Tubex Vs Elisa
Tubex Vs Elisa
pada daerah endemik. Uji lain yang berkembang adalah enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA), adapun antigen yang dipakai pada alat uji ini subcellular structure dari
organisme s.typhi, salah satunya adalah antigen O9 lipopolysacharida (LPS). Antigen ini
mampu membedakan organisme ini >99% dari serotype bakteri salmonella yang lain,
sehingga tes ini sangatlah spesifik terhadap salmonella serotype thypi.5
Gambar 1. Distribusi global daerah endemik dan resistensi dari Salmonella enteric
Serotype Typhi, 1990-2002 (Parry, M Christopher et al, 2002)
Meskipun banyak fakta menunjukkan bahwa uji Widal tidak dapat dipercaya, uji
widal masih digunakan hingga saat ini di daerah endemik. Adapun alasannya adalah proses
pengerjaan tes ini yang simple (single step) sedangkan ELISA menggunakan sistem multi
step. Uji Widal juga murah dan tidak menggunakan instrumental, sedangkan ELISA
menggunakan enzyme conjugate dan peroses pembacaan sampel dengan elektronik
sehingga harganya menjadi mahal.5 Untuk itu dibutuhkan alat uji diagnostik yang ideal,
yang bukan hanya memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, tapi juga simple, relatif
murah, dan tidak membutuhkan alat elektronik mengingat daerah endemik penyakit ini
kebanyakan adalah negara miskin dan berkembang. Dalam tulisan ini akan dibahas
mengenai alat diagnostik baru yaitu TUBEX yang memiliki kelebihan dari alat uji Widal
dan memiliki spesifisitas yang hampir sama dengan ELISA.
tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak
adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative
(pasien tidak terindikasi menderita demam tifoid), lihat gambar 3 sebelah kiri.5, 12
Gambar 2. Sekema dari
protokol kerja tes TUBEX
(IDL Biotech 2005)
Hasil tes TUBEX akan bernilai positive (pasien terindikasi menderita penyakit
demam tifoid) apabila tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru). Hal ini
menunjukan terdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang mampu menghambat ikatan antara
antigen-coated magnetic particle dengan blue latex antibody-coated indicator particle
(lihat gambar 3, sebelah kanan). Sehingga pada akhir reaksi blue latex particle tidak ikut
tersedimentasi pada dasar tabung, sehingga warna tabung tetap berwarna biru.5
Tes TUBEX merupakan tes yang subjektif dan semiquantitative dengan cara
membandingkan warna yang terbentuk pada reaksi dengan TUBEX color scale yang
tersedia. Range dari color scale adalah dari nilai 0 (warna paling merah) hingga nilai 10
(warna paling biru) lihat gambar 2. 5 Adapun cara membaca tes TUBEX adalah sebagai
berikut menurut IDL Biotech 2008:
1. Nilai <2 menunjukan nilai negative (tidak ada indikasi demam tifoid)
1/40, 20l dengan 1/80, 10l dengan 1/160, dan 5l dengan 1/320. Nilai-nilai tersebut
menunjukan hasil positive yang menunjukan terjadi proses aglutinasi, dengan semakin
tinggi titer semakin tinggi pula kemungkinan pasien tersebut menderita demam tifoid.13, 14
Jika dibandingakan antara tes TUBEX dengan uji Widal akan ditemukan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Antigen yang digunakan pada tes TUBEX adalah anti-O9 s.typhi yang mampu
membedakan organisme ini dari >99% serotype bakteri salmonella lainnya,
sedangkan uji Widal menggunakan antigen yang tidak begitu spesifik terhadap
s.typhi sehingga dapat terjadi cross-reaction dengan kuman salmonella lainnya
misalnya pada pasien yang pernah menderita enteric fever lainnya. Reaksi ini
dinamakan anamnestic response dan dapat menimbulkan tingginya nilai false
positive. Hal ini menjawab alasan dari kurang spesifiknya uji Widal.5,13,15
2. Dilihat dari metode yang digunkan oleh kedua tes, dimana TUBEX menggunakan
kemampuan inhibitor activities dari antibody dan uji Widal menggunakan reaksi
agglutinasi. Inhibitor activities memiliki keuntungan karena lebih mudah dideteksi
walaupun dengan kadar antibody yang rendah. Hal ini memberikan alasan mengapa
TUBEX lebih sensitive daripada uji Widal.5
3. Single test pada uji Widal tidak begitu bermakna. Idealnya uji widal dilakukan dua
kali yaitu pada fase akut dan 7-10 hari setelahnya. Hal ini dikarenakan agglutinin O
dan H meningkat dengan tajam 8 hari setelah onset panas pertama. Jika terjadi
empat kali peningkatan titer agglutinin baru dapat dikatakan hasilnya positive
secara signifikan. Sayangnya hal ini jarang ditemukan karena penggunaan
antibiotik pada awal penyakit bisa mencegah meningkatnya titer agglutinin. 9,13,14
Hal ini berbeda dengan tes TUBEX yang fokus mendeteksi Ig M yang secara
teoritis muncul lebih awal daripada Ig G. Bahkan penelitian terbaru mengatakan
bahwa tes TUBEX yang dimodifikasi mampu mendeteksi bukan hanya antibody
