Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu
Aspek Dan Permasalahan k3 Di Pabrik Sepatu
DISUSUN OLEH :
RIDHO PRATAMA
031211029
KATA PENGANTAR
Ridho Pratama
Page | 1
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...............................................................................3
BAB II Proses Pembuatan Sepatu........................................................................4
2.1 Proses Pembuatan Sepatu..................................................................4
BAB III Identifikasi Permasalahan.......................................................................11
3.1 Indikator Penyebab Kecelakaan Kerja...............................................11
3.2 Permasalahan K3 di Pabrik Sepatu...................................................12
A. Faktor Teknis...........................................................................12
B. Faktor Manusia.......................................................................15
BAB IV Pengelolaan K3 di Pabrik Sepatu..........................................................16
4.1 Peraturan Perundangan Terkait tentang Pabrik Sepatu....................16
4.2 Perencanaan Pengelolaan K3 di Pabrik Sepatu...............................17
A. Penetapan Kebijakan K3........................................................17
B. Perencanaan K3.....................................................................18
C. Pelaksanaan Rencana K3......................................................19
D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3....................................21
E. Peninjauan dan Peningkatan SMK3.......................................21
4.3 Pengelolaan Organisasi K3 di Pabrik Sepatu....................................21
A. Kebijakan dan Kepemimpinan................................................21
B. Administrasi dan Prosedur......................................................22
C. Panitia Pembina K3................................................................22
Page | 2
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
BAB V PENUTUP...............................................................................................28
5.1 Kesimpulan.........................................................................................28
5.2 Saran..................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
Aspek keselamatan kerja memang harus dipahami oleh semua orang sebab
dalam konteksnya, keselamatan kerja ini untuk mencegah terjadinya kejadian
negative/kejadian yang tidak diinginkan dalam kehidupan setiap orang.
Pada aspek kehidupan, kejadian negative atau yang biasa kita sebut dengan
kecelakaan dapat saja terjadi. Hal ini dikarenakan setiap aspek kehidupan
membawa serta ancaman dibalik eksistensinya. Kita harus mewaspadai setiap
kemungkinan yang ada dibalik kondisi yang kita miliki.
Sama halnya pada industri sepatu, berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja dapat terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan
pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.
Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja, penyakit
akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja apalagi
pada industri. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka bekerja dengan
peralatan peralatan yang berbahaya.
Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk
mengobservasi kesehatan dan keselamatan kerja pada industri yaitu industri
sepatu. Selain itu observasi ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Berbagai
Bidang.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui kegiatan atau proses kerja atau suatu operasi yang
ada pada Pabrik Sepatu.
b. Untuk mengetahui permasalahan dan isu-isu K3 yang ada pada Pabrik
Sepatu.
c. Untuk mengetahui program pengelolaan K3 pada kegiatan pembuatan
sepatu.
d. Untuk mengetahui dasar hukum terkait Pabrik Sepatu.
Page | 2
Pabrik?
Apa permasalahan dan isu-isu K3 yang ada pada Pabrik Sepatu?
Apa saja program pengelolaan K3 pada kegiatan pembuatan sepatu?
Apa saja dasar hukum terkait Pabrik Sepatu?
Apa rencana pengelolaan dan organisasi pengelolaan K3 yang ada Pabrik
Sepatu?
BAB II
PROSES PEMBUATAN SEPATU
Page | 3
Elemen Sepatu
b. Bottom
Bagian bottom dari sepatu adalah bagian alas atau bagian bawah dari
sepatu. Biasanya orang menyebut bagian sole. Bottom terdiri dari insole,
midsole dan outsole. Dan ada juga yang menggunakanbahan Pu-Puck
(Polyurethane).
Page | 4
Page | 5
(leather)
patterns
diperlukan
) yang
dipotong
telah
dalam
membentuk
ditentukan
proses
ini
pola-pola (
sebelumnya.
menggunakan
Cardsboard
Peralatan
mesin
yang
potong
(cutting machine) dan alat potong yang disebut dengan cutting dies
yang bentuk dan ukurannya telah dibuat sesuai dengan pola-pola
potongan yang akan dikerjakan.
Stitching / Sewing
Pada proses ini pola-pola bahan baku yang telah dipotong di cutting
process kemudian dijahit yang kemudian dibentuk menjadi upper
sepatu. Dalam proses penjahitan ini sangat banyak membutuhkan
waktu dalam pengerjaannya. Hal ini dikarenakan tinginya tingkat
kesulitan dalam menjahit dan juga butuh ketelitian yang sangat tinggi.
