Referat Presbikusis - Rusthavia Afrilianti
Referat Presbikusis - Rusthavia Afrilianti
28 MEI 2015
PRESBIKUSIS
Disusun oleh :
Rusthavia Afrilianti, S.Ked
FAA 110 001
Pembimbing :
dr. Nuch Sabunga, Sp.THT-KL
LEMBAR PENGESAHAN
PRESBIKUSIS
REFERAT
Diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir di Bagian
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Temggorok Kepala & Leher
Periode IV (11 Mei 13 Juni 2015)
Tanggal
..
Tanda Tangan
...
KATA PENGANTAR
Puji syukur sebesar-besarnya penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkah
dan rahmat-Nya referat ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya pula
kepada pembimbing referat penyusun, yaitu dr. Nuch Sabunga, Sp.THT-KL yang dengan
sabar telah memberikan bimbingan dan waktunya kepada penyusun untuk referat yang
mengambil judul Presbikusis ini. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih
kepada dr. Moelyadhi Utomo, Sp.THT dan dr. Nunun Chatra Kristinae, Sp.THT-KL yang
telah memberikan bimbingan dan membagikan banyak ilmu yang bermanfaat selama
mengikuti kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan THT-KL ini.
Terima kasih terutama kepada orang tua, untuk mama, yang selalu memberikan
dukungan dan doa, serta untuk teman-teman kelompok F, yaitu dokter-dokter muda
bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT Rotasi 5 yang telah banyak membantu penyusun dalam
penyusunan referat ini. Terima kasih untuk waktu dan semua bantuan yang telah
teman-teman berikan.
Penyusun sadar dalam penyusunan referat ini masih banyak terdapat kekurangan,
semoga dalam penyusunan selanjutnya, penyusun dapat lebih baik lagi.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna dan
membantu generasi dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa-mahasiswi jurusan
kesehatan
lain yang sedang dalam menempuh pendidikan, referat ini berguna sebagai
Palangka Raya,
Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN......
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Anatomi Telinga...............................................................................................
2.2 Fisiologi Mendengar.....................
2.3 Presbikusis........................................................................................................
2.3.1 Definisi....................................................................................................
2.3.2 Etiologi....................................................
2.3.3 Epidemiologi...................................................................
2.3.4 Faktor risiko........................................................................
2.3.5 Patogenesis..............................................................................................
2.3.6 Klasifikasi................................................................................................
2.3.7 Diagnosis.................................................................................................
2.3.8 Penatalaksanaan......................................................................................
2.3.9 Prognosis.................................................................................................
BAB III. KESIMPULAN......
DAFTAR PUSTAKA
1
2
2
6
10
10
10
10
10
12
13
16
17
18
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Anatomi telinga........................................................................................
Membran timpani.....................................................................................
Telinga tengah dan telinga dalam.............................................................
2
2
3
4
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
5
5
13
14
15
15
BAB I
PENDAHULUAN
Presbikusis merupakan salah satu masalah gangguan pendengaran yang sering terjadi.
Diseluruh dunia diperkirakan sekitar 3045% masyarakat diatas umur 65 tahun didiagnosis
menderita presbikusis.1 Presbikusis adalah gangguan pendengaran pada usia lanjut akibat
proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua
sisi telinga.2 Pada audiogram terlihat gambaran penurunan pendengaran yang mulai terjadi
5
pada nada tinggi dan bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya kelainan yang
mendasari selain proses menua secara umum.1
Di US diperkirakan sekitar 2530% dengan usia 6574 tahun didiagnosis menderita
gangguan dengar. Insidens ini meningkat diatas usia 75 tahun sebesar 4050%.1 Etiologi
presbikusis belum diketahui secara pasti, walaupun diduga banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya presbikusis.2
Beberapa peneliti menyokong terjadinya perubahan degenerasi pada telinga dalam
yang mengakibatkan penurunan sel ganglion pada nukleus kohlea ventral, genikulatum
medial, dan olivari kompleks superior yang mengakibatkan penurunan fungsi sel, serta
ditemukannya lipofuscin pada sel epitel dalam duktus kohlea dan sistem vestibuler.
