Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL REVIEW JURNAL

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN


RUANG KAWASAN PESISIR TELUK BALIKPAPAN

OLEH:
Ajeng Dearista W.

3613100017

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015

REVIEW JURNAL

REVIEW JURNAL
Teluk Balikpapan merupakan kawasan pesisir dan laut di Kalimantan Timur, selain memiliki
potensi pembangunan, juga memiliki ancaman tekanan eksploitasi yang dapat mengarah
kepada kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam pesisir bila tidak dikelola dengan baik.
Kawasan pesisir Teluk Balikpapan telah berkembang menjadi pusat-pusat permukiman dan
perkotaan yang diikuti oleh berbagai kegiatan perdagangan dan jasa, perikanan budidaya
(tambak), pertanian dan industri. Untuk mencapai pembangunan pesisir Teluk Balikpapan
secara berkelanjutan, diperlukan pengelolaan pesisir secara terpadu.
Upaya pengelolaan sumberdaya pesisir di Teluk Balikpapan yang berkelanjutan dilakukan
melalui analisis kesesuaian lahan dan kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pesisir Teluk
Balikpapan. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis, bertujuan untuk mengetahui kesesuaian biofisik kawasan pesisir Teluk Balikpapan
untuk kegiatan budidaya tambak, industri, pemukiman dan konservasi. Analisis karakteristik
sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
multivariabel yang didasarkan pada analisis komponen utama atau PCA (Dillon dan Goldstein,
1994 dalam Bengen, 1999), sedangkan analisis kebijakan pengelolaan wilayah pesisir Teluk
Balikpapan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis kesesuaian lahan pesisir Teluk Balikpapan difokuskan pada 4 peruntukan, yaitu
tambak, pemukiman, industri dan konservasi. Dari hasil analisis overlay didapatkan luasan
lahan (Ha) dari empat peruntukan lahan untuk kategori sangat sesuai dan sesuai, output
lainnya dari analisis GIS juga berupa peta kesesuaian lahan yang dapat dilihat pada lampiran.
Analisis terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir menunjukkan bahwa
individu yang memiliki umur yang tinggi, juga memiliki jumlah anggota keluarga yang besar
dengan lama tinggal yang lama (memiliki korelasi tinggi). Demikian juga individu dengan
pekerjaan tertentu memiliki penghasilan dan pengeluaran yang besar, sedangkan individu
dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga memiliki tingkat pemahaman yang tinggi.
Kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir yang disusun, hendaknya mempertimbangkan
empat dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek teknis-ekologis, sosial-ekonomibudaya, sosial politik, dan hokum-kelembagaan yang kemudian dilakukan penelaahan tentang
kondisi di lapangan untuk menggali unsur-unsur kekuatan, kelemahan dan peluang serta
ancaman yang ada sehingga menghasilkan usulan strategi kebijakan yang akan diambil.