Potonganpola dijahit satu persatu sehingga membentuk upper sepatu
yang selanjutnya disatukan di proses perakitan.
Page | 6
Outsole Production
Insole production
Bahan
yang
dipakai
untuk
insole
sangat
menentukan
Page | 7
Assembly
Pada bagian inilah perakitan sepatu dikerjakan. Bagian-bagian sepatu
yang masih berupa upper dan bottom digabungkan hingga menjadi
bentuk sepatu. Bagian upper yang diproduksi dari divisi stitching
process sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi
stockfit dirakit dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu.
Hal-hal penting dalam proses assembling bisa dilihat dalam detail
berikut.
a. Laste
Eropa.
Page | 8
Proses
BAB III
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Page | 10
Tata Ruang
Page | 11
Dengan
barang
pengguntingan,
penyimpanan
dan
meja
tempat
Kebisingan
Setelah melakukan observasi di lokasi industri sepatu,
pada
menurunkan
pekerja
risiko
kesehatan
pada
adalah
dengan
membungkuk
serta
kepala menunduk,
leher
menekuk
dapat
Page | 13
duduk
otomatis
perut
mengendor
maka
ini
dapat
Penggunaan APD
Pekerja sama sekali tidak menggunakan alat pelindung diri
karena menurutnya hanya dapat memperlambat pekerjaanya dan
mereka jadi terganggu dalam mengerjakan tugasnya. APD yang
harus digunakan pada industri ini adalah:
Masker
Alas kaki
Sarung tangan
B. FAKTOR MANUSIA
1. Kesehatan Tenaga Kerja
Dari hasil observasi melihat kesehatan pekerja terlihat baik, tetapi
ketidakpedulian para pekerja terhadap hal hal yang mereka anggap
sepele justru dapat membahayakan kesehatan mereka, seperti pada bau
Page | 14
lem yang mereka hirup terus menerus. Selain itu pada benda benda
tajam yang berserakan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
2. Kesesuaian Sikap, Cara dan Sistem Kerja
Para pekerja pada industri sepatu ini setiap hari sekurang kurangnya
selama 8 jam melakukan pekerjaan dengan duduk, hal ini dapat
menyebabkan beberapa gangguan kesehatan.
BAB IV
PENGELOLAAN K3 DI PABRIK SEPATU
pupuk, dsb.
Industri mesin dan logam dasar: misalnya industri pesawat terbang,
b. Pasal 21 UU Perindustrian
Page | 15
kerusakan
dan
pencemaran
terhadap
lingkungan
hidup
pencemaran
terhadap
lingkungan
hidup
akibat
kegiatan industri.
Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil.
A. Penetapan Kebijakan K3
Menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh
pekerja. Dalam penyusunan kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:
B. Perencanaan K3
Perencanaan K3 dimaksudkan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3
ini disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan
K3 yang telah ditetapkan. Dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli
K3, Panitia Pembina K3, wakil pekerja, dan pihak lain yang terkait di
perusahaan.
Dalam
penyusunan
rencana
K3,
pengusaha
harus
mempertimbangkan:
Hasil penelaahan awal.
Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya.
Sumber daya yang dimiliki.
Rencana K3 paling sedikit memuat :
Indikator pencapaian
Sistem pertanggungjawaban
C. Pelaksanaan Rencana K3
Berdasarkan rencana K3 yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya
pengusaha didukung oleh SDM di bidang K3, sarana dan prasarana. SDM
yang dimaksud harus memiliki:
pendokumentasian.
Instruksi kerja.
serta
Tindakan pengendalian
Perancangan dan rekayasa
Prosedur dan instruksi kerja
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
Pembelian/pengadaan barang dan jasa
Produk akhir
Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri
serta rencana pemulihan keadaan darurat (dilaksanakan berdasarkan
potensi bahaya, investigasi, dan analisa kegiatan).
standar.
Kinerja K3.
Identifikasi sumber bahaya.
Dokumen lain yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilakukan terhadap:
Peraturan perundang-undangan dan standar di bidang K3.
Indikator kinerja K3.
Izin kerja.
Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.
Kegiatan pelatihan K3.
Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharan.
Catatan pemantauan data.
Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut.