Penurunan sel ganglion mengakibatkan kompresi pada saraf dan aliran darah kohlea yang
lebih lanjut menyebabkan perubahan pada sel rambut dan stria vaskularis. Selain itu
penurunan aliran darah pada kohlea dapat menghilangkan oksigenasi stria vaskularis dan
penurunan aktifitas sel rambut.1
Gangguan proses metabolisme vital pada kohlea menyebabkan perubahan yang
berarti pada sel sensorik, perubahan elastisitas duktus kohlea, dan ligamentum spiralis yang
selanjutnya menyebabkan penurunan sensitifitas pendengaran yang mengiringi proses
menua.1
Prevalensi presbikusis bervariasi, biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Presbikusis merupakan salah satu gangguan pendengaran yang menjadi perhatian program
penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian (PGPKT). Tujuan program tersebut
adalah menurunkan angka presbikusis sebesar 30% pada tahun 2030. Diharapkan dengan
program tersebut dapat dicegah peningkatan populasi presbikusis dengan memperhatikan
faktor-faktor risikonya.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
inkus dan stapes. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.4,6
Bagian koklea labirin merupakan saluran melingkar yang pada manusia panjangnya
35 mm dan membentuk 2 kali putaran. Disepanjang struktur ini terdapat membran basilaris
dan membran reissner yang membaginya menjadi tiga ruang (skala). Skala vestibuli dibagian
atas dan skala timpani dibagian bawah mengandung perilimfe dan berhubungan satu sama
lain di apeks koklea melalui lubang kecil yang disebut helikotrema. Didasar koklea, skala
vestibuli berakhir di fenestra ovalis, yang tertutup oleh lempeng kaki stapes. Skala timpani
berakhir di fenestra rotundum, yakni foramen di dinding medial telinga tengah yang tertutup
8
oleh membran timpani sekunder yang lentur. Skala media, dan ruang koklea tengah,
bersambungan dengan labirin membranosa serta tidak berhubungan dengan dua skala
lainnya.7
Terletak diatas membrana basilaris dari basis ke apeks adalah organ korti, yang
mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ
corti tediri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000).
sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat-jungkit
yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung
bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal
dengan membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung
yang terleak dimedial disebut sebagai limbus.6
Bagian vestibulum telinga dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan kanalis semisirkularis.
Sakulus dan utrikulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi selsel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini
terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar
daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit akan membengkokkan
silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.6
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui sebuah duktus sempit yang juga
merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang
tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus.
Masing-masing kanalis memiliki suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan
mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa.
Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya
akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.6
respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan
frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela
oval. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada
perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih
besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara 15 22 kali
pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar,
efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan
tekanan gelombang suara.9
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan
timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan,
tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol
ke dalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris.7
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di
kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat
gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi
peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval
ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah
dalam.7,9
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan
suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui
membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana
basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol ke luar-masuk bergantian.7,9
Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan
bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar
yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi
pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke
telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di
daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar
melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.7,9
11
merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo meningkat
akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian mebran basilar yang
beresonasi, sehingga terjadi pemjumlahan spasial impuls, dimana transmisi melalui banyak
serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran
membran basilar mencapai intensitas yang tinggi.7,9
Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleksrefkes protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga
sel-sel rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan
menimbulkan gangguan pendengaran parsial.7,9
2.2.4 Diskriminasi arah asal suara
Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada
mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya
mendeteksi arah asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei
olivarius superior di dalam batang otak.9
Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial
dan lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab untuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya
melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua
telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk memperkirakan
arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk
mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini
terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama yang menonjol ke arah
kanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu
yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut
terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara yang datang langsung dari depan kepala
merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang
berbeda menstimulasi pernagkat neuron lainnya dari sisi yang berlawanan.9
2.2.5 Ketulian
Tuli biasanya dibagi dalam dua jenis. Pertama yang disebabkan oleh gangguan koklea
atau saraf pendengaran, yang biasanya dimasukkan dalam tuli saraf dan kedua yang
disebabkan oleh gangguan mekanisme telinga tengah untuk menghantarkan suara ke koklea,
yang biasanya dinamakan tuli hantaran sebenarnya bila koklea atau saraf pendengaran
13
dirusak total makan orang tersebut akan tuli total akan tetapi bila koklea dan saraf masih utuh
tetapi system osikular rusak atau mengalami ankilosis kaku karena fibrosis atau kalsifikasi,
gelombang suara tetap dapat dihantarkan ke koklea dengan cara konduksi tulang seperti
penghantaran bunyi dari ujung garputala yang bergetar, yang ditempelkan langsung pada
tengkorak.9
2.2.6 Derajat ketulian
Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher, yaitu:4
Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran
udaranya (AC) saja. Derajat ketulian IS0 :
0 25 dB
: normal
>25 40 dB : tuli ringan
>40 55 dB : tuli sedang
>55 70 dB : tuli sedang berat
>70 90 dB : tuli berat
>90 dB
: tuli sangat berat
2.3 PRESBIKUSIS
2.3.1 Definisi
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65
tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz
atau lebih. Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin,
pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.4
2.3.2 Etiologi
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga kejadian presbikusis
mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme,
14
aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multi faktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut
diatas.4
2.3.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat (US), gangguan pendengaran terjadi seiring dengan pertambahan
usia, prevalensi berkisar 25% pada orang berusia 70 74 tahun, dan lebih dari 50% pada
orang berusia 85 tahun atau lebih. Hal yang serupa terjadi di Kanada, Patterson mencatat
orang-orang berusia lebih dari 65 tahun dilaporkan lebih dari 1/3 kelompok tersebut dideteksi
mengalami gangguan pendengaran.10
Pada Survei Kesehatan Indera Penglihatan Pendengaran tahun 1994 1997 di 7
provinsi dengan 19.375 responden, didapatkan prevalensi presbikusis sebesar 2,6% atau
sekitar 6,7% dari seluruh pasien THT yang didiagnosis dengan presbikusis.1
2.3.4 Faktor Risiko
Presbikusis diduga berhubungan dengan faktor herediter, metabolisme, aterosklerosis,
bising, gaya hidup, dan pemakaian beberapa obat.