CRITICAL REVIEW

CRITICAL REVIEW
Permasalahan yang dihadapi Teluk Balikpapan adalah kerusakan lingkungan dan
sumberdaya alam pesisir akibat aktivitas pembangunan yang semakin mengarah ke wilayah
pesisir. Permasalahan ini merupakan permasalahan yang umum dihadapi di berbagai wilayah
pesisir yaitu terancamnya keberlangsungan ekosistem pesisir. Namun, dalam jurnal tidak
dipaparkan fakta kondisi lapangan wilayah penelitian dan mengenai perubahan penggunaan
lahan yang terjadi akibat perluasan aktivitas pembangunan. Menurut Soemarwoto (2001),
untuk dapat melihat dan menjelaskan bahwa suatu dampak atau perubahan telah terjadi pada
suatu kawasan, maka harus ada bahan perbandingan sebagai bahan acuan. Salah satu bahan
yang dapat menjadi acuan adalah keadaan sebelum terjadi perubahan.
Dalam jurnal ini penulis cukup banyak melontarkan isu-isu strategis, di antaranya:
pembangunan pesisir Teluk Balikpapan secara berkelanjutan, konversi lahan pesisir bagi
berbagai kegiatan pembangunan yang cukup besar, dll. Permasalahan umum wilayah pesisir
yang juga menjadi masalah dalam jurnal ini adalah adanya perbedaan kepentingan yang
cenderung menjurus pada konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang antar sektor
serta stakeholder lainnya, hal ini dikarenakan lemahnya peraturan perundangan dalam hal
pengaturan pengelolaan serta belum adanya rencana yang berbasis pesisir yang terintegrasi.
Sehingga pesisir Teluk Balikpapan harus memiliki produk perencanaan pesisir yang berupa
rencana zonasi yang terbagi menjadi zona perumahan, zona industri, zona perikanan, zona
konservasi dan lain-lain. Perencanaan menurut Sudharto P. Hadi (2001) adalah: Pertama,
penerapan tata ruang perencanaan yang tepat dalam arti bahwa pengembangan sumber daya
alam harus memperhitungkan daya dukungnya. Kedua, penempatan berbagai macam
aktivitas yang mendayagunakan sumber daya alam harus memperhatikan kapasitasnya dalam
mengabsorbsi perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas tersebut. Ketiga, sumber daya alam
di suatu wilayah hendaknya dialokasikan ke beberapa zona di antaranya hutan lindung,
wilayah industri, perkebunan daerah aliran sungai. Keempat, perlunya standar kualitas
lingkungan seperti standar ambien untuk air permukaan, air tanah dan air laut dan kualitas
udara.
Proses pembahasan yang dilakukan dalam jurnal ini sudah cukup jelas dan runtut. Aspek
yang dibahas sebagian besar sesuai dengan topik pembahasan. Namun untuk aspek sosial,
ekonomi dan budaya pembahasannya tidak memiliki relevansi dengan topik karena data yang
digunakan seperti usia penduduk, jumlah anggota keluarga, dll tidak memiliki pengaruh
terhadap rencana kebijakan yang diusulkan pada akhir pembahasan. Pembahasan sebaiknya

menggunakan bagan kerangka penelitian, sehingga dapat dilihat dengan jelas alur proses dan
tahapannya, seperti contoh bagan terlampir.
Jurnal ini tidak memiliki bab landasan teori, sehingga background teori yang digunakan
masih sangat lemah. Pembahasan tidak ditunjang dengan pemaparan data-data dasar yang
digunakan seperti peta geologi, topografi serta kriteria-kriteria yang digunakan dalam
penentuan lahan industri, konservasi, dll untuk analisis kesesuaian lahan. Data-data yang
digunakan dalam analisis PCA juga tidak jelas, yang ada hanya berupa gambar hasil analisis
IPC menggunakan minitab. Data sebaiknya di ditampilkan berupa tabel dan gambar yang
disertai sumber yang jelas sehingga memudahkan pembaca dalam memahami.
Pada tahap analisis, dalam analisis kesesuaian lahan dirasa sudah cukup tepat
menggunakan analisis GIS karena telah sama halnya dengan proses analisis yang dilakukan
jurnal lain dengan topik yang sama. Namun pada pembahasan analisis sosial, ekonomi dan
budaya menggunakan analisis komponen utama atau PCA terlalu banyak menggunakan
deskripsi dan gambar yang masih terbilang asing dan sangat susah dipahami karena tidak
mengetahui sumbernya dari mana. Kemudian untuk analisis SWOT sudah sangat jelas, analisis
disampaikan dalam bentuk tabel SWOT dan dilengkapi analisis silang SO, ST, WO dan WT
yang kemudian menghasilkan strategi kebijakan untuk pengelolaan wilayah pesisir Teluk
Balikpapan ke depannya. Secara keseluruhan, proses analisis seharusnya dapat disampaikan
melalui bagan proses analisis, sehingga dapat diketahui input, proses dan outputnya secara
jelas.
Data hasil analisis kesesuaian lahan menggunakan GIS sudah sangat jelas, disampaikan
dalam bentuk tabel luas kesesuaian lahan tiap peruntukan dan juga tentunya peta kesesuaian
lahan. Penentuan kelas kesesuaian lahan juga telah dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu:
(a) Sangat Sesuai (S1 = 3,26 - 4,00);
(b) Sesuai (S2 = 2,51 - 3,25);
(c) Tidak Sesuai Saat Ini (N1 = 1,76 - 2,50); dan
(d) Tidak Sesuai Permanen (N2 = 1,00 - 1,75).
Data hasil analisis PCA yang dipaparkan terlalu banyak menggunakan deskripsi yang
seharusnya dapat diringkas dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk hasil analisis SWOT sudah
cukup rinci disertai dengan pembobotan atau skoring terhadap strategi kebijakan untuk
menentukan prioritas kebijakan yang dapat dilakukan terlebih dahulu.

