DISUSUN OLEH :
DR. HARDOKO INSAN QUDUS
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadiratNya, karena berkat rahmatNya
penyusunan modul e-learning dengan judul KIMIA ANALITIK II ini telah dapat diselesaikan.
Penyusunan modul e-learning ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pembelajaran
matakuliah KIMIA ANALITIK II (KOPEL KIM-212, 4 (3-1) SKS pada Jurusan Kimia FMIPA Unila,
khususnya untuk mahasiswa semester 4.
Dengan selesainya penyusunan modul e-learning ini, penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih yang tulus kepada :
1. Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah memfasilitasi penyusunan modul e-learning ;
2. Proyek INHERENT Jurusan Matematika FMIPA Unila yang telah mendukung pendanaannya
Penyusun menyadari benar bahwa modul e-learning ini masih belum sempurna, untuk itu kami
megharapkan masukan berupa kritik dan saran sehingga menjadi lebih baik.
Semoga modul e-learning ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amien.
Wassalam.
Bandar lampung, 20 Juni 2009.
Penyusun,
Dr. Hardoko Insan Qudus.
BAB I. POTENSIOMETRI
1.KONSEP DASAR
2.INSTRUMENTASI
3.SKEMA ALAT
4.KALIBRASI
5.APLIKASI
1.KONSEP DASAR
Metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran perubahan potensial listrik analit yang terjadi di dalam larutan
akibat perbedaan konsentrasi dan reaksi redoks.
Perubahan nilai potensial dimonitor dengan potensiometer, skema sederhana dari potensiometer dapat dilihat pada
Gambar 1.
Potensiometer mengukur tegangan yang diketahui dengan cara membandingkannya terhadap tegangan yang
diketahui.Tegangan yang diketahui dapat disuplai dari sebuah sel standar atau sumber tegangan referensi yang diketahui
(sel weston).Potensiometer memanfaatkan kondisi setimbang atau kondisi nol, hal ini dimonitor oleh galvanometer.
Ex = Es (E/E)
Perubahan potensial listrik akibat perbedaan konsentrasi dari larutan sejenis yang dipisahkan oleh membran : ionmeter
(pH meter, pCa meter dan sebagainya)
Perubahan potensial listrik akibat reaksi redoks : orpmeter
(oksidasi-reduksi potensial)
Ionmeter :
Kation dan anion di dalam dan di luar akan terdistribusi dengan cara berdifusi keluar masuk melalui membran kaca tipis
(lihat Gambar 2a). Pada suatu saat tercapai kesetimbangan dinamis, sehingga distribusi kation anion atau muatan positif
negatif tidak berubah (lihat Gamabar 2b). Berdasarkan muatan positif negatif yang tidak berubah ini, maka secara fisika
potensial listriknya mempunyai nilai tertentu dan dapat diukur. Secara kuantitatif nilai potensial listriknya dapat dinyatakan
dengan menggunakan persamaan Nernst :
E=Er + (2.303RT/nF) log(unknown [A+]x/internal [A+]s)
pH suatu larutan adalah mengukur derajat/tingkat keasaman atau kebasaan relatif terhadap ionisasi air.
Pada 25oC:
pH 0 = +414.12m0V (Asam)
pH 4 = +177.480mV (Asam)
pH 7 = 0.000mV (Netral)
pH 10 = -177.480mV (Basa)
pH 14 = -414.120mV (Basa)
2. INSTRUMENTASI
pH meter (Gambar 4) terdiri dari potensiometer dan sensor/elektroda gelas yang mempunyai membran. Detail elektroda
gelas dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan elektroda ion selektif dapat dilihat pada Gambar 6.
Kalibrasi pH meter
Untuk melakukan kalibrasi digunakan larutan standar, yaitu larutan buffer dengan pH tertentu, misalnya : 4. Elektrode
dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 4, kemudian dilihat pembacaan nilai pHnya. Jika nilainya kurang dari 4 atau nilainya
lebih dari 4 maka tombol pH4 ajusment diputar putar sehingga nilainya menunjuk angka 4. Skema kalibrasi pH meter dapat
dilihat pada Gambar 7.
INSTRUMENTASI
Perbedaan ORP meter (Gambar 8) dengan pH meter terletak pada jenis elektrodanya. Elektroda pH meter termasuk jenis
elektroda ion selektif yang terbuat dari kaca, sedangkan ORP meter dari jenis padat/logam, umumnya adalah
kawat/lempengan platina (Gambar 9).
