Anda di halaman 1dari 2

EWARS, Peringatan Dini untuk Kejadian

Luar Biasa
Senin, 15 Agustus 2011 - 15:33 WIB
Share on facebook Share on twitter Share on email Share on favorites Share on print | More
Sharing ServicesMore
JAKARTA (Pos Kota) Pemerintah kini mampu mendeteksi suatu penyakit yang mengarah
kepada Kejadian Luar Biasa (KLB) di suatu daerah menggunakan teknologi canggih Early
Warning Alert and Response Sistem (EWARS).
Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), Andi Muhadir mengatakan, tujuan dari sistem EWARS adalah setiap penyakit yang
mengarah pada timbulnya KLB dapat dideteksi dan direspons secara cepat dan tepat agar tidak
terjadi masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar.
Respons yang diberikan mencakup respons tata laksana kasus, respons pelaporan dan respons
kesehatan masyarakat. Secara komprehensif respons tersebut harus dilakukan agar penanganan
secara efektif dan efisien dapat dilakukan, kata Andi, di Kantor Kemenkes, Jakarta.
Dengan menggunakan dana dari WHO, sistem ini dari tahun 2009 baru menangani 6 provinsi.
Ke depan tahun 2012, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan akan menggunakan dana
APBN untuk menerapkan sistem ini dengan menambah 10 provinsi lagi.
Untuk saat ini dari 2009, dananya banyak dibantu oleh WHO sebesar Rp8 miliar, untuk 6
provinsi. Tahun depan, sepenuhnya akan diatasi APBN. Ini untuk segera menyebar ke provinsi
lain. Ke-10 provinsi ini akan ditanggung APBN, katanya.
Menurutnya Ewars merupakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Respon KLB. Prinsip
kerjanya adalah mencegah KLB sebelum menyebar dan menambah jumlah kesakitan. Outputnya
adalah adanya informasi alert atau signal KLB. Sistem ini bekerja sebelum KLB terjadi.
Prinsipnya ini adalah pelayanan kepada masyarakat. SKD ini untuk melakukan upaya
pencegahan. Sehingga kita bisa melakukan intervensi supaya KLB tidak terjadi, katanya.
Dalam mendapatkan info penyakit, biasanya pemerintah mendapatkan kabar dari sms di
kabupaten dan berita-berita media. Sebanyak 80 persen berita di media sudah diverifikasi.
Selanjutnya kita cari tahu, katanya.
Menurutnya ada 21 jenis penyakit dan sindrome yang ada dalam sistem. Kebanyakan penyakit
yang dominan adalah demam berdarah dan diare akut.

Ia menambahkan, tahun 2014, pemerintah akan mengembangkan sistem ini ke seluruh


kabupaten/kota untuk menggunakan sistem Ewars dalam mendeteksi KLB di suatu daerah.
Sehingga kalau terjadi KLB dapat direspon oleh pemerintah dalam waktu kurang dari 24 jam,
katanya.
Pemerintah menargetkan pada 2014, seluruh KLB dapat direspon kurang dari 24 jam. Jika hal
tersebut terjadi maka akan mengurangi kematian dan jumlah kesakitan akibat KLB.
Menurutnya, pada 2009 target meleset. Semula pemerintah menargetkan dapat merespon 63
persen selama 24 jam, nyatanya tercapai 56 persen. Tahun 2010 menargetkan dapat merespon
kurang dari 24 jam sebanyak 68 persen yang tercapai 63 persen.
Target ini naik dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2011 kita menargetkan dapat merespon
sebanyak 73 persen. Hingga bulan Juni sudah mencapai 57 persen. Kita harapkan 2014 bisa
tercapai 100 persen, katanya.
Berdasarkan pengalaman di 6 provinsi, sistem ini sangat penting. Hanya saja terkendala dengan
pengumpulan data, kata Andi. (aby/dms)

Anda mungkin juga menyukai