Metode Pelaksanaan Jembatan STD
Metode Pelaksanaan Jembatan STD
2.5. PEMANCANGAN
1) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut
dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung
yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka
galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala
tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik. Palu, topi baja,
bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus
terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring
harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua
pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu
pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari
Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian
pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari
dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm.
Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga
beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung
yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan
bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang
beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya
tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh
kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk
tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta
topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus
mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm
dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan
dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat
pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton
sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus
mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari
635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi
sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil
harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini
adalah kondisi yang dimaksud :
Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditem-bus pada
saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.
Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam
terjadi pada setiap penumbukan.
Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan
akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.
Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah
mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan
hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti
penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan
pemancangan yang lengkap harus dilakukan
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai
perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat
diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur
kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi
ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan
palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya sendiri.
2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan
bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku
agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang
dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang yang cukup
sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang
pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pu = {ef.WH / [S + (C1 + C2 + C3)/2]} x { [W + n^2.Wp] / [W + P]}
Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini
yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal
pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir,
enerji pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang
dapat dibayar.
8) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus
dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
W : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H untuk palu diesel (H = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau set (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor Keamanan
2.6. PENGUJIAN TIANG
2.6.1. Pengujian dengan Static Load Test (SLT)
a). Umum
Pengujian tiang dilaksanakan untuk mengetahui dengan pasti daya dukung dari jenis pondasi
pada setiap jembatan. Jumlah tiang pancang yang diuji tidak kurang dari satu atau tidak lebih
dari empat untuk setiap jembatan. Pengujian tiang dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan
yang permanen. Beban-beban untuk pengujian pembebanan tidak boleh diberikan sampai
beton mencapai kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur 28 hari, namun
dapat juga menggunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-early-strengthcement), jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan dan untuk tiang
tarik.
b). Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur beban
tiang dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan beban, peralatan
tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali beban rancangan untuk tiang yang akan
diuji yang ditunjukkan dalam Gambar. Titik referensi untuk mengukur penurunan (settlement)
tiang pancang harus dipindahkan dari tiang uji untuk meng-hindari semua kemungkinan
gangguan yang akan terjadi. Semua penurunan tiang pancang yang dibebani harus diukur
dengan peralatan yang memadai, seperti alat peng-ukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa
dengan alat pengukur elevasi.
Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi telapak,
mana yang dapat dilaksanakan.
Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian pembebanan akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Untuk tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang dari
satu dan tidak lebih dari tiga untuk setiap jembatan; untuk tiang dengan diameter kurang dari
dan sampai dengan 600 mm jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk setiap 30 tiang.
d). Pelaporan
Laporan yang harus dibuat untuk setiap pengujian pembebanan meliputi dokumen-dokumen
berikut ini :
Denah pondasi
Lapisan (stratifikasi) tanah
Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
Gambar diameter piston dongkrak
Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penurunan (settlement) dalam desimal mm.
Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam atmosfir,
beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana semua itu
merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam).
Bilamana kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui kurang dari
beban rancangan, maka tiang pancang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2.6.2. Pengujian dengan Dynamic Load Test (DLT)
a). Umum
Test dengan beban statis merupakan metode terbaik dan juga merupakan yang termahal untuk
menentukan daya dukung suatu tiang. Pembebanan secara static yang merupakan uji skala
penuh dilakukan dengan memberikan beban yang lebih besar dari beban rencana seperti yang
telah dijelaskan diatas. Metode Static Load Test (SLT) ini memerlukan banyak waktu (time
consuming).
Test dengan beban dinamis atau Dynamic Load Test (DLT) adalah metode lain yang lebih
ekonomis dan efisien. Test pembebanan tiang secara dinamis ini menggunakan peralatan
FPDS (Foundation Pile Diagnostic System) berikut software PDA (Pile Driving Analyis)
tertentu misalnya PDI dari USA, TNO dari Belanda, CEBTP dari Perancis dan PID dari
Swedia).