a. Usia dan jenis kelamin
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60 65 tahun ke atas. Pengaruh usia terhadap
gangguan pendengaran berbeda antara pria dan wanita. Pria lebih banyak mengalami
penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada
frekuensi rendah bila dibandingkan dengan wanita. Perbedaan jenis kelamin pada
ambang dengar frekuensi tingg ini disebabkan pria umumnya lebih sering terpapar
bising di tempat kerja dibandingkan wanita.2
b. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan viskositas
darah, penurunan aliran darah kapiler, dan transport oksigen. Hal tersebut
mengakibatkan kerusakan sel-sel auditori sehingga proses transmisi sinyal mengalami
gangguan
yang
menimbulkan
gangguan
komunikasi.
Kurang
pendengaran
15
Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada protein dalam
proses glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang
tertimbun dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis). Proses selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin
menebal dan lumen menyempit yang disebut mikroangiopati. Mikroangiopati pada
organ koklea akan menyebabkan atrofi dan berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini
terjadi pada vasa nervus VIII, ligamentum dan ganglion spiral pada sel Schwann,
degenerasi myelin, dan kerusakan akson maka akan menimbulkan neuropati.2
National Survey Health USA melaporkan bahwa 21% penderita diabetik menderita
presbikusis terutama pada usia 60 69 tahun.2
d. Hiperkolesterol
Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan penumpukan plak/aterosklerosis pada tunika
intima. Patogenesis aterosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat
secara bersama. Arteroma merupakan degenerasi lemak dan infiltrasi zat lemak pada
dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras
bagian lipoid dalam tunika intima arteri, sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan
dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas/
pengerasan pembuluh nadi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan aliran
darah dan transport oksigen.2
e. Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek
mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel
saraf organ koklea. Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh
merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang
progresif. Pembuluh saraf yang menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral
sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain.2
f. Riwayat bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran
tipe
16
2.3.5 Patogenesis
Ada beberapa pendapat mengenai kemungkinan patogenesis terjadinya presbikusis,
yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme molekuler, seperti
faktor gen, stres oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal.2
a. Degenerasi koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada nilai potensial
endolimfe yang menurun menjadi 20 mV atau lebih. Pada presbikusis terlihat
gambaran khas degenerasi stria yang mengalami penuaan, terdapat penurunan
pendengaran sebesar 40 50 dB dan potensial endolimfe 20 mV (normal 90 mV).2
b. Degenerasi sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorius meningkatkan nilai
ambang dengar atau compound action potensial (CAP). Fungsi input-output dari CAP
terefleksi juga pada fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan
terjadinya asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita mengalami kurang
pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.2
c. Mekanisme molekuler
1. Faktor gen
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6J merupakan protein
pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode komponen
ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami
apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan penurunan
pendengaran.2
2. Stres oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stres oksidatif bertambah
dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya menyebabkan proses
penuaan. Reactive oxygen species (ROS) menimbulkan kerusakan mitokondria
mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi disfungsi
pendengaran.2
d. Gangguan Transduksi Sinyal
Ujung sel rambut organ Corti berperan terhadap transduksi mekanik, merubah
stimulus mekanik menjadi sinyal elektrokimia Gen famili cadherin 23 (Cdh23) dan
protocadherin 15 (PCdh 15) diidentifikasi sebagai penyusun ujung sel rambut koklea
yang berinteraksi untuk transduksi mekanoelektrikal. Terkadinya mutasi menimulkan
defek dalam interaksi molekul ini dan menyebabkan gangguan pendengaran.2
2.3.6 Klasifikasi
17
18
19
dB (flat). Penderita dengan kasus kardiovaskuler dapat mengalami presbikusis tipe ini
serta menyerang semua jenis kelamin namun lebih nyata pada wanita.1
Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut,
bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama
terhadap suara atau nada yang tinggi dan kadang disertai tinitus.2
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan
dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak
diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi).