melainkan antigen s.typhi , sehingga tes ini sangat berguna pada fase akut. Hal ini
menyebabkan tingginya angka sensitivitas tes TUBEX.9,12
4. Meningkatnya penggunaan vaksin typhoid menyebabkan meningkatnya angka false
positive pada uji Widal. Hal ini terjadi karena meninggkatnya agglutinin level
secara persisten pada H agglutinin dan transient pada O agglutinin, yang terjadi
baik pada non-infected population maupun pada febrile non-typhoid patients karena
anamnestic response.14,15,16 Hal ini belum pernah dilaporkan pada pemeriksaan
dengan menggunakan tes TUBEX. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada
penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan meningkatkan angka resistensi obat. 9
Untungnya hal ini dapat diatasi dengan mengulangi tes Widal pada minggu
berikutnya, karena tidak akan terjadi peninggkatan lagi pada hasil tes ulangan
tersebut.13
5. Sensitivitas dan spesifistas yang cukup berbeda, pada suatu penelitain oleh Olsen,
Sonja et al, 2004 menyebutkan perbedaan antara tes TUBEX dan uji Widal yaitu;
semiquantitative dan ELISA merupakan tes yang objektif dan quantitative, terdapat hal
yang sangat menarik, yaitu dalam suatu penelitan yang dilakukan oleh Lim et al, 1998 yang
membandingkan antara tes TUBEX dengan ELISA didapatkan bahwa TUBEX memiliki
hubungan yang sangat baik dengan ELISA yang mendeteksi anti-LPS s.typhi (P = 0,003).
Hal ini dikarenakan kedua tes tersebut menggunakan antigen (anti-LPS s.typhi yang sangat
spesifik terhadap salmonella typhi) dan mendeteksi antibody Ig M yang sama. Oleh karena
itu, kedua tes ini memiliki sensetivitas (100% / 100%) dan spesifisitas (100% / 96.9%)
yang sama-sama tinggi.5
Keunggulan lain yang dimiliki oleh tes TUBEX adalah tes ini lebih simpel dari
ELISA yang menggunakan multi-step. Meskipun memiliki proses kerja yang lebih rumit
ELISA memiliki korelasi dengan TUBEX seperti dijelaskan diatas. Transformasi dari
ELISA menjadi TUBEX bisa menjadi mungkin dengan cara menggunakan magnetic
particle untuk memisahkan indicator particle yang tidak melakukan ikatan yang terjadi
pada tes TUBEX, sedangkan pada ELISA dilakukan dengan cara pencucian hasil reaksi.5
Modifikasi pada tes TUBEX untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitasnya
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa kini tes TUBEX tidak hanya
mendeteksi adanya antibody anti-O9 spesifik s.typhi saja, melainkan juga dapat mendeteksi
antigen O9 spesifik s.typhi. Hal ini membuat TUBEX menjadi sangat unik karena
kemampuannya untuk mendeteksi baik antibody maupun antigen. Secara teoritis hal ini
sangatlah penting untuk dignostik serologi pada fase akut. Mengingat bahwa secara teori
antigenlah yang terlebih dahulu muncul daripada antibody diawal mulainya terjadi infeksi.
Sangtlah penting untuk mengambil sampel serum pada hari-hari awal saat onset panas
mulai muncul. Mengingat pada saat itulah antigen banyak terdapat pada serum pasien, jika
telat dilakukan pengambilan sampel maka antigen didalam serum akan menghilang karena
terjadinya ikatan terhadap antibody yang terbentuk dan selanjutnya membentuk antibodyantigen komplek.12
Urine memberikan hasil yang lebih menjanjikan daripada serum dalam
mendeteksi antigen, dikarenakan antigen sangat cepat hilang didalam sirkulasi. Sebaliknya
antigen secara berkesinambungan diekskresikan melalui urin sebagai free antigen.
Keuntungan lain menggunakan urine adalah konsentrasi antigen dapat ditingkatkan
beberapa kali lipat dengan cara yang sederhana.12
Metode yang digunakan adalah sama dengan tes TUBEX yang asli yaitu memblok
ikatan antara reagent anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan reagent
antigen O9 s.typhi (antigen-coated magnetic particle), tetapi yang berperan memblok disini
adalah antigen (lihat gambar 5). Protokol kerja utuk mendeteksi antigen pun sama dengan
protokol kerja untuk mendeteksi antibody, hanya saja serum specimen terlebih dahulu
dicampurkan dengan blue reagent dan dicampur dalam 2 menit, barulah setelah itu
ditambahkan brown reagent. Proses selajutnya dan pembacaan hasilnya menggunakan cara
yang sama.12
Untuk menilai pengaruh efek dari pendeteksian antigen terhadap sensitivitas dan
spesifisitas dari uji TUBEX, telah dilakukan penelitian oleh Tam, et al, 2008. Ia
membandingkan antara protokol asli untuk mendeteksi antibody dan protokol baru untuk
mendeteksi antigen. Ia menggunakan beberapa level antigen yang dicampurkan pada serum
sempel. Hal yang didapatkan adalah peningkatan sensitivitas sebanyak 2-4 kali lipat
(gambar 6).12
Tes TUBEX sebagai alat diagnostik yang relatif baru dapat menjawab kebutuhan
alat diagnostik yang dapat digunakan pada minggu pertama onset penyakit demam tifoid.