Dengan menggunakan system ini, beban diberikan secara dinamik pada kepala tiang dengan
menggunakan hammer pemancang. Dengan memberikan blow (pukulan) dari hammer
pemancang, signal acceleration (percepatan) dan strain (regangan) dari tiang dicatat dan
direkam oleh computer. Dari dua signal tersebut dapat diperoleh signal velocity-time dan
force-time dan kemudian tahanan pemancangan dinamis (dynamic driving resistance) dapat
ditentukan.
b). Peralatan dan Persiapan
Bahan-bahan dan hal-hal yang harus dipersiapkan adalah :
Siapkan peralatan DLT dengan mengisi cek list dan lakukan test peralatan dengan
menggunakan test box
Siapkan file input data dengan memperhatikan form yang sudah diisi dan data kalibrasi
sensor-sensor
Record pemancangan untuk tiang yang akan ditest (kalendering)
Blowrecord untuk tiang yang ditest (Blowcount)
Data soil investigasi dapat berupa SONDIR, atau SPT dan data BORING
Gambar desain jembatan
Tiang yang akan ditest dipilih salah satu tiang dari kelompok tiang dan dapat tiang dengan
kondisi kalendering yang besar atau tiang yang jauh dari titik berat kelompok tiang (pilar atau
abutment)
Tiang yang akan ditest harus dibiarkan beberapa hari (2-7 hari) agar tegangan air tanah
(pore pressure) kembali pada kondisi sebelum pemancangan (setting)
Tiang yang akan ditest minimal 2 meter harus muncul dari permukaan tanah asli atau air
yang ada saat pengujian
Tersedia Power Supply untuk computer dan bor listrik minimum 1000VA
Tersedia hammer dengan kapasitas yang sama dengan yang digunakan pada saat
pemancangan
c). Pelaksanaan Test DLT I Lapangan
Tiang yang akan ditest dilubangi (dibor) untuk meletakan sensor dan sensor harus dipasang
pada tiang yang akan ditest secara simetris
Pasang sensor dan hubungan kabel-kabel pada signal conditioning dan perangkat komputer
yang dioperasikan dengan paket software DLT atau PDA tertentu
Cek kelurusan hammer dengan tiang pancang
Monitoring signal dari hammer blow
Cek signal velocity dan force dengan memperhatikan hammer centricity (sekitar 100%) dan
kedua signal force channel 3 dan channel 4 harus tekan (positif)
Jika telah memenuhi persyaratan teknis lakukan monitoring untuk kurang lebih 15 pukulan
Jika belum memenuhi persyaratan cek kembali kelurusan hammer dengan tiang dan
lanjutkan langkah selanjutnya Pilih signal yang mewakili untuk digunakan pada signal
matching.
digunakan bilamana soil damping resistance sudah dievaluasi dan divalidasi dengan
menggunakan cara lain seperti static load testing suatu tiang.
Umumnya dianjurkan dari data yang didapatkan dari dynamic load test diikuti dengan analisa
yang teliti yang mana biasanya dilakukan jauh dari lokasi tiang yang ditest (biasanya
dilakukan di kantor). Analisa tersebut didasarkan pada wave equation philosopy dan
menggunakan program komputer dalam uraian ini diambil sebagai contoh adalah TNOWAVE
dengan pilihan SIGNAL MATCHING. Analisa teliti ini memberikan hasil yang lebih detail
dibandingkan dengan yang didapat langsung dari lokasi. Cara ini dapat menentukan daya
dukung tiang dan karakteristik deformasi tiang seketika akibat beban statik.
2.6.3. PONDASI TIANG BOR (BORED PILE)
a). Umum
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih
terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir
sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau
tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan
suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored pile yang suaranya tidak mengganggu
lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak digunakan di daerah perkotaan dalam
pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai
dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu
dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.
b) Pelaksanaan pengeboran :
Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan tidak lebih
dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikan dan
operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat
penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam
lubang bor harus dikeluarkan
Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding
casing
Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara
tremieTiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya.
besar bagi para perencana struktur pondasi untuk dapat mengevaluasi kapasitas dari struktur
pondasi yang direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik konstruksi pada pondasi tiang
bor. Objektif dari Load Cell test adalah untuk mengukur pergerakan tiang pondasi melalui
alat load cell yang dihubungkan dengan peralatan elektronik sistem data yang
terkomputerisasi dengan akurat.
Saat ini, perencana struktur pondasi tidak lagi memerlukan dan bergantung kepada
penggunaan tiang pondasi uji dengan skala lebih kecil dari ukuran aktual-nya (diperkecil dari
ukuran sebenarnya) dan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengujian beban pada
pondasi tiang bor berdiameter besar yang biasanya menjadi ciri khas dari metode pengujian
statik konvensional. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada metode konvensional statik
khususnya Pengenalan Load Cell Test.