Rekomendasi berupa strategi-strategi kebijakan yang diberikan sudah cukup efektif karena
telah melalui analisis SWOT dan pembobotan atau skoring. Namun untuk saran yang diberikan
penulis terlalu terpaku pada analisis kesesuaian lahan, seperti contoh:

Pengelolaan sumberdaya pesisir Teluk Balikpapan secara berkelanjutan harus diikuti


pengalokasian lahan pesisir untuk berbagai peruntukan secara proporsional, sesuai
dengan tingkat kesesuaiannya yang diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir.

Untuk menghindari konversi ekosistem mangrove menjadi tambak, maka diperlukan


program peningkatan pendapatan nelayan terutama di desa Mentawir dan Kariangau
melalui peningkatan kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan dan udang secara
efektif.

Untuk melengkapi hasil analisis kesesuaian lahan ini, maka disarankan untuk melakukan
analisis

daya

dukung

lingkungan

Teluk

Balikpapan

bagi

berbagai

kegiatan

pembangunan.
Seharusnya pengelolaan pesisir secara berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan mempertimbangkan hasil dari analisis PCA
yang dilakukan. Turut melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pesisir melalui kegiatan
sosialisasi, pembinaan serta kampanye pendidikan mengenai keberlanjutan lingkungan
kepada masyarakat yang berada di kawasan pesisir Teluk Balikpapan. Selain itu saran yang
dapat diusulkan yaitu pengelolaan ruang pesisir yang berwawasan lingkungan yang
mengacu pada Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Rencana Aksi.

DAFTAR PUSTAKA
Pramudya, Asrul. 2008. Kajian Pengelolaan Daratan Pesisir Berbasis Zonasi di Provinsi Jambi.

Universitas Diponegoro. Tidak diterbitkan


Salim, Abdul Rasid, Hartuti Purnaweni dan Wahyu Hidayat. 2011. Kajian Pemanfaatan Ruang

Kawasan Pesisir Kabupaten Bone Bolango Yang Berwawasan Lingkungan (Studi Kasus
Desa Botubarani Dan Desa Huangobotu. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol.9 No. 1
Senoaji, Gunggung. 2009. Daya Dukung Lingkungan dan Kesesuaian Lahan dalam

Pengembangan Pulau Enggano Bengkulu. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 9 No. 2


Wijaya, Nirmalasari Idha. 2007. Analisis Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Kawasan

Perikanan Budidaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur. Institut Pertanian Bogor.
Tidak diterbitkan

LAMPIRAN
Tabel 1. Luas Lahan (Ha) untuk Setiap Peruntukan Lahan pada Masing-masing Kategori
Kesesuaian

Tabel 2. Luas Lahan (Ha) Hasil (overlay) Empat Peruntukan Kategori Sangat Sesuai dan
Sesuai

Gambar 1. Peta Kesesuaian Lahan bagi Peruntukan Tambak

Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan bagi pPruntukan Industri

Gambar 3. Peta Kesesuaian Lahan bagi Peruntukan Pemukiman

Gambar 4. Peta Kesesuaian Lahan bagi Peruntukan Konservasi

Tabel 3. Analisis SWOT

Tabel 4. Pembobotan Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Teluk Balikpapan

Gambar 4. Contoh Bagan Kerangka Penelitian

Gambar 5. Contoh Data Peta Topografi untuk Analisis Kesesuaian Lahan

Gambar 6. Contoh Bagan Analisis Kesesuaian Lahan Menggunakan GIS

10

Anda mungkin juga menyukai