Potensial sel yang terukur pada sistim tersebut adalah 217 mV. Diketahui potensial standar
dan Ag + / Ag (0,799 V)
Jawab :
Fe 2+/ Fe 3+ (0,771 V)
3. 150 mg sampel alloy yang mengandung perak dilarutkan dalam asam nitrat pekat dan diencerkan menjadi 250 ml. Jika
potensial sel yang terukur 72 mV, maka hitung prosentase/kadar perak dalam alloy.
Jawab :
Jika 1 mol zat mengalami reaksi elektrokimia elektrolisis, maka jumlah muatan yang mengalir (Q) :
( 2) Jika jumlah keseluruhan analit yang berada dalam sampel x mengalami elektrolisis, maka jumlah muatan listriknya :
Q( C ) = n (eq/mol) F (C/eq) X
=nFX
(3) Jumlah muatan listrik yang mengalir selama waktu t adalah
Q = it
(4) Jumlah atau berat analit yang terbentuk selama elektrolisis :
Wx = a i t = (BAx/n F) i t
Berdasarkan variabel pada peristiwa elektrolisis, maka koulometri dibagi menjadi :
(1)Elektrogravimetri (potensial konstan) : pemisahan spesi kimia (Eo)
i = f(t)
(2) Sekunder : pereaksi dibebaskan pada permukaan elektrode kerja, kemudian bereaksi dengan analit.
Titik ekialen dideteksi dengan indikator warna, potensiometri, atau konduktometri dan lain-lainnya.
Contoh jenis-jenis titrasi koulometri :
2. INSTRUMENTASI KOULOMETRI :
Untuk melakukan titrasi, rangkaian instrumennya dapat dilihat pada Gambar 10.
n = 2 x 2 = 4 (2 As pada As2O3)
meq As2O3 = meq muatan listrik
mgAs2O3/( BM x / n) = i t/ 96500
mgAs2O3/( BM x / 4) = 25,16 . 415,7/ 96500
As2O3 dalam 10 ml larutan = 5,36 mg
As2O3 dalam sampel/100 mL larutan = 5,36 mg 100 mL/ 10 mL
= 53,60 mg
Kadar As2O3 dalam insektisida = 53,60 mg/ 3547 mg x 100 %
= 1,51 %
(intermediate, konstanta laju reaksi kimia, mekanisme reaksi, koefisien transfer electron, konstanta
heterogen transfer elektron dan sebagainya )
Pada modifikasi tegangan/potensial listrik yang digunakan sebagai sinyal pembangkit potential ( E fungsi waktu = scan
rate potential = laju selusur potensial = volt/detik = ).
Berdasarkan laju selusur potensial voltammetri dibagi menjadi :
1.Selusur tunggal voltammetri (single sweep voltammetry)
Cara kerja selusur tunggal dan bentuk voltammogramnya dapat dilihat pada Gambar 12.
3. BAGAN ALAT :
Skema voltammeter dan proses yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 15.
Fungsi pelarut :
Sebagai media untuk proses elektrolisis dan melarutkan analit
Pembuatan voltammogram :
1.Larutkan analit dan elektrolit pendukung menggunakan pelarut organik atau anorganik yang sesuai pada sel elektrolisis.
2.Dipilih elektrode kerja, elektrode bantu, dan elektrode acuan yang memberikan respon yang terbaik terhadap analit
(dipasang pada alat).
3.Dipilih mode selusurnya tunggal atau ganda (disetting pada alat)
4.Dipilih mode elektrolisis pada alat oksidasi atau reduksi.
5.Alat di run.
Skema pembuatan voltammogram siklik dapat dilihat pada Gambar 16.
