari
sebuah lahan urug, yaitu:
Guna perancangan saluran penangkap dan pengumpul
lindi, yang
mempunyai skala waktu dalam orde yang kecil (biasanya
skala jam), artinya saluran tersebut hendaknya mampu
menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu
tersebut
Guna perancangan pengolahan lindi, yang biasanya
mempunyai
orde dalam skala hari, dikenal sebagai debit rata-rata
harian.

IV-21

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Gambar 4.1 Skema terjadinya lindi (Vesilind, 2002)


Rancangan

praktis

yang

sering

digunakan

untuk

perancangan antara lain adalah:


1) Debit pengumpul lindi:
-

Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian dari


data beberapa tahun

Asumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4


jam sebanyak 90%

2) Debit pengolah lindi:


-

Dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari


data beberapa tahun, atau

Dihitung dari neraca air, kemudian diambil perkolasi


kumulasi bulanan yang maksimum

Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan


pengoperasian landfill, yaitu:
1) Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian): dalam
tahapan ini, bagian-bagian yang belum ditutup tanah

IV-22

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
penutup harian, baik lahan yang sudah dipersiapkan
maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup harian,
akan meresapkan sejumlah air hujan yang lebih besar.
2) Setelah

pengoperasian

selesai

(tertutup

seluruhnya):

dalam kondisi ini sampah telah dilapisi tanah penutup


akhir. Tanah penutup akhir berfungsi untuk mengurangi
infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan berkurang.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam memprediksi
banyaknya lindi dari sebuah landfill adalah dengan metode
neraca air dengan Metode Thorntwaite, dalam hal ini hanya
perhitungan infiltrasi yang diperlukan, berikut ini adalah contoh
perhitungan infiltrasi:

Rata-rata curah hujan Kota Blitar pada bulan Januari


dari tahun 2004 - 2013: 22,38 mm

Menurut Damanhuri, 2008, tanah yang digunakan


sebagai penutup akhir adalah: 60% sand, 10% clay,
30% silt. Ketebalan tanah penutup 0,6 m dan memiliki
2 % slope datar pada permukaannya. Dengan data
60% sand, 10% clay, dan 30% silt maka dari segitiga
tekstur tanah (USDA), hasil menunjukkan sandy loam.

IV-23

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Gambar 4.2 Segitiga Tekstur Tanah (USDA)

Menentukan nilai koefisien runoff (CRo) menggunakan


nilai empirik pada Tabel 4.11 untuk permukaan tanah
datar dengan slope 2 %. Dilihat dari tabel nilai empiris
maka, nilai koefisien runoff (Cro) berkisar 0,10 0,15,
sehingga CRo yaitu 0,125 (Mcbean, 1995).

IV-24

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Gambar 4.3 Nilai empiris untuk menentukan koefisien


runoff
Sumber : Joint Committe of WPCF dan ASCE (1970)

Menghitung nilai runoff bulan Januari:


Ro = P x CRo
= 22,38 mm x 0,125
= 2,80 mm

Menghitung nilai infiltrasi, I (mm):


I

= P Ro
= 22,38 2,80
= 19,58 mm/hari

Hasil perhitungan nilai infiltrasi setiap bulan dapat dilihat


pada Tabel 4.11.
Untuk saluran pengumpul leachate terdiri dari saluran
pengumpul sekunder dan primer.

Kriteria

saluran

pengumpul

sekunder

adalah

sebagai

berikut:
Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbun
Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari
dasar lahan dengan kemiringan minimal 2 %
Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa HDPE
atau pipa PVC AW
Dasar saluran dapat dilapisi dengan liner (lapisan
kedap air)

Kriteria saluran pengumpul primer adalah sebagai berikut:

IV-25

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR

Menggunakan

pipa

HDPE

atau

pipa

PVC

AW

berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul leachate


tidak berlubang), saluran primer dapat dihubungkan
dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol, yang
berfungsi pula sebagai ventilasi yang dikombinasikan
dengan pengumpul gas vertikal.

Syarat pengaliran leachate adalah sebagai berikut:


Gravitasi
Kecepatan pengaliran 0,6-3 m/det

Kedalaman air dalam saluran/pipa (d/D) maksimal


80%, dimana d= tinggi air dan D = diameter pipa
minimum

IV-26

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
Tabel 4.11 Nilai Infiltrasi (I) Untuk Setiap Bulan

IV-27

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
D. Pengolahan Leachate

E. Ventilasi gas

IV-28

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN CELL SANITARY LANDFILL
TPA KOTA BLITAR
Ventilasi

gas

yang

berfungsi

untuk

mengalirkan

dan

mengurangi akumulasi tekanan gas mempunyai kriteria teknis:

Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap


pada setiap lapisan sampah dan dapat dihubungkan
dengan pipa pengumpul leachate.

Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE diameter 150 mm


(diameter lubang perforasi maksimum 1,5 cm).

Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi


timbunan (setiap lapisan sampah ditambah 50 cm).

Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan


pipa besi diameter 150 mm.

Direncanakan jarak antara pipa ventilasi gas secara vertikal


20 m dan horizontal 40 m
Dari rencana tersebut, jumlah pipa ventilasi adalah 4 titik

pipa ventilasi gas.

IV-29

Anda mungkin juga menyukai