Mahkum Fih Dan Mahkum
Mahkum Fih Dan Mahkum
TAKLIF
Menurut abdul wahab khallaf Hukum taklifi adalah hukum yang menghendaki
dilakukannya suatu pekerjaan oleh mukallaf, atau melarang mengerjakannya, atau
melakukan pilihan antara melakukan dan meninggalkannya.
Dasar Taklif
Dalam islam orang yang terkena taklif adalah mereka yang sudah dianggap mampu unuk
mengerjakan tindakan hukum. Sebagian besar ulama ushul fiqh berpendapat bahwa dasar
pembebanan hukum bagi seorang mukallaf adalah akal dan pemahaman.
Sebagimana sabda Rasulullah Saw.
Artinya: “Diangkat pembebanan hukum dari tiga jenis orang: orang itu sampai ia bangun,
anak kecil sampai baligh, dan orang gila sampai ia sembuh” (HR. Bukhori, Turmudzi,
Nasa’i, Ibn Majjah, dan Daru Quthni).
Syarat-syarat Taklif
• Orang itu telah mampu memahami kitab syar’i yang terkandung dalam Al Qur’an dan
sunnah, baik secara langsung atau melalui orang lain.
• Seseorang harus mampu dalam bertindak hukum, dalam ushul fiqh disebut ahliyah
syafe’i, 2007: 336-338).
AHLIYAH
Pengertian
Secara harfiah (etimologi) ahliyah berarti kecakapan menangani suatu urusan, misalnya
orang yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang maka ia dianggap ahli untuk
menangani bidang tersebut. Adapun secara terminologi menurut para ahli ushul fiqh
ahliyah adalah suatu sifat yang dimiliki seseorang yang dijadikan ukuran oleh syara’
untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara’.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa ahliyah adalah sifat yang menunjukkan
bahwa seseorang telah sempurna jasmani dan akalnya, sehingga seluruh tindakannya
dapat dinilai oleh syara’ (Syafe’i, 2007: 339).
Pembagian Ahliyah
Menurt para ulama’ ushul fiqh, ahliyah (kepantasan) itu ada dua macam yaitu:
• Ahliyatul Wujub (kecakapan untuk dikenai hukum) yaitu kepantasan seorang untuk
menerima hak-hak dan dikenai kewajiban. Kecakapan dalam bentuk ini berlaku bagi
setiap manusia, semenjak ia lahir sampai meninggal dalam segala sifat, kondisi, dan
keadaannya.
• Ahliatul Ada’ (kecakapan untuk menjalankan hukum) yaitu kepantasan seseorang untuk
diperhitungkan segala tindakannya menurut hukum. Hal ini berarti bahwa segala
tindakannya, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan telah mempunyai akibat hukum
(Sutrisno, 1999: 106-109)
Halangan Ahliyah
Ulama ushul fiqh menyatakan bahwa kecakapan bertindak hukum seseorang bias berubah
berubah disebabkan hal-hal berikut:
• Awaridh as-samawiyah, yaitu halangan yang datangnya Allah disebabkan perbuatan
manusia.
• Awaridh al-muktasabah, maksudnya halangan yang disebabkan perbuatan manusia.
(Syafe’i, 2007: 340)
DAFTAR PUSTAKA
Koto, Alaiddin. 2006. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Syafe’i, Rachmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Pustaka Setia: Bandung
Sutrisno. 1999. Ushul Fiqh. STAIN Press. Jember
Syukur, Asywaedie. 1990. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. PT. Bina Ilmu: Surabaya