Cx = (ipx/ips) Cs
3. Karakterisasi kimia
Proses elektrolisis yang terjadi di sekitar permukaan elektroda kerja dapat dievaluasi/diekstrak/dikarakterisasi
parameter teoritisnya (nilai konstanta laju transfer elektron heterogen : ks (transfer electron dari permukaan
elektrode/fasa padat ke fasa cair /larutan), nilai koefisien difusi : D, nilai koefisien transfer electron : , nilai konstanta
laju reaksi kimia susulan maju : kf dari voltammogramya. Untuk melakukan evaluasi ini dapat digunakan alat bantu
yaitu software Polar 3.3 (tampilan programnya dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21) dengan cara membuat
voltammogram tiruannya (keluaran software, lihat Gambar 19 b dan Gambar 19 c) menggunakan parameter/kondisi
eksperimen yang digunakan untuk membuat voltammogram keluaran alat. Parameter acuan diambil dari
voltammogram keluaran alat, yaitu nilai arus puncak katodik, potensial puncak katodik, arus puncak anodik, dan
potensial puncak anodik (lihat Tabel 1). Input pengisian parameter teoritisnya (nilai konstanta laju transfer elektron
heterogen : ks (transfer elektron dari permukaan elektrode/fasa padat ke fasa cair /larutan), nilai koefisien difusi : D,
nilai koefisien transfer elektron : , nilai konstanta laju reaksi kimia susulan maju : kf pada menu eksperiment
software diisikan sebelum perintah run dijalankan (lihat Gambar 20). Pembuatan voltammogram dihentikan, bila nilai
arus puncak katodik, potensial puncak katodik, arus puncak anodik, dan potensial puncak anodik voltammogram
tiruan sama dengan voltammogram keluaran alat (lihat Gambar 22 dan Tabel 1). Berarti nilai-nilai parameter teoritis
dari voltammogram keluaran alat sudah terhitung (lihat Tabel 2).
(a)
(b)
(c)
Gambar 19. Voltammogram siklik klorambusil keluaran alat (a) dan keluaran soft-ware/tiruan atau simulasi (b) pada
1 volt/s, serta simulasi (c) pada variasi v (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 volt/s) (Hardoko dkk, 2001)
Tabel 1. Hasil pencocokan nilai ipc dan ipa klorambusil dengan berbagai n (Hardoko, 2001)
ipa simulasi
ipa acuan
ipc simulasi
ipc acuan
ipa simulasi
ipc acuan
(volt/s)
(A)
(A)
(A)
(A)
(A)
(A)
0,1
10,42
10,42
0,74
0,73
0,01
0,2
14,17
14,17
3,00
3,00
0,3
17,17
17,17
5,17
5,17
0,4
18,69
18,69
7,15
7,15
0,5
20,80
20,80
9,60
9,60
0,6
22,92
22,92
11,25
11,25
0,7
24,10
24,10
12,50
12,50
0,8
25,76
25,76
14,14
14,14
0,9
27,50
27,50
15,83
15,83
1,0
31,60
31,60
19,20
19,20
Tabel 2. Hasil pencocokan nilai Epc dan Epa klorambusil dengan berbagai (Hardoko dkk, 2001)
Epa simulasi
Epa
acuan
Epc simulasi
Epc
acuan
Ep simulasi
Ep acuan
(volt/s)
(volt)
(volt)
(volt)
(volt)
(volt)
(volt)
0,1
0,970
0,968
0,840
0,840
0,130
0,128
0,2
0,950
0,949
0,850
0,848
0,100
0,101
0,3
0,950
0,951
0,855
0,855
0,095
0,096
0,4
0,950
0,951
0,855
0,859
0,095
0,092
0,5
0,950
0,953
0,855
0,858
0,095
0,095
0,6
0,955
0,956
0,850
0,853
0,105
0,103
0,7
0,950
0,953
0,850
0,850
0,100
0,103
0,8
0,950
0,953
0,850
0,853
0,100
0,100
0,9
0,955
0,956
0,850
0,849
0,105
0,107
1,0
0,950
0,951
0,860
0,861
0,090
0,090
Tabel 3. Nilai ks , D, , Eo dan kf klorambusil hasil simulasi pada berbagai yang berasal dari input menu
experiment program (Hardoko dkk, 2001)
ks x 10-2
(volt/s)
(cm/s)
0,1
0,124
0,2
D x 10-5
Eo
kf
(cm2/s)
(volt)
(1/s)
0,0001
6,670
0,886
0,170
0,620
0,0210
5,202
0,894
0,306
0,3
1,300
0,0660
5,202
0,901
0,453
0,4
2,000
0,1700
5,200
0,905
0,625
0,5
3,000
0,2735
5,195
0,905
0,761
0,6
2,500
0,3600
5,198
0,905
0,846
0,7
3,290
0,3985
5,200
0,901
1,033
0,8
3,300
0,4554
5,190
0,900
1,130
0,9
3,300
0,4955
5,198
0,903
1,202
1,0
6,100
0,5410
5,450
0,905
1,263
(1/ohm = Siemen = S)
Hukum Ohm :
R = (l/A)
( = tahanan jenis material; l = panjang material; A = luas penampang material)
L = (1/) (A/l)
Konduktivitas
(daya hantar spesifik)
= 1/
= L (l/A)
(S m/m2 = S/m)
Bila (l/A) = 1, maka = L
Ks = (l/A)
(m/m2 = 1/m)
m = /C
= C m = C (z+ .A + z- . B)
Tabel 2. Konduktansi ekivalen beberapa elektrolit pada variasi konsentrasi pada 25 oC (Konsentrasi : eq dm-3).