Identifikasi produk terhadap komposisinya.
Informasi pemasok dan kontraktor.
Audit dan peninjauan ulang SMK3.
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan
independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan
untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan
dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
:
Menetapkan kebijakan K3 yang
didukung oleh
Implementasi
HSE
dalam
dan
setiap
kebijakan organisasi.
Membudayakan kebijakan HSE di seluruh kalangan
dan tingkatan.
:
Meletakkan landasan operasional bagi usaha HSE
dalam perusahaan.
Implementasi
C. Panitia Pembina K3
Tujuan
:
Page | 20
program HSE.
Membantu Manajemen dalam mengimplementasikan
program HSE dalam perusahaan.
Implementasi
dalam perusahaan.
Menyelenggarakan rapat Panitia secara berkala dan
memberikan masukan kepada manejemen tentang
upaya peningkatn HSE dalam perusahaan.
operasi perusahaan.
Meningkatkan kualitas manusia sebagai pelaksana
asepek HSE.
Implementasi
dengan persyaratan.
Memastikan bahwa aspek HSE mendapat perhatian
Page | 21
Implementasi
:
Mengembangkan,
mengkomunikasi
dan
Implementasi
:
Mengembangkan program higiene industri yang baik dan
:
Memastikan bahwa semua pihak telah memahami
dan menyadari pentingnya HSE dan budaya K3
melalui aktivitas promosi K3 dan kampanye lainnya.
Implementasi
Mengembangkan
program
promosi
HSE
dan
Page | 22
:
Melindungi pekerja dari sumber bahaya melalui
penyediaan alat keselamatan yang sesuai.
Implementasi
I. Manajemen Kebakaran
Tujuan
:
Untuk mengelola potensi bahaya kebakaran sejak
tahap pencegahan, pendeteksian, penanggulangan
dan rehabilitasinya.
Implementasi
:
Memberlakukan sistem Manajemen Kebakaran yang
baik yang meliputi elemen sebagai berikut :
Komitmen
Organisasi dan administratip
Identifikasi Bahaya Kebakaran
Tinjauan Rancang bangun
Pembinaan dan Pelatihan
Proteksi Kebakaran
Inspeksi Kebakaran
Tanggap darurat
Penyelidikan Kebakaran
Audit Kebakaran
J. Manajemen Lingkungan-B3
Tujuan
Page | 23
Mengelola
semua
bahan
B3
yang
digunakan,
dan selamat.
Melindungi tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat
luas dari dampak penggunaan bahan B3.
Implementasi
Menidentifikasi
perusahaan.
Melakukan pengelolaan B3 dengan cara yang benar
dan aman.
Menetapkan prosedur pengelolaan B3.
Mengikuti Program PROPER di seluruh
semua
B3
yang
ada
dalam
lokasi
kegiatan.
K. Tanggap Darurat
Tujuan
diinginkan
dengan
mungkin.
Menjamin
Koordinasi
yang
menanggulanginya
dalam
tidak
sedini
penanggulangan
keadaan darurat.
Implementasi
L. Audit
Tujuan
Implementasi
pelaksanaan HSE.
Untuk mengetahui
pihak ketiga.
Dasar pemberian Penghargaan HSE.
kelemahan
dan
kelebihan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri khususnya di
industri sepatu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki
pekerja di industri ini masih kurang memadai karena pekerja hanya sedikit
memperhatikan tentang kesehatannya saja tanpa memperhatikan aspek
keselamatannya.
2. Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa
potensial hazard. Seperti ; potensial hazard lingkungan fisik (panas),
potensial hazard lingkungan fisiologis ( ergonomi ), serta potensial hazard
lingkungan biologi (debu dan mikroorganisme)
3. Pada penggunaan Alat Pelindung Diri, tidak digunakan karena faktor
kebiasaan.
4. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu jika
pekerja merasa sudah lelah dia berhenti bekerja kemudian beristirahat
sejenak.Ini dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan.
5.2 Saran
Page | 25
Page | 26
Daftar Pustaka
http://k3tium.wordpress.com/2012/10/22/penerapan-k3-pada-industri-sepatu/
http://dedylondong.blogspot.com/2012/10/bagaimana-proses-pembuatan-sepatushoes.html
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Perindustrian
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pdf-kesehatan dan keselamatan kerja-sektor informal
MODUL HSE MANAGEMENT PROGRAM SOEHATMAN RAMLI