Hal ini dikarenakan tes TUBEX dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh
uji Widal terutama didalam hal sensitivitas dan spesifisitasnya, sekaligus memiliki
keunggulan yang sama dari uji Widal yaitu proses pengerjaan yang simpel dan tidak
memerlukan peralatan yang canggih. Tes TUBEX pun memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang hampir sama dengan tes ELISA bahkan terdapat hubungan yang erat diantara ke-dua
tes ini. Tes TUBEX pun lebih mudah proses pengerjaannya daripada tes ELISA yang multistep. Modifikasi yang dilkukan pada tes TUBEX pun mampu meningkatkan
sensitivitasnya, sehingga semakin mengukuhkan pendapat bahwa alat diagnostik ini baik
digunakan sebagai single test pada minggu pertama pada pasien demam tifoid. Tes TUBEX
juga memiliki spesifisitas yang tinggi sehingga sangat cocok digunakan pada daerah
endemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parry, M Christopher, et al. A Rivew of Thyphoid Fever. N Engl J Med. Vol. 347.
2002: 22;1770-1782.
2. Kelly-Hope, Louise A, et al. Geographical Distribution and Risk Factor Associeted
with Enteric Disease in Vietnam. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2007:76(4):706-712.
3. Willke, Ayse. Widal Test in Diagnosis of Typhoid Fever in Turkey.Clinical and
Diagnostic Laboratory Immunology. 2002:938-941.
4. Sirkantiah, Padmini, et al. Population-Based Surveillance of Typhoid Fever in
Egypt. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2006:74(1):114-119.
5. Lim, Pak-Leong, et al. One-Step 2-Minute Test to Detect Typhoid-Spesific
Antibodies Based on Particle Separation in Tube. Journal of Clinical Microbiology.
1998: 2271-2278.
6. Afifi, Salma, et al. Hospital-Based Surveillance for Acute Febrile Illness in Egypt:
A Focus on Community-Acquired Bloodstream Infections. Am. J. Trop. Med. Hyg.
2005:73(2):392-399.
7. Dimitrov, Tsonyo. Clinical and Microbiological Investigation of Typhoid Fever in
an Infectious Disease Hospital in Kuwait. Journal of Medical Microbiology.
2007:56:538-544.
8. Dimitrov, Tzonyo, et al. Ciprofloxacin Treatment Failure in a Case of Typhoid
Fever Caused by Salmonella Enterica Serotype Paratyphi A With Reduced
Susceptibility to Ciprofloxacin. Journal of Medical Microbiology. 2007:56:277-279.
10
9. Olsen, Sonja J, et al. Evaluation of Rapid Diagnostic Tests for Typhoid Fever.
Journal of Medical Microbiology. 2004:1885-1889.
10. Kwano, Razel L, et al. Comparison of Serological Test Kits for Diagnosis of
Typhoid Fever in the Philippines. 2007:246-247.
11. Tam, Frankie, et al. Modification of the TUBEX Typhoid Test to Detect Antibodies
Directly from Haemolytic Serum and Whole Blood. Journal of Clinical
Microbiology. 2008:57:1349-1353.
12. Tam, Frankie, et al. Modification of the TUBEX Typhoid Test to Detect Antibodies
Directly from Haemolytic Serum and Whole Blood. Journal of Clinical
Microbiology. 2008:57:316-323.
13. Rao, Sridhar. 2009. A Review article of Widal Test. See: www.microrao.com. (last
accessed 13th January 2010).
14. Thelma, E, et al. A Review of Clinical Applicatuon of the Widal Test. Phill J
Microbiol Infect Dis. 1991:20(1):23-23.
15. Parry, M Christopher, et al. Value of a Single-Tube Widal Test in Diagnosis of
Typhoid Fever in Vietnam. Journal of Clinical Microbiology. 1999:2882-2886.
16. Aftab, roohi, et al. Widal agglutination titre: a rapid serological Diagnosis of
typhoid fever in developing countries. Pak J Physiol. 2009:5(1):65-67.
17. Drive, Nancy Ridge. 2009. A Review article of Salmonella Typhi IgM ELISA. See:
www.genwaybio.com. (last accessed 13th January 2010).
18. IDL Botech, 2005. A review article of Rapid Detection of Typhoid fever. See:
www.idl.se. (last accessed 17th January 2010).
19. IDL
11