Garam
0.005
0.001
0.005
0.01
0.02
0.05
0.1
HCl
426.2
422.7
421.4
415.8
412.0
407.2
399.1
391.3
LiCl
115.0
113.2
112.4
109.4
107.3
104.7
100.1
96.9
NaCl
126.5
124.5
123.7
120.7
118.5
115.8
111.1
106.8
KCl
149.9
147.8
147.0
143.6
141.3
138.3
133.4
129.0
NH4Cl
149.7
141.4
138.3
133.3
128.8
NaI
126.9
125.4
124.3
121.3
119.2
116.7
112.8
108.8
KI
150.4
144.4
142.2
139.5
135.0
131.1
NaAc
91.0
89.2
88.5
85.7
83.8
81.2
76.9
72.8
NaOH
247.8
245.6
244.7
240.8
238.0
AgNO3
133.4
131.4
130.5
127.2
124.8
121.4
115.2
109.1
CuSO4
133.6
121.6
115.3
94.1
83.1
72.2
59.1
50.6
LiClO4
106.0
104.2
103.4
100.6
98.6
96.2
92.2
88.6
NaClO4
117.5
115.6
114.9
111.8
109.6
107.0
102.4
98.4
KClO4
140.0
138.8
137.9
134.2
131.5
127.9
121.6
115.2
AgClO4
126.6
NaBrO4
105.4
KBrO3
129.3
SOURCE: Data from B. B. Conway, Electrochemical Dam (New York: Elsevier Publishing Co., 1952). NOTE: The conductance L is in units of
ohm-1 cm2 mol-1. Some tabulations list equivalent conductance in ohm-l m2 mol-l. To convert the entries in this table to units of ohm-l m2 mol-1,
just divide by 104.
1. INSTRUMENTASI:
Specification
pH Range
-2.000 to 20.000pH
Resolution
Accuracy
0.003pH
0 to 1999.9mV
Resolution
0.1mV
Accuracy
0.2mV
Input impedance
>1012ohms
Calibration
1, 2 or 3 point
Auto buffer
recognition
Manual buffer
recognition
Conductivity Range
Resolution
Accuracy
0.5%; 2 digits
Calibration
1, 2 or 3 points
Accessories
924 005
027 113
027 177
027 211
027 212
027 213
027 013
027 500
025 139
025 164
025 138
025 156
CELL CONSTANT
0.1
0.5 to 400
1.0
10 to 2,000
10.0
1000 to 200,000
(www.eidusa.com)
Fungsi elektrode :
Menghantarkan arus listrik dari katode ke anode melalui larutan analit.
Kegunaan konduktivitimeter :
Untuk mengukur kualitas air
Conductivity
Substance
Absolute Water (pure H20)
0.055 mS/cm
Distilled Water
0.50 mS/cm
1.0 mS/cm
1.0 mS/cm
50 mS/cm
1055 mS/cm
53 mS/cm
(www.o3water.com)
3. KALIBRASI
Konduktovitimeter dapat dikalibrasi menggunakan Nilai konstanta selnya atau nilai konduktivitas larutan standar 0,01 N
KCl.Kalibrasi menggunakan nilai konstanta selnya, dilakukan dengan menepatkan nilai konstanta sel pengukuran
dengan nilai konstanta sel yang tertera pada manual atau kabel elektrodanya (misal : Ks = 1,1) dengan cara memutar
mutar tombol kalibrasinya sehingga nilai pembacaannya 1,1 pada waktu elektroda tercelup pada air bebas mineral.
Kalibrasi menggunakan nilai larutan KCl 0,01 N, dilakukan dengan menepatkan nilai konduktivitas pengukuran dengan
nilai konduktivitas larutan KCl 0,01 N yaitu 1413 S, dengan cara memutar mutar tombol kalibrasinya sehingga nilai
pembacaannya 1413 S pada waktu elektroda tercelup pada larutan KCl 0,01 N.
4. APLIKASI
SOAL :
1.Hitung konduktivitas 0,01 M larutan perak nitrat, asam hidroklorida, kalsium klorida.
JAWAB :
2. Hitung kondutitas 50 ml larutan hidroklorida 0,01 M yang dicampur dengan 50 ml larutan kalsium klorida 0,01 M.
JAWAB :
Hitung konduktivitas molar pada konsentrasi mendekati nol atau pada pengenceran
takterhingga (
)
JAWAB :
Persamaan Kolhrausch :
Hitung :
Konduktivitas molar pada konsentrasi mendekati nol
Konstanta ionisasinya (Ka)
Derajat ionisasi pada masing-masing konsentrasi.