20
Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan dengan cepat ditempat dengan latar belakang yang bising (cocktail
party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri ditelinga. Hal
ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).4
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pemeriksaan fisik telinga biaanya normal dan tes penala didapatkan tuli sensorineural.
Pemeriksaan timpanometri tipe A (normal), audiometri nada murni, menunjukkan tuli
saraf nada tinggi, bilateral dan simetris, terdapat penurunan yang tajam (sloping)
setelah frekuensi 2000 Hz dan berangsur-angsur terjadi pada frekuensi yang rendah.
Variasi nilai ambang audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada presbikusis
dapat terjadi sekitar 5 10 dB. Otoacoustic emission (OAE) dapat menunjukkan
fungsi koklea, sedangkan presbikusis merupakan degenerasi koklea sehingga hasil
yang didapatkan refer (emisi tidak muncul). Pemeriksaan BERA pada presbikusis
diperlukan apabila kondisi pasien dengan kesadaran menurun atau terdapat
2.3.8
Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar atau lip reading
yaitu dengan membaca geakan mulut orang yang menjadi lawan bicaranya. Penting juga
untuk melakukan physiologic counseling yaitu memperbaiki mental penderita. Disin harus
dijelaskan kepada keluarganya bagaimana memperlakukan atau mengahdapi penderita
presbikusis.1
Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagianyang penting dalam
penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa
pendengaran semaksimal mungkin. 1
Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat (amplifikasi) bunyi sekitar sehingga
dapat: 1
1. Mendengar percakapan untuk berkomnunikasi.
2. Mengatur nada dan volume suaranya sendiri.
3. Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya.
4. Mengetahui keadaan sekelilingnya.
5. Mengenal lingkungan.
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier (pengeras suara),
receiver (penerus suara), cetakan telinga atau ear mold (menyumbat liang telinga dan
pengarah suara ke telinga tengah). Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model
belakang telinga (behind the ear/BTE), model dalam telinga (in the ear/ITE), model liang
telinga (in the canal/ITC), model dalam telinga seluruhnya (completely in the canal), dan
model kacamata.1
2.3.9
Prognosis
Prognosis untuk pasien presbikusis adalah kurang baik. Perkembangan lebih lanjut
dari gangguan pendengaran diperkirakan bertambah 0,7 1,2 dB pertahun tergantung dari
usia dan frekuensi pendengaran pasien. Penyakit ini belum ada obatnya dan progresifitas
presbikusis bersifat lambat.11
Pasien dengan presbikusis diberikan edukasi agar dapat menghindari penyebab atau
mencegah perburukan gangguan pendengaran, misalnya, paparan bising, paparan obat
ototoksik, diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit metabolik lainnya.11
BAB III
KESIMPULAN
22
Presbikusis adalah gangguan pendengaran pada usia lanjut akibat proses degenerasi
organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi telinga. Pada
audiogram terlihat gambaran penurunan pendengaran yang mulai terjadi pada nada tinggi dan
bersifat sensorineural dengan tidak ditemukannya kelainan yang mendasari selain proses
menua secara umum.
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga kejadian presbikusis
mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme,
aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multi faktor. Adapun faktor-faktor
risiko dari presbikusis antara lain usia dan jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus,
hiperkolesterol, merokok dan riwayat terpapar bising.
Patogenesis terjadinya presbikusis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan
beberapa mekanisme molekuler, seperti faktor gen, stres oksidatif, dan gangguan transduksi
sinyal. Gaek dan Schuknect menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis, yaitu sensori (outer
hair cell), neural (ganglion cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness
of the basilary membrane).
Penatalaksaan presbikusis yaitu dengan pemasangan alat bantu dengar sebagai upaya
mengembalikan fungsi pendengaran. Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar
(audioroty training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara
(speech therapist).
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi YA. Presbiakusis. Disampaikan pada Seminar Ilmu Penyakit Dalam Bandung 13
Juli 2007. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan
Sadikin; 2007.
23
24