Proses perubahan skala ukuran tiang uji secara konservatif dapat di-eliminasi dengan
menggunakan ukuran aktual dari tiang uji pada pengujian beban dengan metode Load Cell
test yang mampu memobilisasi beban lebih dari 200 MN. Load Cell adalah alat pengangkat
yang dimobilisasi dengan mekanisme hidrolis selama proses pengujian beban. Alat ini
ditanamkan dan merupakan bagian pada struktur pondasi dan bekerja pada dua arah (bidirectictional), keatas (upward) melawan tahanan geser selimut (side shear resistance) dan
kebawah (downward) melawan tahanan dasar (end bearing), load cell secara otomatis akan
merekam kedua karakteristik tahanan tersebut secara terpisah. Penggunaan alat ini pada
struktur pondasi tidak diharuskan untuk menggunakan struktur balok tambahan dan tiangtiang pengikat (tie-down piles). Load Cell menjabarkan semua reaksi yang bekerja pada tiang
pondasi dari tanah dan batuan yang mengelilingi pondasi. Pada suatu kondisi dimana
komponen-komponen tahanan tanah dan alat ini telah mencapai kapasitas maksimumnya
maka proses pengujian beban dapat dihentikan.
a) Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus
berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b). Turap Kayu
Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang
dipotong dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu
dengan kokoh. Ujung bagian bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat mendesak
ke dalam sedemikian hingga tiang-tiang yang berdekatan mempunyai ikatan yang rapat.
Puncak tiang pancang harus dipotong pada suatu garis lurus pada elevasi yang telah
ditunjukkan dan harus diperkaku dengan balok yang ditumpang-tindihkan dan disambung
pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-balok pengaku sebaik-nya dipasang untuh
antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak tiang pancang.
c) Turap Beton
Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.
d) Turap Baja
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada
sambungannya. Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.
3. PONDASI SUMURAN (CAISSON)
a). Umum
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250
cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penurunan
dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri unit-unit beton pracetak.
Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton
pada sumuran memberikan gaya vertical untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah
dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh
sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang
terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar
daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan pekerjaan untuk
memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan beban vertical dari bangunan
atas kepada bangunan bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan
dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak
terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan
mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.
Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak
(keluar dari) vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan
segmen berikutnya. Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan
untuk memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus
Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah. Bilamana
beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus
dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk
memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam
setelah penyambungan selesai dikerjakan.
3) Dinding Sumuran Cor Di Tempat
Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi yang
tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus
dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan tidak boleh dimulai
paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat
tekan beton mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
c) Penggalian dan Penurunan
Bilamana penggalian dan penurunan pondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus harus
diberikan untuk hal-hal berikut ini :
1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang
keselamatan kerja, dan sebagainya.
2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan tepat
dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan gonjangan
pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan
menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser
(frictional resistance), dan sebagainya.
4. Cara mengurangi ketahanan geser :
Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran,
maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara dinding luar
sumuran dengan tanah di sekelilingnya.
5. Sumbat Dasar Sumuran
Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal
berikut ini :
i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau pompa
beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton untuk
sumbat dasar sumuran.
6. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi
telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250, atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar.
7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gayagaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan
harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.
8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi
telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat
pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap
pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai panjang
paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
4. PENJANGKARAN TANAH (GROUND ANCHOR)
a). UmumPenjelasan tentang Penjangkaran Tanah ini seluruhnya disadur dari buku
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi oleh Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa
Edisi ke 7 Tahun 2000 sebagai berikut . Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan
nama Alluvian Anchor, Ground Anchor atau Tieback Anchor. Dalam metode ini pemboran
dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil,
lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik
seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke
dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk
memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan tekanan tanah
seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga dipergunakan untuk
konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah dipakai untuk konstruksi
sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah di mana sedang dikerjakan
penurapan sedangkan penopang ataupun tiang-tiang antara tidak dibutuhkan maka akan
diperoleh daerah yang lebih luas di antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian
dengan alat-alat berat.
Kelebihan utama dari susunan ini adalah biaya, kemudahan pelaksanaan dan kurangnya
kemungkinan penggerusan sungai. Kekurangan utama susunan ini adalah penampilannya
yang kurang menarik terutama pada waktu muka air rendah. Tambah lagi, pile cap sering
ditempatkan sangat tinggi diatas muka air.
Jika pondasi sumuran digunakan untuk pilar, sistem topi beton, kolom dan balok melintang
ujung dipakai. Sistem kolom dapat berupa kolom tunggal atau majemuk atau dapat berupa
dinding penuh. Kepala jembatan dengan pondasi sumuran biasanya menempatkan bangunan
kepala jembatan langsung pada pondasi sumuran. Sistem ini kadang-kadang dipakai juga
untuk pondasi tiang.
Kepala Jembatan dan Pilar menyalurkan gaya gaya vertikal dan horisontal dari bangunan
atas pada pondasi. Bentuk umum digambarkan pada Gambar B.2.1 berikut ini. Beda dengan
abutmen yang jumlahnya 2 buah dalam satu jembatan, maka pilar ini belum tentu ada dalam
suatu jembatan.