JAWAB :
3. APLIKASI :
Pemisahan/pengambilan iodium (I2) dari air ke karbontetraklorida
Pemisahan/pengambilan emas (Au) dari fasa air ke fasa dikloroetan dengan bantuan phenantrolinium
Bila pelarut dialirkan melalui kolom, maka akan tampak cincin pita warna pada kolom. Hal ini disebabkan telah terjadi
pemisahan warna/klorofil akibat adanya perbedaan polaritas molekul zat warna dengan isi kolom dan pelarut.
Preparasi zat warna dapat dilakukan dengan mengatur tingkat kepolaran pelarut yang digunakan. Artinya akan didapat
zat warna yang murni. Proses ini akan mengikuti kaidah like dissolves like, artinya molekul/analit polar akan larut di
dalam pelarut yang polar juga atau sebaliknya.
3. APLIKASI
Analisis kimia kualitatif
Parameternya adalah waktu retensi (tR) yaitu jarak/waktu analit yang diperlukan sehingga isi kolom dapat menahannya.
Dalam hal ini dilakukan pembandingan antara waktu retensi analit dengan zat standarnya. Bila nilai waktu retensinya
sama, maka dapat disimpulkan bahwa analit dengan zat standarnya sama.
Spektrometri adalah metode analisis kimia mengganakan spektrum yang dihasilkan akibat adanya interaksi radiasi
(energi, gelombang, dan medan), dengan materi atau spesi kimia (atom, ion, molekul. Radikal dan sebagainya).
Spektrum (Gambar 30) merupakan output/keluaran berupa kurva yang muncul pada sistim koordinat x dan y akibat
suatu perlakuan interaksi radiasi dengan materi.
Contoh :
Sumber radiasi
Jenis-jenis interaksi
Spektrometri serapan atom :
Populasi atom Li (litium)
Spektrometri ultraviolet-tampak :
Populasi ion/molekul H2
Gambar 33. transisi elektronik yang melibatkan ikatan sigma, pi, dan nonbonding elektron pada molekul
Gambar 34. transisi elektronik dari t2g ke eg pada ion kompleks sewaktu menyerap energi sebesar E
Spektrometri inframerah :
Populasi molekul
Gambar 35. interaksi radiasi inframerah dengan gugus fungsi OH sehingga mengalami vibrasi pada ikatannya
Spektrometri massa :
Populasi molekul
Gambar 36. Interaksi berkas elektron dengan ikatan molekul menyebabkan fragmentasi
2. APLIKASI
Analisis kimia kualitatif :
Parameternya adalah panjang gelombang maksimum ( maksimum)
atau
A = log 1/T
= bC
KEPUSTAKAAN
Bard, A.J., L.R. Faulkner (1980), Electrochemical Methods : Fundamentals and Applications, Wiley, New York, 429-465.
Castelan, G.W., 1983. Solutions Guide to Accompany physical Chemistry, 3rd ed., Addison-Wesley Publishing company,
Massachusets
Christian, G.D., 1980. Analytical Chemistry, 3rd ed., John Wiley, New York.
Ewing, G.W.,1987. Instrumental Methods of Chemical Analysis, 5th ed., Mc Graw Hill.
Gosser, D.K. (1993), Cyclic Voltammetry : Simulation and Analysis of Reaction Mechanism, Wiley-VCH Inc., New York,
1-154.
Hardoko, I.Q., Kosasih, S., Kurnia, F., Buchari, 2001, Kajian Reaktivitas Kimiawi Klorambusil, Melfalan, dan Uramustin
yang Digunakan pada Kemoterapi Kanker dengan Metoda Voltammetri Siklik, Prosiding Seminar MIPA 2000, Vol.XXIV
(1), FMIPA-ITB, Bandung, 438 450.
Heineman, W.R. (1984), Voltammetry : Basic Concepts and Hydrodynamic Technique, in Laboratory Technique in
Electroanalytical Chemistry, P.T. Kissinger, W.R. Heineman, Ed., Dekker, New York, 1055-1081.
Huang, W. (1999), Polar 3.3 for Windows : Electrochemical Simulation and Data Analysis, W.S Ping Company, Sydney,
1-12.
Skoog, et al., 1991. Fundamentals of Analytical Chemistry, 6th Edition, Saunders C Vollege Publishing, New York.